Anda di halaman 1dari 27

Referat

ILEUS OBSTRUKSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Pada Bagian/SMF Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Unsyiah/
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Disusun oleh:

T. Andi Syahputra 1807101030034


Rauzatil Aula Kasturi 1907101030022
Rosi Mega Safitri 1907101030024
Fitri Amalia Rahma 1907101030027
Syadza Alya 1907101030023
Savia Ulfa 1907101030028

BAGIAN/ SMF ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, kasih
sayang dan karunia kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan referat yang
berjudul “Ileus Obstruksi”. Referat ini disusun sebagai salah satu tugas menjalani
kepaniteraan klinik senior pada Bagian/SMF Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

Selama penyelesaian referat ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan,


pengarahan, dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan terimakasih kepada Dosen Pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis
dalam menyelesaikan tugas ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam referat ini. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang konstruktif dari pembaca sekalian demi kesempurnaan referat ini.
Harapan penulis semoga referat ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan umumnya dan profesi kedokteran khususnya. Semoga Allah selalu
memberikan Rahmat dan Hikmah-Nya kepada kita semua.

Banda Aceh, 28 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1


BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3
2.1. Definisi .......................................................................................... 3
2.2. Epidemiologi .................................................................................. 3
2.3 Etiologi .......................................................................................... 4
2.4 Patofisiologi ................................................................................... 7
2.5 Klasifikasi ...................................................................................... 8
2.6 Manifestasi Klinis ......................................................................... 9
2.7 Kriteria Diagnosis ........................................................................ 10
2.8 Pemeriksaan Penunjang ................................................................. 11
2.9 Tatalaksana non-operatif................................................................ 16
2.10 Tatalaksana operatif...................................................................... 17

BAB III KOMLIKASI DAN PROGNOSIS ................................................... 19


3.1. Komplikasi ..................................................................................... 19
3.2. Prognosis ........................................................................................ 19
BAB IV PENCEGAHAN ................................................................................. 20
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Ileus obstruktif merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering


dijumpai dan merupakan 60%-70% dari seluruh kasus akut abdomen. Setiap
tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus. Akut abdomen
dapat disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen berupa inflamasi dan
penyulitnya, ileus obstruktif, iskemik, dan perdarahan. Sebagian kelainan dapat
disebabkan oleh cedera langsung atau tidak langsung yang mengakibatkan
perforasi saluran cerna atau perdarahan.1
Obstruksi intestinal secara umum didefinisikan sebagai kegagalan isi
intestinal untuk melanjutkan perjalanannya menuju ke anus. Obstruksi intestinal
terjadi ketika lumen usus konstriksi atau terdapat sumbatan. Kondisi ini harus
dibedakan dengan ileus paralitik, dimana terjadi gerakan propulsif yang menurun
tanpa adanya sumbatan di lumen intestinal.2
Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh adanya obstruksi lumen usus
atau oleh adanya gangguan peristaltik. Obstruksi intestinal atau disebut juga ileus
obstruktif (obstruksi mekanik) dapat disebabkan oleh strangulasi, invaginasi atau
adanya sumbatan dalam lumen usus. Obstruksi usus merupakan gangguan
peristaltik baik di usus halus maupun di kolon. Obstruksi mekanik dapat
disebabkan karena adanya lesi pada bagian dinding usus, di luar usus maupun di
dalam lumen usus. Obstruksi usus dapat akut atau kronik, parsial atau total.
Obstruksi usus kronik biasanya mengenai kolon sebagai akibat adanya karsinoma.
Sebagian besar obstruksi justru mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus
merupakan kegawatan yang memerlukan diagnosa dini dan tindakan bedah
darurat.3
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Markogiannakis et al,
ditemukan 60% penderita yang mengalami ileus obstruktif rata-rata berumur
sekitar 16-98 tahun dengan perbandingan jenis kelamin perempuan lebih banyak
dari pada laki-laki. Terapi ileus obstruktif biasanya melibatkan intervensi bedah.
Penentuan waktu kritis tergantung atas jenis dan lama proses ileus obstruktif.

1
Operasi dilakukan secepat yang layak dilakukan dengan memperhatikan keadaan
keseluruhan pasien.4

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi


karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus
sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut
menyebabkan pasase lumen usus terganggu.5
Obstruksi intestinal secara umum didefinisikan sebagai kegagalan isi
intestinal untuk melanjutkan perjalanannya menuju ke anus. Obstruksi Intestinal
ini merujuk pada adanya sumbatan mekanik atau nonmekanik parsial atau total
dari usus besar dan usus halus.2

2.2 Epidemiologi
Hernia strangulata adalah salah satu keadaan darurat yang sering dijumpai
oleh dokter bedah dan merupakan penyebab obstruksi usus terbanyak, 44% dari
obstruksi mekanik usus disebabkan oleh hernia eksterna yang mengalami
strangulasi. Di RSCM, 58% kasus obstruksi mekanik usus halus disebabkan oleh
hernia. Indikasi relaparatomi karena obstruksi usus akibat adhesi sebesar 17,7%.
Walaupun di negara berkembang seperti di Indonesia, adhesi bukanlah sebagai
penyebab utama terjadinya obstruksi usus. Penyebab tersering obstruksi usus di
Indonesia adalah hernia, baik sebagai penyebab obstruksi sederhana (51%)
maupun obstruksi usus strangulasi (63%). Adhesi pasca operasi timbul setelah
terjadi cedera pada permukaan jaringan, sebagai akibat insisi, kauterisasi, jahitan
atau mekanisme trauma lainnya. Dari laporan terakhir pasien yang telah menjalani
sedikitnya sekali operasi intra abdomen, akan berkembang adhesi satu hingga
lebih dari sepuluh kali. Obstruksi usus merupakan salah satu konsekuensi klinik
yang penting. Di negara maju, adhesi intraabdomen merupakan penyebab
terbanyak terjadinya obstruksi usus. Pada pasien digestif yang memerlukan
tindakan reoperasi, 30-41% disebabkan obstruksi usus akibat adhesi. Untuk
obstruksi usus halus, proporsi ini meningkat hingga 65-75%.

3
2.3 Etiologi
1. Hernia Inkarserata
Usus masuk dan terjepit dalam pintu hernia. Pada anak dapat ditatalaksana secara
konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jika percobaan reduksi
gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus diadakan herniotomi
segera.6

2 . Non Hernia Inkarserata Antara lain :


a. Adhesi atau perlekatan usus
Dimana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus. Dapat berupa
perlengketanmungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa setempat atau
luas. Umunya berasal dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis setempat
atau umum. Ileus karena adhesi biasanya tidak disertai strangulasi. 6

4
b. Invaginasi
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak jarang
pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering bersifat idiopatik
karena tidak diketahui penyebabnya. Invaginasi umumnya berupa intususepsi
ileosekal yang masuk naik ke kolon ascendens dan mungkin terus sampai
keluar dari rectum. Hal ini d a p at mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian
usus yang masuk dengan komplikasi perforasi dan peritonitis. Diagnosis
invaginasi dapat diduga atas pemeriksaan fisik, dandipastikan dengan
pemeriksaan Rontgen dengan pemberian enema barium. 6

c . Askariasis

Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya


jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-mana di
usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang merupakan tempat lumen
paling sempit. Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu gumpalan padat

5
terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor cacing yang mati atau hampir
mati akibat pemberian obat cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing
berisiko tinggi untuk mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi. 6

d. Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang abnormal
dari segmen usus sepanjang aksis longitudinal usus sendiri, maupun pemuntiran
terhadap aksis radiimesenterii sehingga pasase makanan terganggu . Pada usus
halus jarang ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat di bagian
ileum dan mudah mengalami strangulasi. Gambaran klinisnya berupa
gambaran ileus obstruksi tinggi dengan atau tanpa gejala dan tanda strangulasi. 6

e . Tumor

6
Tumor usus halus jarang menyebabkan obstruksi usus, kecuali jika
menimbulkan invaginasi. Proses keganasan, terutama karsinoma ovarium
d a n karsinoma kolon, dapat menyebabkan obstruksi usus. Hal ini terutama
disebabkan oleh kumpulan metastasis di peritoneum atau di mesenterium yang
menekan usus. 6

f. Batu empedu yang masuk ke ileus.


Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul dari saluran
empedu ke duodenum atau usus halus yang menyebabkan batu empedu ke traktus
gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya
pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
Penyebab obstruksi kolon yang palin sering ialah karsinoma, terutama pada daerah
rektosigmoid dan kolon kiri distal. 6

2.4 Patofisiologi
Usus di bagian distal kolaps, sementara bagian proksimal
berdilatasi. Usus yang berdilatasi menyebabkan penumpukan cairan dan gas,
distensi yang menyeluruh menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga suplai
darah berkurang (iskemik), dapat terjadi perforasi. Dilatasi dan dilatasi usus oleh
karena obstruksi menyebabkan perubahan ekologi, kuman tumbuh berlebihan
sehingga potensial untuk terjadi translokasi kuman. Gangguan vaskularisasi
menyebabkan mortalitas yang tinggi, air dan elektrolit dapat lolosdari tubuh
karena muntah. Dapat terjadi syok hipovolemik, absorbsi dari toksin pada usus
yang mengalami strangulasi. 6
Dinding usus halus kuat dan tebal, karena itu tidak timbul distensi
berlebihan atau ruptur. Dinding usus besar tipis, sehingga mudah
distensi. Dinding sekum merupakan bagian kolon yang paling tipis, karena itu
dapat terjadi ruptur bila terlalu tegang. Gejala dan tanda obstruksi usus halus atau
usus besar tergantung kompetensi valvula Bauhini. Bila terjadi insufisiensi katup,
timbul refluks dari kolon ke ileum terminal sehingga ileum turut membesar. 6

7
Terlepas dari etiologi atau onset akut, dalam obstruksi dinamis (mekanis)
usus proksimal dari obstruksi melebar dan usus di bawah obstruksi menunjukkan
peristaltik dan absorpsi normal sampai menjadi kosong dan kolaps. Awalnya,
peristaltik proksimal ditingkatkan dalam upaya mengatasi obstruksi. Jika obstruksi
tidak hilang, usus terus membesar akhirnya terjadi penurunan kekuatan peristaltik,
yang mengakibatkan flacciditas dan kelumpuhan.7
Distensi proksimal obstruksi disebabkan oleh dua faktor: 7
● Gas: terdapat pertumbuhan signifikan dari organisme aerob dan anaerob, yang
mengakibatkan produksi gas yang cukup besar. Setelah reabsorpsi oksigen dan
karbon dioksida, sebagian besar terdiri dari nitrogen (90%) dan hidrogen sulfida.
● Cairan: terdiri dari berbagai cairan pencernaan. (saliva 500 mL, empedu 500
mL, sekresi pankreas 500 mL, sekresi lambung 1 liter - semua per 24 jam). Ini
terakumulasi dalam lumen usus karena penyerapan oleh obstruksi usus yang
terhambat.
Dehidrasi dan kehilangan elektrolit terjadi karena: 7
- mengurangi asupan oral;
- absorpsi usus yang tidak efektif;
- muntah;
- sekuestrasi di lumen usus;
- transudasi cairan ke dalam rongga peritoneum.

2.5 Klasifikasi
Klasifikasi ileus obstrukif atau ileus mekanik berdasarkan lokasi
obstruksinya, antara lain:8
a. Ileus obstruktif letak tinggi
Obstruksi mengenai usus halus (mulai dari gaster sampai ileumterminal).
b. Ileus obstruktif letak rendah
Obstruksi mengenai usus besar (dimulai dari ileum terminal sampai ke
bagian rectum).
Selain itu, klasifikasi ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3
berdasarkan stadiumnya, antara lain : 8

8
a. Obstruksi sebagian (partial obstruction)
Obstruksi terjadi sebagian sehingga makananmasih bisa sedikit lewat,
dapat flatus dan defekasi sedikit.
b. Obstruksi sederhana ( simple obstruction)
Obstruksi/sumbatan yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah (tidak
disertai gangguan aliran darah).
c. Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction)
Obstruksi disertai dengan terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi
iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren.

2.6 Manifestasi Klinis


Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya
disertai dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus
bagian oral dari obstruksi,maupun oleh muntah. Gejala penyumbatan usus
meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Pada obstruksi usus halus
proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak, yang jarang menjadi muntah
fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri
abdomen sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas.
Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen.9
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi
akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam.
Distensi abdomendapat dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal
dan semakin jelas pada sumbatan di daerah distal. Bising usus yang meningkat
dan “metallic sound” dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi
di daerah distal. Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan
disertai dengan nyeri hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas
operasi atau hernia. Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri iskemik
dimana nyeri yang sangat hebat, menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan
tindakan operasi segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus. 9
Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat
sumbatan biasanya terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus

9
menunjukkanadanya iskemia atau peritonitis. Borborygmus dapat keras dan
timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum
obstruksi komplit. Muntah lebih sering terjadi pada penyumbatan usus besar.
Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal mampu mencegah
refluks. Bila akibat refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus, akan tampak
gangguan pada usus halus. Muntah feka lakan terjadi kemudian. 9
Pada keadaan valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan sering
mengakibatkan perforasi sekum karena tekanannya paling tinggi dandindingnya
yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi abdomen dan
timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien yang kurus, dan akan terdengar
metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan terabanya massa
menunjukkan adanya strangulasi. 9

2.7. Kriteria Diagnosis


Penentuan diagnosis ileus obstruksi tetap harus dilawali dengan anamnesis
terlebih dahulu. Berikut ini beberapa poin anamnesis pada ileus obstruksi seperti
pasien tampak gelisah dan merasakan nyeri abdomen yang bersifat kolik (hilang
timbul), mual dan muntah, tidak dapat defekasi atau flatus dan juga mengeluhkan
kram perut. Keempat poin tersebut merupakan tanda akut ileus obstruktif atau
disebut juga dengan quartet klasik. 10
Nyeri yang dirasakan pada pasien ileus obstruksi tergantung dari letaknya.
Nyeri kolik yang terasa di umbilikus menjadi pertanda adanya ileus obstruksi di
usus halus dan jika nyeri kolik dirasakan di abdomen bagian bawah maka dapat
menjadi pertanda obstruksi di usus besar (kolon). Nyeri ini bertepatan dengan
peningkatan aktivitas peristaltik usus. Apabila distensi abdomen meningkat maka
nyeri yang dirasakan akan semakin difus dan menetap. Nyeri hebat dapat menjadi
pertanda adanya strangulasi. 10
Semakin distal obstruksi, semakin lama interval antara timbulnya gejala dan
munculnya mual serta muntah. Ketika obstruksi berkembang, karakter muntahan
berubah dari makanan yang dicerna menjadi bahan feses, sebagai akibat dari
adanya pertumbuhan berlebih bakteri enterik. 10

10
Pada usus halus, derajat distensi bergantung pada lokasi obstruksi dan
semakin besar disetnsinya, semakin distal pula lesinya. Peristaltik usus juga dapat
terlihat. Hal ini terkadang dapat dipicu dengan 'menjentikkan' dinding abdomen.
Pada kolon, distensi merupakan gambaran lanjutan pada obstruksi kolon dan
mungkin minimal atau bahkan tidak ada apabila disertai dengan oklusi vaskular
mesenterika. 10
Konstipasi dapat diklasifikasikan sebagai konstipasi absolut (yaitu tidak ada
feses atau flatus yang lewat) atau relatif (di mana hanya flatus yang lewat).
Konstipasi absolut adalah ciri utama dari obstruksi usus komplit. Beberapa pasien
mungkin mengeluarkan flatus atau feses setelah timbulnya obstruksi sebagai
akibat dari evakuasi isi usus bagian distal. Pemberian enema perlu ditanyakan
pada pasien karena enema merangsang evakuasi isi usus bagian distal dari
obstruksi dan dapat membingungkan gambaran klinis. 10
Manifestasi klinis lanjutan yang dapat dirasakan pasien adalah dehidrasi,
oliguria, syok hipovolemia, pireksia, septikemia, gangguan pernapasan dan
peritonism. Selain itu, perlu juga ditanyakan riwayat penyakit abdomen dan
sekitarnya serta riwayat operasi digestif sebelumnya. Selanjutnya, penentuan
diagnosis ileus obstruksi adalah dengan pemeriksaan fisik. Berikut ini merupakan
temuan yang akan didapatkan pada pemeriksaan fisik pasien dengan ileus
obstruktif: 10,11
1. Vital Sign : Awalnya normal namun lama kelamaan dapat menjadi
takikardia, hipotensi dan terkadang disertai pireksia.
2. Inspeksi : Distensi abdomen, darm contour, skar bekas operasi
abdomen sebelumnya
3. Auskultasi : Bising usus meningkat, terdapat metallic sound
4. Palpasi : Terdapat nyeri tekan disertai terabanya massa, nyeri lepas
yang menandakan adanya peritonitis dan kemungkinan strangulasi.

2.8. Pemeriksaan Penunjang


a. Laboratorium

11
Nilai laboratorium pada awalnya normal, namun dapat terjadi
hemokonsentrasi, leukositosis, gangguan elektrolit (hipokalemia) dan fungsi ginjal
(melihat apakah sudah terjadi Acute Kidney Injury). 11

b. Pemeriksaan Radiologi
Pada pemeriksaan radiologi, tepatnya foto polos abdomen 3 posisi,
didapatkan gambaran anak tangga dari usus kecil yang dengan air fluid level
berdilatasi (step ladder appearance). Penggunaan kontras dapat menunjukkan
sumbatan mekanis beserta letaknya. Pada sumbatan kolon, bagian yang berdilatasi
akan tampak seperti ‘pigura’ dari dinding abdomen. Kolon dapat dibedakan dari
dinding usus dengan melihat adanya haustra yang tidak melintasi seluruh lumen
kolon yang berdistensi. 11
Pada obstruksi usus, gambaran cairan muncul lebih lambat dari bayangan
gas karena butuh waktu untuk memisahkan gas dan cairan. Gambaran ini paling
menonjol pada foto polos abdomen posisi erect. Pada orang dewasa, dua tingkat
cairan yang tidak konstan (di ujung duodenum dan yang lainnya di ileum
terminal) dan hal tersebut masih dianggap normal. Pada bayi (kurang dari 1
tahun), sedikit kadar cairan di usus halus mungkin bersifat fisiologis. Pada
kelompok usia ini sulit untuk membedakan usus besar dari usus halus dengan
adanya obstruksi.10
Selama proses obstruktif, kadar cairan menjadi lebih mencolok dan lebih
banyak saat terjadi kelumpuhan. Ketika gambaran cairan telah muncul, obstruksi
berlanjut. Pada usus halus, jumlah level cairan berbanding lurus dengan derajat
obstruksi dan dengan lokasinya, jumlahnya meningkat jika semakin distal letak
lesinya. 10

12
Gambar 1. Foto Polos Abdomen Posisi Erect Tampak Gambaran Stepladder
Appearance Pada Obstruksi Ileum 10

Gambar 2. Foto Polos Abdomen pada Ileus Obstruksi Letak Rendah

Pada pasien tanpa strangulasi, dapat dilakukan modalitas pencitraan


lainnya. Sebuah tinjauan sistematis baru-baru ini dan meta-analisis dari peran

13
diagnostik dan terapeutik dari agen kontras yang larut dalam air 50-100 mL pada
obstruksi usus kecil adesif termasuk 14 studi prospektif. Munculnya kontras di
usus besar 4-24 jam setelah pemberian memiliki sensitivitas 96% dan spesifisitas
98% dalam memprediksi resolusi obstruksi usus halus. Jika kontras tidak
mencapai usus besar, operasi diperlukan pada sekitar 90% pasien. Pemberian agen
yang larut dalam air juga efektif dalam mengurangi kebutuhan operasi (OR 0,62; p
= 0,007) dan memperpendek masa rawatan di rumah sakit. 10
Obstruksi kolon rendah biasanya tidak menyebabkan peningkatan cairan
usus halus kecuali jika terjadi berkelanjutan, sedangkan obstruksi kolon tinggi
dapat terjadi peningkatan cairan di usus halus akibat katup ileocaecal yang tidak
kompeten. Obstruksi kolon biasanya dikaitkan dengan sejumlah besar gas di
sekum. Pemberian enema harus dilakukan untuk membedakan obstruksi usus
besar dari pseudo-obstruksi. Pemberian barium dikontraindikasikan jika terdapat
obstruksi akut dan dapat mengancam jiwa. 10
Temuan gambaran foto polos abdomen pada ileus obstruksi adalah sebagai
berikut:
 Ileus obstruksi letak tinggi :
- Dilatasi usus halus yang terletak proksimal dari obstruksi, terutama bagian
sentral
- Coil spring appearance
- Herring bone appearance
- Air fluid level yang pendek dan banyak (step ladder sign)
- Udara di rektum dan sigmoid tidak tampak
 Ileus obstruksi letak rendah :
- Dilatasi usus halus dan kolon
- Tidak tampak gambaran air fluid level
- Udara di rektum dan sigmoid tidak tampak
- Distal colon kolaps

14
CT scan sekarang digunakan secara luas untuk menyelidiki semua bentuk
obstruksi usus dan merupakan gold standard. CT scan sangat akurat dan satu-
satunya keterbatasannya adalah dalam mendiagnosis iskemia. Dua temuan CT
scan dapat digunakan dalam praktik klinis ketika mencari iskemia usus:
berkurangnya dinding usus yang meningkat sangat memprediksi iskemia dan tidak
adanya cairan mesenterika merupakan temuan yang dapat diandalkan untuk
menyingkirkan pencekikan. Penting untuk diingat bahwa bahkan dengan teknik
pencitraan terbaik, diagnosis pencekikan tetap merupakan diagnosis klinis. 10

Gambar 3. CT Scan Potongan Axial Menunjukkan Gambaran Ileus Obstruksi


Letak Tinggi

15
Gambar 4. CT Scan Potongan Coronal Menunjukkan Gambaran Ileus Obstruksi
Letak Rendah

2.9. Tata Laksana Non Operatif


Tatalaksana non operatif yang dapat dilakukan adalah tindakan suportif
sebelum pasien menjalankan operasi. Tindakan suportif tersebut berupa
dekompresi nasogastrik, cairan intravena dan antibiotik spektrum luas.
Pembahasan lebih lanjut akan dibahas pada paragraf selanjutnya. 10
Dekompresi nasogastrik dicapai dengan lewatnya tabung nonvented (Ryle)
atau vented (Salem). Tabung biasanya ditempatkan pada drainase bebas dengan
aspirasi selama 4 jam tetapi dapat ditempatkan pada suction terus menerus atau
intermiten. Selain memfasilitasi dekompresi di bagian proksimal obstruksi,
tindakan ini penting untuk mengurangi risiko aspirasi berikutnya selama induksi
anestesi dan pasca ekstubasi. 10
Kelainan biokimia dasar pada obstruksi usus adalah kehilangan natrium
dan air, oleh karena itu pengganti yang tepat adalah larutan Hartmann atau larutan
garam fisiologis. Volume yang dibutuhkan bervariasi dan harus ditentukan oleh
kriteria hematologi dan biokimia klinis. 10
Antibiotik tidak selalu diberikan tetapi banyak dokter memulai antibiotik
spektrum luas pada awal terapi karena pertumbuhan bakteri yang berlebihan.

16
Akan tetapi, terapi antibiotik wajib untuk semua pasien yang akan menjalani
operasi obstruksi usus. 10

2.10 Tatalaksana Operatif


Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan.
Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu
penyumbatan sembuh dengansendirinya tanpa pengobatan, terutama jika
disebabkan oleh perlengketan. Penderita penyumbatan usus harus di rawat di
rumah sakit.11
1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah
aspirasi dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan,
kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan
umum. Setelah keadaanoptimum tercapai barulah dilakukan laparatomi. Pada
obstruksi parsial atau karsinomatosis abdomen dengan pemantauan dan
konservatif. 11
2. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital
berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah
pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila: 11
 Strangulasi
 Obstruksi total
 Hernia inkarserata
 Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan pemasangan
NGT, infus,oksigen dan kateter).

17
Gambar 5. Algoritme penanganan ileus obstruktif

3. Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit.Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan
kalori yang cukup.Perlu diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam
keadaan paralitik. 11

18
BAB III
KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS

3.1 Komplikasi
Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif pada sekum yang
berakhir dengan perforasi sekum sehingga terjadi pencemaran rongga perut
dengan akibat peritonitis umum. 11

3.2 Prognosis
Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur,
etiologi, tempat dan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupun
tua maka toleransinya terhadap penyakit maupun tindakan operatif yang dilakukan
sangat rendah sehingga meningkatkan mortalitas. Pada obstruksi kolon
mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan obstruksi usus halus. 11

19
BAB IV
PENCEGAHAN

Tidak ada cara pasti yang dapat mencegah terjadinya obstruksi usus secara
medis. Namun, kondisi obstruksi yang parah dapat dihindari dengan konsumsi
serat yang banyak, karena serat adalah bahan yang tidak dapat dicerna serta
meningkatkan motilitas usus. Selain itu, cara lain adalah dengan menghindari
faktor risiko yang menimbulkan obstruksi usus seperti pembedahan perut atau
panggul. Edukasi dan promosi kesehatan ileus obstruktif dilakukan mengenai
apakah modalitas terapi yang digunakan konservatif atau operatif. Jika terapi
konservatif dipilih, maka risiko komplikasi dan kemungkinan diperlukan operasi
harus disampaikan.

4.1 Edukasi Pasien

Edukasi pasien dapat dilakukan dengan memberikan informasi kepada


pasien dan keluarga mengenai :12

 Penyakit yang diderita pasien adalah ileus obstruktif di mana terjadi


hambatan pada saluran pencernaan pasien sehingga makanan, cairan, serta
udara terjebak di dalam saluran pencernaan
 Ileus obstruktif dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab di mana
yang paling sering adalah adhesi, keganasan, dan hernia
 Tanda dan gejala yang dialami pasien akan berupa nyeri perut, muntah,
mual dan tidak dapat buang angin maupun buang air besar
 Tatalaksana yang akan dilakukan kepada pasien dan apakah pasien perlu
menjalani operasi atau bisa di terapi secara konservatif beserta risikonya

4.2 Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Penyebab tersering terjadinya ileus obstruktif adalah adhesi yang


disebabkan oleh tindakan pembedahan sebelumnya. Upaya pencegahan dapat
dilakukan dengan meminimalisir terjadinya trauma pembedahan. Menurut

20
literatur, tindakan laparoskopi dapat mengurangi terjadinya risiko adhesi
dibandingkan open surgery.13

21
BAB V
PENUTUP

Ileus obstruktif merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang


sering dijumpai dan merupakan 60%-70% dari seluruh kasus akut abdomen.
Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus. Akut
abdomen dapat disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen berupa inflamasi dan
penyulitnya, ileus obstruktif, iskemik, dan perdarahan. Sebagian kelainan dapat
disebabkan oleh cedera langsung atau tidak langsung yang mengakibatkan
perforasi saluran cerna atau perdarahan. Tatalaksana non operatif yang dapat
dilakukan adalah tindakan suportif sebelum pasien menjalankan operasi. Tindakan
suportif tersebut berupa dekompresi nasogastrik, cairan intravena dan antibiotik
spektrum luas. Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-
organ vital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan
adalah pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila strangulasi,
obstruksi total, hernia inkarserata, tidak ada perbaikan dengan pengobatan
konservatif (dengan pemasangan NGT, infus, oksigen, dan kateter).

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Evers, B. M. 2014. Small Intestine. In T. c. al, Sabiston Textbook Of Surgery.


Philadelphia: Elseviers Saunders. 1339-1340p
2. Thompson, J. S. 2005. Intestinal Obstruction, Ileus, and Pseudoobstruction. In
R. H. Bell, L. F. Rikkers, & M. W. Mulholland (Eds.), Digestive Tract
Surgery. Philadelphia: Lippincott-Raven Publisher. 1119p
3. Sjamsuhidajat. R, Jong WD. 2015. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
4. Markogiannakis H, Messaris E, Dardamanis D, Pararas N, Tzertzemelis D,
Giannopoulos P,et al. 2007. Acute mechanical bowel obstruction:clinical
presentation, etiology, management and outcome. World Journal of
gastroenterology.
5. Ullah S, Khan M, Mumtaz N, Naseer A. 2009. Intestinal Obstruction : A
Spectrum of causes. JPMI
6. Indrayani MN. Diagnosis dan Tatalaksana Ileus Obstruktif. Portal Garuda.
2015;1–21.
7. Williams, NS et all. Bailey and Love’s Short Practice of Surgery 27th
Edition. 27th ed. United Kingdom: Edward Arnold; 2019.
8. Sjamsuhidajat R, Wim de J. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC; 2004.
9. Sanchez LC. Disorders of the Gastrointestinal System. Equine Internal
Medicine: Fourth Edition. 2018. 709-842 p.
10. Williams, NS et all. Bailey and Love’s Short Practice of Surgery 27th
Edition. 27th ed. United Kingdom: Edward Arnold; 2019.
11. Pambudy IM, Irawati Y. Kapita Selekta Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta: Media Aesculapius; 2014. 377-379 p.
12. Hodin R, Bordeianou L. Small Bowel Obstruction. Uptodate; 2014.
13. Ten Broek RPG, Krielen P, Di Saverio S, Coccolini F, Biffl WL, Ansaloni L,
et al. Bologna guidelines for diagnosis and management of adhesive small
bowel obstruction (ASBO): 2017 update of the evidence-based guidelines

23
from the world society of emergency surgery ASBO working group. World J
Emerg Surg. 2018;13(1):1–13.

24

Anda mungkin juga menyukai