Anda di halaman 1dari 44

Laporan Kasus

Leptospirosis
Pembimbing :
dr. Irma Febrina, Sp.PD.,M.Kes.

Disusun oleh :
Fitri Amalia 113170026
Reki Pebi 113170061
Santi Elfiana Indahsari 113170067
Identitas Pasien
Pasien MRS pada hari Rabu, 21 Februari 2018
Pemeriksaan dilakukan pada hari Jumat, 23 Februari 2018 di
ruang ICU

Nama : Tn. R
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Waled
Pekerjaan : Buruh
Status Perkawinan : Menikah
Suku : Jawa
• Keluhan UTAMA :

Penurunan Kesadaran

• RPS :

Pasien mengalami penurunan kesadaran sejak 1 hari yang


lalu. Sebelumnya pasien mengalami demam sejak 3 hari SMRS,
demam timbul secara mendadak dan menggigil, demam dirasakan
naik turun. Keluhan disertai dengan badan terasa lemas dan pegal-
pegal, sesak napas, nyeri ulu hati, dan bengkak pada kedua kaki. BAK
lebih sedikit dari biasanya, BAB cair sejak 1 hari SMRS, BAB cair
sebanyak >7 kali/hari, berwarna kecoklatan, berampas, tidak ada
lendir maupun darah. Keluhan mual, muntah disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat hipertensi (-)
- Riwayat Diabetes militus (-)
- Riwayat Alergi makanan, obat, (-)
- Riwayat Asma (-)

Riwayat penyakit keluarga


- Riwayat keluhan yang sama pada keluarga (-)
- Riwayat hipertensi (-)
- Riwayat DM (-)

Riwayat pribadi dan sosial


• Pasien bekerja sebagai buruh tani
• Riwayat merokok (-)
• Riwayat mengkonsumsi alkohol (-)
Pemeriksaan Fisik
• KU : Tampak Sakit Berat
• Kesadaran : GCS E1M2V1
• Saturasi O2 : 88%
• Tanda-Tanda Vital
• Tekanan Darah : 170/90mmHg
• Frekuensi pernafasan : 28 kali/menit
• Frekuensi nadi : 104 kali/menit
• Suhu : 38,00C
Status Generalis

• Kepala : Kepala bentuk normocephal, distribusi


rambut merata dan tidak mudah rontok,
deformitas (-), krepitasi (-), dan bekas luka (-),
nyeri tekan (-)
• Mata : conjunctiva suffusion +/+, sklera ikterik +/+
• Hidung : Deviasi septum (-), pernapasan cuping hidung
(-)
• Telinga : Sekret (-), tanda peradangan (-)
• Mulut : Sianosis (-)
• Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-),
JVP tidak meningkat
Thorax Anterior :
Pulmo:
Inspeksi : Bentuk normochest simetris kanan kiri,
retraksi ICS (-),bekas luka (-), deformitas (-),
spider naevi (-)
Palpasi : Nyeri tekan(-), fremitus taktil (+) simetris
kanan kiri, ekspansi pernapasan simetris (+),
krepitasi (-)
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru, batas paru –
hepar di ICS VI linea midclavicula dextra.
Auskutasi : VBS+/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/-, fremitus
vocal simetris kanan kiri .
Thorax Anterior :
Cor:
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea aksilaris
anterior sinistra 2cm ke medial,
Perkusi : Batas kanan jantung di ICS IV linea
parasternalis dextra, apeks jantung di ICS V
linea midclavicula sinistra, dan pinggang
jantung di ICS IV parasternalis sinistra
Auskutasi : Bunyi jantung 1 – 2 reguler, Murmur (-),
Gallop (-)
Thorax Posterior :
• Inspeksi : Bentuk normal tidak skoliosis, lordosis,
kifosis,
• Palpasi : Nyeri tekan (-), fremitus taktil simetris(+)
simetris
• Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
• Auskultasi : Vesicular brething sound +/+, Ronkhi -/-,
Wheezing -/- , fremitus vocal simetris (+)
Abdomen :
• Inspeksi : Bentuk datar, bekas luka (-), terdapat ruam
warna kemerahan, benjolan (-) pelebaran
pembuluh darah (-)
• Auskultasi : Bising usus (+)
• Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen, shifting
dullness (-)
• Palpasi : Nyeri tekan (-), palpasi hepar, lien,
balotemen ginjal tidak teraba , asites (-)
• Ekstremitas: Akral hangat di kedua tangan dan kedua
kaki, edema tungkai +/+, edema ekstremitas atas -/-, CRT
< 2”, nyeri m. gastrocnemius sulit diidentifikasi
• Urine Output : <100 cc/24 jam
Diagnosa Banding
Leptospirosis + CKD
DBD + CKD
Pemeriksaan Penunjang
21 Februari 2018
Fungsi Hepar Darah Rutin
• SGOT : 32,2 U/L • Hb : 11,5 gr%
• SGPT : 40,7 U/L • Ht : 33 %
• Trombosit : 41 mm3
• Leukosit : 12,6 /mm3
Fungsi Ginjal
• MCV : 82,6 mikro m3
• Ureum : 168,9 mg/dL • MCH : 29,0 pg
• Kreatinin : 6,16 mg/dL • MCHC : 35,1 g/dL
• Eritrosit : 3,97 mm3
Kimia Klinik • RDW CV : 13,1 %
• Na : 132,1 mg/dL • RDW SD : 38,5 fL
• K : 4,31 mg/dL • Basofil : 0%
• Eosinofil : 0 %
• Cl : 105,2 mg/dL
• Neutrofil Batang : 0 %
• Ca : 7,54 mg/dL
• Neutrofil Segmen :95 %
• GDS : 154 mg/dL • Limfosit : 3 %
• Monosit : 2 %
Pemeriksaan Penunjang
22 Februari 2018 Darah Rutin
Fungsi Hepar • Hb : 11,9 gr%
• SGOT : 32,2 U/L • Ht : 33 %
• SGPT : 40,7 U/L • Trombosit : 27 mm3
• Leukosit : 17,3 /mm3
Imunoserologi • MCV : 81,4 mikro m3
• Anti Dengue Ig G : Negative • MCH : 29,2 pg
• Anti Dengue Ig M : Negative • MCHC : 35,8 g/dL
• Leptospirosis Ig G : Negative • Eritrosit : 4,08 mm3
• Leptospirosis Ig M : Positive • RDW CV : 13,3 %
• HBsAg : Non Reaktif : 0,630 • RDW SD : 38,1 fL
• HIV : Non Reaktif : 0,336 • Basofil : 1 %
• Anti HCV : Non Reaktif : 0,087 • Eosinofil : 0 %
• Neutrofil Batang : 0 %
Fungsi Ginjal • Neutrofil Segmen :88 %
• Ureum : 201,0 mg/dL • Limfosit : 4 %
• Kreatinin : 6,81 mg/dL • Monosit : 7 %
• Laju Endapan darah : >140 mm/jam
Pemeriksaan Penunjang
23 Februari 2018
Darah Rutin
Kimia Klinik • Hb : 10,5 gr%
• Na : 134,6 mg/dL • Ht : 28 %
• K : 5,22 mg/dL • Trombosit : 112 mm3
• Cl : 101,7 mg/dL • Leukosit : 13,1 /mm3
• MCV : 79,2 mikro m3
Analisis Gas Darah • MCH : 29,5 pg
• MCHC : 37,2 g/dL
• pH : 7,273
• Eritrosit : 3,56 mm3
• pCO2 : 37,7 mmHg
• RDW CV : 12,8 %
• PO2 : 62,5 mmHg • RDW SD : 35,6 fL
• BE ecf : -9,0 mmol/l • Basofil : 2 %
• Be b : -8,3 mmol/l • Eosinofil : 0 %
• HCO3 : 17,8 mmol/l • Neutrofil Batang : 0 %
• TCO2 : 18,5 mmol/l • Neutrofil Segmen :78 %
• SO2 : 88,8 % • Limfosit : 12 %
• Monosit : 8 %
• HCT : 35,7 %
EKG (21 Februari 2018)
EKG
(21 Februari 2018)
Penatalaksanaan di R. ICU
22 Februari 2018
1. IFVD Nacl 1000 cc/24 jam
2. IFVD Kidmin 200 cc/24 jam
3. Vascon 0,05-0,2 meq/kgbb
4. Dobutamibn 5-20 meq/kgbb
5. Ampicilin 4x1 gr
6. Furosemid 2x40 mg
7. Captopril 3 x 6,25
8. Omeprazol 40 mg
9. Pro HD CITO
Prognosis
• Quo ad vitam : Dubia Ad Malam
• Quo ad functionam : Dubia Ad Malam
• Qua ad sanationam : Ad Malam
Leptospirosis
Definisi
• Leptospirosis :
Suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh
bakteri Leptospira interogans tanpa memandang
bentuk spesifik serotipenya. Penyakit ini disebut
juga Weil disease, Conicola fever, Hemorrhagic
jaundice, mud fever atau swimherd disease.
Epidemiologi
• International Leptospirosis Society menyatakan Indonesia
sebagai negara dengan insidens leptospirosis tinggi dan
menempati ketiga dunia untuk mortalitas.

• Indonesia :
Jawa, Sumsel, Bengkulu, Riau, Sumbar, Sumut, Bali, NTB,
Sulsel, Sulut, Kaltim dan Kalbar. KLB terjadi di Riau(1986),
Jakarta (2002), bekasi (2002), dan semarang (2003).

• Vektor : anjing, babi, lembu, kuda, kucing, marmut, tupai,


musang, kelelawar dan binatang pengerat lain

• Tikus : vektor utama L. icterohemorhoagica


ETIOLOGI
Genus Leptospira, famili Treponemateceae,
ordo Spirichaeta
Berbentuk spiral, dengan ujungnya seperti
pengait
Panjang : 5-15 μm, lebar : 0,1-0,2 μm
Lingkungan yg sesuai untuk hidup Leptospira
adalah tanah panas dan lembab seperti
kondisi daerah tropis
Bakteri ini dapat hidup sampai 43 hari pada
tanah yang sesuai dan sampai beberapa
minggu dalam air terutama air tawar
ETIOLOGI

Leptospira interrogans
ETIOLOGI

Leptospira interrogans dibagi menjadi beberapa


serogrup dan serovarian dengan jenis yang paling
sering menyerang manusia adalah :
Leptospira icterohaemorrhagica dengan resevoir
tikus.
Leptospira canicola dengan resevoir anjing, dan
Leptospira pomona dengan resevoir babi dan sapi.
Penularan
Infeksi pada manusia :

a. kontak dengan air, tanah, atau lumpur yang terkontaminasi


Leptospira
b. kontak dengan darah dan urin hewan yang terinfeksi
c. mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi

• Infeksi terjadi bila terdapat luka/ erosi pada kulit atau selaput
lendir. Bahkan dapat melalui kontak dengan kulit intak (sehat)
terutama bila kontak lama dengan air.
PATOGENESIS
Luka/ aberasi
Leptospira Mukosa membranosa atau konjungtiva
aerosol inhalation dari microscopic droplets
Ingesti

Masuk ke sirkulasi

migrasi spirochetes ke dalam organ dan jaringan

Gejala klinis
PATHOGENESIS
Pathogenic leptospires

Direct invasion Immunological


-Enzymes reactions
-Cytotoxic factors

Nonspecific inflammatory effects


• mediators
• cytokines
• oxygen radicals
• complemen activation
• intravascular haemolysis
• intravascular coagulation

Compromised microcirculation

Tissue injury
PATOLOGI

Toksin  kerusakan patologi pada berbagai


organ

Lesi yang terjadi  kerusakan endotel kapiler

Perbedaan derajat gangguan fungsi organ


dengan gambaran kerusakan secara histologis
PATOLOGI
 Ginjal : interstitial nephritis, ATN (nekrosis tubular
akut)
 Hati : nekrosis sentrilobuler fokal dengan infiltrasi sel
limfosit fokal dan proliferasi sel kupfer, biasanya
organisme terdapat diantara sel-sel parenkim
 Jantung : epikardium, endokardium, miokardium
 Otot rangka : lokal nekrosis
 Mata : uveitis
 Pembuluh darah : vaskulitis, perdarahan
 SSP : meningitis
MANIFESTASI KLINIS

Masa inkubasi 2-26 hari, biasanya 7-13 hari dan


rata-rata 10 hari.

2 fase penyakit :
1) Fase leptospiremia
2) Fase imun
MANIFESTASI KLINIS
Fase Leptospiraemia : (4-7 hari)
 Ditandai oleh adanya leptospira dalam darah dan CSS
 Demam yang tinggi disertai menggigil
 Nyeri kepala biasanya dibagian frontal
 Rasa sakit pada otot yang hebat terutama pada paha, betis dan
pinggang disertai nyeri tekan
 Mual dengan atau tanpa muntah disertai mencret
 Konjungtivitis tanpa disertai eksudat/purulent (conjungtival
suffusion) dan Fotofobia pada hari ke 3-4
 Penurunan kesadaran pada 25% kasus
 Ruam kulit (makular, makulopapular, atau urtikaria)
 Kadang dijumpai splenomegali, hepatomegali serta limfadenopati
 Pada keadaan sakit yang lebih berat demam turun setelah 7 hari
diikuti oleh bebas demam selama 1-3 hari, setelah itu terjadi
demam kembali. Keadaan ini disebut fase kedua atau fase imun
MANIFESTASI KLINIS
Fase imun :
 Ditandai dengan peningkatan titer Antibodi IgM
 Leptouria (leptospira dalam urin)
 Demam tinggi mencapai 40°C disertai menggigil dan
kelemahan umum
 Rasa nyeri menyeluruh pada leher, perut dan otot-
otot kaki terutama otot betis
 Perdarahan: epistaksis, petechie, purpura, mimisan,
perdarahan gusi
 Conjunctiva injection dan conjunctival suffusion
dengan ikterus merupakan tanda patognomosis
leptospirosis
MANIFESTASI KLINIS
 Weil disease (leptospirosis berat)  ditandai adanya
gangguan fungsi hati dan ginjal

 biasanya setelah 4-9 hari, muncul gejala


a. icterus: jelas terlihat, hepatomegaly dan nyeri kuadran kanan
atas, splenomegaly
b. Gagal ginjal: nekrosis tubular akut, oliguria, anuria
c. Perdarahan: epitaksis, ptekie, purpura, ekimosis. Apabila ada
keterlibatan paru, pasien mengalami batuk, sesak nafas, nyeri
dada, dan sputum berdarah.

 Ikterus  gangguan fungsi hati tidak sesuai dengan


gambaran patologis
 Conjugated serum bilirubin levels 
meningkat sampai 80 mg/dL
 serum transaminases < 200 U/L
Konjungtiva suffusion dengan ikterus
Ruam di kulit
DIAGNOSIS
Diagnosis awal sulit biasanya pasien datang dengan meningitis,
hepatitis, nefritis, pneumonia, influenza, sindroma syok, demam
yang tidak diketahui sumbernya.

• Anamnesis :
kelompok resiko tinggi
Demam mendadak, nyeri kepala fontal, nyeri otot, mata merah,
fotofobia, mual / muntah

• Pemeriksaan Fisik :
Demam, bradikardia relatif, nyeri tekan otot, hepatomegali
DIAGNOSIS
Laboratorium :
• lekositosis, LED tinggi, proteinuria, lekosituria
• Peningkatan bilirubin tanpa peningkatan transaminase serum
• Peningkatan ureum dan kreatinin
• Trombositopenia (50% kasus)
• Diagnosis pasti : Kultur dan serologi

KULTUR :
• Spesimen dari darah atau CSF pada awal gejala
• Dianjurkan kultur ganda dan pengambilan spesimen pada fase
leptospiraemia serta sebelum diambil antibiotik
• Kultur urine : 2-4 minggu setelah onset penyakit
DIAGNOSIS
SEROLOGI
Microscopic Agglutination Test (MAT) Microscopic Slide Agglutination Test
Uji carik celup : ELISA
Lepto Dipstick Microcapsule Agglutination Test
Lepto Tec Lateral Flow Patoc-slide agglutination test (PSAT)
Agglutinasi Lateks kering Sensitized arythrocyte lysis Test (SEL)
(Lepto Tek Dry-dot Counter immune electrophoresis (CIE)
Indirect fluorescent Antibody Test
(IFAT)
Indirect haemagglutination Test (IHA)
Uji Aglutinasi lateks
Complement Fixation Test (CFT)
Diagnosis Banding
Sering
Tifoid & hepatitis tifosa
Kolesistitis dan kolangitis
Sepsis

Jarang
Abses hati
Viral hepatitis
Hepatitis fulminan
TERAPI
• Suportif :
Observasi ketat untuk mendeteksi dan mengatasi keadaan
dehidrasi, hipotensi, perdarahan, dan gagal ginjal

• Antibiotika :
- Dimulai sesegera mungkin biasanya pemberian dalam 4 hari
setelah onset
- Pilihan antibiotika  beratnya penyakit
Pengobatan dan kemoprofilaksis Leptospirosis

indikasi Regimen Dosis


Leptospirosis ringan Doksisiklin 2x100 mg
Ampisilin 4x500-750 mg
Amoksisilin 4x500 mg
Leptospirosis sedang/ Penisilin G 1,5 juta unit/6 jam (IV)
berat
Ampisilin 1 gram/6 jam (iv)
Amoksisilin 1 gram/6 jam (iv)

kemoprofilaksis Doksisiklin 200 mg/ minggu


Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai