Anda di halaman 1dari 3

ANALISA KASUS

SPASMOFILIA

Pasien wanita berusia 22 tahun datang dengan keluhan kaku pada ekstremitas atas dan
bawah sejak 2 jam SMRS, Keluhan awalnya dirasakan berupa kesemutan pada jari-jari
tangan dan kaki kemudian menjadi kaku. Kaku dirasakan dari ujung jari tangan hingga
lengan bawah kedua tangan dan ujung jari kedua kaki hingga betis. Pasien juga merasa
bahwa wajahnya kesemutan dan ia sempat merasa sesak napas sebelum rasa kaku terjadi.
Pasien mengatakan bahwa ia sering mengalami stress terutama ketika ia melihat barang-
barang yang berantakan. Beberapa kondisi yang menyebabkan terjadinya kekakuan adalah
kejang, tetanus dan spasmofilia. Berdasarkan hasil anamnesis pada saat terjadi kekakuan
pasien masih sadar dan tidak ada keluhan seperti aura, oleh sebab itu diagnosis banding
kejang dapat disingkirkan. Penurunan kesadaran merupakan tanda adnya kejang generalisata.
Dari anamnesis pasien tidak pernah memiliki riwayat tertusuk sebelumnya dan tidak terdapat
port de entry yang merupakan tempat masuknya clostridium tetani.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda vital pasien stabil dan pada
pemeriksaan generalis ditemukan dalam batas normal. Pada pemeriksaan neurologi
ditemukan GCS 15 dan tidak terdapat defisit neurologis lainnya. Pasien ini dilakukan special
test yaitu chvostek sign dan trousseau’s sign. Pemeriksaan chovstek yang positif adalah tanda
klinis dari hipereksibilitas saraf motorik. Pada pasien ini chvostek sign dan trousseau’s sign
positive sehingga mendukung diagnosa spasmofilia.
Spasmofilia merupakan suatu keadaan terjadi hiperiritabilitas atau hipereksitabilitas
susunan saraf yang bermanifestasi sebagai kejang otot dan berbagai gejala berupa nyeri
kepala, gelisah, gangguan gastro intestinal , palpitasi dan sinkop. Etiologi dari spasmofilia
yaitu ditemukannya hipokalsemia dan hipomagnesemia. Ansietas juga dapat menyebabkan
terjadinya spasmofilia. Pada pemeriksaan penunjang hematologi pasien ditemukan ion Ca2+
yaitu 1.23 (1.15-1.29) yang berarti adalah normal. Etiologi pada pasien ini kemungkinan
berasal dari ansietas mengingat pasien mengatakan bahwa ia sering merasa cemas ketika
melihat barang-barang yang berantakan. Ansietas dapat menginduksi terjadinya hiperventilasi
sehingga menimbulkan hipokapnia dan membuat peningkatan eksitabilitas aksonal, oleh
sebab itu dapat muncul gejala spasmofilia.
Gejala klinis spasmofilia sangat bervariasi misalnya spasme laring, spasme
karpopedal, nyeri perut, nyeri kepala, kelelahan, dan kram otot. Gambaran khas spasmofilia
biasanya didahului dengan rasa kesemutan pada ekstremitas terutama tangan dan daerah
mulut disertai parestesia didaerah bibir dan lidah. Setelah itu akan timbul rasa tegang dan
spasme pada otot mulut, tangan dan tungkai bawah, juga meluas ke daerah mulut, muka dan
tubuh bagian lainnya. Gambaran spasme karpopedal disebabkan karena adanya kontraksi
tonik pada otot-otot distal lengan dan otot-otot interosea. Pada pasien ini gambaran
spasmofilia mirip dengan literature dimana ditemukan kesemutan pada jari-jari tangan dan
kaki yang kemudian menjadi spasme. Pasien juga merasa kesemutan pada wajahnya. Keluhan
lain yang dirasakan yaitu sesak napas.
Bahan baku emas untuk mendiagnosis spasmofilia adalah EMG. Pada hasil
pemeriksaan akan terlihat gambaran duplet, triplet dan juga multiplet yang mana merupakan
potensial aksi yang repetitive. Gradasi pemeriksaan ini adalah :
- Ringan (+) : 2-6 potensial repetitive dalam waktu lebih dari 2 menit setelah
hiperventilasi
- Sedang (++) : sekelompok potensial repetitive lebih dari 2 menit setelah hiperventilasi
atau 2-6 kelompok potensial repetitive selama lebih dari 2 menit setelah 10menit
iskemia
- Berat (+++) : Tetani yang nyata setelah hiperventilasi atau lebih dari 6 kelompok per
detik potensial repetitive selama minimal 2 menit setelah 10 menit iskemia
- Sangat Berat (++++) : langsung tetani atau kelompok potensial repetitive yang terjadi
selama fase iskemik.
Pada pasien ini telah dilakukan pemeriksaan EMG dan hasil yang didapatkan adalah sebagai
berikut :

Study Interpretation
Tes spasmofilia :
Tes Iskemia : tidak didapatkan gelombang abnormal, spasm –
Tes Hiperventilasi : muncul gelombang multiplet frequent, spasm –
Menunjang smasmofilia +2
Tatalaksana pada spasmofilia adalah secara kausatif dan simtomatik. Pada fase akut,
diutamakan untuk mengobati gangguan elektrolit berupa hipokalsemia dengan cara
pemberian intake kalsium secara oral. Selain itu dapat pula diberikan infuse larutan yang
mengandung kalsium, seperti kalsium glukonas dalm D5 atau ringer laktat. Pada pasien ini
diberikan diazepam IV 5mg, ranitidine IV 50mg dan Ca carbonat PO 2x500mg. Suplementasi
calcium merupakan terapi pilihan untuk spasmofilia.
Prognosis pasien dengan spasmofilia biasanya baik karena spasmofilia memberikan
respon baik terhadap pengobatan. Namun kekambuhan dapat terjadi karena etiologi belum
sepenuhnya diketahui.

Anda mungkin juga menyukai