Leptospirosis
Pembimbing :
dr. Irma Febrina, Sp.PD.,M.Kes.
Disusun oleh :
Fitri Amalia 113170026
Reki Pebi 113170061
Santi Elfiana Indahsari 113170067
Identitas Pasien
Pasien MRS pada hari Rabu, 21 Februari 2018
Pemeriksaan dilakukan pada hari Jumat, 23 Februari 2018 di
ruang ICU
Nama : Tn. R
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Waled
Pekerjaan : Buruh
Status Perkawinan : Menikah
Suku : Jawa
• Keluhan UTAMA :
Penurunan Kesadaran
• RPS :
• Indonesia :
Jawa, Sumsel, Bengkulu, Riau, Sumbar, Sumut, Bali, NTB,
Sulsel, Sulut, Kaltim dan Kalbar. KLB terjadi di Riau(1986),
Jakarta (2002), bekasi (2002), dan semarang (2003).
Leptospira interrogans
ETIOLOGI
• Infeksi terjadi bila terdapat luka/ erosi pada kulit atau selaput
lendir. Bahkan dapat melalui kontak dengan kulit intak (sehat)
terutama bila kontak lama dengan air.
PATOGENESIS
Luka/ aberasi
Leptospira Mukosa membranosa atau konjungtiva
aerosol inhalation dari microscopic droplets
Ingesti
Masuk ke sirkulasi
Gejala klinis
PATHOGENESIS
Pathogenic leptospires
Compromised microcirculation
Tissue injury
PATOLOGI
2 fase penyakit :
1) Fase leptospiremia
2) Fase imun
MANIFESTASI KLINIS
Fase Leptospiraemia : (4-7 hari)
Ditandai oleh adanya leptospira dalam darah dan CSS
Demam yang tinggi disertai menggigil
Nyeri kepala biasanya dibagian frontal
Rasa sakit pada otot yang hebat terutama pada paha, betis dan
pinggang disertai nyeri tekan
Mual dengan atau tanpa muntah disertai mencret
Konjungtivitis tanpa disertai eksudat/purulent (conjungtival
suffusion) dan Fotofobia pada hari ke 3-4
Penurunan kesadaran pada 25% kasus
Ruam kulit (makular, makulopapular, atau urtikaria)
Kadang dijumpai splenomegali, hepatomegali serta limfadenopati
Pada keadaan sakit yang lebih berat demam turun setelah 7 hari
diikuti oleh bebas demam selama 1-3 hari, setelah itu terjadi
demam kembali. Keadaan ini disebut fase kedua atau fase imun
MANIFESTASI KLINIS
Fase imun :
Ditandai dengan peningkatan titer Antibodi IgM
Leptouria (leptospira dalam urin)
Demam tinggi mencapai 40°C disertai menggigil dan
kelemahan umum
Rasa nyeri menyeluruh pada leher, perut dan otot-
otot kaki terutama otot betis
Perdarahan: epistaksis, petechie, purpura, mimisan,
perdarahan gusi
Conjunctiva injection dan conjunctival suffusion
dengan ikterus merupakan tanda patognomosis
leptospirosis
MANIFESTASI KLINIS
Weil disease (leptospirosis berat) ditandai adanya
gangguan fungsi hati dan ginjal
• Anamnesis :
kelompok resiko tinggi
Demam mendadak, nyeri kepala fontal, nyeri otot, mata merah,
fotofobia, mual / muntah
• Pemeriksaan Fisik :
Demam, bradikardia relatif, nyeri tekan otot, hepatomegali
DIAGNOSIS
Laboratorium :
• lekositosis, LED tinggi, proteinuria, lekosituria
• Peningkatan bilirubin tanpa peningkatan transaminase serum
• Peningkatan ureum dan kreatinin
• Trombositopenia (50% kasus)
• Diagnosis pasti : Kultur dan serologi
KULTUR :
• Spesimen dari darah atau CSF pada awal gejala
• Dianjurkan kultur ganda dan pengambilan spesimen pada fase
leptospiraemia serta sebelum diambil antibiotik
• Kultur urine : 2-4 minggu setelah onset penyakit
DIAGNOSIS
SEROLOGI
Microscopic Agglutination Test (MAT) Microscopic Slide Agglutination Test
Uji carik celup : ELISA
Lepto Dipstick Microcapsule Agglutination Test
Lepto Tec Lateral Flow Patoc-slide agglutination test (PSAT)
Agglutinasi Lateks kering Sensitized arythrocyte lysis Test (SEL)
(Lepto Tek Dry-dot Counter immune electrophoresis (CIE)
Indirect fluorescent Antibody Test
(IFAT)
Indirect haemagglutination Test (IHA)
Uji Aglutinasi lateks
Complement Fixation Test (CFT)
Diagnosis Banding
Sering
Tifoid & hepatitis tifosa
Kolesistitis dan kolangitis
Sepsis
Jarang
Abses hati
Viral hepatitis
Hepatitis fulminan
TERAPI
• Suportif :
Observasi ketat untuk mendeteksi dan mengatasi keadaan
dehidrasi, hipotensi, perdarahan, dan gagal ginjal
• Antibiotika :
- Dimulai sesegera mungkin biasanya pemberian dalam 4 hari
setelah onset
- Pilihan antibiotika beratnya penyakit
Pengobatan dan kemoprofilaksis Leptospirosis