ILEUS OBSTRUKSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Pada Bagian/SMF Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Unsyiah/
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Disusun oleh:
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, kasih
sayang dan karunia kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan referat yang
berjudul “Ileus Obstruksi”. Referat ini disusun sebagai salah satu tugas menjalani
kepaniteraan klinik senior pada Bagian/SMF Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Operasi dilakukan secepat yang layak dilakukan dengan memperhatikan keadaan
keseluruhan pasien.4
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
Hernia strangulata adalah salah satu keadaan darurat yang sering dijumpai
oleh dokter bedah dan merupakan penyebab obstruksi usus terbanyak, 44% dari
obstruksi mekanik usus disebabkan oleh hernia eksterna yang mengalami
strangulasi. Di RSCM, 58% kasus obstruksi mekanik usus halus disebabkan oleh
hernia. Indikasi relaparatomi karena obstruksi usus akibat adhesi sebesar 17,7%.
Walaupun di negara berkembang seperti di Indonesia, adhesi bukanlah sebagai
penyebab utama terjadinya obstruksi usus. Penyebab tersering obstruksi usus di
Indonesia adalah hernia, baik sebagai penyebab obstruksi sederhana (51%)
maupun obstruksi usus strangulasi (63%). Adhesi pasca operasi timbul setelah
terjadi cedera pada permukaan jaringan, sebagai akibat insisi, kauterisasi, jahitan
atau mekanisme trauma lainnya. Dari laporan terakhir pasien yang telah menjalani
sedikitnya sekali operasi intra abdomen, akan berkembang adhesi satu hingga
lebih dari sepuluh kali. Obstruksi usus merupakan salah satu konsekuensi klinik
yang penting. Di negara maju, adhesi intraabdomen merupakan penyebab
terbanyak terjadinya obstruksi usus. Pada pasien digestif yang memerlukan
tindakan reoperasi, 30-41% disebabkan obstruksi usus akibat adhesi. Untuk
obstruksi usus halus, proporsi ini meningkat hingga 65-75%.
3
2.3 Etiologi
1. Hernia Inkarserata
Usus masuk dan terjepit dalam pintu hernia. Pada anak dapat ditatalaksana secara
konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jika percobaan reduksi
gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus diadakan herniotomi
segera.6
4
b. Invaginasi
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak jarang
pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering bersifat idiopatik
karena tidak diketahui penyebabnya. Invaginasi umumnya berupa intususepsi
ileosekal yang masuk naik ke kolon ascendens dan mungkin terus sampai
keluar dari rectum. Hal ini d a p at mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian
usus yang masuk dengan komplikasi perforasi dan peritonitis. Diagnosis
invaginasi dapat diduga atas pemeriksaan fisik, dandipastikan dengan
pemeriksaan Rontgen dengan pemberian enema barium. 6
c . Askariasis
5
terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor cacing yang mati atau hampir
mati akibat pemberian obat cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing
berisiko tinggi untuk mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi. 6
d. Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang abnormal
dari segmen usus sepanjang aksis longitudinal usus sendiri, maupun pemuntiran
terhadap aksis radiimesenterii sehingga pasase makanan terganggu . Pada usus
halus jarang ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat di bagian
ileum dan mudah mengalami strangulasi. Gambaran klinisnya berupa
gambaran ileus obstruksi tinggi dengan atau tanpa gejala dan tanda strangulasi. 6
e . Tumor
6
Tumor usus halus jarang menyebabkan obstruksi usus, kecuali jika
menimbulkan invaginasi. Proses keganasan, terutama karsinoma ovarium
d a n karsinoma kolon, dapat menyebabkan obstruksi usus. Hal ini terutama
disebabkan oleh kumpulan metastasis di peritoneum atau di mesenterium yang
menekan usus. 6
2.4 Patofisiologi
Usus di bagian distal kolaps, sementara bagian proksimal
berdilatasi. Usus yang berdilatasi menyebabkan penumpukan cairan dan gas,
distensi yang menyeluruh menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga suplai
darah berkurang (iskemik), dapat terjadi perforasi. Dilatasi dan dilatasi usus oleh
karena obstruksi menyebabkan perubahan ekologi, kuman tumbuh berlebihan
sehingga potensial untuk terjadi translokasi kuman. Gangguan vaskularisasi
menyebabkan mortalitas yang tinggi, air dan elektrolit dapat lolosdari tubuh
karena muntah. Dapat terjadi syok hipovolemik, absorbsi dari toksin pada usus
yang mengalami strangulasi. 6
Dinding usus halus kuat dan tebal, karena itu tidak timbul distensi
berlebihan atau ruptur. Dinding usus besar tipis, sehingga mudah
distensi. Dinding sekum merupakan bagian kolon yang paling tipis, karena itu
dapat terjadi ruptur bila terlalu tegang. Gejala dan tanda obstruksi usus halus atau
usus besar tergantung kompetensi valvula Bauhini. Bila terjadi insufisiensi katup,
timbul refluks dari kolon ke ileum terminal sehingga ileum turut membesar. 6
7
Terlepas dari etiologi atau onset akut, dalam obstruksi dinamis (mekanis)
usus proksimal dari obstruksi melebar dan usus di bawah obstruksi menunjukkan
peristaltik dan absorpsi normal sampai menjadi kosong dan kolaps. Awalnya,
peristaltik proksimal ditingkatkan dalam upaya mengatasi obstruksi. Jika obstruksi
tidak hilang, usus terus membesar akhirnya terjadi penurunan kekuatan peristaltik,
yang mengakibatkan flacciditas dan kelumpuhan.7
Distensi proksimal obstruksi disebabkan oleh dua faktor: 7
● Gas: terdapat pertumbuhan signifikan dari organisme aerob dan anaerob, yang
mengakibatkan produksi gas yang cukup besar. Setelah reabsorpsi oksigen dan
karbon dioksida, sebagian besar terdiri dari nitrogen (90%) dan hidrogen sulfida.
● Cairan: terdiri dari berbagai cairan pencernaan. (saliva 500 mL, empedu 500
mL, sekresi pankreas 500 mL, sekresi lambung 1 liter - semua per 24 jam). Ini
terakumulasi dalam lumen usus karena penyerapan oleh obstruksi usus yang
terhambat.
Dehidrasi dan kehilangan elektrolit terjadi karena: 7
- mengurangi asupan oral;
- absorpsi usus yang tidak efektif;
- muntah;
- sekuestrasi di lumen usus;
- transudasi cairan ke dalam rongga peritoneum.
2.5 Klasifikasi
Klasifikasi ileus obstrukif atau ileus mekanik berdasarkan lokasi
obstruksinya, antara lain:8
a. Ileus obstruktif letak tinggi
Obstruksi mengenai usus halus (mulai dari gaster sampai ileumterminal).
b. Ileus obstruktif letak rendah
Obstruksi mengenai usus besar (dimulai dari ileum terminal sampai ke
bagian rectum).
Selain itu, klasifikasi ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3
berdasarkan stadiumnya, antara lain : 8
8
a. Obstruksi sebagian (partial obstruction)
Obstruksi terjadi sebagian sehingga makananmasih bisa sedikit lewat,
dapat flatus dan defekasi sedikit.
b. Obstruksi sederhana ( simple obstruction)
Obstruksi/sumbatan yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah (tidak
disertai gangguan aliran darah).
c. Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction)
Obstruksi disertai dengan terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi
iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren.
9
menunjukkanadanya iskemia atau peritonitis. Borborygmus dapat keras dan
timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum
obstruksi komplit. Muntah lebih sering terjadi pada penyumbatan usus besar.
Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal mampu mencegah
refluks. Bila akibat refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus, akan tampak
gangguan pada usus halus. Muntah feka lakan terjadi kemudian. 9
Pada keadaan valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan sering
mengakibatkan perforasi sekum karena tekanannya paling tinggi dandindingnya
yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi abdomen dan
timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien yang kurus, dan akan terdengar
metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan terabanya massa
menunjukkan adanya strangulasi. 9
10
Pada usus halus, derajat distensi bergantung pada lokasi obstruksi dan
semakin besar disetnsinya, semakin distal pula lesinya. Peristaltik usus juga dapat
terlihat. Hal ini terkadang dapat dipicu dengan 'menjentikkan' dinding abdomen.
Pada kolon, distensi merupakan gambaran lanjutan pada obstruksi kolon dan
mungkin minimal atau bahkan tidak ada apabila disertai dengan oklusi vaskular
mesenterika. 10
Konstipasi dapat diklasifikasikan sebagai konstipasi absolut (yaitu tidak ada
feses atau flatus yang lewat) atau relatif (di mana hanya flatus yang lewat).
Konstipasi absolut adalah ciri utama dari obstruksi usus komplit. Beberapa pasien
mungkin mengeluarkan flatus atau feses setelah timbulnya obstruksi sebagai
akibat dari evakuasi isi usus bagian distal. Pemberian enema perlu ditanyakan
pada pasien karena enema merangsang evakuasi isi usus bagian distal dari
obstruksi dan dapat membingungkan gambaran klinis. 10
Manifestasi klinis lanjutan yang dapat dirasakan pasien adalah dehidrasi,
oliguria, syok hipovolemia, pireksia, septikemia, gangguan pernapasan dan
peritonism. Selain itu, perlu juga ditanyakan riwayat penyakit abdomen dan
sekitarnya serta riwayat operasi digestif sebelumnya. Selanjutnya, penentuan
diagnosis ileus obstruksi adalah dengan pemeriksaan fisik. Berikut ini merupakan
temuan yang akan didapatkan pada pemeriksaan fisik pasien dengan ileus
obstruktif: 10,11
1. Vital Sign : Awalnya normal namun lama kelamaan dapat menjadi
takikardia, hipotensi dan terkadang disertai pireksia.
2. Inspeksi : Distensi abdomen, darm contour, skar bekas operasi
abdomen sebelumnya
3. Auskultasi : Bising usus meningkat, terdapat metallic sound
4. Palpasi : Terdapat nyeri tekan disertai terabanya massa, nyeri lepas
yang menandakan adanya peritonitis dan kemungkinan strangulasi.
11
Nilai laboratorium pada awalnya normal, namun dapat terjadi
hemokonsentrasi, leukositosis, gangguan elektrolit (hipokalemia) dan fungsi ginjal
(melihat apakah sudah terjadi Acute Kidney Injury). 11
b. Pemeriksaan Radiologi
Pada pemeriksaan radiologi, tepatnya foto polos abdomen 3 posisi,
didapatkan gambaran anak tangga dari usus kecil yang dengan air fluid level
berdilatasi (step ladder appearance). Penggunaan kontras dapat menunjukkan
sumbatan mekanis beserta letaknya. Pada sumbatan kolon, bagian yang berdilatasi
akan tampak seperti ‘pigura’ dari dinding abdomen. Kolon dapat dibedakan dari
dinding usus dengan melihat adanya haustra yang tidak melintasi seluruh lumen
kolon yang berdistensi. 11
Pada obstruksi usus, gambaran cairan muncul lebih lambat dari bayangan
gas karena butuh waktu untuk memisahkan gas dan cairan. Gambaran ini paling
menonjol pada foto polos abdomen posisi erect. Pada orang dewasa, dua tingkat
cairan yang tidak konstan (di ujung duodenum dan yang lainnya di ileum
terminal) dan hal tersebut masih dianggap normal. Pada bayi (kurang dari 1
tahun), sedikit kadar cairan di usus halus mungkin bersifat fisiologis. Pada
kelompok usia ini sulit untuk membedakan usus besar dari usus halus dengan
adanya obstruksi.10
Selama proses obstruktif, kadar cairan menjadi lebih mencolok dan lebih
banyak saat terjadi kelumpuhan. Ketika gambaran cairan telah muncul, obstruksi
berlanjut. Pada usus halus, jumlah level cairan berbanding lurus dengan derajat
obstruksi dan dengan lokasinya, jumlahnya meningkat jika semakin distal letak
lesinya. 10
12
Gambar 1. Foto Polos Abdomen Posisi Erect Tampak Gambaran Stepladder
Appearance Pada Obstruksi Ileum 10
13
diagnostik dan terapeutik dari agen kontras yang larut dalam air 50-100 mL pada
obstruksi usus kecil adesif termasuk 14 studi prospektif. Munculnya kontras di
usus besar 4-24 jam setelah pemberian memiliki sensitivitas 96% dan spesifisitas
98% dalam memprediksi resolusi obstruksi usus halus. Jika kontras tidak
mencapai usus besar, operasi diperlukan pada sekitar 90% pasien. Pemberian agen
yang larut dalam air juga efektif dalam mengurangi kebutuhan operasi (OR 0,62; p
= 0,007) dan memperpendek masa rawatan di rumah sakit. 10
Obstruksi kolon rendah biasanya tidak menyebabkan peningkatan cairan
usus halus kecuali jika terjadi berkelanjutan, sedangkan obstruksi kolon tinggi
dapat terjadi peningkatan cairan di usus halus akibat katup ileocaecal yang tidak
kompeten. Obstruksi kolon biasanya dikaitkan dengan sejumlah besar gas di
sekum. Pemberian enema harus dilakukan untuk membedakan obstruksi usus
besar dari pseudo-obstruksi. Pemberian barium dikontraindikasikan jika terdapat
obstruksi akut dan dapat mengancam jiwa. 10
Temuan gambaran foto polos abdomen pada ileus obstruksi adalah sebagai
berikut:
Ileus obstruksi letak tinggi :
- Dilatasi usus halus yang terletak proksimal dari obstruksi, terutama bagian
sentral
- Coil spring appearance
- Herring bone appearance
- Air fluid level yang pendek dan banyak (step ladder sign)
- Udara di rektum dan sigmoid tidak tampak
Ileus obstruksi letak rendah :
- Dilatasi usus halus dan kolon
- Tidak tampak gambaran air fluid level
- Udara di rektum dan sigmoid tidak tampak
- Distal colon kolaps
14
CT scan sekarang digunakan secara luas untuk menyelidiki semua bentuk
obstruksi usus dan merupakan gold standard. CT scan sangat akurat dan satu-
satunya keterbatasannya adalah dalam mendiagnosis iskemia. Dua temuan CT
scan dapat digunakan dalam praktik klinis ketika mencari iskemia usus:
berkurangnya dinding usus yang meningkat sangat memprediksi iskemia dan tidak
adanya cairan mesenterika merupakan temuan yang dapat diandalkan untuk
menyingkirkan pencekikan. Penting untuk diingat bahwa bahkan dengan teknik
pencitraan terbaik, diagnosis pencekikan tetap merupakan diagnosis klinis. 10
15
Gambar 4. CT Scan Potongan Coronal Menunjukkan Gambaran Ileus Obstruksi
Letak Rendah
16
Akan tetapi, terapi antibiotik wajib untuk semua pasien yang akan menjalani
operasi obstruksi usus. 10
17
Gambar 5. Algoritme penanganan ileus obstruktif
3. Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit.Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan
kalori yang cukup.Perlu diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam
keadaan paralitik. 11
18
BAB III
KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS
3.1 Komplikasi
Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif pada sekum yang
berakhir dengan perforasi sekum sehingga terjadi pencemaran rongga perut
dengan akibat peritonitis umum. 11
3.2 Prognosis
Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur,
etiologi, tempat dan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupun
tua maka toleransinya terhadap penyakit maupun tindakan operatif yang dilakukan
sangat rendah sehingga meningkatkan mortalitas. Pada obstruksi kolon
mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan obstruksi usus halus. 11
19
BAB IV
PENCEGAHAN
Tidak ada cara pasti yang dapat mencegah terjadinya obstruksi usus secara
medis. Namun, kondisi obstruksi yang parah dapat dihindari dengan konsumsi
serat yang banyak, karena serat adalah bahan yang tidak dapat dicerna serta
meningkatkan motilitas usus. Selain itu, cara lain adalah dengan menghindari
faktor risiko yang menimbulkan obstruksi usus seperti pembedahan perut atau
panggul. Edukasi dan promosi kesehatan ileus obstruktif dilakukan mengenai
apakah modalitas terapi yang digunakan konservatif atau operatif. Jika terapi
konservatif dipilih, maka risiko komplikasi dan kemungkinan diperlukan operasi
harus disampaikan.
20
literatur, tindakan laparoskopi dapat mengurangi terjadinya risiko adhesi
dibandingkan open surgery.13
21
BAB V
PENUTUP
22
DAFTAR PUSTAKA
23
from the world society of emergency surgery ASBO working group. World J
Emerg Surg. 2018;13(1):1–13.
24