ASTIGMATISMA
Pembimbing :
dr. Yulia Fitriani, Sp. M
Disusun Oleh:
A.Naesaburi Sahid G4A016044
ASTIGMATISMA
Disusun oleh:
A.Naesaburi Sahid G4A016044
Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu
Penyakit Mata RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusunan panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-
Nya, sehingga referat berjudul “Astigmatisma” ini dapat diselsaikan. Referat ini
merupakan salah satu tugas di SMF Ilmu Penyakit Mata. Oleh karena ittu penyusun
mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan penulisan di masa yang akan datang.
2. Dokter-dokter spesialis mata di SMF Ilmu Penyakit Mata RSUD Prof. Dr.
3. Orangtua serta keluarga penulis atas doa dan dukungan yang tidak pernah
4. Rekan-rekan ko-asisten bagian SMF Ilmu Penyakit Mata RSUD Prof. Dr.
Penulis menyadari referat ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak penulis harapkan demi referat yang lebih baik.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga referat ini bermanfaat bagi semua
pihak yang ada di dalam maupun di luar lingkungan RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto.
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………... 2
KATA PENGANTAR…………………………………………………………... 3
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. 4
PENDAHULUAN……………………………………………………………….. 5
TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………. 6
KESIMPULAN…………………………………………………………………. 35
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 36
4
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Astigmatisma adalah suatu kelainan refraksi dimana mata
banyak terjadi perubahan selama hidup. Bayi yang baru lahir biasanya
kelainan pada kornea dan kelainan pada lensa. Pada kelainan kornea
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI MATA
Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh
tiga lapisan. Dari paling luar ke paling dalam, lapisan-lapisan itu adalah
yang terdiri atas kornea, humour aquous, vitreus humour dan lensa. Kornea
menutup bola mata sebelah depan dan terdiri dari atas lapis (Ilyas, 2010):
6
1. Epitel
Tebalnya 50 µm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang
saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel. Sel basal menghasilkan membran
basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan
2. Membran Bowman
merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal
dari bagian depan stroma. Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Stroma
4. Membran descement
5. Endotel
7
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama
berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar
bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di sebelah depan.
Bagian dalam mata terdiri dari dua rongga berisi cairan yang
(depan) antara kornea dan lensa mengandung cairan encer jernih, aqueous
humor yang diproduksi oleh badan siliar. Cairan ini mengisi camera okuli
8
lebih besar antara lensa dan retina mengandung zat semicair mirip gel
mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa, keduanya tidak memiliki
(Riordan, 2013) .
Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat
3. Terletak di tempatnya.
9
1. Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan
presbiopia,
B. REFRAKSI MATA
refrakta mata, dimana mata dalam keadaan istirahat. Mata dalam keadaan
remotum adalah titik terjauh dimana seseorang masih dapat melihat dengan
jelas, titik ini merupakan titik dalam ruang yang berhubungan dengan
retina atau foveola bila mata istirahat. Pada emetropia pungtum remotum
10
C. AKOMODASI
retina, demikian pula bila benda jauh didekatkan, maka dengan adanya
daya akomodasi benda dapat difokuskan pada retina atau macula lutea.
sesuai dengan kebutuhan, makin dekat benda makin kuat mata harus
tegang, juga bagian perifer lensa menjadi tegang sedang bagian tengahnya
11
D. EMETROPIA
emetropia adalah mata tanpa adanya kelainan refraksi pembiasan sinar mata
Pada mata ini daya bias mata adalah normal, dimana sinar jauh
.Bila sinar sejajar tidak difokuskan pada macula lutea disebut Ametropia.
Mata emetropia akan mempunyai penglihatan normal atau 6/6 atau 100%.
Bila media penglihatan seperti kornea, lensa , dan bada kaca keruh maka
penglihatan keruh maka penglihatan tidak akan 100% atau 6/6 (Ilyas, 2010).
dataran depan dan kelengkunagn kornea dan panjangnya bola mata. Kornea
(lebih panjang lebih pendek) bola mata maka sinar normal tidak dapat
12
Kelainan lain pada pembiasan mata normal adalah gangguan
akomodasi dapat terlihat pada usia lanjut sehingga terlihat keadaan yang
E. AMETROPIA
melakukan akomodasi atau bila melihat benda yang dekat. Panjang bola
13
mata seseorang dapat berbeda-beda.Bila terdapat kelainan pembiasan sinar
(lebih panjang, lebih pendek) bola mata maka sinar normal tidak dapat
Gambar 4. Ametropia
tereletak pada retina.Pada keadaan ini bayangan pada selaput jala tidak
2013):
14
1. Ametropia aksial
depan atau di belakang retina. Pada miopia aksial fokus akan terletak di
2. Ametropia Refraktif
mata. Bila daya bias kuat maka bayangan benda terletak di depan retina
(miopi) atau bila daya bias kurang maka bayangan benda akan terletak
a. Miopia
b. Hipermetropia
c. Astigmat
d. Presbiopia
15
Tabel. 1 Kausa Ametropia
Bola mata
Miopia Lensa (-) Bias kuat
panjang
Bola mata
Hipermetropia Lensa (+) Bias lemah
pendek
Kurvatura 2
Astigmat Kacamata
meredien
reguler silinder
tegak lurus
Kurvatura
Astigmat Lensa kontak
kornea ireguler
Ireguler
16
Tabel 2. Jenis-Jenis Ametropia
17
F. ASTIGMATISMA
1. Definisi Astigmatisma
yang datang dari jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan istirahat
Gambar 5. Astigmatisma
dengan garis pandang oleh mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada
2. Epidemiologi
18
Insidensi myopia dalam suatu populasi sangat bervariasi
3. Media Refraksi
lensa, badan vitreous (badan kaca), dan panjangnya bola mata. Pada
4. Fisiologi Refraksi
19
Berkas-berkas cahaya mencapai mata harus dibelokkan ke
jauh lebih besar dari pada perbedaan densitas antara lensa dan cairan
20
Sebaliknya kemampuan refraksi lensa dapat disesuaikan dengan
jauh. Berkas dari sumber cahaya yang terletak lebih dari 6 meter
dekat memerlukan jarak yang lebih besar di belakang lensa agar dapat
Untuk mata tertentu, jarak antara lensa dan retina selalu sama. Untuk
jarak yang sama), harus dipergunakan lensa yang lebih kuat untuks
21
5. Etiologi
a. Kelainan kornea
yang paling besar adalah kornea, yaitu mencapai 80% s/d 90% dari
b. Kelainan di lensa
22
rule, bila sebaliknya disebut astigmatisma “ against the rule”
(Riordan, 2013).
(Riordan, 2013)
6. Klasifikasi
a. Astigmatisme Reguler
adanya dua bidang yang saling tegak lurus pada bidang yang lain
sehingga pada salah satu bidang memiliki daya bias yang lebih
kuat dari pada bidang yang lain. Astigmatisme jenis ini, jika
23
2) Astigmatisme Against the Rule
b. Astigmatisme Irreguler
titik fokus dari daya bias terkuat sedangkan titik B adalah titik
astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl -Y atau Sph -X Cyl
24
b. Astigmatisme Hiperopia Simpleks
25
d. Astigmatisme Hiperopia Kompositus
e. Astigmatisme Mixtus
koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl -Y, atau Sph -
sama + atau -.
26
Berdasarkan tingkat kekuatan Dioptri :
a. Astigmatismus Rendah
b. Astigmatismus Sedang
c. Astigmatismus Tinggi
27
astigmatismus juga menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti
membaca.
buram.
mengucek-ucek mata.
8. Diagnosis
Pemerriksaan visus dilakukan pada satu per satu mata baik visus
Snellen chart kemudian jika tidak dapat terlihat menggunakan hitung jari.
28
ketajaman penglihatan bertambah setelah dilakukan pin hole berarti
b. Uji refraksi
Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis positif, bila dengan
ii. Objektif
29
Pemerriksaan objektif menggunakan alat autorefraktometer dan
3) Uji pengaburan
jelas terlihat. Bila garis juring pada 90° yang jelas, maka tegak
30
kartu Snellen dan perlahan-lahan ditaruh lensa negatif sampai
31
4) Keratoskop
(Riordan, 2013).
5) Javal ophtalmometer
2013).
9. Terapi
1) Koreksi lensa
2) Orthokeratology
lebih dari satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi datar dan
32
sinar yang tidak teratur pada dataran permukaan depan kornea maka dapat
dikoreksi dengan memakai lensa kontak. Dengan memakai lensa kontak maka
permukaan depan kornea tertutup rata dan terisi oleh film air mata (Wijaya,
2014).
3) Bedah refraksi
Dimana pola jari-jari yang melingkar dan lemah diinsisi di parasentral. Bagian
yang lemah dan curam pada permukaan kornea dibuat rata. Jumlah hasil
perubahan tergantung pada ukuran zona optik, angka dan kedalaman dari insisi.
Adalah prosedur dimana kekuatan kornea ditekan dengan ablasi laser pada
pusat kornea. Kornea yang keruh adalah keadaan yang biasa terjadi setelah
Pada astigmatisma berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik dengan
tajam pada retina akan tetapi pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus yang
Bayi yang baru lahir biasanya mempunyai kornea yang bulat atau sferis yang
33
with the rule (astigmat lazim) yang berarti kelengkungan kornea pada bidang
Pada keadaan astigmat lazim ini diperlukan lensa silinder negative dengan
sumbu 180 derajat untuk memperbaiki kelainan refraksi yang terjadi. Pada usia
against the rule (astigmat tidak lazim). Astigmat tidak lazim (astigmatisme
against the rule) adalah suatu keadaan kelainan refraksi astigmat dimana
koreksi dengan silinder negative dilakukan dengan sumbu tegak lurus lurus
horizontal lebih kuat dibandingkan kelengkungan kornea vertical. Hal ini sering
Pengobatan dengan lensa kontak keras bila epitel tidak rapuh atau
34
III. KESIMPULAN
sehingga sinar sejajar yang datang pada mata akan difokuskan pada
kornea.
lensa terdapat juga pilihan bedah yaitu dengan Radial keratotomy (RK)
35
DAFTAR PUSTAKA
36
37