Morbili
Disusun oleh :
dr. Aghil Shagita Novian
Pendamping :
dr. Widiyana
Pada hari ini hari, tanggal 19 Oktober 2016 telah dipresentasikan portofolio oleh:
Nama
Judul/ topic
: Morbili
Nama Pendamping
: dr. Widiyana
Nama Wahana
: RSUD INDRAMAYU
No.
No.
Tanda Tangan
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping
dr. Widiyana
TOPIK : Morbili
Tanggal (kasus) : 12 Oktober 2016
Nama Pasien
: An. A 14 Tahun
: RSUD Indramayu
OBJEKTIF PRESENTASI
o Keilmuan
o Keterampilan
o Penyegaran
o Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
o Kegawatan
o Istimewa
o Neonatus
o Bayi
o Remaja
Anak
o Dewasa
Lansia
o Bumil
o Deskripsi :
Pasien datang dengan keluhan panas badan sejak 6 hari SMRS. Keluhan disertai dengan
batuk berdahak, hidung berair, dan pusing-pusing.
o Tujuan:
1. Mengetahui gejala klinis, diagnosis, menatalaksana dan mencegah komplikasi lebih
lanjut
Bahan Bahasan
Tinjauan Pustaka
o Riset
Cara Membahas
Diskusi
DATA PASIEN
Telp : Data utama untuk bahan diskusi:
Kasus
Presentasi o E-mail
o Audit
o Pos
dan Diskusi
Nama : An. A
Terdaftar sejak: 12 Oktober 2016
Gambaran Klinis :
Panas badan dirasakan terus menerus, hanya turun kalau minum obat penurun panas.
Keluhan disertai dengan batuk berdahak, hidung berair, dan pusing-pusing. Pasien
juga mengeluhkan mual dan muntah sejak 1 hari SMRS. Pasien mengeluh keluar
ruam-ruam merah sejak 3 hari SMRS yang bermula di sekitar wajah lalu menyebar ke
seluruh badan.
2. Riwayat Pengobatan : Pasien belum pernah berobat ke dokter, hanya minum obatobatan warung.
2
http://pediatricinfo.wordpress.com/2016/10/18/campak-morbili-measles-rubeola/
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. Jakaeta: Media Aesculapius
Nelson. 2000. Ilmu Kesehataan Anak vol 2. Jakarta: penerbit Buku Kedokteran EGC
Fennely,
Glenn
J.
2006.
Measles.
(Online,
Nama
Jenis kelamin
Tanggal Lahir
Umur
Alamat
Agama
Suku bangsa
Pekerjaan
Status perkawinan
Bangsal
Tanggal masuk
Tanggal Periksa
No. CM
: An. A
: Perempuan
:: 14 Tahun
: Singajaya
: Islam
: Jawa
: Pelajar
: Belum Menikah
: Anak
: 12 Oktober 2016
: 12 Oktober 2016
: 291081
II. Anamnesa
a. Keluhan utama: Panas badan
b. RPS
:
Pasien datang dengan keluhan panas badan sejak 6 hari SMRS. Panas badan
dirasakan terus menerus, hanya turun kalau minum obat penurun panas. Keluhan
disertai dengan batuk berdahak, hidung berair, dan pusing-pusing. Pasien juga
mengeluhkan mual dan muntah sejak 1 hari SMRS. Pasien mengeluh keluar ruamruam merah sejak 3 hari SMRS yang bermula di sekitar wajah lalu menyebar ke
seluruh badan. Pasien belum pernah berobat ke dokter, hanya minum obat-obatan
warung.
c. RPD
d. Status General
a. Kepala
b. Mata
c. Hidung
d. Telinga
e. Mulut
f. Leher
g. Thorak
Inspeksi
: Bentuk dan gerak simetris, ruam papulomakula eritem (+)
Palpasi
: Nyeri Tekan (-)
Perkusi
: Sonor (+)
Auskultasi : BJ I dan II murni regular, Suara dasar vesikuler, Rhonki -/-,
Pemeriksaan
Hasil
Harga Normal
WBC
11.000
3,5 10,0
RBC
5,07
3,8 5,80
HGB
13,5
11,0 16,5
HCT
38
35,0 50
PLT
140.000
150 390
MCV
75
80 97
MCH
26,6
26,5 33,5
MCHC
35,5
31,5 35,0
V. DD
a. Morbili + Infeksi sekunder
b. Other viral infection + infeksi sekunder
VI. Diagnosa : Morbili + Infeksi sekunder
VII. Penatalaksanaan
:
IVFD RL 20 TPM
Ondancentron 2 x 4 mg IV
OMZ 1 x 40 mg IV
Ceftriaxone 2 x 1 gr IV
PCT infus 4 x 500 mg IV
5
Vit A 200.000 IU
Ambroxol 3 x 1 tab
Pro Darah Lengkap, GDS, MDT
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bahasa latin disebut sebagai morbili atau rubeolla. Sementara dalam bahasa
Inggris, measles. Dalam bahasa awam disebut campak atau serampah.
6
Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, yang disebabkan virus campak menular
yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu: a) Stadium kataral, b) Stadium erupsi, c) Stadium
konvalesensi.
I. Epidemiologi
Di indonesia, menurut survei Kesehatan Rumah Tangga Morbili menduduki tempat
ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada bayi (0,7%) dan tempat ke-5 dalam
urutan 10 macam penyakit utama pada anak umur 1-4 tahun (0,77%).
Morbili merupakan penyakit endemis, terutama di negara sedang berkembang. Di
Indonesia penyakit morbili sudah dikenal sejak lama. Di masa lampau morbili dianggap
sebagai suatu hal yang harus di alami setiap anak, sehingga anak yang terkena campak
tidak perlu diobati, mereka beranggapan bahwa penyakit morbili dapat sembuh sendiri bila
ruam sudah keluar. Ada anggapan bahwa ruam yang keluar banyak semakin baik. Bahkan
ada usaha dari masyarakat untuk mempercepat keluarnya ruam. Ada kepercayaan bahwa
penyakit morbili akan berbahaya bila ruam tidak keluar pada kulit sebab ruam akan
muncul didalam rongga tubuh lain seperti didalam tenggorokan, paru, perut, atau usus. Hal
ini diyakini akan menyebabkan sesak nafas atau diare yang dapat menyebabkan kematian.
Secara biologik, morbili mempunyai sifat adanya ruam yang jelas, tidak diperlukan
hewan perantara, tidak ada penularan melalui serangga (vektor), adanya musiman dengan
periode bebas penyakit, tidak ada penularan virus secara tetap, hanya memiliki satu
serotipe virus dan adanya vaksin campak yang efektif.
II. Etiologi
Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah
selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus ini berupa virus
RNA yang termasuk family Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. Cara penularannya
dengan droplet infeksi. Pada awalnya, gejala campak agak sulit dideteksi. Namun, secara
garis besar penyakit campak bias dibagi menjadi beberapa fase.
Fase pertama disebut fase inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari. Pada
fase ini anak sudah mula terkena infeksi tapi pada dirinya belum tampak gejala
apapun. Bercak-bercak merak yang merupakan cirri khas campak belum keluar.
Stadium prodormal berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam ringan
hingga sedang, batuk kering ringan, coryza, fotofobia dan konjungtivitis.
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul
bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai.
7
Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh
eritema. Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapan dengan molar dibawah,
tetapi dapat menyebar tidak teratur mengenai seluruh permukaan pipi. Meski
jarang, mereka dapat pula ditemukan pada bagian tengah bibir bawah, langitlangit dan karankula lakrimalis. Bercak tersebut muncul dan menghilang dengan
cepat dalam waktu 12-18 jam. Satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi
yang turun naik, berkisar 38C-40,C 50C. Kadang-kadang stadium prodormal
bersifat berat karena diiringi demam tinggi mendadak disertai kejang-kejang dan
Biasanya bercak memenuhi seluruh tubuh dalam waktu sekitar satu minggu.
Namun, ini pun tergantung pada daya tahan tubuh masing-masing anak. Bila daya tahan
tubuhnya baik maka bercak merahnya tak terlalu menyebar dan tak terlalu penuh.
Umumnya jika bercak merahnya sudah keluar, demam akan turun dengan sendirinya.
Bercak merah pun makin lama menjadi kehitaman dan bersisik (hiperpigmentasi), lalu
rontok atau sembuh dengan sendirinya. Periode ini merupakan masa penyembuhan yang
butuh waktu sampai 2 minggu.
8
IV. Diagnosis
Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda sebagai berikut :
Anamnesis
1. Anak dengan panas 3-5 hari (biasanya tinggi, mendadak), batuk, pilek harus
dicurigai atau di diagnosis banding morbili.
2. Mata merah, tahi mata, fotofobia, menambah kecurigaan.
3. Dapat disertai diare dan muntah.
4. Dapat disertai dengan gejala perdarahan (pada kasus yang berat) : epistaksis,
petekie, ekimosis.
5. Anak resiko tinggi adalah bila kontak dengan penderita morbili (1 atau 2 minggu
sebelumnya) dan belum pernah vaksinasi campak.
Pemeriksaan fisik
1. Pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin hanya demam (biasanya
tinggi) dan tanda-tanda nasofaringitis dan konjungtivitis.
2. Pada umunya anak tampak lemah.
3. Koplik spot pada hari ke 2-3 panas (akhir stadium kataral).
Pada stadium erupsi timbul ruam (rash) yang khas : ruam makulopapular yang
munculnya mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut di dahi,
muka, dan kemudian seluruh tubuh.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pada pemeriksaan darah rutin dan darah tepi ditemukan jumlah leukosit yang
normal, atau bisa meningkat jika ada komplikasi infeksi bakteri.
2. Pemeriksaan serologi, yaitu antibody IgM terhadap virus measles untuk
mengetahui infeksi akut morbili.
3. Pemeriksaan sitologi: ditemukan giant cell pada lapisan mukosa hidung dan
bukal.
V. Pengobatan
Terapi pada campak bersifat suportif, terdiri dari:
a) Pemberian cairan yang cukup, misal air putih, jus buah segar, teh, dll untuk
mengembalikan cairan tubuh yang hilang karena panas dan berkeringat karena
demam.
b) Kalori yang sesuai dan jenis makanan yang disesuaikan dengan tingkat
kesadaran dan adanya komplikasi
c) Suplemen nutrisi
10
X. Prognosis
Baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi prognosis buruk bila
keadaan umum buruk, anak yang sedang menderita penyakit kronis atau bila ada
komplikasi.
XI. Komplikasi
1. Bronkopneumonia
2. Komplikasi neurologis seperti neuritis optika dan ensefalitis
3. SSPE (Subacute Scleroting Panencephalitis), penyakit degenerasi yang jarang dari
susunan saraf pusat. Ditandai dengan kekacauan mental, disfungsi motorik, kejang
dan koma. Perjalanan klinis lambat. Biasanya terjadi pada anak yang terkena
morbili sebelum usia 2 tahun. SSPE timbul setelah 7 tahun terkena morbili,
sedang setelah vaksinasi morbili terjadi 3 tahun kemudian.
11
Anak usia >12 bulan dengan imunokompromis belum mendapat imunisasi, kontak
dengan pasien campak, dan vaksin MMR merupakan kontraindikasi.
Bayi usia <12 bulan yang terpapar langsung pasien campak mempunyai resiko
tinggi untuk berkembang komplikasi, maka harus diberikan immunoglobulin
sesegera mungkin dalam waktu 7 hari paparan. Setelah itu MMR diberikan
sesegera mungkin dengan interval 3 bulan setelah immunoglobulin.
Dosis anak: 0,2 cc/kgBB IM pada anak sehat, 0,5 cc/kgBB untuk pasien dengan HIV.
Maksimal 15 cc IM.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. http://pediatricinfo.wordpress.com/2016/10/18/campak-morbili-measlesrubeola/
2. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. Jakaeta: Media
Aesculapius
3. Nelson. 2000. Ilmu Kesehataan Anak vol 2. Jakarta: penerbit Buku Kedokteran
EGC
4. Fennely,
Glenn
J.
2006.
Measles.
(Online,
13