Anda di halaman 1dari 25

* High-dose corticosteroids improve the

prognosis of Bell’s palsy compared with


low-dose corticosteroids: A propensity
score analysis

Razty Surisfika
14711012

Journal Reading
*
* Bells palsy ialah kelumpuhan saraf wajah yang
terjadi secara akut dan tidak diketahui
penyebabnya.
* Angka kejadian tahunan ialah 20-30 per
100.000 orang
* Prognosis baik, sekitar 70% bisa sembuh total
tanpa pengobatan, dan 90% sembuh total
dengan menggunakan kortikosteroid dan obat2
antiviral

*
* Etiologi belum jelas, namun seringkali disebabkan reaktivasi
infeksi herpes simpleks tipe 1  edem saraf wajah  kompressi
saraf di wajah

* Kortikosteroid berfungsi mengurangi inflamasi pada saraf wajah


saat kondisi akut

* American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery


dan Japan Society of Facial Nerve Research sudah
merekomendasikan penggunaan prednisolon (50 – 60 mg selama
10 hari), namun belum ada penelitian mengenai efek samping
dan manfaat pemberian kortikosteroid dosis tinggi

* Sehingga penelitian ini bertujuan


* mengevaluasi efektifitas kotrikosteroid dosis tinggi (120 mg
prednisolon) dibandingkan dengan kortikosteroid dosis rendah (60 mg
prednisolon)
* Identifikasi manfaat dan efek samping kortikosteroid dg menggunakan

*
propensity score analysis
*Desain Penelitian:
*Observasional retrospektif
*Setting:
*RS Pusat Kurashiki
*Oktober 2009 – september 2016

*
* Kriteria inklusi:
* Pasien bells palsy usia 18 tahun atau lebih yang
pertama kali mengunjungi rs selama masa studi
* Kriteria eksklusi
* Kelumpuhan wajah krna sindrom hunt atau penyebab
lain
* Ps yg diresepkan dosis peningkatan kortikosteroid
(mis: 1mg/kg  2 mg/kg krna ada perburukan
kelumpuhan wajah)
* masuk rs tapi pilihan kedua
* Meninggal krna penyakit selama 6 bulan
* Kelumpuhan wajah ringan dgn yanighara facial nerve
system score 32-40
* Terdapdat kontraktur sebelum onset penyakti
* Lost to fol up selama 6 bulan

kurang (krna pd penelitian ini hanya membandingkan


antara dosis 20 mg prednisolon dan 60 mg
*
* Ps yg mendapat inisial prednisolon dg dosis 30 mg atau

prednisolon)
* Klp A
* Dosis prednisolon 30 mg (0,5 mg/kg) setiap hari
selama 3 hari -> 6 hari taper
* Klp B
* Dosis prednisolon 60 mg (1,0 mg/kg) selama 3
hari -> 6 hari taper
* Klp C
* Dosis prednisolon 120 mg (2,0 mg/kg) selama 3
hari -> 6 hari taper

• Variabel pengganggu
• kortikosteroid diberi secara IV (2 mg/g) atau
oral (0,5 / 1,0 mg/kg)
• Dokter memodifikasi dosis steroid u/ masing2
pasien
• Dokter juga menyarankan pasien untuk
memijat wajah tp tdk meresepkan rehabilitasi *
* 6 bulan pertama belum sembuh total
* Krna dikatakan sembuh total jika facial nerve grading
system 36 atau lebih tanpa sequele
* Analisa statistika u/ pasien dg dosis tinggi dan rendah
* Menggunakan unpaired t-test
* Efek samping kortikosteroid dosis tinggi
* menggunakan inverse probability-weight propensity score
analysis (IPW-PS)
* Regresi logistik : Usia, JK, waktu sejak onset sampai mulai
teratment, sisi yg lumpuh, DM, HT, Penggunaan anti-viral
agent, yanighara grading system score

*
* Karakteristik pasien
* 1226 pasien  368 yg termasuk masuk inklusi dan eksklusi  87 ps yg
ditreatment dg low dose dan 281 dgn high dose kortikosteroid
* Dari 368 ps  yg belum sembuh antara yg menerima High dan low dose
kortikosteroid ialah 8,2% dan 13,8%

*
* Perbandingan antar pasien yang belum sembuh total high and low dose
sorticosteroid

Sebelum menggunakan IPW-Ps, Ps non recovery lebih tinggi pada klp


dosis tinggi dg skor 12-18
Setelah menggunakan IPW-PS, ps non-recovery lebih tinggi pd klp
dosis rendah dg skor 12-18  signifikan yaitu 13,1% dan 7.8% *
* Perbandingan antar pasien yang belum sembuh total high and low dose
sorticosteroid

• Prognosis bells palsy lebih baik dengan dosis tinggi kortikosteroid -


> dari hasil analisis menggunakan IPW-PS
• Efektifitas kortikosteroid dosis tinggi lebih besar pd ps dg skor
yanighara 0-10
• Kortikosteroid dosis tinggi malah cenderung mengurangi tingkat
kesembuhan ps dg skor yanagihara 12-18, walaupun tidak
*
signifikan
* Perbandingan antar pasien yang belum sembuh total high and low dose
sorticosteroid

• Sehingga PSL 60 mg setiap hari cocok untuk ps bells palsy


dg skor yanigihara 12-18
• PSL 120-200 cocok untuk ps bells palsy yg berat
• Untuk bells palsy berat diberikan inisial dose 200-250
mg/hari + dextran + pentoxifyline  hasilnya 96% pasien
terjadi pemulihanb yg baik
*
Ps dg kortikosteroid dosis tinggi cenderung
*
menggunakan pil tidur, laksatif, atau obat2an
untuk cegyukan
* Khasiat penggunaan kortikosteroid dosis tinggi
jelas terlihat pd ps yang diberikan dalam onset
48 jam dan pd 4 hari onset sdh sangat
berkurang
* Psl juga tdk terlalu cocok u/ ps dg hipertensi
* Untuk ps yg juga menderita DM sulit dikontrol

*
* 39 pasien lost to follow up
* Analisis tidak menggunakan BMI, parameter
hematologi
* Inisial dose PSL rarta2 dlm klp tinggi yaitu 120
mg
* Tidak menghindari bias krna perbedaan rute
administrasi

*
* Penelitian ini menunjukkan bahwa kortikosteroid setara
dengan kortikosteroid setara 120 mg pada Bells palsy
dibandingkan dengan kortikosteroid dosis rendah (setara
60 mg PSL)

* Kemanjuran tinggi dapat diperoleh hanya jika pasien


dirawat dalam 3 hari setelah onset penyakit

*
Yes X
1. Did the study address a
Can’t Tell
clearly focused issue?
No

“Dalam penelitian ini, kami mengevaluasi efektivitas kortikosteroid dosis


tinggi (120 mg PSL) dibandingkan dengan kortikosteroid dosis rendah (60
mg PSL), dan mengidentifikasi pasien yang mungkin mendapat manfaat dari
pemberian kortikosteroid dosis tinggi berdasarkan propensity score
analysis”

*
Yes X
2. Did the authors use an appropriate
method to answer their question? Can’t Tell

No

“Kami melakukan penelitian observasional retrospektif di Rumah


Sakit Pusat Kurashiki dari Oktober 2009 hingga September 2016”

*
Yes X
3. Were the cases Can’t Tell
recruited in
an acceptable way? No

Pemilihan subjek sudah dengan benar, mulai dari identifikasi dan


memasukkan ps yg memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

*
Yes
4. Were the controls
Can’t Tell x
selected in
an acceptable way? No

Yes
5. Was the exposure
Can’t Tell
accurately
measured to minimise No x
bias?

*
6(a) Aside from the experimental Yes
intervention, were the groups treated
equally? Can’t Tell x

No

6. (b) Have the authors taken Yes x


account of the potential
confounding factors in the
Can’t Tell

design and/or in their No


analysis?

*
7. How large was the treatment effect?
Yes x
Can’t Tell

No

8. How precise was the


estimate of the treatment Yes x
effect?
Can’t Tell
signifikan
No

*
9. Do you believe the results?
Yes x
Can’t Tell

No

Yes x
10. Can the results be
applied Can’t Tell
to the local population?
No

*
Yes x
11. Do the results of this
study Can’t Tell
fit with other available
evidence? No

Anda mungkin juga menyukai