Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Terlebih dahulu penulis mengucapkan pujisyukur khadirat TUHAN


yang telah memberikan rahmat dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat
menyelesesaikan makalah. Adapun judul makalah ini adalah Kelainan
Refraksi

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna


karena terbatasnya kemampuan penulis maka dari itu dengan besar hati
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada


umumnya dan Refraksi Optisi Khususnya.

Medan,Maret 2022
Penulis

JONES WIJAYA NG
Nim:
21114041498

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar...........................................................................................i

Daftar isi.....................................................................................................ii

Daftar gambar............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

1.1 Latarbelakang masalah........................................................................1

1.2 Perumusan Masalah............................................................................2

1.3 Tujun Penulisan...................................................................................2

BAB II KAJIAN TEORITIS..........................................................................3

2.1 Anatomi Bola Mata...............................................................................3

2.2 Refraksi................................................................................................4

2.3 Kelainan Refraksi.................................................................................5

BAB III KESIMPULAN

ii
BAB I

PENDAHULAUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indra penglihatan merupakan panca indra yang sangat penting dan


besar pengaruhnya terhadap proses peningkatan kecerdasan dan
produktivitas kerja manusai. Hal ini erat kaitannya dengan peningkatan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) serta kualitas harapan hidup,
meningkatkan kesejahtraan keluarga dan masyarakat serta meningkatkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup.

Mata membutuhkan sejumlah tekanan tertentu agar dapat


berfungsi baik. Kelainan refraksi merupakan sustu kelainan pada mata
yang paling umum terjadi. kejadian ini terjadi ketika cahaya tidak di
biaskan tepat pada retina sehingga menyenyebab kan penglihatan kabur.
kelainan refraksi secara umum dapat di bagi menjadi 4 bagian yaitu
myopia, hipermetropia, astigmatisma,dan presbiopoia. Miopoia terjadi
apabila cahaya di biaskan di depan retina ; hipermetropia terjadi apabila
cahaya di biaskan ; astigmatisma terjadi apabila sinar yang di biaskan
tidak terletak pada suatu titik fokus ; sedsngkan presbyopia adalah
hilangnya daya akomondasi yang terjadi bersamaan dengan proses
penuaan. Penyabab kelainan refraksi dapat diakibatkan karena kelainan
kurvatur atau kelengkungan kornea dan lensa. Indeks bias atau refraktif,
dan kelainan aksial atau sumbu mata. Kelainan refraksi dapat terjadi dan
di pengaruhi oleh bebrapa faktor, antara lain umur, jenis kelamin, ras,
lingkungan dan genetik,

Di Indonesia terdapat sekitar 1, 5% atau 3, 6 juta penduduknya


mengalami kebutaan. Angka kejadian kebutaan yang disebabkan oleh
kelainan refraksi menduduki urutan pertama sebagai penyabab kebutaan
di Indonesia. Menurut riset kesehatan dasar (Riskesdes) pada tahun 2013
menunjukkan bahwa proporsi penggunaan kaca mata atau lensa kontak
pada penduduk di atas 6 tahun di Indonesia adalah sebesar 4,65%;

iii
proporsi penurunan tajam penglihatan sebesar 0,9%; proporsi kebutaan
sebesar 0,4%.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, maka
ruang lingkup masalah yang akan di bahas adalah:

1. Apa yang di maksud dengan Visus Tajam Penglihatan?


2. Bagaimana cara melakukan visus tajam penglihatan?
3. Apa saja penyebab penurunan tajam penglihatan?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah:

1. Untuk menambah wawasan penulis tentang penyebab penurunan


tajam penglihatan.
2. Sebagai salah satu syarat dalam untuk mengikuti ujian semester
ganjil tahun ajaran 2018/2019
3. Penulis berharap dapat memberikan manfaat kepada pembaca
terutama bagian semua mahasiswa dan mahasiswi Akademi
Refraksi Optisi STIKes BINALITA SUDAMA.

iv
BAB II

KAJIAN TORITIS

2.1 Anatomi Bola Mata

Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. bola


mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih
tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang bereda.

Gambar 2.1 Anatomi Bola Mata

1. sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan


bentuk pada mata,merupakan bagian terluar yang melindungi bola
mata. Bagian terdepan sklera disebut kornea yang versifat
transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.
Kelengkungan kornea lebih besar dibandingkan sklera.
2. Jaringan uvea merupakan jaringan vascular. Jaringan sklera dan
uvea dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila
terjadi pendrahan pada ruda paksa yang disebut pendarahan
suprakoroid.
Jaringan uvea ini terdiri atas iris, otot dapt mengatur jumlah
sinar masuk kedalam bola mata. Otot dilatator diperserafi oleh

5
parasimpatis, sedang sfingter iris otot siliar diperserafi oleh
parasimpatis. Otot siliar yang terletak dibadan siliar mengatur
bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi.
3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan
mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis
membranneurosensoris yang akan merubah sinar menjadi
rangsangan pada saraf optic dan diteruskan ke otak. Terdapat
rongga yang potensial antara retina dan koroid sehingga retina
dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina.
Badan kaca mengisi rongga didalam bola mata dan bersifat
gelatin yang hanya menempel papil saraf optic, macula dan pars
plana. Bila terdapat jaringan ikat di dalam badan kaca disertai
dengan tarikan pada retina, maka akan robek dan akan terjadi
ablasi retina.
Lensa terletak didalam pupil yang dipegang didaerah
ekuatornya pada badan siliar melalui Zonula Zini. Lensa mata
mempunyai peranan pada akomodasi atau melihat dekat sehingga
sinar dapat difokuskan didaerah macula lutea.
Terdapat 6 otot penggerakan bola mata, dan terdapat
kelenjer lakrimal yang terletak didaerah temporel atas didalam
rongga orbita (Sidarta, 2010).
2.2 Refraksi
Refraksi adalah suatu fenomena fisika berupa penyerapan sinar
yang melalui media transparan yang berbeda. Sebagai salah satu
contoh proses refraksi saat sebuah pensil diletakkan didalam gelas
yang berisi air, maka akan tampak gambaran pensil di udara tidak
lurus dengan yang tampak pada air peary (peary, 2005).
Reffraksi mata adalah pembiasan sinar-sinar di dalam mata,

dimana mata dalam keadaan istirahat. Pembiasan atau perubahan

arah sinar terjadi karena sinar-sinar berjalan dari medium yang satu

6
melewati medium lain yang kepadatnya berbeda-beda. Hasil

pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang

terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, badan kaca dan panjangnya

bola mata.

Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan


dan panjangnya bola mata demikian seimbang sehingga bayangan benda
setelah melalaui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah macula
lutea. Mata yang normal di sebut sebagi mata emetropia dan akan
menempatkan bayangan benda tepat di retiananya pada keadaan mata
yang tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh. (Ilyas, 2004).

2.3 Kelainan Refaraksi

Hasil pembiasan pada mata ditentukan oleh media penglihatan


yang terdiri atas kornea, cairan mata, lensa atas kornea, cairan mata,
lensa, badan kaca, dan panjangnya bola mata. Pada orang normal
susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya bola mata
demikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media
penglihatan dibiaskan tepat di daerah macula lutea. Pada kelainan refraksi
terjadi kitidak seimbanga system optic mata sehingga menghasilkan
bayangan kabur. Pada kelainan refraksi, sinar tidak dibiaskan tepat pada
macula lutea, tetapi dapat didepan atau di belakang macula. Kelainan
refraksi dekenal dalam bentuk myopia, hypermetropia, dan astigamatisme.

2.3.1 Myopia

GAMBAR 2.3.1 Myopia

7
Pada myopia panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar
atau kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat.
a. Sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter antero-
posterior yang lebih panjang, bola mata yang lebih panjang) di
sebut sebagai myopia aksil.
b. Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu
cembung atau lensa mempunyai kecembungan yang lebih kuat) di
sebut kurvatura/refraktif.
c. Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes
mellitus, kondisi ini disebut myopia indeks.
d. Myopia karena perubahn posisi lensa, posisi lensa lebih ke anterior,
misalnya pasca operasi glaucoma.
Berdasarkan besar kelainan refraksi, myopia dibagi:
- Myopia ringan
- Myopia sedang
- Myopia berat
2.3.2 Hypermetropia

GAMBAR 2.3.2 Hypermetropia

Hypermetropia atau rabun dekat merupakan keadaan gangguan


kekuatan pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan
sehingga titik focus terletak di belakang retina. Pada hypermetropia sinar
sejajar difokuskan di belakang retina.
Klasifikasi berdasarkan penyebab:

8
a. Hypermetropia aksial karena sumbu aksial mata lebih pendek dari
normal.
b. Hypermetropia kurvatura karena kurvatura kornea atau lebih lemah
dari normal
c. Hypermetropia indeks karena indeks bias mata rendah dari normal.
Berdasrkan besar besar kelainan refraksi, dibagi:
- Hypermetropia ringan
- Hypermetropia sedang
- Hypermetropia berat
2.3.3 Astigamtisme

Gambar 2.3.3 Astigmatisma

Pada astigamat berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik dengan
tajam pada retina akan tetapi pada 2 garis titik apai yang saling tegak
lurus yabg terjadi akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea. Pada
mata dengan astigmatisme lengkungan jari-jari meridian yang tegak lurus
padanya.
Pembagian posisi garis focus dalam retina astigmatisme di bagi atas:
a. Astigmatisme Reguler
Dimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya
dua meridian yang saling tegak lurus pada meridian yang lain
sehingga pada salah satu meridian memiliki daya bias yang lebih
kuat dari meridian yang lain.
b. Astigmatisme With The Rule :

9
Diperlukan koreksi silindres negative dilakukan dengan sumbu
horizontal (30-150 derajat) atau dengan silinder positif dengan
sumbu vertical (60-120 derajat).
c. Astigmatisme Obligue :
Koreksi dengan silindres negative denag sumbu tegak lurus (60-
120 derajat)
Atau dengan silinder positif dengan sumbu horizontal (30-150
derajat).
d. Astigmatisme Obligue :
Dimana kedua meridian utama berada diantara axsial-axsial
astigamtisme whit the rule atau astigmatisme againt the rule. Axsial
clylindris refraktif 31-59º120-149º.
e. Astigmatisme Irregular :
Diamana astigmatisme yang terjadi tidak mempunyai dua meridian
yang saling tegak lurus. Astigmatisme irregular ini dapat terjadi
akibat kelengkungan kornea pada meridian yang sama berbeda
sehingga bayangan menjadi irregular. Astigmatisme airregular juga
diakibtakan oleh infeksi kornea trauma.

10
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
 Mata sebagai alat indera penglihatan kita sangatla penting untuk
kelangsungan hidup. Karena mata adalah salah satu organ penting pada
manusia. mata adalah alat indra yang terdapat pada manusia. Secara
konstan mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan
perhatian pada objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran
yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak.
      Mata mempunyai strukturnya yang sangat rinci dan setiap bagian
dari  mata tersebut mempunyai fungsinya masing – masing seperti yang
sudah dijelaskan di atas. Mata juga mempunyai kemampuan dalam
beradaptasi di saat cahaya terang maupun gelap.
Kelainan Refraksi adalah kondisi di mana cahaya yang masuk ke
dalam mata tidak dapat difokuskan dengan jelas. Hal ini membuat
bayangan benda terlihat buram atau tidak tajam. Penyebabnya bisa
karena panjang bola mata terlalu panjang atau bahkan terlalu pendek,
perubahan bentuk kornea, dan penuaan lensa mata

11

Anda mungkin juga menyukai