KELAINAN REFRAKSI
Penyusun :
Clara Elitha
03012060
Pembimbing :
dr. Azrina Noor. SpM
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya
yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan referat yang
berjudul Kelainan Refraksi tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian referat ini,
terutama kepada dr.Azrina Noor. spM selaku pembimbing yang telah memberikan
waktu dan bimbingannya sehingga referat ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan referat ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu, segala kritik dan saran dari semua pihak yang
membangun guna menyempurnakan referat ini sangat penulis harapkan. Demikian
yang penulis dapat sampaikan, semoga referat ini dapat bermanfaat dalam bidang
kedokteran, khususnya untuk bidang kesehatan mata.
1
Lembar Pengesahan
“ Kelainan Refraksi ”
Clara Elitha
03012060
Pembimbing
2
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR .............................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................6
2.1 Anatomi organ mata.......................................................................6
2.2 Fisiologi melihat............................................................................13
2.3 Kelainan refraksi...........................................................................15
2.3.1 Definisi.................................................................................15
2.3.2 Klasifikasi............................................................................16
2.3.3 Faktor Resiko.......................................................................28
2.3.4 Diagnosis..............................................................................29
2.3.5 Tatalaksana...........................................................................40
2.3.6 Komplikasi...........................................................................47
BAB III KESIMPULAN..........................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................49
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa proporsi
pengguna kaca mata atau lensa kontak pada penduduk umur di atas 6 tahun di
Indonesia adalah sebesar 4,6%; proporsi penurunan tajam penglihatan sebesar
0,9%; proporsi kebutaan sebesar 0,4%. Sedangkan proporsi pengguna kaca mata
atau lensa kontak pada penduduk dengan umur di atas 6 tahun di provinsi Jawa
Timur adalah sebesar 4,8%; proporsi penurunan tajam penglihatan sebesar 1,0 %;
proporsi kebutaan sebesar 0,4%.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
- Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis
yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva
palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris).
6
Konjungtiva berbatasan dengan kulit pada tepi palpebral dan dengan
epitel kornea di limbus.
- Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat yang lentur dan memberikan
bentuk pada mata. Jaringan ini merupakan bagian terluar yang
melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebut kornea yang
bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola
mata.
- Kornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang
tembus cahaya dan merupakan lapisan jaringan yang menutup bola
mata sebelah depan. Kornea ini disisipkan ke dalam sklera pada
limbus, lekukan melingkar pada sambungan ini disebut sulcus
scleralis. Kornea dewasa rata - rata mempunyai tebal 550 μm di
pusatnya (terdapat variasi menurut ras); diameter horizontalnya
sekitar 11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm. Dari anterior ke posterior
kornea mempunyai lima lapisan, yaitu:
1) Epitel
Tebal dari epitel ini adalah 50 μm. Epitel kornea
mempunyai lima lapis sel epitel tak bertanduk yang terdiri dari
sel basal, sel poligonal, dan sel gepeng.
2) Membran Bowman
Membran Bowman terletak di bawah membran basal epitel
kornea yang merupakan kolagen yang tersususn tidak teratur
seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
3) Stroma
Stroma kornea menyusun sekitar 90% ketebalan kornea.
Stroma terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen
yang sejajar satu dengan lainnya. Pada permukaan terlihat
7
anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serta kolagen ini
bercabang.
4) Membran Descemet
Membran Descemet merupakan membran aselular dan
merupakan batas belakang stroma kornea.
5) Endotel
- Uvea
Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata dan dilindungi
oleh kornea dan sklera yang terdiri dari tiga bagian, yaitu: 4
1) Iris
Iris merupakan perpanjangan badan siliar ke anterior
mempunyai permukaan yang relatif datar dengan celah yang
berbentuk bulat di tengahnya, yang disebut pupil. Iris
mempunyai kemampuan untuk mengatur banyaknya cahaya yang
masuk ke dalam bola mata secara otomatis dengan mengecilkan
(miosis) atau melebarkan (midriasis) pupil.
2) Badan siliar
Badan siliar merupakan susunan otot melingkar yang berfungs
mengubah tegangan kapsul lensa sehingga lensa dapat fokus untuk
objek dekat maupun jauh dalam lapang pandang. Badan siliar
terdiri atas : zona anterior yang berombak-ombak, pars plicata (2 mm)
yang merupakan pembentuk aqueous humor, dan zona posterior yang
datar, pars plana (4 mm).
8
3) Koroid
Koroid merupakan segmen posterior uvea terletak di antara retina
dan sklera yang berisi pembuluh - pembuluh darah dalam jumlah
besar, berfungsi untuk memberi nutrisi pada retina bagian terluar yang
terletak dibawahnya.
- Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak
berwarna, dan hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm
dan diameternya 9 mm. Di sebelah anterior lensa terdapat aqueous
humor, di posteriornya terdapat vitreous humor. Kapsul lensa adalah
suatu membran semipermeabel yang akan memperbolehkan air dan
elektrolit masuk. Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular.
Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Nukleus dan korteks
terbentuk dari lamela konsentris yang panjang. Lensa ditahan di
tempatnya oleh ligamentum suspensorium yang dikenal sebagai zonula
Zinii, yang tersusun dari banyak fibril yang berasal dari permukaan badan
siliar dan menyisip ke dalam ekuator lensa. 4
- Aqueous Humor
Aqueous humor adalah cairan jernih yang dibentuk oleh korpus
siliaris dan mengisi bilik mata anterior dan posterior. Aqueous humor
mengalir dari korpus siliaris melewati bilik mata posterior dan anterior
menuju sudut kamera okuli anterior. 4
Aqueous humor diekskresikan oleh trabecular meshwork. Prosesus
siliaris, terletak pada pars plicata adalah struktur utama korpus siliaris yang
membentuk aqueous humor. Prosesus siliaris memiliki dua lapis epitelium,
yaitu lapisan berpigmen dan tidak berpigmen. Lapisan dalam epitel yang
tidak berpigmen diduga berfungsi sebagai tempat produksi aqueous
humor. Sudut kamera okuli anterior, yang dibentuk oleh pertautan
antara kornea perifer dan pangkal iris, merupakan komponen penting
9
dalam proses pengaliran aqueous humor. Struktur ini terdiri dari Schwalbe’s
line, trabecular meshwork dan scleral spur. 4
10
- Badan Kaca
Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang
terletak antara lensa dan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam
bola mata. Mengandung air sebanyak 90% sehingga tidak dapat lagi
menyerap air.
- Retina
11
4. Lapis fleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan
tempat asinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel
horizontal.
5. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal
dan sel muller lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina
sentral.
6. Lapis fleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan
tempat sinaps bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion.
7. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada
neuron kedua.
8. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju
saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar
pembuluh darah retina.
12
Pembuluh darah di dalam retina merupakan cabang arteri oftalmika, arte
retina sentral masuk retina melalui papil saraf optik yang akan memberikannutrisi
pada retina dalam. Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat
nutrisi dan koroid. Untuk melihat fungsi retina maka dilakukan pemeriksaan
subyektif retina seperti : tajam penglihatan, penglihatan warna, dan lapangan
pandang. Pemeriksaan obyektif adalah elektroretinografi (ERG), elektrookulografi
(EOG), dan visual evoked respons (VER). 4
Proses visual mata dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada
retina dan menghasilkan sebuah bayangan yang kecil dan terbalik. Ketika dilatasi
maksimal, pupil dapat dilalui cahaya sebanyak lima kali lebih banyak
dibandingkan ketika sedang kontraksi maksimal. Diameter pupil ini sendiri diatur
oleh dua elemen kontraktil pada iris yaitu papillary constrictor yang terdiri dari
otot-otot sirkuler dan papillary dilator yang terdiri dari sel-sel epithelial kontraktil
yang telah termodifikasi. Sel-sel tersebut dikenal juga sebagai myoephitelial
cells.1
Jika sistem saraf simpatis teraktivasi, sel-sel ini berkontraksi dan
melebarkan pupil sehingga lebih banyak cahaya yang dapat memasuki mata.
Kontraksi dan dilatasi pupil terjadi pada kondisi dimana intensitas cahaya berubah
dan ketika memindahkan arah pandangan kita ke benda atau objek yang dekat
atau jauh. Pada tahap selanjutnya, setelah cahaya memasuki mata, pembentukan
bayangan pada retina bergantung pada kemampuan refraksi mata. 1
Beberapa media refraksi mata yaitu kornea (n=1.38), aqueous humor
(n=1.33), dan lensa (n=1.40). Kornea merefraksi cahaya lebih banyak
dibandingkan lensa. Lensa hanya berfungsi untuk menajamkan bayangan yang
ditangkap saat mata terfokus pada benda yang dekat dan jauh. Setelah cahaya
mengalami refraksi, melewati pupil dan mencapai retina, tahap terakhir dalam
proses visual adalah perubahan energi cahaya menjadi aksi potensial yang dapat
diteruskan ke korteks serebri. Proses perubahan ini terjadi pada retina. 2
13
Retina memiliki dua komponen utama yakni pigmented retina dan sensory
retina. Pada pigmented retina, terdapat selapis sel-sel yang berisi pigmen melanin
yang bersama-sama dengan pigmen pada choroid membentuk suatu matriks hitam
yang mempertajam penglihatan dengan mengurangi penyebaran cahaya dan
mengisoloasi fotoreseptor-fotoreseptor yang ada. Pada sensory retina, terdapat
tiga lapis neuron yaitu lapisan fotoreseptor, bipolar dan ganglionic. Badan sel dari
setiap neuron ini dipisahkan oleh plexiform layer dimana neuron dari berbagai
lapisan bersatu. Lapisan pleksiformis luar berada diantara lapisan sel bipolar dan
ganglionic sedangkan lapisan pleksiformis dalam terletak diantara lapisan sel
bipolar dan ganglionic. 2
Setelah aksi potensial dibentuk pada lapisan sensori retina, sinyal yang
terbentuk akan diteruskan ke nervus optikus, optic chiasm, optic tract, lateral
geniculate dari thalamus, superior colliculi dan korteks serebri. 1,2
14
Penglihatan manusia dapat dibagi menjadi dua, yaitu : 4
1. Central Vision
Central vision adalah penglihatan yang timbul pada saat cahaya
jatuh pada area makula lutea retina dan memberikan stimulus pada
fotoreseptor yang berada pada area tersebut.
2. Peripheral Vision
Peripheral vision adalah penglihatan yang timbul pada saat cahaya
jatuh pada area diluar macula lutea retina dan memberikan stimulus pada
fotoreseptor yang berada pada area tersebut.
2.3.1 Definisi
15
Diketahui bola mata mempunyai panjang kira - kira 2 cm, untuk memfokuskan
sinar ke dalam bintik kuning (bagian selaput jala yang menerima rangsangan)
diperlukan kekuatan 50.0 dioptri. Lensa berkekuatan 50.0 dioptri mempunyai titik
api pada titik 2.0 cm. 4
Penurunan visus biasanya disebabkan oleh kelainan refraksi. Biasanya
penderita telah mendapat kacamata dari seorang optometris. Penglihatan penderita
yang buruk dapat disebabkan oleh kelainan refraksi, hal ini dapat diketahui
dengan menggunakan pinhole. Pada mata tanpa kelainan refraksi (emetropia),
sinar dari kejauhan difokuskan pada retina oleh kornea dan lensa pada saat mata
dalam keadaan istirahat (relax). Peran kornea adalah dua per tiga dan lensa
berperan sepertiga dari daya refraksi mata. Kelainan kornea, misalnya
keratokonus, bisa menyebabkan kelainan refraksi yang berat. 4
Pada mata yang tidak memerlukan kaca mata terdapat 2 sistem yang
membiaskan sinar yang menghasilkan kekuatan 50.0 dioptri. Kornea atau selaput
bening mempunyai kekuatan 80% atau 40 dioptri dan lensa mata berkekuatan
20% atau 10 dioptri. Bila kekuatan pembiasan ini berubah, maka sinar akan
difokuskan lebih di depan selaput jala (seperti rabun jauh, miopia), dan dapat
dikoreksi dengan menggunakan kacamata negatif atau sinar difokuskan di
belakang selaput jala seperti pada rabun dekat (hipermetropia), yang dapat
dikoreksi dengan menggunakan lensa positif. Bila pembiasan sinar tidak pada satu
titik atau pada astigmat dapat dikoreksi dengan menggunakan lensa silinder. 4
Refraksi adalah titik fokus jauh dasar (tanpa bantuan alat) yang bervariasi
di antara mata individu normal, tergantung bentuk bola mata dan korneanya. Mata
emetrop secara alami memiliki fokus yang optimal untuk penglihatan jauh. Mata
ametrop (yakni, mata miopia, hipermetropia, atau astigmatisma) memerlukan
lensa koreksi agar terfokus dengan baik untuk melihat jauh. Gangguan optik ini
disebut kelainan refraksi. Refraksi adalah prosedur untuk menentukan dan
mengukur setiap kelainan optik. 4
Pada keadaan tidak terfokusnya sinar pada selaput jala, hal yang dapat
dilakukan adalah memperlemah pembiasan sinar seperti miopia (rabun jauh)
dengan mengunakan lensa negatif untuk memindahkan fokus sinar ke belakang
16
atau selaput jala. Bila sinar dibiaskan di belakang selaput jala seperti pada
hipermetropia (rabun dekat) maka diperlukan lensa positif untuk menggeser sinar
ke depan sehingga penglihatan semakin jelas. Lensa positif ataupun lensa negatif
dapat digunakan dalam bentuk kaca mata ataupun lensa kontak. Penggeseran
bayangan sinar dapat pula dilakukan dengan tindakan bedah yang dinamakan
bedah refraktif. 4,5
Daya refraksi mata ditentukan oleh daya refraksi media yang bening dan
panjang sumbu mata. Media yang bening adalah kornea, bilik mata depan, lensa,
dan badan kaca. Panjang sumbu mata normal kira-kira 24 mm. Jika panjang
sumbu mata bertambah l mm (menjadi 25 mm), maka terjadi miopia -3 dioptri.
Daya refraksi mata emetropia adalah 65 dioptri, 42 dioptri oleh kornea dan 23
dioptri oleh lensa, sehingga cairan mata dan badan kaca tidak memiliki daya
refraksi. 3,4
Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada
retina. Secara umum, terjadi ketidakseimbangan sistem penglihatan pada mata
sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada
retina, tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan tidak terletak pada satu
titik fokus. Kelainan refraksi dapat mengakibatkan terjadinya kelainan
kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang
sumbu bola mata. Ametropia adalah suatu keadaan mata dengan kelainan refraksi
sehingga pada mata yang dalam keadaan istirahat memberikan fokus yang tidak
terletak pada retina. Ametropia dapat ditemukan dalam bentuk kelainan miopia
(rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat), dan astigmatisma. 4
2.3.2 Klasifikasi
4
Miopia
Miopia atau rabun jauh adalah suatu keadaan mata yang
mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang berlebihan sehingga
sinar sejajar yang datang dibiaskan di depan retina. Bila bayangan
benda yang terletak jauh difokuskan di depan retina oleh mata yang
tidak berakomodasi, mata tersebut mengalami miopia, atau rabun
17
jauh. Pada mata miopia, sinar sejajar yang masuk ke dalam mata
difokuskan di dalam badan kaca. Jika penderita miopia tanpa
koreksi melihat ke obyek yang jauh, maka sinar divergen yang
akan mencapai retina sehingga bayangan menjadi kabur. Hal ini
disebabkan daya refraksi terlalu kuat atau sumbu mata terlalu
panjang.
Secara fisiologik sinar yang difokuskan pada retina terlalu
kuat sehingga membentuk bayangan kabur atau tidak tegas pada
makula lutea. Titik fokus sinar yang datang dari benda yang jauh
terletak di depan retina. Titik jauh (pungtum remotum) terletak
lebih dekat atau sinar datang tidak sejajar. Miopia dapat dibedakan
menjadi beberapa tipe yaitu myopia axial, miopia kurvatura,
miopia indeks refraksi dan perubahan posisi lensa.
Pada mata dengan simple myopia, status refraksinya
disebabkan oleh dimensi bola mata yang terlalu panjang, atau
indeks bias kornea maupun lensa kristalin yang terlalu tinggi. Mata
dengan Nokturnal myopia adalah miopia yang hanya terjadi pada
saat kondisi di sekitar kurang cahaya atau gelap. Hal ini
dikarenakan fokus titik jauh mata seseorang bervariasi terhadap
level pencahayaan yang ada. Miopia ini disebabkan oleh pupil
yang membuka terlalu lebar untuk memasukkan lebih banyak
cahaya, sehingga menimbulkan aberasi dan menambah kondisi
miopia.
Pseudomyopia merupakan hasil dari peningkatan kekuatan
refraksi okular akibat overstimulasi terhadap mekanisme
akomodasi mata atau spasme siliar. Disebut pseudomyopia karena
pasien hanya menderita miopia oleh karena respon akomodasi yang
tidak sesuai.
Degenerative myopia disebut juga malignant, pathological,
atau progressive myopia. Perubahan malignant dapat terjadi karena
gangguan fungsi penglihatan, seperti perubahan lapangan pandang.
18
Glaukoma dan Retinal detachment adalah sekuele yang sering
terjadi.
Induced myopia disebut juga acquired myopia, merupakan
miopia yang diakibatkan oleh pemakaian obat–obatan, kadar gula
darah yang bervariasi maupun terjadinya sklerosis pada nukleus
lensa. Acquired myopia bersifat sementara dan reversibel.
Gejala miopia terpenting yang timbul ialah buram saat
melihat jauh, sakit kepala dan cenderung menjadi juling saat
melihat jauh. Pasien akan lebih jelas melihat dalam posisi yang
lebih dekat. Penatalaksanaan pasien dengan miopia adalah dengan
memberikan koreksi sferis negative terkecil yang memberikan
ketajaman pengelihatan maksimal.
4,5
Hipermetropia
Hiperopia (hipermetropia, farsightedness) adalah keadaan
mata tak berakomodasi yang memfokuskan bayangan di belakang
retina. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya panjang sumbu
(hiperopia aksial), seperti yang terjadi pada kelainan kongenital
tertentu, atau menurunnya indeks refraksi (hiperopia refraktif),
seperti pada afakia.
Hiperopia adalah suatu konsep yang lebih sulit dijelaskan
daripada miopia. Istilah "farsighted" berperan dalam menimbulkan
kesulitan tersebut, selain juga seringnya terdapat kesalahpahaman
di kalangan awam bahwa presbiopia adalah farsightedness dan
bahwa seseorang yang melihat jauh dengan baik artinya farsighted.
Berdasarkan akomodasi hipermetropia dibedakan secara
klinis menjadi hipermetropia manifest, hipermetropia manifest
absolute, hipermetropia manifest fakultatif, hipermetropia laten dan
hipermetropia total. Hipermetropia dapat dikenali dengan beberapa
gejala sebagai berikut :
19
a) Biasanya pasien pada usia tua mengeluh pengelihatan jauh
kabur.
b) Pengelihatan dekat lebih cepat buram. Akan lebih terasa
pada keadaan kelelahan atau penerangan yang kurang.
c) Sakit kepala pada daerah frontal dan dipacu oleh kegiatan
melihat dekat dalam jangka panjang. Jarang terjadi di pagi
hari, cenderung terjadi setelah siang hari dan membaik
spontan bila kegiatan melihat dekat dihentikan.
d) Eyestrain / ketegangan pada mata.
e) Sensitif terhadap cahaya.
f) Spasme akomodasi, yaitu terjadinya cramp. Ciliaris diikuti
pengelihatan buram intermiten.
20
b) Pathological hyperopia, disebabkan anatomi mata yang
abnormal karena gagal kembang, penyakit mata, atau
trauma.
c) Functional hyperopia adalah akibat dari paralisis
akomodasi.
21
melihat normal tanpa kaca mata dan bila diberikan kaca mata
positif akan memberikan penglihatan normal, sehingga otot
akomodasinya akan beristirahat. Hipermetropia manifes yang
masih memakai tenaga akomodasi disebut sebagai hipermetropia
fakultatif.
d) Hipermetropia laten, adalah kelainan hipermetropia tanpa
sikloplegia (atau dengan obat yang melemahkan akomodasi)
diimbangi seluruhnya dengan akomodasi. Hipermetropia laten
hanya dapat diukur bila diberikan sikloplegia. Makin muda makin
besar komponen hipermetropia laten seseorang. Makin tua
seseorang akan terjadi kelemahan akomodasi sehingga
hipermetropia laten menjadi hipermetropia fakultatif dan kemudian
akan menjadi hiper metropia absolut. Hipermetropia laten sehari-
hari diatasi pasien dengan akomodasi terus-menerus, terutama bila
pasien masih muda dan daya akomodasinya masih kuat. -
Hipermetropia total, hipermetropia yang ukurannya didapatkan
sesudah diberikan sikloplegia.
4
Astigmatisma
Astigmatisma adalah keadaan dimana sinar sejajar tidak dibiaskan
secara seimbang pada seluruh meridian. Pada astigmatisma regular
terdapat dua meridian utama yang terletak saling tegak lurus. Gejala
astigmatisma biasanya dikenali dengan penglihatan yang kabur, head
tilting, mempersempit palpebra dan mendekati objek untuk melihat lebih
jelas. Penatalaksanaan astigmatisma dilakukan dengan lensa silinder
bersama sferis.
Astigmatisma merupakan suatu kondisi dimana kornea memiliki
lengkungan yang abnormal, sehingga menyebabkan gangguan
penglihatan. Kornea yang normal berbentuk bulat, tetapi pada
astigmatisma kornea berbentuk oval, sehingga menyebabkan
ketidakfokusan pada cahaya yang masuk ke mata.
22
Astigmatisma merupakan kondisi yang umum diderita dan sering
terjadi bersamaan dengan miopia (rabun jauh) atau hiperopia (rabun
dekat). Penyebab astigmatisma seringkali tidak diketahui. Astigmatisma
biasanya ada sejak lahir. Tahap astigmatisma yang kecil dianggap normal
dan biasanya tidak memerlukan koreksi apapun. Meskipun jarang,
astigmatisma mungkin juga disebabkan oleh seringnya menggosok mata
dengan keras (seperti pada anak yang mengidap alergi konjungtivitis) atau
penyakit kornea mata seperti keratokonus. Astigmatisma dapat dikoreksi
dengan lensa korektif seperti kacamata atau lensa kontak. Alat bantu
penglihatan ini dapat membantu memfokuskan cahaya yang masuk ke
retina mata. Cara lain untuk mengkoreksi astigmatisma adalah operasi
refraktif seperti LASIK, dan implan lensa kontak.
Astigmatisme adalah kekuatan optik kornea di bidang yang
berbeda tidak sama. Sinar cahaya paralel yang melewati bidang yang
berbeda ini jatuh ke titik fokus yang berbeda.
Bayi yang baru lahir biasanya mempunyai kornea yang bulat atau
sferis yang di dalam perkembangannya terjadi keadaan yang disebut
sebagai astigmatisme with the rule (astigmat lazim) yang berarti
kelengkungan kornea pada bidang vertikal bertambah atau lebih kuat atau
jari-jarinya lebih pendek dibanding jari-jari kelengkungan kornea di
bidang horizontal. Pada keadaan astigmat lazim ini diperlukan lensa
silinder negatif dengan sumbu 180 derajat untuk memperbaiki kelainan
refraksi yang terjadi.
Pada usia pertengahan kornea menjadi lebih sferis kembali
sehingga astigmat menjadi againts the rule (astigmat tidak lazim). Jenis-
jenis astigmatisma adalah sebagai berikut :
a) Astigmat tidak lazim (astigmatisme againts the rule)
Suatu keadaan kelainan refraksi astigmat dimana koreksi
dengan silinder negatif dilakukan dengan sumbu tegak lurus
(60-120 derajat) atau dengan silinder positif sumbu horizontal
(30-150 derajat). Keadaan ini terjadi akibat kelengkungan
23
kornea pada meridian horizontal lebih kuat dibandingkan
kelengkungan kornea vertikal. Hal ini sering ditemukan pada
usia lanjut.
b) Astigmat regular
Astigmat yang memperlihatkan kekuatan pembiasan
bertambah atau berkurang perlahan-lahan secara teratur dari
satu meridian ke meridian berikutnya. Bayangan yang terjadi
pada astigmat regular dengan bentuk yang teratur dapat
berbentuk garis, lonjong atau lingkaran.
c) Astigmat iregular
Astigmat yang terjadi tidak mempunyai 2 meridian saling
tegak lurus. Astigmat iregular dapat terjadi akibat
kelengkungan kornea pada meridian yang sama berbeda
sehingga bayangan menjadi iregular. Astigmatisme iregular
terjadi akibat infeksi kornea, trauma dan distrofi atau akibat
kelainan pembiasan pada meridian lensa yang berbeda.
Presbiopia 4,5
Presbiopia merupakan gangguan penglihatan yang berkaitan
dengan usia. Hilangnya daya akomodasi yang terjadi bersamaan dengan
proses penuaan pada semua orang disebut presbiopia. Seseorang dengan
mata emetrop (tanpkesalahan refraksi) akan mulai merasakan
ketidakmampuan membaca huruf kecil atau membedakan benda -
benda kecil yang terletak berdekatan pada usia sekitar 44 - 46 tahun.
Gagal penglihatan dekat akibat usia, berhubungan dengan
penurunan amplitudo akomodasi atau peningkatan punctum proximum.
Penyebab terjadinya presbiopia dalah kelemahan otot-otot
akomodasi, lensa mata yang sudah tidak lagi kenyal atau berkurang
24
keelastisitasnya akibat sklerosis lensa. Pada penderita presniopia, cahaya
masuk ke mata dan dibelokkan ( refraksi ) ketika melalui kornea dan
struktur - struktur lain dari mata ( kornea, humor aqueus, lensa, humor
vitreus ) yang mempunyai kepadatan berbeda - beda untuk difokuskan di
retina. Mata mengatur ( akomodasi ) sedemikian rupa ketika melihat
objek yang jaraknya bervariasi dengan menipiskan dan menebalkan
lensa. Penglihatan dekat memerlukan kontraksi dari cilliary body, yang
bisa memendekkan jarak antara kedua sisi cilliary body yang diikuti
relaksasi ligament pada lensa. Lensa menjadi lebih cembung agar cahaya
dapat terfokuskan pada retina.
Pada mata presbiopia yang dapat terjadi karena kelemahan otot
akomodasi atau lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya,
menyebabkan kurang bisa mengubah bentuk lensa untuk memfokuskan
mata saat melihat. Akibat gangguan tersebut bayangan jatuh di belakang
retina. Karena daya akomodasi berkurang, maka titik dekat mata makin
menjauh.
Akomodasi suatu proses aktif yang memerlukan usaha otot,
sehingga dapat lelah. Jelas musculus cilliary salah satu otot yang terlazim
digunakan dalam tubuh. Derajat kelengkungan lensa yang dapat
ditingkatkan jelas terbatas dan sinar cahaya dari suatu objek yang
sangat dekat individu tak dapat dibawa ke suatu focus di atas retina,
bahkan dengan usaha terbesar. Titik terdekat dengan mata, tempat suatu
objek dapat dibawa ke fokus jelas dengan akomodasi dinamai titik dekat
penglihatan. Titik dekat berkurang selama hidup, mula-mula pelan-pelan
dan kemudian secara cepat dengan bertambanya usia, dari sekitar 9 cm
pada usia 10 tahun sampai sekitar 83 cm pada usia 60 tahun. Pengurangan
ini terutama karena peningkatan kekerasan lens, dengan akibat kehilangan
akomodasi karena penurunan terus-menerus dalam derajat kelengkungan
lens yang dapat ditingkatkan. Dengan berlalunya waktu, individu
normal mencapai usia 40-45 tahun, biasanya kehilangan akomodasi,
telah cukup menyulitkan individu membaca dan pekerjaan dekat.
25
Klasifikasi presbiopia :
a) Presbiopia Insipient
Presbiopia insipient merupakan tahap awal di mana gejala
atau temuan klinis menunjukkan beberapa kondisi efek
penglihatan dekat. Pada presbiopia insipient dibutuhkan usaha
ekstra untuk membaca cetakan kecil. Biasanya, pasien
membutuhkan tambahan kacamata atau adisi, tetapi tidak tampak
kelainan bila dilakukan tes dan pasien lebih memilih untuk
menolak diberikan kacamata baca.
b) Presbiopia Fungsional
Ketika dihadapkan dengan amplitude akomodasi yang
berangsur – angsur menurun, pasien dewasa akhirnya melaporkan
adanya kesulitan melihat dan akan didapatkan kelainan ketika
diperiksa.
c) Presbiopia Absolut
Sebagai akibat dari penurunan akomodasi yang bertahap
dan terus menerus, dimana presbiopi fungsional berkembang
menjadi presbiopia absolut. Presbiopia absolut adalah kondisi
dimana sesungguhnya tidak ada sisa kemampuan akomodatif.
d) Presbiopia Prematur
Pada presbiopia prematur, kemampuan akomodasi
penglihatan dekat menjadi berkurang lebih cepat dari yang
diharapkan. Presbiopia ini terjadi dini pada usia sebelum 40 tahun.
Berhubungan dengan lingkungan, gizi, penyakit atau obat –
obatan, hipermetropia yang tidak terkoreksi, premature sklerosis
dari cristaline lensa, glaukoma simple kronik.
26
e) Presbiopia Nokturnal
Presbiopia nokturnal adalah kondisi dimana terjadi
kesulitan untuk melihat dekat disebabkan oleh penurunan
amplitudo akomodasi di cahaya redup. Peningkatan ukuran pupil,
dan penurunan kedalaman menjadi penyebab berkurangnya jarak
penglihatan dekat dalam cahaya redup.
Ambliopia 4,5
Ambliopia adalah penurunan ketajaman penglihatan, walaupun
sudah diberi koreksi yang terbaik, dapat unilateral atau bilateral
(jarang) yang tidak dapat dihubungkan langsung dengan kelainan
struktural mata maupun jaras penglihatan posterior.
Klasifikasi amblyopia dibagi ke dalam beberapa kategori
dengan nama yang sesuai dengan penyebabnya yaitu amblyopia
strabismik, fiksasi eksentrik, amblyopia anisometropik, amblyopia
isometropia dan amblyopia deprivasi.
27
2.3.3 Faktor resiko kelainan refraksi
Faktor resiko yang dapat menimbulkan suatu kelainan refraksi yaitu : 5,6
1. Membaca buku
Survei epidemiologis menunjukkan bahwa miopia sering terjadi
pada orang yang menghabiskan lebih banyak waktu membaca atau
melakukan pekerjaan dengan jarak dekat daripada mereka yang
menghabiskan lebih banyak waktu tanpa menggunakan mata dalam jarak
pandang dekat. Miopia berdampak terhadap tugas sekolah dan hasil
penilaian. Proses ini terus berlanjut hingga dekade ketiga kehidupan,
dimana mahasiswa pascasarjana, microscopists, dan militer mendapat
miopia akibat pekerjaan dengan jarak pandangan dekat yang terlalu sering.
2. Pemakaian alat elektronik
Broto dkk, mengemukakan bahwa anak-anak pada usia sekitar
tujuh tahun mulai tertarik pada video game dan sepertiga anak usia awal
belasan tahun bermain video game setiap hari, serta 7% dari mereka
bermain video game paling sedikit 30 jam per minggu. Artinya, mereka
dapat duduk bermain game di depan alat elektronik dengan mata terbuka
lebih dari empat jam setiap hari. Akibat main game dalam waktu yang
lama dapat menyebabkan anak tersebut lebih berisiko tinggi untuk
mengalami kelainan refraksi pada mata, terutama rabun jauh (miopia)
akibat aktivitas dalam jarak pandang dekat tersebut.
3. Menonton televisi
Dari hasil penelitian Anatasia Vanny, menunjukkan prevalensi
kelainan refraksi terbesar didapatkan pada kelompok usia 5-6 tahun. Hal
ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti aktivitas dan kebiasaan anak,
misalnya kebiasaan menonton televisi yang terlalu dekat.
28
4. Menggunakan komputer
2.3.4 Diagnosis
29
adalah lensa sferis negatif terkecil dan untuk lensa sferis positif, dipilih
lensa sferis positif terbesar.
Kipas astigmatisma (astigmatic dial technique)
Langkah-langka yang dilakukan pada pemeriksaan astigmatisma
dengan teknik kipas astigmatisma:
1. Dapatkan visus terbaik dengan menggunakan lensa sferis positif atau
negatif.
2. Dilakukan fogging (pengaburan) dengan menggunakan lensa sferis
positif sehingga visus menjadi 20/50 (6/15).
3. Dengan menggunakan kipas astigmatisma, penderita diminta
memperhatikan dimana garis yang tampak lebih hitam.
4. Ditambahkan lensa silinder negatif pada aksis yang tegak lurus garis
yang lebih hitam (pada aksis yang kabur) sehingga seluruh kipas
astigmatisma tampak sama hitam.
5. Diturunkan perlahan ukuran lensa sferis positif sehingga didapatkan
visus terbaik pada Snellen chart.
Autorefraktometer
30
2. Bersihkan sandaran dahi dan dagu.
3. Pasien dipersilakan duduk senyaman mungkin dan
diinstruksikan untuk menempatkan dahi dan dagunya pada
sandaran alat kemudian melihat lurus ke objek (gambar) yang
ada didalam alat.
4. Pemeriksaan dilakukan satu per satu pada mata, dimulai dengan
mata kanan terlebih dahulu.
5. Pada saat dilakukan pemeriksaan, objek (gambar) yang dilihat
pasien akan bergerak maju mundur sesuai dengan gerakan
joystick yang dilakukan pemeriksa untuk mendapatkan fokus.
Alat akan membaca secara otomatis dan menentukan objek
(gambar) ketika tepat di retina sekaligus memberikan hasil
koreksi kelainan refraksi.
6. Setelah selesai dilakukan pengukuran, hasil pengukuran dapat
dicetak.
4
Pemeriksaan Visus
Sesuai konvensi, ketajaman penglihatan dapat diukur pada jarak jauh yaitu
20 kaki (6 meter), atau dekat yaitu 14 inci. Untuk keperluan diagnostik, ketajaman
penglihatan yang diukur pada jarak jauh merupakan standar pembanding dan
selalu diuji terpisah pada masing-masing mata. Ketajaman penglihatan diberi skor
dengan dua angka (misalnya “20/40”). Angka pertama adalah jarak uji (dalam
31
kaki) antara “kartu” dan pasien, dan angka kedua adalah jarak barisan huruf
terkecil yang dapat dibaca oleh mata pasien. Penglihatan 20/20 adalah normal;
penglihatan 20/60 berarti huruf yang cukup besar untuk dibaca dari jarak 60 kaki
oleh mata-normal baru bisa dibaca oleh mata pasien dari jarak 20 kaki.
Kartu yang berisi angka-angka dapat digunakan pada pasien yang tidak
terbiasa dengan abjad Inggris. Kartu “E- buta huruf” dipakai untuk menguji anak-
anak kecil atau pasien dengan hambatan bahasa. Gambar “E” secara acak dirotasi
dengan empat orientasi yang berbeda. Untuk setiap sasaran, pasien diminta
menunjuk arah yang sesuai dengan arah ketiga “batang” gambar E. Kebanyakan
anak dapat diuji dengan cara ini sejak usia 3,5 tahun.
4
Best Corrected Visual Acuity pada Anak
32
Perkirakan motilitas / bidang visual
Uji konvergensi dan akomodasi
Uji ketajaman visual
33
permukaan abu-abu polos. Tes ini digunakan oleh pengamat
berpengalaman untuk memperkirakan nilai ketajaman visual.
Tes Cardiff
Tes Cardiff bagus untuk anak yang sedikit lebih tua (18-60 bulan).
Terdiri dari kartu yang berbeda, yang dipegang di depan anak. Masing-
masing memiliki gambar di bagian atas atau bawah kartu. Jika anak
melihat ke arah gambar di kartu, perhatikan ukurannya seperti yang
terdeteksi. Jika anak memiliki koordinasi mata-tangan yang baik Anda
bisa menguji deteksi penglihatan dengan benda kecil yang terbuat dari
pemodelan tanah liat atau bahan sejenisnya. Anak diminta untuk memilih
objek di depannya. Ukuran objek terkecil yang dipetik, dikombinasikan
dengan jarak, dapat dihitung menjadi perkiraan nilai ketajaman visual
yang digunakan untuk menggambarkan minimum yang dapat dilihat.
4
Pemeriksaan Tajam Penglihatan dengan Hitung Jari
Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang
diperlihatkan pada jarak tiga meter, maka dinyatakan tajam 3/60. Dengan
pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai dampai 1/60, yang berarti
hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter.
34
Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam penglihatan
pasien yang lebih buruk daripada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau
lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila mata hanya dapat melihat lambaian
tangan pada jarak satu meter berarti tajam penglihatannya adalah 1/300
4
Pemeriksaan dengan Sinar
Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak
dapat melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan
1/~. Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga. Bila
penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan
penglihatannya adalah 0 (nol) atau buta nol
4
Uji Pinhole
Melihat kartu Snellen melalui sebuah plakat dengan banyak lubang kecil
mencegah sebagian besar berkas tak terfokus yang memasuki mata. Hanya
sejumlah kecil berkas sejajar-sentral yang bisa mencapai retina sehingga
dihasilkan bayangan yang lebih tajam. Dengan demikian, pasien dapat membaca
huruf pada satu atau dua baris dari barisan huruf yang bisa terbaca saat memakai
kacamata koreksi yang sesuai.
Retinometri 4
35
Retinometri merupakan salah satu alat yang menggunakan prinsip kisi-kisi
interferensi ( interference fringes ) untuk menilai tajam penglihatan pasien melalui
lensa yang keruh. Pada retinometer, sebuah sumber cahaya dipecah menjadi dua
cahaya yang kemudian masuk ke area lensa yang paling tidak keruh sehingga kisi-
kisi interferensi terbentuk di retina. Kisi-kisi tersebut dapat memiliki orientasi
meridian vertikal, horizontal maupun oblik. Frekuensi spasial dapat bervariasi
sesuai dengan tajam penglihatan yang berkisar dari 6/120 (20/400) hingga 6/6
(20/20).
Streak Retinoskopi 4
36
Jika terlihat garis yang melingkar lonjong/oval menunjukkan adanya
astigmatkornea.
Garis lingkaran yang tidak beraturan menunjukkan adanya astigmat
irregular akibat adanya infiltrat atau sikatrik kornea.
Garis lingkaran yang kurang jelas mengindikasikan adanya edema kornea.
37
Keratometri 4
Biometri 4,5
Ada dua teknik yang selama ini dikenal dalam hal penggunaan A-Scan
biometry yaitu teknik aplanasi dan teknik imersi.
Aplanasi A-Scan Biometry
Teknik aplanasi A-Scan biometry ditandai dengan probing
ultrasound yang ditempatkan secara langsung pada permukaan kornea.
Tekniknya adalah pasien diperiksa dalam keadaan duduk. Teteskan
anastetik topikal pada mata pasien. Pengukuran dapat dilakukan pada slit
lamp jika probe ditempatkan seperti pada pemeriksaan tonometer, atau
dapat pula probe di pegang langsung (hand-held). Idealnya, di sentral
transducer terdapat cahaya yang merupakan tempat pasien memfiksasi
penglihatannya dengan tujuan mensejajarkan dengan axis visual. Ketika
probe telah kontak dengan kornea, pasien diminta untuk melihat ke pusat
cahaya transducer.
Transducer A-scan biasanya berdiameter 5 mm dan memancarkan
ultrasound sebesar 10 MHz. Gelombang ultrasound berjalan menuju target
dan kembali lagi (echo) pada transducer, kemudian dikonversi menjadi
signal listrik yang tampak sebagai ”spike” pada layar monitor. Tinggi
38
spike pada sumbu Y merupakan amplitudo dari suatu cho, sedangkan
posisi spike sepanjang sumbu X pada layar tergantung pada waktu
tibanya suatu echo pada permukaan transducer.
Hal lain yang perlu diperhatikan saat melakukan pemeriksaan A-
Scan biometry adalah mengenai hasil pemeriksaan yang baik, dimana ada
beberapa karakteristik echo yang baik. Terdapat lima buah echo yang baik
yaitu echo kornea yang tinggi, echo lensa bagian anterior dan posterior
yang tinggi, echo retina yang tinggi dengan bentuk langsung tegak lurus,
acho sklera yang tidak terlalu tinggi dan echo lemak orbita yang rendah.
Adapun ketinggian echo yang baik perlu diperhatikan pada tiga macam
echo yaitu ketinggian echo dari bagian anterior lensa harus lebih dari 90
%, echo yang berasal dari posterior lensa tingginya antara 50 – 75 %, dan
echo retina memiliki tinggi yang lebih dari 75 %.
Imersi A-Scan Biometri
A-Scan biometry dengan menggunakan teknik imersi akan
menunjukkan axial length lebih panjang dibandingkan teknik aplanasi
oleh karena tidak terdapatnya kompresi pada kornea sehingga axial length
yang diperoleh lebih akurat. Meskipun prinsip dari imersi biometry sama
dengan aplanasi biometry akan tetapi tekniknya sedikit berbeda.
Teknik imersi ini menggunakan ”prager scleral shell”. Pasien
baring terlentang melihat ke atas (plafon), teteskan anastetik topikal pada
kedua mata. Shell di letakkan di sekeliling limbus dan pastikan shell
tidak kontak atau menekan kornea. Hubungkan shell dengan sebuah
konektor (infus set) yang pada ujungnya terdapat cairan (saline atau BSS)
yang akan dialirkan ke shell. Kemudian isi shell dengan cairan saline atau
BSS kurang lebih 2 ml. Probe kemudian dicelupkan ke cairan tersebut,
diluruskan searah dengan makula dengan meminta pasien memfiksasi
penglihatannya pada cahaya yang terdapat pada ujung probe. Karakteristik
echogram akan tampak pada layar.
39
USG Mata 8
Ultrasonografi mata non infasif, efisien, dan alat yang membantu untuk
mendeteksi dan membedakan berbagai kelainan mata. Ultrasonografi adalah alat
yang diperlukan untuk menentukan kekuatan lensa intraokuler (biometri),
memeriksa segmen posterior, perdarahan vitreous, untuk membantu melihat
kondisi vitreoretinal misalnya retinal detachment, pembedaan massa di okuli,
benda asing di intraokuli. Utrasonografi menunjukkan morfologi ciri-ciri jaringan
dan menyediakan informasi yang dinamis. Tes ini adalah tes yang dinamis yang
baik digunakan selama pemeriksaan dan bukan dari gambar yang tetap. Selain itu
hubungan dengan temuan-temuan klinis merupakan hal yang penting untuk
medapat hasil yang tepat.
2.3.4 Tatalaksana
Lensa Kacamata
Kacamata masih merupakan metode yang paling aman untuk
memperbaiki refraksi. Untuk mengurangi aberasi nonkromatik, lensa
dibuat dalam bentuk meniskus (kurva terkoreksi) dan dimiringkan ke
depan (pantascopic tilt). Pengobatan hipermetropia adalah dengan koreksi
kaca mata menggunakan lensa sferis positif (+) terbesar yang memberikan
penglihatan jauh terjelas. Dikoreksi dengan lensa sferis negatif (-) terkecil
yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal, agar tanpa akomodasi
dapat melihat dengan baik. Untuk memperbaiki gangguan penglihatan
astigmat dapat dikoreksi dengan kaca mata cilinder yang mempunyai
kekuatan refraksi hanya pada bidang tertentu yang ditentukan oleh
axisnya. 5,6
40
Lensa Kontak
Lensa kontak pertama merupakan lensa sklera kaca berisi cairan.
Lensa ini sulit dipakai untuk jangka panjang serta menyebabkan edema
kornea dan rasa tidak enak pada mata. Lensa kornea keras, yang terbuat
dari polimetil metakrilat, merupakan lensa kontak pertama yang benar-
benar berhasil dan diterima secara luas sebagai pengganti kacamata.
Pengembangan selanjutnya antara lain adalah lensa kaku yang permeabel-
udara, yang terbuat dari asetat butirat selulosa, silikon, atau berbagai
polimer plastik dan silikon; dan lensa kontak lunak, yang terbuat dari
beragam plastik hidrogel; semuanya memberikan kenyamanan yang lebih
baik, tetapi risiko terjadinya komplikasi serius lebih besar. 5,6
Bedah Keratorefraktif
Bedah keratorefraktif mencakup serangkaian metode untuk
mengubah kelengkungan permukaan anterior mata. Efek refraktif yang
diinginkan secara umum diperoleh dari hasil empiris tindakan-tindakan
serupa pada pasien lain dan bukan didasarkan pada perhitungan optis
matematis. 5,6
Lensa Intraokular
LASIK (Laser Assisted Insitu Keratomileusis)
41
LASIK ( Laser Assisted Insitu Keratomileusis ) adalah suatu
prosedur atau tindakan dengan tujuan memperbaiki kelainan refraksi pada
mata sehingga setelah dilakukannya tindakan ini, penderita kelainan
refraksi diharapkan dapat terbebas dari penggunaan kacamata atau lensa
kontak (contact lens). Kelainan refraksi mata yangdapat dilakukan
tindakan koreksi dengan LASIK adalah Myopia, Hypermetropia dan
Astigamatisma. 6,7
a) Lasik Konvensional
Wavefront-Optimized LASIK
42
penyimpangan-penyimpangan penglihatan malam lainnya
yang adakalanya dapat terjadi dengan perawatan-
perawatan konvensional.
Wavefront-Guided LASIK
Distrorsi pada Astigmatisma
43
Bentuk kacamata yang melengkung pada permukaan
depannya menimbulkan pembesaran ( magnification ), sehingga
makin besar kecembungannya dan ketebalannya maka
pembesarannya min bertambah. Pada permukaan depan lensa sferis
pembesaran akan sama pada semua bidang meridian sehingga
terjadi perubahan dari ukuran bayangan pada retina.
44
3) Bila penderita merasa tidak enakdengan koreksi
astigmatisme secara penuh, maka dapat dilakukan
perputaran sumbu silinder ke 90o atau 180o, atau dapat juga
mengurangi daya bias silinder dan diganti dengan lensa
sferis (Spherical equivalent) untuk mengurangi terjadinya
distorsi.
4) Untuk mendapatkan distorsi minimal, maka sebaiknya
diberikan lensa silinder minus dan vertex distance yang
minimal.
5) Apabila distorsi tidak dapat dikurangi dengan kacamata
astigmatisme, maka dipakai lensa kontak atau dengan
iseikonic corrections
6) Pada orang-orang tua, hati-hati dengan perubahan sumbu
(axis) silinder.
Tatalaksana Presbiopia
a) Kacamata
Presbiopia dikoreksi dengan menggunakan lensa plus untuk
mengatasi daya fokus otomatis lensa yang hilang. Pada pasien presbiopia
kacamata atau adisi diperlukan untuk membaca dekat yang berkekuaan
tertentu : 6,7
+ 1.0 D untuk usia 40 tahun
+ 1.5 D untuk usia 45 tahun
+ 2.0 D untuk usia 50 tahun
+ 2.5 D untuk usia 55 tahun
+ 3.0 D untuk usia 60 tahun
45
jarak kerja pasien pada waktu membaca. Pemeriksaan sangat subjektif
sehingga angka – angka di atas tidak merupakan angka yang tetap.
Kacamata baca memiliki koreksi-dekat di seluruh aperture
kacamata sehingga kacamata tersebut baik untuk membaca, tetapi
membuat benda - benda jauh menjadi kabur. Untuk mengatasi
gangguan ini, dapat digunakan kacamata yang bagian atasnya terbuka dan
tidak terkoreksi untuk penglihatan jauh. Kacamata bifokus melakukan hal
serupa tetapi memungkinkan untuk koreksi kalainan refraksi yang lain.
Kacamata trifokus mengoreksi penglihatan jauh disegmen atas,
Penglihatan sedang di segmen tengah, dan penglihatan dekat di segmen
bawah. Lensa progresif juga mengoreksi penglihatan dekat, sedang, dan
jauh tetapi dengan perubahan daya lensa yang progresif dan bukan
bertingkat.
b) Pembedahan
Terdapat beberapa teknik bedah untuk mengoreksi presbiopi,
namun keselamatan, keberhasilan dan kepuasan pasien masih belum bisa
ditetapkan :
Multifocal intraocular lens implants
Accommodating intraocular lens implants
Small - diameter corneal inlays
Modified corneal surface techniques to create multifocal corneas
Conductive keratoplasty (CK)
Moldable intraocular lens implants (IOLs) to develop pseudophakic
accommodation
Intrastromal Corneal Ring Segment 10
46
melibatkan dokter mata yang membuat sayatan kecil di kornea mata dan
memasukkan dua segmen cincin sabit atau setengah melingkar di antara
lapisan stroma kornea, satu di setiap sisi pupil. Embedding dari dua cincin
di kornea dimaksudkan untuk meratakan kornea dan mengubah pembiasan
cahaya yang melewati kornea dalam perjalanan ke mata.
2.3.5 Komplikasi 4
Hipermetropia Miopia
Esotropia Exotropia
Ambliopia Esotropia
Ambliopia
47
BAB III
KESIMPULAN
48
DAFTAR PUSTAKA
2. Ge Wen, Hornoch KT, Cowdin RM, Cotter SA, Borchert M, Lin J, dkk.
Prevalance of Myopia, Hyperopia and Astigmatism in Non-hispanic White and
Asian Childrem : Multi Ethni Pediatric Ete Disease Study. Ophthalmology. 2013
October ; 120(10): 2109–2116. doi:10.1016/j.ophtha.2013.06.039.
7. Whitcher JP, Paul RE. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Jakarta:
EGC. 2009; 20:392-393
8. Coleman JD, Silverman RH, Lizzi FL, Rondeau MJ, Ultrasonografy of the eye
and orbit, Chapter 1-3, 2nd Edition, Lippincot Williams & Wilkims, USA, 2006,
page 1-61
9. 1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2013.
10. Zadnik K, Lindsley K "Intrastromal corneal ring segments for treating
keratoconus (Protocol)" Cochrane Database of Systematic Reviews. 2014.
doi:10.1002/14651858.CD011150.
49