Anda di halaman 1dari 15

TINJAUAN PUSTAKA

NASOFARINGITIS

Meisari Rezki Rahmatia S


2015730084

Pembimbing :
dr. Rida Ningsih

PUSKESMAS BANJAR 1 KOTA BANJAR


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim,
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT karena berkat rahmat, nikmat, serta karunia dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan tinjauan pustaka yang berjudul “Nasofaringitis”.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi besar Muhammad
SAW, pemimpin yang mampu membawa perubahan dari zaman kegelapan menuju
zaman yang terang benderang, dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh dengan
teknologi.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. dr. Rida Ningsih yang telah mebimbing dalam penyusunan tinjaun pustaka ini
2. Dokter, Bidan, Perawat berserta seluruh Staff Puskesmas yang telah
membantu kelancaran penyusunan tinjauan pustaka ini
3. Orangtua yang telah memberikan support baik moral, spiritual maupun materi
4. Teman-teman yang telah berpartisipasi dalam penyusunan tinjauan pustaka ini
5. Dan semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu
persatu

Sekiranya tinjauan pustaka ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama bagi
penyusun. Apabila ada kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja,
penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Penyusun menerima apabila ada saran
dan kritik yang membangun.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.................................................................................................................. 3

BAB I ............................................................................................................................. 4

PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4

BAB II............................................................................................................................ 5

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 5

BAB III ........................................................................................................................ 14

PENUTUP.................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Nasofaringitis adalah adalah sindroma inflamsi yang terjadi pada
nasofaring yang disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme. Setiap
tahunnya ±40juta orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan karena
faringitis. Banyak anak-anak dan orang dewasa mengalami 3-5 kali infeksi
virus pada saluran pernafasan atas. Secara global di dunia ini viral
nasofaringitis merupakan penyebab utama seseorang absen bekerja atau
sekolah. National Ambulatory Medical Care Survey menunjukkan ±200
kunjungan ke dokter tiap 1000 populasi antara tahun 1980-1996 adalah
karena viral nasofaringitis. Viral nasofaringitis menyerang semua ras, etnis
dan jenis kelamin. Viral nasofaringitis menyerang anak-anak dan orang
dewasa dan lebih sering pada anak-anak. 1

B. TUJUAN PENYUSUNAN
1. Tujuan umum :
Mengetahui dan memahami tentang penyakit nasofaringitis.
2. Tujuan khusus:
a. Mengetahui definisi nasofaringitis
b. Mengetahui etiologi nasofaringitis
c. Mengetahui epidemiologi nasofaringitis
d. Mengetahui faktor resiko nasofaringitis
e. Mengetahui gejala nasofaringitis
f. Mengetahui pathogenesis nasofaringitis
g. Mengetahui diagnosis nasofaringitis
h. Mengetahui penunjang nasofaringitis
i. Mengetahui penatalaksanaan nasofaringitis
j. Mengetahui pencegahan nasofaringitis
k. Mengetahui komplikasi nasofaringitis
l. Mengetahui prognosis nasofaringitis

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Nasofaringitis adalah adalah sindroma inflamsi yang terjadi pada
nasofaring yang disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme.

B. ETIOLOGI
Penyakit yang disebabkan oleh lebih dari 200 agen virus yang berbeda
secara serologis. Agen utamanya adalah rhinovirus, yang menyebabkan lebih
dari sepertiga dari semua kasus ; koronavirus menyebabkan sekitar 10%.
Selain itu juga bisa disebabkan oleh adenovirus, dan parainfluenza virus.
Masa infektivitas berakhir dari beberapa jam sebelum munculnya gejala
sampai 1-2 hari sesudah penyakit nampak. Streptokokus grup A adalah bakteri
utama yang menyebabkan nasofaringitis.

C. EPIDEMIOLOGI
Setiap tahunnya ±40juta orang mengunjungi pusat pelayanan
kesehatan karena faringitis. Banyak anak-anak dan orang dewasa mengalami
3-5 kali infeksi virus pada saluran pernafasan atas. Secara global di dunia ini
viral nasofaringitis merupakan penyebab utama seseorang absen bekerja atau
sekolah. National Ambulatory Medical Care Survey menunjukkan ±200

5
kunjungan ke dokter tiap 1000 populasi antara tahun 1980-1996 adalah
karena viral nasofaringitis. Viral nasofaringitis menyerang semua ras, etnis
dan jenis kelamin. Viral nasofaringitis menyerang anak-anak dan orang
dewasa dan lebih sering pada anak-anak.

D. FAKTOR RESIKO
a) Usia
Bayi dan anak-anak prasekolah sangat rentan terhadap common cold
karena mereka belum mengembangkan kekebalan terhadap sebagian besar
virus. Namun sistem kekebalan tubuh belum menghasilkan adalah bukan
satu-satunya yang membuat anak-anak rentan. Namun sistem kekebalan
tubuh yang belum sempurna bukan satu-satunya alasan. Anak-anak sering
menghabiskan waktu dengan anak-anak lain dan tidak berhati-hati
mencuci tangan dan juga menutup mulut dan hidung saat batuk dan bersin.
b) Imunitas
Seiring penambahan usia, semakin bagus kekebalan terhadap virus.
Namun disaat imunitas yang menurun mudah sekali untuk mendapatkan
penyakit ini.
c) Waktu tahun.
Biasa terjadi pada musim dingin.

E. GEJALA
Gejala dan tanda yang ditimbulkan tergantung pada mikroorganisme yang
menginfeksi. Gejala nasofaringitis meliputi gejala peradangan pada faring
(faringitis) dan hidung. Secara garis besar nasofaringitis menunjukkan tanda
dan gejala-gejala seperti, nyeri tenggorokan, faring yang hiperemis, tonsil
membesar, pinggir palatum molle yang hiperemis, kelenjar limfe pada rahang
bawah teraba dan nyeri bila ditekan dan bila dilakukan pemeriksaan darah
mungkin dijumpai peningkatan laju endap darah dan leukosit bila bakteri
penyebabnya, selain ditemukan gejala pada faring, dapat pula ditemukan
gejala yang berkaitan dengan hidung, seperti hidung tersumbat dan pilek,.
Selain itu juga dapat ditemukan gejala seperti nafsu makan berkurang,
myalgia, sakit kepala. Demam juga dapat terjadi pada pasien dengan
nasofaringitis, terutama pada bayi atau anak- anak.

6
Faringitis Viral
Rinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian
akan menimbulkan faringitis. Demam disertai rinorea, mual, nyeri
tenggorokan dan sulit menelan. Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil
hiperemis. Virus influenza, Coxsachievirus, dan Cytomegalovirus tidak
menghasilkan eksudat. Coxsachievirus dapat menimbulkan lesi vesicular di
orofaring dan lesi kulit berupa maculopopular rash.

Gambar 2.1 Viral Pharyngitis

Adenovirus selain menimbulkan gejala faringitis, juga menimbulkan


gejala konjungtivitis terutama pada anak. Epstein-Barr virus (EBV)
menyebabkan faringitis yang disertai produksi eksudat pada faring yang
banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh terutama
retroservikal dan hepatosplenomegali. Faringitis yang disebabkan HIV
menimbulkan keluhan nyeri tenggorok, nyeri menelan, mual dan demam. Pada
pemeriksaan tampak faring hiperemis, terdapat eksudat, limfadenopati akut di
leher dan pasien tampak lemah.

Faringitis Bakterial
Nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang-kadang disertai demam
dengan suhu yang tinggi dan jarang disertai dengan batuk. Pada pemeriksaan
tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan terdapat eksudat di

7
permukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak petechiae pada
palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeri
pada penekanan.

Gambar 2.2 Streptococcal Pharyngitis

Faringitis akibat infeksi bakteri streptococcus group A dapat


diperkirakan dengan menggunakan Centor criteria, yaitu :
 Demam
 Anterior Cervical lymphadenopathy
 Absence of cough

Tiap kriteria ini bila dijumpai diberi skor 1. Bila skor 0-1 maka pasien
tidak mengalami faringitis akibat infeksi streptococcus group A, bila skor 1-3
maka pasien memiliki kemungkian 40% terinfeksi streptococcus group A dan
bila skor 4 pasien memiliki kemungkinan 50% terinfeksi streptococcus group
A.
Tabel perbedaan antara nasofaring karena virus dan bakteri :
Virus Bakteri

Demam ringan atau tanpa demam. Demam ringan sampai sedang.

Jumlah sel darah putih normal atau Jumlah sel darah putih meningkat
agak meningkat. ringan sampai sedang.

8
Kelenjar getah bening normal atau Pembengkakan ringan sampai sedang
sedikit membesar. pada kelenjar getah bening.

Tes apus tenggorokan memberikan Tes apus tenggorokan memberikan


hasil negatif. hasil positif untuk strep throast.

Pada biakan di laboratorium tidak Bakteri tumbuh pada biakan di


tumbuh bakteri. laboratorium.

F. PATOGENESIS

Mikroorganisme
Mikroorganisme Masuk melalui Menyerang
pathogen masuk
pathogen masuk hidung mukosa hidung
nasofaring

Gerakan silia Inflamasi pada


mendorong hidung
mukosa ke
posterior
(nasofaring)
Rangsang
Edema reseptor batuk
mukosa di hidung ;
n. trigeminal
Inflamasi pada
nasofaring

Adenoid Rangsang reseptor batuk : Sekresi


n. glossofarigeus Demam
membesar mukus

Nyeri Hidung
Pilek
tenggorokan tersumbat

Batuk

9
Virus masuk melalui bagian depan hidung kemudian berikatan dengan reseptor
(ICAM 1) yang terdapat pada sel di nasal dan adenoid yang terdapat di dalam rongga
nasofaring.

Setelah virus berikatan dengan reseptornya, virus masuk ke dalam sel yang akan
diserang dan mendudukinya. virus akan bereplikasi dalam sel yang terinfeksi dan
akan melepaskan virus-virus baru sedangkan sel yang terinfeksi akan mati. Dengan
jumlah virus yang sedikit saja,kira-kira 1 – 30 partikel virus bisa menyebabkan
infeksi. Virus membutuhkan waktu 8 - 12 jam untuk berplikasi dan membentuk virus
baru, Inilah yang disebut periode inkubasi. Sedangkan untuk menimbulkan gejala
membutuhkan waktu kira – kira 36 – 72 jam.

G. DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis nasofaringitis dapat dimulai dari
anamnesis yang cermat dan dilakukan pemeriksaan temperatur tubuh dan
evaluasi tenggorokan, sinus, telinga, hidung dan leher. Pada nasofaringitis

10
dapat dijumpai faring yang hiperemis, eksudat, tonsil yang membesar dan
hiperemis, pembesaran kelenjar getah bening di leher.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat membantu dalam
penegakkan diagnosis antara lain, yaitu :
 Pemeriksaan darah lengkap
 Throat culture

Namun pada umumnya peran diagnostik pada laboratorium dan


radiologi tidak diperlukan. Pemeriksaan penunjang dilakukan apabila gejala
sudah berlangsung selama 10 hari atau dengan demam > 37,8 ◦ C.

I. PENATALAKSANAAN
a) Non-medikamentosa
 Minum banyak cairan untuk membantu mengencerkan dahak selain itu
minum air akan mencegah dehidrasi dan menjaga tenggorokan lembab.
Beberapa dokter merekomendasikan bahwa orang dengan pilek harus
minum setidaknya delapan sampai 10 gelas air setiap hari.
 Tirah baring
b) Medikamentosa
Nasofaringitis biasanya adalah self limiting disease sehingga
pengobatan yang dilakukan adalah pengobatan secara simtomatk saja.
 Antibiotik tidak diperlukan apabila penyebabnya adalah virus. Jika
diduga penyebabnya adalah streptococcus group A diberikan antibiotik
yaitu Penicillin G Benzatin 50.000 U/kgBB/IM dosis tunggal atau
amoksisilin 50mg/kgBB dosis dibagi 3kali/hari selama 10 hari dan
pada dewasa 3x500mg selama 6-10 hari atau eritromisin
4x500mg/hari.
 Untuk demam, nyeri tenggorok dan nyeri badan : menggunakan obat –
obat nalgesik seperti acetaminofen, ibuprofen, atau naproxen.
Acetaminofen atau paracetamol bekerja dengan menghambat sintesis
prostaglandin. Ibuprofen dan naproxen adalah jenis obat NSAID (non
steroid anti inflamatory drugs) Ibuprofen bekerja dengan cara

11
menghentikan Enzim Sikloosigenase yang berimbas pada
terhambatnya sintesis prostaglandin sebagai mediator inflamasi.
Aktivitas antipiretik (penurun panas) bekerja di hipotalamus dengan
meningkatkan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah). Jangan
memberikan aspirin pada anak-anak karena dapat menimbulkan reye’s
syndrome.
 Batuk : menggunakan obat expectoran atau mukolitik
 Hidung tersumbat : bisa menggunakan decongestan. Decongestan
adalah alfa agonis yang bekerja dengan menyebabkan vasokontriksi
sehingga menurukan volume mukosa dan bisa mengurangi hidung
tersumbat.
- Decongestan sistemik : efedrin, fenilpropanolamin, fenilefrin
- Decongestan oral : oxymetazolin, xylometazolin yang merupakan
derivat imidazolin. Karena efeknya dapat menyebabkan depresi
susunan saraf pusat bila banyak terabsorbsi terutama pada bayi dan
anak-anak, maka sediaan ini tidak boleh untuk bayi dan anak-anak.
Jika digunakan berlebihan bisa bisa menyebabkan rinitis
medikamentosa.

J. PENCEGAHAN
 Jaga kebersihan tangan dan cuci tangan dengan benar memakai sabun.
 Segera cuci tangan dengan sabun cair jika tangan kotor karena terkena
sekresi pernafasan, misalnya setelah bersin atau batuk.
 Hindari menyentuh mulut, hidung atau mata.
 Tutup hidung dan mulut bila bersin dan batuk.

K. KOMPLIKASI
 Sinusitis paranasal
Gejala umum lebih berat, nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan tekan
biasanya di daerah sinus frontalis dan maksilaris. Proses sinusitis sering
menjadi kronis dengan gejala malaise, cepat lelah dan sukar
berkonsentrasi pada anak besar. Kadang-kadang disertai dengan sumbatan
hidung dan nyeri kepala yang hilang timbul, bersin yang terus-menerus

12
disertai sekret purulen dapat unilateral maupun bilateral. Komplikasi sinus
harus dipikirkan apabila di dapat pernapasan melalui mulut menetap dan
rangsang faring yang menetap tanpa sebab yang tetap. Pengobatan dengan
antibiotika.
Dapat terjadi penutupan tuba Eustachii dengan gejala tuli atau infeksi
menembus lansung kedaerah telingah tengah yang menyebabkan otitis
media akut (OMA). Gejala OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai
suhu badab yang mendadak tinggi (hiperpireksia), kadang-kadang
menyebabkan demam dan disertai gejala muntah dan diare.
Penyebaran infeksi nasofaring kebawah dapat menyebabkan saluran
nafas bagian bawah seperti laryngitis, trakeitis, bronchitis dan
broncopneumonia.

L. PROGNOSIS
Umumnya prognosis adalah baik. Pasien dengan nasofaringitis biasanya
sembuh dalam waktu 1-2 minggu.
 Ad vitam : bonam
 Ad sanationam : bonam
 Ad fungsionam : bonam

13
BAB III
PENUTUP

Nasofaringitis adalah penyakit yang disebabkan oleh lebih dari 200 agen
virus yang berbeda secara serologis. Agen utamanya adalah rhinovirus, yang
menyebabkan lebih dari sepertiga dari semua kasus ; koronavirus
menyebabkan sekitar 10%. Selain itu juga bisa disebabkan oleh adenovirus,
dan parainfluenza virus. Gejala nasofaringitis meliputi gejala peradangan
pada faring (faringitis) dan hidung. Secara garis besar nasofaringitis
menunjukkan tanda dan gejala-gejala seperti, nyeri tenggorokan, faring yang
hiperemis, tonsil membesar, pinggir palatum molle yang hiperemis, kelenjar
limfe pada rahang bawah teraba dan nyeri bila ditekan dan bila dilakukan
pemeriksaan darah mungkin dijumpai peningkatan laju endap darah dan
leukosit bila bakteri penyebabnya, selain ditemukan gejala pada faring, dapat
pula ditemukan gejala yang berkaitan dengan hidung, seperti hidung tersumbat
dan pilek,. Selain itu juga dapat ditemukan gejala seperti nafsu makan
berkurang, myalgia, sakit kepala. Demam juga dapat terjadi pada pasien
dengan nasofaringitis, terutama pada bayi atau anak- anak.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Adam, Goerge L.1997. Penyakit-penyakit Nasofaring dan Orofaring dalam:


Boeis Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. EGC. Jakarta; 328-29.
2. Adams GL, Boies LR, Higler PH. 1997. Buku ajar penyakit THT. Edisi 6.
Jakarta: EGC.
3. Berhman, E. Richard dan Victor C.V.1992. Sistem pernafasan: Infeksi-infeksi
Saluran Nafas Bagian Atas dalam: Nelson Ilmu Penyakit Anak Bagian 2.
EGC. Jakarta; 297-98.
4. Mansjoer, A (ed). 1999. Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorok:
Tenggorok dalam: Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. FK UI. Jakarta; 118.
5. Nizar NW, Mangunkusumo E. 2000. Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok. Edisi 4. Jakarta : Balai penerbit FKUI.
6. http://www.medicinenet.com/common_cold/article.htm
7. http://www.emedicinehealth.com/colds/article_em.htm#colds_overview
8. http://www.commoncold.org/undrstn3.htm

15

Anda mungkin juga menyukai