BAB I
PENDAHULUAN
Hematokezia adalah darah segar atau berwarna merah maroon yang keluar dari
anus dan merupakan manifestasi tersering dari perdarahan saluran cerna bagian bawah.
Perdarahan saluran cerna bagian bawah umumnya didefinisikan sebagai perdaharan yang
berasal dari usus di sebelah bawah ligamentum Treitz.
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIIEN
Nama : Tn. A
Umur : 66 tahun
Pendidikan : Tamatan SD
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Suku/bangsa : Melayu
NRM : 075075
± ½ gelas aqua kecil setiap kali mencret, konsistensi cair tidak bercampur ampas,
berwarna merah seperti cucian daging.
Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati, mual dan muntah setiap kali makan dan
minum berisi makanan yang dimakan.
Pasien hanya bisa makan seperti bubur 1-2 sendok setiap kali makan.
Tidak ada keluhan demam sebelumnya. Tidak ada keluhan darah menetes setelah bab.
Riwayat Pengobatan
Pasien telah berobat ke prakter dokter swasta 1 minggu yang lalu diberi obat diare dan
2 obat lain yang pasien tidak ingat nama obatnya, keluhan tidak berkurang.
Kesadaran : Komposmentis
N : 87x/menit
RR : 18 x/m
S : 37,1 0C
4
Hematologi
Hb : 13 g/dL Kimia Darah
Diff count
Basofil : 0,3
Eosinofil : 0,3
Netrofil Batang :-
Limfosit : 4,2
Monosit :10,3
V. DIAGNOSIS
- Hematokezia ec disentri basiler + hiponatremi + hipokalemi
VII. PENATALAKSANAAN
IUFD RL 30 tpm
Ranitidin 50 mg
Ondancentron 4 mg
Konsul dr. Nuzki Y SpPD.
o IUFD NaCl 3 % 12 jam/kolf ( 2 kolf) NaCl 0,9% 8 jam/ kolf
o Metronidazole inf 3x 500 mg
o Ceftriaxone 1 x 2 g
o Asam Traneksamat 3 x 500 mg
o Ranitidin 2 x 50 mg
o Ondancentron 3x 8 mg
o Vit K 3 x 1 amp
o Vit C 3 x 1 amp
o Diit Lambung II
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia
6
FOLLOW UP
01-09- Bab cair tidak KU : tampak sakit ringan- sedang - Disentri basiler + NaCl 0,9% 8 jam/ kolf
2017 berdarah TD= 118/77 mmHg +hiponatremi Metronidazole inf 3x 500 mg
frekuensinya Nadi=73x/i +hipokalemi (IV)
1x/hari jumlahnya Laju nafas = 20x/i dalam perbaikan Ceftriaxone 1 x 2 g (IV)
± 1/4 aqua gelas, T=36,3ºC Asam Traneksamat 3 x 500 mg (IV)
Perut mules dan Pulmo=vesikuler (+/+) Ranitidin 2 x 50 mg (IV)
melilit mulai Ronkhi (-/-) Ondancentron 3x8mg (IV)k/p
berkurang, Wheezing (-/-) Vit K 3 x 1 amp (IV)
Mual (+),muntah (- Cor= BI& BII regular Vit C 3 x 1 amp (IV)
) Murmur (-) Gallop (-) Diit lambung II
8
Abdomen= BU(+) N
Supel
Nyeri tekan epigastrium (+)
Tympani
Pem. Lab
Hb= 11,5 gr%
Leukosit= 9900 rb/mm
Trombosit = 580000rb/mm
Eritrosit = 4,75 jt/mm
MCV=72 fl
MCH=24 pg
MCHC=34%
GDS=95 mg/dl
Feses
Warna = kuning kecoklatan
Konsistensi = lunak
Lendir=(+)
Darah=(+)
Leukosit=(+)
Eritrosit=(+)
Telur cacing=(-)
02-09- Bab lembek tidak KU : tampak sakit ringan- sedang - Disentri basiler + - IVFD NaCl 0,9% aff
2017 berdarah TD= 118/77 mmHg +hiponatremi - New diatab per kali mencret
frekuensinya Nadi=73x/i +hipokalemi - Metronidazole tab 3x500 mg
1x/hari jumlahnya Laju nafas = 20x/i dalam perbaikan - Cefixime 2x200 mg
± 1/4 aqua gelas, T=36,3ºC - Buscopan tab 3x1
Perut mules dan Pulmo=vesikuler (+/+) - Diit lambung
melilit mulai Ronkhi (-/-) - Pasien boleh pulang
berkurang, Wheezing (-/-)
Mual (-),muntah (-) Cor= BI& BII regular
Murmur (-) Gallop (-)
Abdomen= BU(+) N
Supel
Nyeri tekan epigastrium (+)
Tympani
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
- Hemoroid
- Polip kolon
- Kanker kolon
- Kolitis
- Divertikulosis
Hanya 15% saja ditemukan mengalami perdarahan berat dan berdampak pada tekanan
darah. Perdarahan berat biasanya berasal dari bagian proksimal dan terminal dari ileum. 3,4
Berikut adalah gambar ligamentum Treitz (batas saluran cerna atas dan bawah secara
anatomi)
1. Kolonoskopi
Bilamana perdarahan saluran cerna berlangsung perlahan atau sudah berhenti maka
pemeriksaan kolonoskopi merupakan prosedur diagnostik yang terpilih sebab akurasinya
tinggi dalam menentukan sumber perdarahan dan sekaligus dapat menghentikan tindakan
teraupeutik. Kolonoskopi dapat menunjukkan adanya divertikel namun demikian sering
tidak dapat mengidentifikasi sumber perdarahan yang sebenarnya. Pada perdarahan yang
hebat pemeriksaan kolonoskopi dilaksanakan setelah pembersihan kolon singkat.
Sedangkan pada penggunaan enema barium tidak mampu mendeteksi sampai 20% lesi
yang ditemukan secara endoskopi khususnya jejas angioplasia.3
Apabila penggunaan kolonoskopi pada perdarahan saluran cerna yang diduga berasal dari
distal ligamentum Treitz memberikan hasil negatif maka dapat dilakukan pemeriksaan
enteroskopi atau endoskopi kapsul yang dapat mendeteksi jejas angiodisplasia di usus
halus.
2.3 Penatalaksanaan
Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa perdarahan saluran cerna bagian bawah 80%
berhenti dengan sendirinya namun untuk beberapa kasus yang berat perlu juga diperhatikan
penatalaksanaan yang lebih intensif baik hanya berupa medikamentosa sampai dengan
tindakan bedah.
2.3.1 Medikamentosa
Beberapa perdarahan saluran cerna bagian bawah dapat diobati secara medikamentosa.
Hemoroid fisura ani dan ulkus rectum soliter dapat diobati dengan bulk-forming agent, sith
baths, dan menghindari mengedan. Salap yang mengandung steroid dan obat supositoria
sering digunakan namun manfaatnya masih dipertanyakan.3
Kombinasi estrogen dan progesterone dapat mengurang perdarahan yang timbul pada
pasien yang menderita angiodisplasia. Inflamatory Bowel Disease biasanya memberikan
respon terhadap obat-obatan inflamasi. Pemberian formalin intrarektal dapat memperbaiki
perdarahan yang timbul pada prokitis radiasi. Respon serupa juga terjadi pada pemberian
oksigen hiperbarik.3,4
yang berdarah atau mengendalikan perdarahan yang timbul pada kanker kolon.
Sigmoidoskopi dapat mengatasi perdarahan hemoroid internal dengan ligasi maupun teknik
termal.3
Bilamana kolonoskopi gagal atau tidak dapat dikerjakan maka angiografi dapat
digunakan untuk melakukan tindakan terapeutik. Embolisai arteri secara selektif dengan
polyvinyl alcohol atau mikrokoil telah menggantikan vasopressin intraartery untuk mengatasi
perdarahan saluran cerna bagian bawah. Embolisasi angiogafi merupakan pilihan terakhir
karna dapat menimbulkan infark kolon sebesar 13-18%.3
Tanda-tanda vital
Resusitasi
Golongan darah dan crossmaatch
Pasang 2 buah jalur vena
NGT
Endoskopi SCBA
Kolonoskopi segera atau scintigrafi
Endoskopi SCBA segera
OMD follow through
Eritrosit plus angiografi
Enteroskopi
Capsule endoskopi
Normal lokasi perdarahan ditemukan
Pertimbangan :
tidak berhasil berhasil atau lokasi perdarahan
tidak ditemukan Angiografi
Enteroskopi operasi
Terapi hormonal empiris
Bedah
Kolektomi parsial
2.4.1 Hemoroid
Hemoroid dapat diartikan sebagai suatu benjolan yang ada disekitar anus yang
didalamnya terdapat pembuluh darah balik (vena), otot dan jaringan ikat elastis. Anus sendiri
merupakan suatu muara usus besar tempat keluarnya kotoran hasil dari pencernaan makanan.1
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar (3) di bawah ini.
Gambar 3. Hemoroid
Setiap orang pasti memiliki hemoroid, cuma karena ukurannya kecil hemoroid ini sering
diabaikan. Hemoroid akan menimbulkan masalah bila ia membesar dan berdarah.Meskipun
hemoroid dapat dijumpai pada setiap orang, namun yang membesar dan menimbulkan
masalah hanya 4% dari total populasi. Kejadian hemoroid tidak memandang jenis kelamin
dan umumnya meningkat pada usia 45 sampai 65 tahun di Indonesia.1
Kehamilan juga diduga berperanan dalam timbulnya hemoroid, namun alasan untuk itu masih
belum jelas.1
Gejala utama dari hemoroid adalah timbulnya rasa nyeri saat buang air besar akibat
rangsangan pada saraf yang ada disekitar anus. Bila hemoroid terus membesar maka akan
dapat diraba tonjolan pada anus yang terkadang bisa mengecil dengan sendirinya. Tonjolan
ini akan membesar saat mengedan, sebaliknya akan mengecil saat rebahan.1Bila terjadi
gesekan hemoroid dengan kotoran yang keras, maka hal tersebut akan menyebabkan
hemoroid teriritasi dan luka sehingga terjadi perdarahan.
Hemoroid dapat dibagi 2 yaitu hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid eksterna tentu
sangat mudah diketahui karena hemoroid jenis ini akan menonjol keluar. Para ahli membagi
hemoroid interna menjadi 4 derajat untuk menilai tingkat keparahannya, yakni:1
Grade 2, terjadi tonjolan rektum tetapi bisa masuk kembali dengan sendirinya.
Grade 3, terjadi tonjolan rektum tetapi bisa masuk kembali dengan bantuan tangan.
Grade 4, terjadi tonjolan rektum disertai dengan bekuan darah dan tonjolan ini menutupi
muara anus.
Obat pelunak tinja atau psilium bisa mengurangi sembelit dan peregangan yang
menyertainya.Suntikan skleroterapi diberikan kepada penderita hemoroid (wasir) yang
mengalami perdarahan. Dengan suntikan ini, vena digantikan oleh jaringan parut.
Hemoroid yang besar dan tidak bereaksi terhadap suntikan skleroterapi, diikat dengan
pita karet. Cara ini, disebut ligasi pita karet, meyebabkan wasir menjadi mengkerut dan tanpa
16
rasa sakit. Pengobatan ini dilakukan dengan selang waktu 2 minggu atau lebih. Mungkin
diperlukan 3-6 kali pengobatan.
Wasir juga bisa dihancurkan dengan menggunakan laser (perusakan laser), sinar infra
merah (fotokoagulasi infra merah) atau dengan arus listrik (elektrokoagulasi). Pembedahan
mungkin digunakan bila pengobatan lain gagal.
Sekitar 25% penderita kanker usus besar juga memiliki polip di tempat lain di usus besar.
Jika polip adenomatosa di kolon tidak diangkat, kemungkinan akan menjadi ganas. Makin
besar ukurannya makin besar risiko terjadinya keganasan.
Pada pemeriksaan kolonoskopi dari polip kolon dapat ditemukan polip yang bertangkai
atupun polip kolon yang tidak mempunyai tangkai. Untuk lebih jelas dapat dilihat polip yang
tumbuh di mukosa usus besar seperti yang terlihat pada gambar (4).
17
Frekuensi karsinoma kolorektal menduduki peringkat ke-tiga pada pria dan peringkat ke-
dua pada wanita dari semua penyakit karsinoma. Angka kematian pada pria dan wanita
dengan karsinoma kolorekti kurang lebih sama, dengan rasio 1.05:1.00. Berdasarkan
surveilans epidemiologi, angka bertahan hidup 5 tahun (5-year survival rate) di USA adalah
61%, sedangkan di Eropa 41%, India 42%, serta di Cina dan Negara-negara berkembang
sekitar 32% dan 38%. Beberapa faktor yang dianggap berperan meningkatkan risiko
18
karsinoma kolorektal adalah faktor diet, usia, intake energi berlebihan, kurangnya aktivitas
fisik, tingginya kolesterol darah, kebiasaan merokok, dan obesitas.2
Pada gambar (5) dapat dilihat gambaran dari usus yang telah talah ditumbuhi ole sel-sel
kanker (ganas).
Gejala Lokal
i. Feses bercampur darah atau keluar darah dari lubang pembuangan saat
buang air besar
ii. Feses bercampur lendir
iii. Feses berwarna kehitaman, biasanya berhubungan dengan terjadinya
perdarahan di saluran pencernaan bagian atas
2. Timbul rasa nyeri disertai mual dan muntah saat buang air besar, terjadi akibat sumbatan
saluran pembuangan kotoran oleh massa tumor
3. Adanya benjolan pada perut yang mungkin dirasakan oleh penderita
4. Timbul gejala-gejala lainnya di sekitar lokasi tumor, karena kanker dapat tumbuh
mengenai organ dan jaringan sekitar tumor tersebut, seperti kandung kemih (timbul
darah pada air seni, timbul gelembung udara, dll), vagina (keputihan yang berbau,
muncul lendir berlebihan, dll). Gejala-gejala ini terjadi belakangan, menunjukkan
semakin besar tumor dan semakin luas penyebarannya.
Gejala Umum
Berat badan turun tanpa sebab yang jelas (ini adalah gejala yang paling umum di
semua jenis keganasan)
Hilangnya nafsu makan
Anemia, pasien tampak pucat
Sering merasa lelah
Gejala Metastasis1
1. Usia. Resiko meningkat dengan bertambahnya usia. Kebanyakan kasus terjadi pada usia
60-70 an, dan jarang di bawah usia 50 kecuali dalam sejarah keluarga ada yang terkena
kanker kolon ini.
2. Adanya polip pada kolon, khususnya polip jenis adenomatosa. Dengan dihilangkannya
polip pada saat ditemukan turut mengurangi resiko terjadinya kanker kolon di kemudian
hari.
3. Riwayat kanker. Seseorang yang pernah terdiagnosis mengidap atau pernah dirawat
untuk kanker kolon beresiko untuk mengidap kanker kolon di kemudian hari. Wanita
yang pernah mengidap kanker ovarium (indung telur), kanker uterus, dan kanker
payudara memiliki resiko yang lebih besar untuk terkena kanker kolorektal.
4. Faktor keturunan :
6. Kebiasaan merokok. Perokok memiliki resiko jauh lebih besar untuk terkena kanker
kolorektal dibandingkan bukan perokok.
7. Kebiasaan makan. Pernah di teliti bahwa kebiasaan makan banyak daging dan sedikit
buah, sayuran, serta ikan turut meningkatkan resiko terjadinya kanker kolorektal.
8. Sedikit beraktivitas. Orang yang beraktivitas fisik lebih banyak memiliki resiko lebih
rendah untuk terbentuk kanker kolorektal.
9. Inveksi Virus. Virus tertentu seperti HPV (Human Papilloma Virus) turut andil dalam
terjadinya kanker kolorektal.
Perawatan penderita tergantung pada tingkat staging kanker itu sendiri. Terapi akan jauh
lebih mudah bila kanker ditemukan pada stadium dini. Tingkat kesembuhan kanker stadium 1
dan 2 masih sangat baik. Namun bila kanker ditemukan pada stadium yang lanjut, atau
ditemukan pada stadium dini dan tidak diobati, maka kemungkinan sembuhnya pun akan jauh
lebih sulit.1
Di antara pilihan terapi untuk penderitanya, pilihan operasi masih menduduki peringkat
pertama, dengan ditunjang oleh kemoterapi dan/atau radioterapi (mungkin diperlukan).1
2.4.4 Kolitis
Kolitis adalah suatu peradangan akut atau kronik pada kolon, yang berdasarkan
penyebab dapat diklasifikasikan sebagai berikut :4
Namun, colitis yang paling sering menyebabkan perdarahan yang massif adalah colitis
non-infeksi (ulserative). Kolitis ulserativa bisa dimulai pada umur berapapun, tapi biasanya
dimulai dari umur 15-30 tahun. Tidak seperti penyakit Crohn, kolitis ulserativa tidak selalu
mempengaruhi seluruh ketebalan dari usus dan tidak pernah mengenai usus halus. Penyakit
ini biasanya dimulai di rektum atau kolon sigmoid (ujung bawah dari usus besar) dan
akhirnya menyebar ke sebagian atau seluruh usus besar.1
22
Suatu serangan bisa mendadak dan berat, menyebabkan diare hebat, demam tinggi, sakit
perut dan peritonitis (radang selaput perut). Selama serangan, penderita tampak sangat sakit.
Kejadian lebih sering terjadi adalah serangannya dimulai bertahap, dimana penderita
memiliki keinginan untuk buang air besar yang sangat, kram ringan pada perut bawah dan
tinja yang berdarah dan berlendir. Jika penyakit ini terbatas pada rektum dan kolon sigmoid,
tinja mungkin normal atau keras dan kering.1
Jika penyakit menyebar ke usus besar, tinja lebih lunak dan penderita buang air besar
sebanyak 10-20kali/hari. Penderita sering mengalami kram perut yang berat, kejang pada
rektum yang terasa nyeri, disertai keinginan untuk buang air besar yang sangat. Pada malam
haripun gejala ini tidak berkurang. Tinja tampak encer dan mengandung nanah, darah dan
lendir, keluhan yang paling sering ditemukan adalah tinja yang hampir seluruhnya berisi
darah dan nanah.1
Pemeriksaan kolonoskopi pada penyakit colitis seperti yang terlihat pada gambar (7) di
bawah ini.
23
Bila kolitis ulserativa yang ringan atau sedang terbatas pada sisi kiri usus besar (kolon
desendens) dan di rektum, bisa diberikan enema dengan kortikosteroid atau mesalamine.
Bila penyakitnya menjadi berat, penderita harus dirawat di rumah sakit dan diberikan
kortikosteroid intravena.1
Penderita dengan perdarahan rektum yang berat mungkin memerlukan transfusi darah
dan cairan intravena.
2.4.5 Divertikulosis
Divertikulosis adalah penyakit yang ditandai dengan adanya divertikula, biasanya pada
usus besar yang disebabkan oleh karena mengkonsumsi makanan yang rendah serat.
Divertikula bisa muncul di setiap bagian dari usus besar, tetapi paling sering terdapat di
kolon sigmoid, yaitu bagian terakhir dari usus besar tepat sebelum rektum.
Sebuah divertikulum merupakan penonjolan pada titik-titik yang lemah, biasanya pada titik
dimana pembuluh nadi (arteri) masuk ke dalam lapisan otot dari usus besar.
Kejang (spasme) diduga menyebabkan bertambahnya tekanan dalam usus besar, sehingga
akan menyebabkan terjadinya lebih banyak divertikula dan memperbesar divertikula yang
sudah ada.18
24
Divertikula raksasa memiliki ukuran sekitar 2,5-15 cm, jarang membentuk kantong yang
menonjol keluar. Seseorang bisa hanya memiliki satu divertikula raksasa.1
Gambar 8. Divertikula18
Pintu divertikulum bisa mengalami perdarahan, yang akan masuk ke dalam usus dan
keluar melalui rektum. 1
Perdarahan bisa terjadi jika tinja terjepit di dalam divertikulum dan merusak pembuluh
darahnya. Perdarahan lebih sering terjadi pada divertikula yang terletak di kolon asendens. 1
Mengkonsumsi makanan yang kaya akan serat (sayuran, buah-buahan dan sereal) bisa
mengurangi gejala dan mencegah terjadinya komplikasi. Bila diet tinggi serat saja tidak akan
efektif, bisa ditambah dengan bekatul giling atau mengkonsumsi 3,5 gram psillium dalam 8
ml air 1-2 kali/hari. Metil selulosa juga dapat membantu. 2
Diet rendah serat sebaiknya dihindari karena akan lebih banyak membutuhkan tekanan
untuk mendorong isi usus. Divertikulosis tidak membutuhkan pembedahan. Tetapi
divertikula raksasa harus diangkat, karena mereka lebih sering mengalami infeksi dan
perforasi.2
Disentri
3.1 Definisi
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron (usus), yang
berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan gejala buang air besar dengan
tinja berdarah, diare encer dengan volume sedikit, buang air besar dengan tinja bercampur
Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan
buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah.3
Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan tukak
terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai sindroma disentri,
yakni: 1) sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus, 2) berak-berak, dan 3) tinja
3.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, insidensi penyakit ini rendah. Setiap tahunnya kurang dari
500.000 kasus yang dilaporkan ke Centers for Disease Control (CDC). Di Bagian Penyakit
Dalam RSUP Palembang selama 3 tahun (1990-1992) tercatat di catatan medis, dari 748
kasus yang dirawat karena diare ada 16 kasus yang disebabkan oleh disentri basiler.
Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit di Indonesia dari Juni
1998 sampai dengan Nopember 1999, dari 3848 orang penderita diare berat, ditemukan 5%
shigella.
Prevalensi tertinggi di daerah tropis (50-80%). Manusia merupakan host dan reservoir utama.
Penularannya lewat kontaminasi tinja ke makanan dan minuman, dengan perantara lalat,
kecoak, kontak interpersonal, atau lewat hubungan seksual anal-oral. Sanitasi lingkungan
yang jelek, penduduk yang padat dan kurangnya sanitasi individual mempermudah
penularannya.
3.3 Etiologi
Shigella adalah basil non motil, gram negatif, famili enterobacteriaceae. Ada 4
tunggal. Karena kekebalan tubuh yang didapat bersifat serotipe spesifik, maka
seseorang dapat terinfeksi beberapa kali oleh tipe yang berbeda. Genus ini memiliki
kemampuan menginvasi sel epitel intestinal dan menyebabkan infeksi dalam jumlah
berat. Suatu keadaan lingkungan yang jelek akan menyebabkan mudahnya penularan
27
penyakit. Secara klinis mempunyai tanda-tanda berupa diare, adanya lendir dan darah
berubah menjadi patogen dengan cara membentuk koloni di dinding usus dan
menembus dinding usus sehingga menimbulkan ulserasi. Siklus hidup amoeba ada 2
bentuk, yaitu bentuk trofozoit yang dapat bergerak dan bentuk kista.
Bentuk trofozoit ada 2 macam, yaitu trofozoit komensal (berukuran < 10 mm)
dan trofozoit patogen (berukuran > 10 mm). Trofozoit komensal dapat dijumpai di
lumen usus tanpa menyebabkan gejala penyakit. Bila pasien mengalami diare, maka
trofozoit akan keluar bersama tinja. Sementara trofozoit patogen yang dapat dijumpai
di lumen dan dinding usus (intraintestinal) maupun luar usus (ekstraintestinal) dapat
mengakibatkan gejala disentri. Diameternya lebih besar dari trofozoit komensal (dapat
sampai 50 mm) dan mengandung beberapa eritrosit di dalamnya. Hal ini dikarenakan
trofozoit ini bertanggung jawab terhadap terjadinya gejala penyakit namun cepat mati
Bentuk kista juga ada 2 macam, yaitu kista muda dan kista dewasa. Bentuk
kista hanya dijumpai di lumen usus. Bentuk kista bertanggung jawab terhadap
terjadinya penularan penyakit dan dapat hidup lama di luar tubuh manusia serta tahan
terhadap asam lambung dan kadar klor standard di dalam sistem air minum. Diduga
a. Disentri basiler
Semua strain kuman Shigella menyebabkan disentri, yaitu suatu keadaan yang
ditandai dengan diare, dengan konsistensi tinja biasanya lunak, disertai eksudat inflamasi
Kuman Shigella secara genetik bertahan terhadap pH yang rendah, maka dapat
melewati barrier asam lambung. Ditularkan secara oral melalui air, makanan, dan lalat yang
tercemar oleh ekskreta pasien. Setelah melewati lambung dan usus halus, kuman ini
Kolon merupakan tempat utama yang diserang Shigella namun ileum terminalis dapat
juga terserang. Kelainan yang terberat biasanya di daerah sigmoid, sedang pada ilium hanya
hiperemik saja. Pada keadaan akut dan fatal ditemukan mukosa usus hiperemik, lebam dan
tebal, nekrosis superfisial, tapi biasanya tanpa ulkus. Pada keadaan subakut terbentuk ulkus
pada daerah folikel limfoid, dan pada selaput lendir lipatan transversum didapatkan ulkus
yang dangkal dan kecil, tepi ulkus menebal dan infiltrat tetapi tidak berbentuk ulkus
bergaung.
ShET2, dan toksin Shiga, yang mempunyai sifat enterotoksik, sitotoksik, dan neurotoksik.
Enterotoksin tersebut merupakan salah satu faktor virulen sehingga kuman lebih mampu
menginvasi sel eptitel mukosa kolon dan menyebabkan kelainan pada selaput lendir yang
mempunyai warna hijau yang khas. Pada infeksi yang menahun akan terbentuk selaput yang
tebalnya sampai 1,5 cm sehingga dinding usus menjadi kaku, tidak rata dan lumen usus
b. Disentri Amuba
Trofozoit yang mula-mula hidup sebagai komensal di lumen usus besar dapat berubah
menjadi patogen sehingga dapat menembus mukosa usus dan menimbulkan ulkus. Akan
tetapi faktor yang menyebabkan perubahan ini sampai saat ini belum diketahui secara pasti.
Diduga baik faktor kerentanan tubuh pasien, sifat keganasan (virulensi) amoeba, maupun
Amoeba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang
dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus. Bentuk ulkus amoeba
sangat khas yaitu di lapisan mukosa berbentuk kecil, tetapi di lapisan submukosa dan
menonjol dan hanya terjadi reaksi radang yang minimal. Mukosa usus antara ulkus-ulkus
tampak normal. Ulkus dapat terjadi di semua bagian usus besar, tetapi berdasarkan frekuensi
dan urut-urutan tempatnya adalah sekum, kolon asenden, rektum, sigmoid, apendiks dan
ileum terminalis.4
a. Disentri Basiler
Masa tunas berkisar antara 7 jam sampai 7 hari. Lama gejala rerata 7 hari sampai 4
minggu. Pada fase awal pasien mengeluh nyeri perut bawah, diare disertai demam yang
mencapai 400C. Selanjutnya diare berkurang tetapi tinja masih mengandung darah dan lendir,
Bentuk klinis dapat bermacam-macam dari yang ringan, sedang sampai yang berat.
Sakit perut terutama di bagian sebelah kiri, terasa melilit diikuti pengeluaran tinja sehingga
mengakibatkan perut menjadi cekung. Bentuk yang berat (fulminating cases) biasanya
disebabkan oleh S. dysentriae. Gejalanya timbul mendadak dan berat, berjangkitnya cepat,
berak-berak seperti air dengan lendir dan darah, muntah-muntah, suhu badan subnormal,
30
cepat terjadi dehidrasi, renjatan septik dan dapat meninggal bila tidak cepat ditolong.
Akibatnya timbul rasa haus, kulit kering dan dingin, turgor kulit berkurang karena dehidrasi.
Muka menjadi berwarna kebiruan, ekstremitas dingin dan viskositas darah meningkat
(hemokonsentrasi). Kadang-kadang gejalanya tidak khas, dapat berupa seperti gejala kolera
Kematian biasanya terjadi karena gangguan sirkulasi perifer, anuria dan koma uremik.
Angka kematian bergantung pada keadaan dan tindakan pengobatan. Angka ini bertambah
pada keadaan malnutrisi dan keadaan darurat misalnya kelaparan. Perkembangan penyakit ini
yang lama.
Pada kasus yang sedang keluhan dan gejalanya bervariasi, tinja biasanya lebih
berbentuk, mungkin dapat mengandung sedikit darah/lendir. Sedangkan pada kasus yang
ringan, keluhan/gejala tersebut di atas lebih ringan. Berbeda dengan kasus yang menahun,
terdapat serangan seperti kasus akut secara menahun. Kejadian ini jarang sekali bila
b. Disentri Amuba
Pasien ini tidak menunjukkan gejala klinis sama sekali. Hal ini disebabkan karena
amoeba yang berada dalam lumen usus besar tidak mengadakan invasi ke dinding usus.
perut kembung, kadang nyeri perut ringan yang bersifat kejang. Dapat timbul diare ringan, 4-
5 kali sehari, dengan tinja berbau busuk. Kadang juga tinja bercampur darah dan lendir.
Terdapat sedikit nyeri tekan di daerah sigmoid, jarang nyeri di daerah epigastrium. Keadaan
tersebut bergantung pada lokasi ulkusnya. Keadaan umum pasien biasanya baik, tanpa atau
31
sedikit demam ringan (subfebris). Kadang dijumpai hepatomegali yang tidak atau sedikit
nyeri tekan.
Keluhan pasien dan gejala klinis lebih berta dibanding disentri ringan, tetapi pasien
masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Tinja biasanya disertai lendir dan darah.
Pasien mengeluh perut kram, demam dan lemah badan disertai hepatomegali yang nyeri
ringan.
Keluhan dan gejala klinis lebih berta lagi. Penderita mengalami diare disertai darah
yang banyak, lebih dari 15 kali sehari. Demam tinggi (400C-40,50C) disertai mual dan
anemia.
dengan periode normal atau tanpa gejala. Keadaan ini dapat berjalan berbulan-bulan hingga
bertahun-tahun. Pasien biasanya menunjukkan gejala neurastenia. Serangan diare yang terjadi
a. Disentri amoeba
1. Pemeriksaan tinja
Biasanya tinja berbau busuk, bercampur darah dan lendir. Untuk pemeriksaan mikroskopik
diperlukan tinja yang segar. Kadang diperlukan pemeriksaan berulang-ulang, minimal 3 kali
Pada pemeriksaan tinja yang berbentuk (pasien tidak diare), perlu dicari bentuk kista
karena bentuk trofozoit tidak akan dapat ditemukan. Dengan sediaan langsung tampak kista
berbentuk bulat dan berkilau seperti mutiara. Di dalamnya terdapat badan-badan kromatoid
yang berbentuk batang dengan ujung tumpul, sedangkan inti tidak tampak. Untuk dapat
melihat intinya, dapat digunakan larutan lugol. Akan tetapi dengan larutan lugol ini badan-
badan kromatoid tidak tampak. Bila jumlah kista sedikit, dapat dilakukan pemeriksaan
menggunakan metode konsentrasi dengan larutan seng sulfat dan eterformalin. Dengan
larutan seng sulfat kista akan terapung di permukaan sedangkan dengan larutan eterformalin
Dalam tinja pasien juga dapat ditemukan trofozoit. Untuk itu diperlukan tinja yang
masih segar dan sebaiknya diambil bahan dari bagian tinja yang mengandung darah dan
lendir. Pada sediaan langsung dapat dilihat trofozoit yang masih bergerak aktif seperti keong
dengan menggunakan pseudopodinya yang seperti kaca. Jika tinja berdarah, akan tampak
amoeba dengan eritrosit di dalamnya. Bentik inti akan nampak jelas bila dibuat sediaan
Pemeriksaan ini berguna untuk membantu diagnosis penderita dengan gejala disentri,
terutama apabila pada pemeriksaan tinja tidak ditemukan amoeba. Akan tetapi pemeriksaan
ini tidak berguna untuk carrier. Pada pemeriksaan ini akan didapatkan ulkus yang khas
dengan tepi menonjol, tertutup eksudat kekuningan, mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak
normal.4
Pemeriksaan rontgen kolon tidak banyak membantu karena seringkali ulkus tidak
tampak. Kadang pada kasus amoebiasis kronis, foto rontgen kolon dengan barium enema
33
tampak ulkus disertai spasme otot. Pada ameboma nampak filling defect yang mirip
karsinoma. 4
Uji serologi banyak digunakan sebagai uji bantu diagnosis abses hati amebik dan
epidemiologis. Uji serologis positif bila amoeba menembus jaringan (invasif). Oleh karena
itu uji ini akan positif pada pasien abses hati dan disentri amoeba dan negatif pada carrier.
Hasil uji serologis positif belum tentu menderita amebiasis aktif, tetapi bila negatif pasti
bukan amebiasis.2
b. Disentri basiler
1. Pemeriksaan tinja. Pemeriksaan tinja secara langsung terhadap kuman penyebab serta
biakan tinja yang seksama dan teliti karena basil shigela mudah mati . Untuk itu
2. Polymerase Chain Reaction (PCR). Pemeriksaan ini spesifik dan sensitif, tetapi belum
3. Enzim immunoassay. Hal ini dapat mendeteksi toksin di tinja pada sebagian besar
penderita yang terinfeksi S.dysentriae tipe 1 atau toksin yang dihasilkan E.coli.
5. Aglutinasi. Hal ini terjadi karena aglutinin terbentuk pada hari kedua, maksimum
pada hari keenam. Pada S.dysentriae aglutinasi dinyatakan positif pada pengenceran
1/50 dan pada S.flexneri aglutinasi antibodi sangat kompleks, dan oleh karena adanya
Kadang-kadang tertutup dengan eksudat. Sebagian besar lesi berada di bagian distal
1. Disentri amuba
Toksemia ringan dapat terjadi, tenesmus jarang dan sakit berbatas. Tinja biasanya
besar, terus menerus, asam, berdarah, bila berbentuk biasanya tercampur lendir.
Lokasi tersering daerah sekum dan kolon asendens, jarang mengenai ileum. Ulkus
2. Disentri basiler
Penyakit ini biasanya timbul secara akut, sering disertai adanya toksemia,
tenesmus akan tetapi sakit biasanya sifatnya umum. Tinja biasanya kecil-kecil,
banyak, tak berbau, alkalis, berlendir, nanah dan berdarah, bila tinja berbentuk
dilapisi lendir. Daerah yang terserang biasanya sigmoid dan dapat juga menyerang
3. Eschericiae coli
a. Disentri basiler
Perlu dicurigai adanya Shigellosis pada pasien yang datang dengan keluhan
adanya eritrosit dan leukosit PMN. Untuk memastikan diagnosis dilakukan kultur dari
bahan tinja segar atau hapus rektal. Pada fase akut infeksi Shigella, tes serologi tidak
bermanfaat.
Perbedaan utama adalah kultur Shigella yang positif dan perbaikan klinis yang
b. Disentri amuba
banyak mengandung leukosit tetapi banyak mengandung bakteri. Diagnosis pasti baru
dapat terjadi bersamaan dengan penyakit lain. Oleh karena itu, apabila penderita
amebiasis yang telah menjalani pengobatan spesifik masih tetap mengeluh nyeri
36
perut, perlu dilakukan pemeriksaan lain, misalnya endoskopi, foto kolon dengan
Abses hati ameba sukar dibedakan dengan abses piogenik dan neoplasma.
3.9 Komplikasi
a. Disentri amoeba
Beberapa penyulit dapat terjadi pada disentri amoeba, baik berat maupun ringan.
Komplikasi intestinal
Perdarahan usus. Terjadi apabila amoeba mengadakan invasi ke dinding usus besar dan
Perforasi usus. Hal ini dapat terjadi bila abses menembus lapisan muskular dinding usus
besar. Sering mengakibatkan peritonitis yang mortalitasnya tinggi. Peritonitis juga dapat
Ameboma. Peristiwa ini terjadi akibat infeksi kronis yang mengakibatkan reaksi terbentuknya
massa jaringan granulasi. Biasanya terjadi di daerah sekum dan rektosigmoid. Sering
Intususepsi. Sering terjadi di daerah sekum (caeca-colic) yang memerlukan tindakan operasi
segera.
Penyempitan usus (striktura). Dapat terjadi pada disentri kronik akibat terbentuknya jaringan
Komplikasi ekstraintestinal
37
Amebiasis hati. Abses hati merupakan komplikasi ekstraintestinal yang paling sering terjadi.
Abses dapat timbul dari beberapa minggu, bulan atau tahun sesudah infeksi amoeba
sebelumnya. Infeksi di hati terjadi akibat embolisasi ameba dan dinding usus besar lewat
Mula-mula terjadi hepatitis ameba yang merupakan stadium dini abses hati kemudian
timbul nekrosis fokal kecil-kecil (mikro abses), yang akan bergabung menjadi satu,
membentuk abses tunggal yang besar. Sesuai dengan aliran darah vena porta, maka abses hati
ameba terutama banyak terdapat di lobus kanan. Abses berisi nanah kental yang steril, tidak
berbau, berwarna kecoklatan (chocolate paste) yang terdiri atas jaringan sel hati yang rusak
Abses pleuropulmonal. Abses ini dapat terjadi akibat ekspansi langsung abses hati. Kurang
lebih 10-20% abses hati ameba dapat mengakibatkan penyulit ini. Abses paru juga dapat
terjadi akibat embolisasi ameba langsung dari dinding usus besar. Dapat pula terjadi hiliran
Abses otak, limpa dan organ lain. Keadaan ini dapat terjadi akibat embolisasi ameba
langsung dari dinding usus besar maupun dari abses hati walaupun sangat jarang terjadi.
Amebiasis kulit. Terjadi akibat invasi ameba langsung dari dinding usus besar dengan
membentuk hiliran (fistel). Sering terjadi di daerah perianal atau dinding perut. Dapat pula
terjadi di daerah vulvovaginal akibat invasi ameba yang berasal dari anus.
b. Disentri basiler
Beberapa komplikasi ekstra intestinal disentri basiler terjadi pada pasien yang berada di
negara yang masih berkembang dan seringnya kejadian ini dihubungkan dengan infeksi
S.dysentriae tipe 1 dan S.flexneri pada pasien dengan status gizi buruk. Komplikasi lain
38
akibat infeksi S.dysentriae tipe 1 adalah haemolytic uremic syndrome (HUS). SHU diduga
akibat adanya penyerapan enterotoksin yang diproduksi oleh Shigella. Biasanya HUS ini
timbul pada akhir minggu pertama disentri basiler, yaitu pada saat disentri basiler mulai
membaik. Tanda-tanda HUS dapat berupa oliguria, penurunan hematokrit (sampai 10%
dalam 24 jam) dan secara progresif timbul anuria dan gagal ginjal atau anemia berat dengan
gagal jantung. Dapat pula terjadi reaksi leukemoid (leukosit lebih dari 50.000/mikro liter),
gejala susunan saraf pusat seperti ensefalopati, perubahan kesadaran dan sikap yang aneh.
Artritis juga dapat terjadi akibat infeksi S.flexneri yang biasanya muncul pada masa
penyembuhan dan mengenai sendi-sendi besar terutama lutut. Hal ini dapat terjadi pada kasus
Penyembuhan dapat sempurna, akan tetapi keluhan artsitis dapat berlangsung selama
berbulan-bulan. Bersamaan dengan artritis dapat pula terjadi iritis atau iridosiklitis.
Sedangkan stenosis terjadi bila ulkus sirkular pada usus menyembuh, bahkan dapat pula
terjadi obstruksi usus, walaupun hal ini jarang terjadi. Neuritis perifer dapat terjadi setelah
serangan S.dysentriae yang toksik namun hal ini jarang sekali terjadi.
Komplikasi intestinal seperti toksik megakolon, prolaps rectal dan perforasi juga dapat
muncul. Akan tetapi peritonitis karena perforasi jarang terjadi. Kalaupun terjadi biasanya
pada stadium akhir atau setelah serangan berat. Peritonitis dengan perlekatan yang terbatas
mungkin pula terjadi pada beberapa tempat yang mempunyai angka kematian tinggi.
3.10 Pengobatan
a. Disentri basiler
Dehidrasi ringan sampai sedang dapat dikoreksi dengan cairan rehidrasi oral.
Jika frekuensi buang air besar terlalu sering, dehidrasi akan terjadi dan berat badan
penderita turun. Dalam keadaan ini perlu diberikan cairan melalui infus untuk
menggantikan cairan yang hilang. Akan tetapi jika penderita tidak muntah, cairan
dapat diberikan melalui minuman atau pemberian air kaldu atau oralit. Bila penderita
Diet
Pengobatan spesifik
diteruskan selama 5 hari. Bila tidak ada perbaikan, antibiotika diganti dengan jenis
yang lain.
hampir universal terjadi. Kuman Shigella biasanya resisten terhadap ampisilin, namun
apabila ternyata dalam uji resistensi kuman terhadap ampisilin masih peka, maka
masih dapat digunakan dengan dosis 4 x 500 mg/hari selama 5 hari. Begitu pula
5 hari. Amoksisilin tidak dianjurkan dalam pengobatan disentri basiler karena tidak
efektif.
disentri basiler. Dosis siprofloksasin yang dipakai adalah 2 x 500 mg/hari selama 3
40
hari sedangkan azithromisin diberikan 1 gram dosis tunggal dan sefiksim 400 mg/hari
gram/hari selama 5 hari. Tidak ada antibiotika yang dianjurkan dalam pengobatan
b. Disentri amuba
selama 20 hari.
2. Amebiasis intestinal ringan atau sedang : tetrasiklin 500 mg empat kali selama 5
hari.
sehari selama 5-10 hari, tetrasiklin 500 mg empat kali selama 5 hari, dan emetin 1
sehari selama 5-10 hari, kloroquin fosfat 1 gram perhari selama 2 hari dilanjutkan
3.11 Prognosis
Prognosis ditentukan dari berat ringannya penyakit, diagnosis dan pengobatan dini
yang tepat serta kepekaan ameba terhadap obat yang diberikan. Pada umumnya prognosis
amebiasis adalah baik terutama pada kasus tanpa komplikasi. Prognosis yang kurang baik
Pada bentuk yang berat, angka kematian tinggi kecuali bila mendapatkan pengobatan
dini. Tetapi pada bentuk yang sedang, biasanya angka kematian rendah; bentuk dysentriae
41
biasanya berat dan masa penyembuhan lama meskipun dalam bentuk yang ringan. Bentuk
3.12 Pencegahan
a. Disentri amoeba
Makanan, minuman dan keadaan lingkungan hidup yang memenuhi syarat kesehatan
merupakan sarana pencegahan penyakit yang sangat penting. Air minum sebaiknya dimasak
dahulu karena kista akan mati bila air dipanaskan 500C selama 5 menit.
Penting sekali adanya jamban keluarga, isolasi dan pengobatan carrier. Carrier
dilarang bekerja sebagai juru masak atau segala pekerjaan yang berhubungan dengan
makanan. Sampai saat ini belum ada vaksin khusus untuk pencegahan. Pemberian
kemoprofilaksis bagi wisatawan yang akan mengunjungi daerah endemis tidak dianjurkan.4
b. Disentri basiler
Belum ada rekomendasi pemakaian vaksin untuk Shigella. Penularan disentri basiler dapat
dicegah dan dikurangi dengan kondisi lingkungan dan diri yang bersih seperti membersihkan
tangan dengan sabun, suplai air yang tidak terkontaminasi, penggunaan jamban yang bersih.
42
DAFTAR PUSTAKA