Medan,Maret 2022
Penulis
JONES WIJAYA NG
Nim:
21114041498
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar...........................................................................................i
Daftar isi.....................................................................................................ii
Daftar gambar............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
2.2 Refraksi................................................................................................4
ii
BAB I
PENDAHULAUAN
iii
proporsi penurunan tajam penglihatan sebesar 0,9%; proporsi kebutaan
sebesar 0,4%.
Berdasarkan latar belakang dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, maka
ruang lingkup masalah yang akan di bahas adalah:
iv
BAB II
KAJIAN TORITIS
5
parasimpatis, sedang sfingter iris otot siliar diperserafi oleh
parasimpatis. Otot siliar yang terletak dibadan siliar mengatur
bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi.
3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan
mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis
membranneurosensoris yang akan merubah sinar menjadi
rangsangan pada saraf optic dan diteruskan ke otak. Terdapat
rongga yang potensial antara retina dan koroid sehingga retina
dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina.
Badan kaca mengisi rongga didalam bola mata dan bersifat
gelatin yang hanya menempel papil saraf optic, macula dan pars
plana. Bila terdapat jaringan ikat di dalam badan kaca disertai
dengan tarikan pada retina, maka akan robek dan akan terjadi
ablasi retina.
Lensa terletak didalam pupil yang dipegang didaerah
ekuatornya pada badan siliar melalui Zonula Zini. Lensa mata
mempunyai peranan pada akomodasi atau melihat dekat sehingga
sinar dapat difokuskan didaerah macula lutea.
Terdapat 6 otot penggerakan bola mata, dan terdapat
kelenjer lakrimal yang terletak didaerah temporel atas didalam
rongga orbita (Sidarta, 2010).
2.2 Refraksi
Refraksi adalah suatu fenomena fisika berupa penyerapan sinar
yang melalui media transparan yang berbeda. Sebagai salah satu
contoh proses refraksi saat sebuah pensil diletakkan didalam gelas
yang berisi air, maka akan tampak gambaran pensil di udara tidak
lurus dengan yang tampak pada air peary (peary, 2005).
Reffraksi mata adalah pembiasan sinar-sinar di dalam mata,
arah sinar terjadi karena sinar-sinar berjalan dari medium yang satu
6
melewati medium lain yang kepadatnya berbeda-beda. Hasil
terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, badan kaca dan panjangnya
bola mata.
2.3.1 Myopia
7
Pada myopia panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar
atau kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat.
a. Sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter antero-
posterior yang lebih panjang, bola mata yang lebih panjang) di
sebut sebagai myopia aksil.
b. Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu
cembung atau lensa mempunyai kecembungan yang lebih kuat) di
sebut kurvatura/refraktif.
c. Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes
mellitus, kondisi ini disebut myopia indeks.
d. Myopia karena perubahn posisi lensa, posisi lensa lebih ke anterior,
misalnya pasca operasi glaucoma.
Berdasarkan besar kelainan refraksi, myopia dibagi:
- Myopia ringan
- Myopia sedang
- Myopia berat
2.3.2 Hypermetropia
8
a. Hypermetropia aksial karena sumbu aksial mata lebih pendek dari
normal.
b. Hypermetropia kurvatura karena kurvatura kornea atau lebih lemah
dari normal
c. Hypermetropia indeks karena indeks bias mata rendah dari normal.
Berdasrkan besar besar kelainan refraksi, dibagi:
- Hypermetropia ringan
- Hypermetropia sedang
- Hypermetropia berat
2.3.3 Astigamtisme
Pada astigamat berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik dengan
tajam pada retina akan tetapi pada 2 garis titik apai yang saling tegak
lurus yabg terjadi akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea. Pada
mata dengan astigmatisme lengkungan jari-jari meridian yang tegak lurus
padanya.
Pembagian posisi garis focus dalam retina astigmatisme di bagi atas:
a. Astigmatisme Reguler
Dimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya
dua meridian yang saling tegak lurus pada meridian yang lain
sehingga pada salah satu meridian memiliki daya bias yang lebih
kuat dari meridian yang lain.
b. Astigmatisme With The Rule :
9
Diperlukan koreksi silindres negative dilakukan dengan sumbu
horizontal (30-150 derajat) atau dengan silinder positif dengan
sumbu vertical (60-120 derajat).
c. Astigmatisme Obligue :
Koreksi dengan silindres negative denag sumbu tegak lurus (60-
120 derajat)
Atau dengan silinder positif dengan sumbu horizontal (30-150
derajat).
d. Astigmatisme Obligue :
Dimana kedua meridian utama berada diantara axsial-axsial
astigamtisme whit the rule atau astigmatisme againt the rule. Axsial
clylindris refraktif 31-59º120-149º.
e. Astigmatisme Irregular :
Diamana astigmatisme yang terjadi tidak mempunyai dua meridian
yang saling tegak lurus. Astigmatisme irregular ini dapat terjadi
akibat kelengkungan kornea pada meridian yang sama berbeda
sehingga bayangan menjadi irregular. Astigmatisme airregular juga
diakibtakan oleh infeksi kornea trauma.
10
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Mata sebagai alat indera penglihatan kita sangatla penting untuk
kelangsungan hidup. Karena mata adalah salah satu organ penting pada
manusia. mata adalah alat indra yang terdapat pada manusia. Secara
konstan mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan
perhatian pada objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran
yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak.
Mata mempunyai strukturnya yang sangat rinci dan setiap bagian
dari mata tersebut mempunyai fungsinya masing – masing seperti yang
sudah dijelaskan di atas. Mata juga mempunyai kemampuan dalam
beradaptasi di saat cahaya terang maupun gelap.
Kelainan Refraksi adalah kondisi di mana cahaya yang masuk ke
dalam mata tidak dapat difokuskan dengan jelas. Hal ini membuat
bayangan benda terlihat buram atau tidak tajam. Penyebabnya bisa
karena panjang bola mata terlalu panjang atau bahkan terlalu pendek,
perubahan bentuk kornea, dan penuaan lensa mata
11