PNEUMOTHORAKS
Disusun Oleh:
Rike Despriyani
NIM. 1808436241
Pembimbing:
dr. Surya Hajar, Sp.P (K) FISR
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
cairan pleura yang berfungsi agar tidak terjadi gesekan antar pleura ketika proses
pernafasan.
Pleura parietal bedasarkan letaknya terbagi atas :
a. Cupula pleura (pleura cervicalis)
Merupakan pleura parietalis yang terletak diatas costa I namun tidak
melebihi dari collum costae nya. Cupula pleura terletak setinggi 1-1,5 inchi di atas
1/3 medialos.clavicula.
b. Pleura parietalis pars diafraghmatica :
Pleura yang menghadap ke diafraghma permukaan thoracal yang dipisahkan
oleh fascia endothoracica.
c. Pleura parietalis pars mediastinalis (medialis) :
Pleura yang menghadap ke mediastinum/ terletak di bagian medial dan
membentuk bagian lateral dari mediastinum.
Vaskularisasi pleura
Pleura parietal divaskularisasi oleh Aa. Intercostalis,
a.mammaria,a.musculophrenica dan vena-venanya bermuara pada system vena
dinding toraks. Sedangkan pleura visceralisnya mendapatkan vaskularisasi dari
Aa. Bronchiales.
Inervasi Pleura
a. Pleura parietalis pars costalis diinervasi oleh Nn. Intercostalis
b. Pleura paritalis pars diaphramatica bagian perifer diinervasi oleh Nn.
Intercostales, sedangkan bagian central oleh n.phrenicus
c. Pleura visceralis diinervasi oleh seraut afferent otonom dari plexus
pulmonalis.
2. Fisiologi Pleura
Fungsi mekanis pleura adalah meneruskan tekanan negatif toraks kedalam
paru-paru yang elastik dapat mengembang. Tekanan pleura pada waktu istirahat
(restting pressure) dalam posisi tiduran adalah -2 sampai -5 cm H2O, sedikit
bertambah negative di apex sewaktu posisi berdiri. Sewaktu inspirasi tekanan
5
negative meningkat menjadi -25 sampai -35 cm H2O. Selain fungsi mekanis,
seperti telah disinggung diatas, cavum pleura steril karena mesothelial bekerja
melakukan fagositosis benda asing dan cairan yang diproduksinya bertindak
sebagai lubrikans. Cairan cavum pleura sangat sedikit, sekitar 0,3 ml/ kg, bersifat
hipoonkotik dengan kosentrasi protein 1g/ dl. Gerakan pernafasan dan gravitasi
kemungkinan besar ikut mengatur jumlah produksi dan resorbsi cairan cavum
pleura. Reasorbsi terjadi terutama pada pembuluh limfe pleura parietalis, dengan
kecepatan 0,1 sampai 0,15 ml/kg/jam.
hilang secara spontan dalam 24-48 jam. Beberapa macam terapi yang dapat
dilakukan pada pasien PSP antara lain observasi, drainase interkostal dengan atau
tanpa pleurodesis, d a n video-assisted thoracoscopic surgery (VATS)
(Heffner and Huggins, 2004). Panduan terapi untuk PSP dikeluarkan oleh
British Thoracic Society (BTS) dan American College of Chest Physician
(ACCP). Terdapat perbedaan untuk besar-kecilnya pneumotoraks dan jenis terapi
untuk PSP simptomatik dan PSP simptomatik yang stabil di antara keduanya.
Berikut adalah ringkasan gabungan panduan terapi menurut BTS dan
ACCP:
a. Clinically stable small pneumothorax
Kedua panduan menyatakan terapi untuk pasien stabil dengan
pneumotoraks kecil (<2 cm, BTS; <3 cm, ACCP) dan gejala minimal adalah
dengan melakukan observasi. Panduan ACCP menyarankan dilakukannya
observasi sekitar 3-6 jam, foto rontgen paru-paru, diKRSkan dengan instruksi
lengkap,dan pasien diminta untuk kontrol dalam dua hari berikutnya.6,7
b. Large pneumothorax and symptomatic small pneumothorax
Pasien yang tergolong dalam PSP ini membutuhkan intervensi.
BTS merekomendasikan aspirasi sederhana sebagai terapi lini pertama
pada PSP luas dengan kondisi stabil dan pneumotoraks kecil simtomatis. CXR
dilakukan setelah aspirasi untuk menentukan apakah terdapat perbaikan. Apabila
tidak adaperbaikan atau pasien masih simtomatis dan jumlah aspirasi awal kurang
dari 2,5 liter aspirasi ulangan dapat dilakukan. Apabila aspirasi pertama sudah
lebih dari 2,5 liter atau aspirasi ulangan tidak berhasil maka pemasangan
drain interkostal harus dilakukan.6,7
c. Clinically unstable patients with a large pneumothorax
Pada pasien yang termasuk dalam kategori ini sebaiknya dilakukan
pemasangan drain interkostal. Paru-paru harus dapat mengembang
sepenuhnya 24 jam sebelum drain dilepas. CXR dilakukan setiap 24 jam.
d. Surgical intervention
Terapi pembedahan harus mulai dipikirkan apabila terdapat kebocoran udara
persisten atau paru-paru gagal melakukan re-ekspansi setelah 3-5 hari.Indikasi
dilakukannya operasi meliputi terjadinya pneumotoraks ipsilateral yang kedua,
9
kematian sampai dengan empat kali lipat. Sekitar 40-50% pasien akan
mengalami PSS yang kedua apabila pleurodesis tidak dilakukan. Untuk
penanganan PSS, ACCP merekomendasikan pemasangan chest tube untuk setiap
pasien PSS, dan pleurodesis pada episode pertama PSS guna mencegah rekurensi.
Sedangkan rekomendasi BTS merekomendasikan aspirasi dengan syringe dan
kateter untuk pasien pneumotoraks kecil dengan penyakit paru yang mendasari
ringan. Sebagian besar pasien membutuhkan drainase melalui chest tube.
Pelepasan chest tube dilakukan setelah terjadi re-ekspansi p a r u d a n resolusi
kebocoran udara. Pleurodesis merupakan terapi pilihan terakhir dan dilakukan
pada pasien dengan kebocoran udara yang tidak teratasidan mengalami
pneumotoraks rekuren.5,6
2.5 Diagnosis7,8
1. Anamnesis di dapatkan gejala yang sangat bervariasi, tergantung kepada
jumlah udara yang masuk ke cavum pleura, gejalanya bisa berupa :1
a. Nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri jika
penderita menarik nafas dalam atau terbatuk
b. Sesak nafas
c. Dada terasa sempit
d. Mudah lelah
e. Denyut jantung yang cepat
f. Warna kulit menjadi keiruan akibat kekurangan oksigen
12
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiper
ekspansi pada dada), pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya
tertinggal, trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat, deviasi trakea,
ruang intercostals yang melebal.
b. Palpasi : pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar,
iktus jantung terdorong ke sisi thorax yang sehat, fremitus suara melemah
atau menghilang pada sisi yang sakit.
c. Perkusi: Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani dan tidak
menggetar, batas jantung terdorong kearah thorax yang sehat, apabila
tekanan intrapleural tinggi, pada tingkat yang berat terdapat gangguan
respirasi sianosis.
d. Aukultalsi:Pada bagian yang sakit , suara nafas melemah sampai
mengilang, suara vokal melemah dan tidak menggetar.
3. Pemeriksaan radiologi :
1. Foto rontgen gambaran radiologis yang tampak pada foto rontgen kasus
pneumothoraks antara lain:
a. Bagian pneumothoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps
akan tampak garis-garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang
paru yang kolaps tidak membentuk garis akan tetapi berentuk lobuler
sesuai dengan lobus paru.
b. Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radioopaque
yang berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru
yang luas sekali. Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat
ringan sesak nafas yang dikeluhkan.
c. Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium
intercostalis melebar, diafragma mendatar dan tertekan kebawah.
Apabila ada pendorongan jantung atau trakea ke arah paru yang sehat,
kemungkinan besar telah terjadi pneumothorax ventil dengan tekanan
intrapleura yang tinggi.
13
Gambar 3. Pneumothorax ct scan potongan axial Tampak udara dan colaps paru
14
Gambar 4. Pneumothorax potongan axial tampak udara dan terjadinya colaps paru
2.5 Tatalaksana4,9,10
Penatalaksanaan pneumotoraks meliputi: 4
Observasi
Pemberian O2
Torakosintesis
Pemasangan Water Sealed Drainage (WSD)
Pemasangan WSD dilakukan untuk mengalirkan udara dan atau cairan
dari dalam rongga pleura untuk mempertahankan tekanan negatif
rongga pleura. Pemasangan WSD dilakukan pada ICS 5 linea
midaksilaris pada hemitoraks yang terkena. Untuk WSD dicabut
apabila ketika pasien disuruh untuk batuk, undulasi cairan pada botol
WSD sudah tidak terdapat lagi. Untuk mengevaluasi keberhasilan
WSD dalam mengembangkan paru, maka dilakukan pemeriksaan
rontgen kembali.
Operatif
a. Pleurodesis
Dilakukan dengan merekatkan pleura parietal dan pleuran viseral.
b. Torakoskopi
15
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. G.P
No. MR : 01029427
Umur : 24 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Pekanbaru
Masuk RS : 20-11-2019
ANAMNESIS (Auto-anamnesis)
Keluhan utama
Sesak nafas yang semakin memberat sejak 3 hari SMRS
Riwayat penyakit sekarang
- Pasien merupakan rujukan dari RS Awal Bros pekanbaru dengan diagnosis
pneumotoraks kiri spontan sekunder, sudah terpasang WSD. Tiga hari
SMRS pasien mengeluhkan sesak napas. Sesak tidak dipengaruhi oleh
cuaca, debu, makanan, dan aktivitas. Sesak berkurang jika pasien
berbaring kearah kiri.Batuk sejak 6 bulan yang lalu (+), batuk berdahak
(+) berwarna putih , batuk darah(-) nyeri dada kiri (+) nyeri tidak menjalar.
Pasien demam tidak terlalu tinggi, hilang timbul. Keringat malam (+) dan
mengalami penurunan berat badan. Nafsu makan menurun dan mengalami
penurunan berat badan 3 kg dalam 2 bulan terakhir ini. Pasien telah
berobat untuk keluhan demamnya ke Dokter, keluhan berkurang.
- 2 minggu SMRS pasien mengeluhkan sesak nafas, memberat ketika batuk,
sesak tidak dipengaruhi cuaca, aktivitas dan makanan, bunyi mengi (-),
sesak juga tidak dipicu oleh emosi.Sesak berkurang ketika pasien
berbaring dengan posisi kearah kiri. Pasien juga mengeluhkan adanya
17
demam (+) hilang timbul, mual (-), muntah (-), nyeri dada (+). BAB dan
BAK tidak ada keluhan.
Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat trauma pada dada (-)
- Riwayat konsumsi OAT (-)
- Riwayat Tumor (-)
- Riwayat darah tinggi (-)
- Riwayat DM (-)
Riwayat penyakit keluarga
- Tidak ada keluarga yang mengeluhkan hal yang sama
- Tidak ada keluarga dalam pengobatan TB Paru di rumah
Riwayat pekerjaan, sosial ekonomi dan kebiasaan
- Pasien seorang pelajar
- Merokok (+) selama 11 tahun x 16 batang = 176 IB Ringan
- Konsumsi alkohol (-), tatto (-)
Pemeriksaan umum (24/11/2019)
- Kesadaran : Composmentis
- Keadaan Umum : Baik
- Tekanan Darah : 100/70mmHg
- Nadi : 80x/menit
- Napas : 30x/menit
- Suhu : 36,3 oC
- Keadaan gizi : BB = 48 kg TB = 160 cm
IMT = (underweight)
- Leher: pembesaran kelenjar getah bening (-), deviasi trakea (-), JVP tidak
meningkat
Thoraks
Paru :
- Inspeksi: Pergerakan dinding dada asimetris, dada kiri tertinggal, terpasang
selang WSD di dada kiri, cairan berwarna putih keruh
- Palpasi : Vokal fremitus melemah di hemitoraks kiri.
- Perkusi: hipersonor dihemitoraks kiri, sonor dihemitoraks kanan.
- Auskultasi : Vesikuler melemah di hemitoraks kiri, Rh (-/-), Wh (-/-)
Jantung :
- Inspeksi :Iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : Iktus kordis teraba1 jari medial linea midklavikula sinistra
- Perkusi : Batas jantung kanan : Linea sternalis dekstra
Batas jantung kiri : 1 jari medial Linea midklavikula sinistra
- Auskultasi : BJ I dan BJ II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : perut datar, venektasi (-), penonjolan massa (-), perut kodok (-)
- Auskultasi : bising usus (+) normal 8x/menit
- Perkusi : timpani, shifting dullnes (-)
- Palpasi : perut supel, nyeri tekan epigastrium (-), organomegali (-)
Ekstremitas
Pitting edema (-/-), clubbing finger (-), akral teraba hangat, CRT <2 detik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium (20/11/2019)
Darah Rutin
• Hb : 16.0 g/dl
• Ht : 76,3 %
• Leu : 10.500 /uL
• Plt : 595.000 /uL
19
Elektrolit
• Na+ : 138 mmol/L
• K+ : 5,0 mmol/L
• Cl : 105 mmol/L
Kimia darah
• Alb : 3,7 g/dL
• GDS : 105 mg/dL
• Ureum : 21.0 mg/dL
• Kreatinin : 1.01 mg/dL
2. Rontgen thoraks (19/11/2019)
RESUME
Tn. GP 24 tahun, rujukan dari RS Awal Bros Pekanbaru dengan keluhan sesak
nafas yang semakin memberat sejak 3 hari SMRS. Sesak berkurang jika pasien
berbaring kearah kiri. Pasien juga mengeluhkan batuk sejak 6 bulan SMRS, batuk
berdahak. Nafsu makan menurun dan pasien mengatakan berat badan turun lebih
kurang 3 kg selama 2 bulan terakhir ini.
Pemeriksaan fisik umum didapatkan keadaan umum baik dan tanda-tanda vital
dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik paru didapatkan pergerakan dinding
dada kiri tertinggal,terpasang selang WSD (+) dengan cairan WSD putih keruh,
vokal fremitus kiri melemah, perkusi hipersonor di hemitoraks kiri. Suara
pernafasan vesikuler pada paru kiri menghilang. Pada pemeriksaan Rontgen
Toraks didapatkan gambaran radiolusen avaskuler pada hemitoraks sinistra
dengan sudut costofrenikus tumpul.
DIAGNOSIS KERJA
TB paru bakteriologis kasus baru status HIV (-)
MASALAH
Pneuomotoraks sinistra ec. TB paru bakteriologis kasus baru
PENATALAKSANAAN
Non farmakologi
- Bed rest
Farmakologi :
- O2 via Nasal canule 3L/menit
- IVFD NaCl 0,9 % 500cc/ 8 jam
- Inj. ceftriaxon 1 x 2 IV
- N. Asetil Sistein 3x 200 mg P.O
- Paracetamol 3 x 500 mg p.O KP
- Curcuma 3 x 1 p.o
- OAT 4fdc 1 x 3
21
Follow Up Pasien
Tanggal S O A P
24- Sesak - Ku : TSS Pneumotorak • O2 via nasal kanul 4
11.2019 nafas - Kes : CM s Sinistra ec L/menit
berkur - TD : 120/70 mmHg TB paru
• IVFD nacl 0,9 %
ang - HR : 94 x/i bakteriologis
500cc/ 8 jam
- RR : 30 x/i
• Inj. ceftriaxon 1 x
- SpO2 : 99% dengan NK
2 IV
3lpm
- terpasang WSD di • N. Asetil Sistein
hemithoraks kiri 3x 200 mg P.O
Dengan produksi cairan • Paracetamol 3 x
putih keruh, undulasi (+), 500 mg p.O KP
buble(+) • Curcuma 3 x 1 p.o
• OAT 4fdc 1 x 3
Labor : Rencana :
Darah Rutin -Evaluasi WSD
Darah Rutin
• Hb : 16.0
g/dl
• Ht : 76,3 %
• Leu : 10.500
/uL
• Plt :
595.000 /uL
Elektrolit
• Na+ : 138
mmol/L
• K+ : 5,0
mmol/L
• Cl : 105
mmol/L
22
Kimia darah
• Alb : 3,7
g/dL
• GDS : 105
mg/dL
• Ureum : 21.0
mg/dL
• Kreatinin : 1.01
mg/dL
25-11- Sesak
Ku : baik
2019 nafas • O2 via nasal kanul 4
- Kes : CM
berkur L/menit
- TD : 100/70 mmHg
ang
- HR : 98 x/i • IVFD nacl 0,9 %
- RR : 24 x/i 500cc/ 8 jam
- SpO2 : 99% • Inj. ceftriaxon 1 x
- terpasang WSD di 2 IV
hemithoraks kiri dengan
• N. Asetil Sistein
produksi cairan puti keruh
3x 200 mg P.O
kehijauan undulasi( +)
• Paracetamol 3 x
buble (+)
500 mg p.O KP
• Curcuma 3 x 1 p.o
• OAT 4fdc 1 x 3
Rencana :
-Evaluasi WSD
23
BAB IV
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA