Kanker Paru
Disusun Oleh:
ELMIRA RACHMA PUTRI SUNDARI
NIM.1608437720
Pembimbing:
dr. Sri Melati Munir, Sp.P (K)
PENDAHULUAN
selama 2018 ditemukan 18,1 juta kasus kanker baru dan 9,6 juta kematian yang
disebabkan oleh kanker. Kanker paru, payudara dan colorectal merupakan tiga jenis
kanker dengan insiden tertinggi didunia. Data The International Agency for Research
jumlah kematian terbesar yaitu 1,8 juta atau 18,4% dari total kematian akibat kanker.1
Persahabatan kanker paru merupakan lebih dari 50 persen kasus dari semua jenis
kanker yang didiagnosa. Data registrasi kanker Rumah Sakit Dharmais tahun 2003-
2007 menunjukkan bahwa kanker trakea, bronkus dan paru merupakan keganasan
terbanyak kedua pada pria (13,4%) setelah kanker nasofaring (13,63%) dan
lainnya. Penelitian tentang rokok mengatakan bahwa lebih dari 63 jenis bahan yang
kaitan kuat antara kebiasaan merokok dengan insidens kanker paru, maka tidak dapat
disangkal lagi menghindarkan asap rokok adalah kunci keberhasilan pencegahan yang
dapat dilakukan. Terkait dengan masalah tersebut, penting bagi kita sebagai dokter
umum untuk dapat mendeteksi lebih dini mengenai kanker paru. Oleh sebab itu
diharapkan dokter umum di masa depan untuk dapat memberikan tindakan preventif
dan dapat mendeteksi dini kanker paru guna untuk meningkatkan kualitas hidup para
penderita kanker.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kanker merupakan penyakit gen, dimana sebuah sel normal dapat menjadi sel
kanker akibat terjadinya ketidakseimbangan antara fungsi onkogen dan gen tumor
supresor dalam proses tumbuh dan kembangnya sebuah sel. Kanker paru adalah
semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru
sendiri (primer) dan metastasis keparu (sekunder). Dalam pengertian klinik yang
dimaksud dengan kanker paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel
abnormal menjadi sel kanker. Kanker paru berawal dari perubahan genetic pada sel di
dalam paru-paru, tepatnya berawal dari sel yang berada didalam saluran udara paru -
paru. Secara klinis karsinoma paru dibagi menjadi small cell lung cancer (SCLC) dan
Small-cell lung cancer atau yang di sebut kanker paru jenis karsinoma
sel kecil (KPKSK) mencakup sekitar 20% dari semua kanker paru-paru.
SCLC memiliki sifat yang sangat agresif dan dianggap sebagai penyakit
“sistemik” saat didiagnosis. Kanker paru jenis ini berkembang dalam waktu 3-
5 tahun dan meiliki waktu 30 hari untuk menggandakan dirinya. SCLC timbul
Beberapa dari polipeptida ini memiliki sifat umpan balik otomatis yang dapat
Non-Small Cell Lung Cancer atau kanker paru jenis karsinoma bukan
sel kecil (KPKBSK) mencakup sekitar 80% dari semua kanker paru-
yaitu:
lambat dan perlu waktu 15 tahun untuk tumbuh dengan waktu untuk
sekiranya 25% dari kanker paru. Karsinoma ini lebih agresif dari pada
hanya mencakup 10% dari kanker paru. Karsinoma ini metastase lebih
a. Jenis Kelamin
Jenis kelamin diduga berkaitan dengan kejadian kanker paru. Hal ini dapat
dilihat dari data epidemiologi bahwa pasien kanker paru pria lebih banyak dari
b. Umur
semakin tuanya umur maka akan semakin tinggi risikonya untuk terkena
kanker.
c. Riwayat Merokok
Merokok memiliki kaitan yang erat dengan kejadian kanker paru. Rokok
karsinogen. Karsinogen yang erat kaitannya dengan kanker paru adalah NKK,
Berat badan memiliki kaitan dengan berbagai jenis kanker. Indeks Masa
Tubuh (IMT) yang tinggi merupakan salah satu predisposisi dari berbagai
jenis kanker, akan tetapi kanker paru memiliki kecenderungan yang berbeda
kanker paru adalah PPOK yang merupakan penyakit fatal dan progressive
pada paru ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran napas yang tidak
PPOK maupun kanker paru sama-sama memiliki kaitan erat dengan merokok
adalah eksposur dari debu serbuk kayu. Pekerjaan yang terpapar dengan debu
serbuk kayu ini diantaranya tukang gergaji, tukang k ayu, pengrajin kayu dan
kanker paru adalah penambang batu bara, penambang bijih besi dan pemecah
yang tinggi terhadap bahan karsinogenik bagi paru seperti arsenik, asbestos,
kromium, nikel, PAH, silika dan buangan mesin diesel sedangkan pemecah
h. Riwayat Keluarga
a. Anamnesis
penyakit paru lainnya, terdiri dari keluhan subyektif dan gejala obyektif. Dari
anamnesis akan didapat keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktor–
faktor lain yang sering sangat membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama
dapat berupa :
2) Batuk darah
3) Sesak napas
4) Suara serak
5) Sakit dada
Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat
metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di
otak, pembesaran hepar atau patah tulang kaki. Gejala dan keluhan yang tidak
khas seperti :
b. Pemeriksaan Fisik
fisik paru benjolan leher, ketiak atau dinding dada, tanda pembesaran hepar
Pada pemeriksaan fisik, tanda yang dapat ditemukan pada kanker paru
kepala atau lokasi lain juga menjadi petanda penyebaran. Sesak napas dengan
temuan suara napas yang abnormal pada pemeriksaan fisik yang didapat jika
terdapat massa yang besar, efusi pleura atau atelektasis. Venektasi (pelebaran
vena) di dinding dada dengan pembengkakan (edema) wajah, leher dan lengan
Horner sering terjadi pada tumor yang terletak si apeks (pancoast tumor).
Thrombus pada vena ekstremitas ditandai dengan edema disertai nyeri pada
menjadi gejala telah terjadinya bendungan vena dalam (DVT). Tanda tanda
patah tulang patologik dapat terjadi pada kanker yang bermetastasis ke tulang.
Tanda-tanda gangguan neurologis akan didapat jika kanker sudah menyebar
pengobatan. 3
c. Pemeriksaan Laboratorium
d. Gambaran Radiologi
Pemeriksaan radiologi paru yaitu Foto toraks PA/lateral, bila mungkin CT-
scan toraks, bone scan, Bone survey, USG abdomen dan Brain-CT dibutuhkan
1) Foto toraks : Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan dapat dilihat
bila masa tumor dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm. Tanda yang
tumor satelit tumor, dll. Pada foto tumor juga dapat ditemukan telah invasi ke
dinding dada, efusi pleura, efusi perikar dan metastasis intrapulmoner.
penderita penyakit paru dengan gambaran yang tidak khas untuk keganasan
tinggi (GRT) dengan diagnosis penyakit paru, harus disertai difollowup yang
pengosongan isi pleura dengan punksi berulang atau pemasangan WSD dan
ulangan foto toraks agar bila ada tumor primer dapat diperlihatkan. Keganasan
secara lebih baik daripada foto toraks. CT-scan dapat mendeteksi tumor
dengan ukuran lebih kecil dari 1 cm secara lebih tepat. Demikian juga tanda-
tanda proses keganasan juga tergambar secara lebih baik, bahkan bila terdapat
yang tidak masif dan telah terjadi invasi ke mediastinum dan dinding dada
meski tanpa gejala. Lebih jauh lagi dengan CT-scan, keterlibatan KGB yang
sangat berperan untuk menentukan stage juga lebih baik karena pembesaran
KGB (N1 s/d N3) dapat dideteksi. Demikian juga ketelitiannya mendeteksi
USG abdomen dapat melihat ada tidaknya metastasis di hati, kelenjar adrenal
e. Pemeriksaan Khusus
1) Bronkoskopi
dihandalkan untuk dapat mengambil jaringan atau bahan agar dapat dipastikan
ada tidaknya sel ganas. Pemeriksaan ada tidaknya masa intrabronkus atau
amat mudah berdarah, atau apabila mukosa licin berbenjol, maka sebaiknya
dilakukan biopsi aspirasi jarum, karena bilasan dan biopsi bronkus saja sering
TBNA di karina, atau trakea 1/1 bawah (2 cincin di atas karina) pada
posisi jam 1 bila tumor ada dikanan, akan memberikan informasi ganda, yakni
didapat bahan untuk sitologi dan informasi metastasis KGB subkarina atau
paratrakeal.
Jika lesi kecil dan lokasi agak di perifer serta ada sarana untuk
Jika lesi terletak di perifer dan ukuran lebih dari 2 cm, TTB dengan
bantuan flouroscopic angiography. Namun jika lesi lebih kecil dari 2 cm dan
6) Biopsi lain
Biopsi jarum halus dapat dilakukan bila terdapat pembesaran KGB atau
teraba masa yang dapat terlihat superfisial. Biopsi KBG harus dilakukan bila
teraba pembesaran KGB supraklavikula, leher atau aksila, apalagi bila
dan cara lain tidak menghasilkan informasi tentang jenis sel kanker. Punksi
7) Torakoskopi medik
Dengan tindakan ini massa tumor di bagaian perifer paru, pleura viseralis,
8) Sitologi sputum
harus dikirim segera tanpa fiksasi, atau dibuat sediaan apus, lalu difiksasi
dengan alkohol absolut atau minimal alkohol 90%. Semua bahan jaringan
ditegakkan. Tindakan ini merupakan pilihan terakhir bila dari semua cara
dapat ditentukan :
1) Jenis histologis.
2) Derajat (staging).
g. Pemeriksaan lain
1) Petanda Tumor
Petanda tumor yang telah, seperti CEA, Cyfra21-1, NSE dan lainya
hasil pengobatan.
2) Pemeriksaan biologi molekuler
sederhana dapat menilai ekspresi beberapa gen atau produk gen yang terkait
dengan kanker paru,seperti protein p53, bcl2, dan lainya. Manfaat utama dari
sistem TNM dari American Joint Committee on Cancer (AJCC) versi 8 tahun 2017,
sebagai berikut:1
c. Metastasis Jauh
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Ada metastasis jauh
M1a Metastasis ke nodul kontralateral nodul dipleura atau diperikardium, efusi pleura
ganas atau efusi pericardium
M1b Metastasis tunggal diekstratoraks
M1c Metastasis multipel diekstratoraks
Tabel 1. Stadium Kanker
Occult Tx N0 M0
Carcinoma
Stadium 0 Tis N0 M0
T1a N0 M0
Stadium IA T1b N0 M0
Stadium IB T2a N0 M0
Stadium IIA T1a N1 M0
T1b N1 M0
T2a N1 M0
Stadium IIB T2b N1 M0
T3 (>7cm) N0 M0
Stadium IIIA T1a N2 M0
T1a N2 M0
T2a N2 M0
T2b N2 M0
T3 N1 M0
T4 N0 M0
T4 N1 M0
Stadium IIIB T4 N2 M0
Sembarang T N3 M0
Stadium IVA Sembarang T Sembarang N M1a (pleura,
paru
kontralateral)
Stadium IVB Sembarang T Sembarang N M1b
(metastasis
jauh)
terapi). Kenyataanya pada saat pemilihan terapi, sering bukan hanya diharapkan pada
jenis histologis, derajat dan tampilan penderita saja tetapi juga kondisi non-
medisseperti fasiliti yang dimilikirumah sakit dan ekonomi penderita juga merupakan
a. Pembedahan
stadium I dan II. Pembedahan juga merupakan bagian dari “combine modality
Indikasi lain adalah bila ada kegawatan yang memerlukan intervensi bedah,
paru tidak cukup untuk lobektomi. Tepi sayatan diperiksa dengan potong beku
anatomis.
yang akan dilakukan. Toleransi penderita yang akan dibedah dapat diukur
dengan nilai uji faal paru dan jika tidak memungkin dapat dinilai dari hasil
VEP1>60%.
- Risiko sedang pneumonektomi, bila KVP paru kontralateral > 35%, VEP1
> 60%.3
b. Radioterapi
Radioterapi pada kanker paru dapat menjadi terapi kuratif atau paliatif.
untuk KPKBSK stadium IIIA. Pada kondisi tertentu, radioterapi saja tidak
nyeri tulang akibat invasi tumor ke dinding dada dan metastasis tumor di
beberapa faktor :
1) Staging penyakit
2) Status tampilan
3) Fungsi paru
dengan cara pemberian 200 cGy/x, 5 hari perminggu. Syarat standar sebelum
1) Hb > 10 g%
1) PS < 70
c. Kemoterapi
status) harus lebih dan 60 menurut skala Karnosfky atau 2 menurut skala
jenis obat anti kanker dapat dilakukan. Prinsip pemilihan jenis antikanker dan
4) harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 2 siklus pada penilaian
karboplatin
1) Tampilan > 70-80, pada penderita dengan PS < 70 atau usia lanjut, dapat
2) Hb > 10 g%, pada penderita anemia ringan tanpa perdarahan akut, meski
Hb < 10 g% tidak pertu tranfusi darah segera, cukup diberi terapi sesuai
mg/kg BB, mg/luas permukaan tubuh (BSA), atau obat yang menggunakan
rumusan AUC (area under the curve) yang menggunakan CCT untuk
rumusnya. 3
d. Pengobatan Paliatif
Hal yang perlu ditekankan dalam terapi paliatif adalah tujuannya untuk
darah, sesak napas dan nyeri dada. Pengobatan paliatif untuk kanker paru
dapat dilakukan.3
e. Rehabilitasi Medik
baal, nyeri dan bahkan dapat terjadi paresis sampai paralisis otot, dengan
Untuk penderita kanker paru yang akan dibedah perlu dilakukan rehabilitasi
penderita yang dinilai berdasarkan skala Karnofsky. Upaya ini juga termasuk
penanganan paliatif penderita kanker paru dan layanan hospis (dirumah sakit
atau dirumah).3
BAB III
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. UH
Umur : 49 Thn
No RM : 998596
ANAMNESIS
Keluhan utama
10 bulan SMRS, pasien mengeluhkan batuk. Batuk tidak berdahak dan dirasakan
pasien sepanjang hari. Kemudian pasien berobat selama 8 bulan ke puskesmas namun
tidak ada perbaikan.
3 bulan SMRS, pasien kemudian dirujuk ke RSUD Bagan Siapi-api karena batuk
tidak membaik dan mulai mengeluarkan darah. Darah yang dikeluarkan sedikit dan
bercampur dahak, berwarna merah hati. Selain itu, pasien mengeluhkan adanya
benjolan pada leher kanan, benjolan dirasakan sedikit nyeri, lunak dan terasa
membesar. Kemudian pasien menjalani pemeriksaan Rontgen dada dan dirujuk ke
RSUD Arifin Achmad.
1 Bulan SMRS, pasien mengeluhkan batuk berdarah. Darah yang dikeluarkan
sebanyak 2 sdm. Darah bercampur lendir dahak dan berwarna merah segar. Batuk
dirasakan selama 2 hari. Pasien juga mengeluhkan sesak dan nyeri dada. Sesak tidak
disertai bunyi “ngik”, sesak juga tidak dipengaruhi oleh aktivitas, cuaca, makanan,
dan debu. Nyeri dada dirasakan di dada sebelah kanan, nyeri terus – menerus, nyeri
seperti ditusuk – tusuk, nyeri dirasakan menjalar sampai ke punggung. Kemudian
pasien di Rawat di RSUD Arifin Achmad selama 5 hari, dilakukan pemeriksaan
sitologi FNAB dan CT Scan thoraks.
3 hari SMRS, pasien mengeluhkan sesak nafas yang terasa semakin memberat. Pasien
juga mengeluhkan suaranya mulai menghilang (serak) 1 bulan ini dan benjolan
dilehernya semakin membesar sehingga sulit menelan. Nyeri dada dan batuk masih
dirasakan pasien, namun tidak disertai batuk berdarah. Menurut pasien, berat badan
pasien mulai mengalami penurunan dalam 3 bulan ini sebanyak 14 kg. Mual (+),
muntah (-), demam (-). BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Riwayat DM (-)
Riwayat DM (-)
Nadi : 100x/menit
Suhu : 36,5oC
Pernapasan : 24x/menit
SpO2 : 98%
Leher : pembesaran KGB (+) ukuran 3x5x4 cm kenyal dan terfiksir, pembesaran
tiroid (-) peningkatan JVP (-)
Paru :
- Inspeksi :
Statis : bentuk dada normochest, gerakan dada simetris,
venektasi (-), bekas operasi,scar (-)
Dinamis : pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan
Jantung :
Perkusi :
Abdomen :
Esktremitas :
Hb : 14,6 g/dL
Leukosit : 18.970u/L
Trombosit : 326.000u/L
Hematokrit : 43,7%
SGPT : 18 U/L
Ureum : 32 mg/dL
Identitas sesuai
Foto posisi PA
Marker L
Trakea berada di midline
Tulang dan jaringan lunak baik
Sudut kostofrenikus kanan dan kiri lancip
Diafragma licin
Cor : CTR <50%
Pulmo : tampak perselubungan inhomogen pada lapangan paru kanan dan perihiler.
Kesan :
Tumor multiple pada regio colli dextra, para trakea dextra, peri bronkial, dextra dan
sinistra, subcarina, dan mediastinum anterior yang menekan vena cava superior
sehingga menimbulkan sindroma vena cava superior.
ec Suspect lymphoma maligna.
Nodul soliter paru sinistra lobus superior.
ec Suspect metastase.
Parese pita suara dextra ec susp. Tumor paru + susp. LPR + Faringitis
Pada anamnesis didapatkan pasien mengeluhkan batuk lama dan disertai batuk
berdarah, benjolan pada leher, sesak nafas, nyeri dada dan suara yang mulai
menghilang (serak). Pasien juga mengeluhkan adanya penurunan berat badan yang
drastis dalam 3 bulan ini. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suara vesikuler melemah
pada bagian paru kanan atas. Pada hasil laboratorium didapatkan peningkatan leukosit
dan CEA. Berdasarkan hasil foto thotraks didapatkan adanya gambaran tampak
perselubungan inhomogen pada lapangan paru kanan dan perihiler, selanjutkan
dilakukan CT scan dan diperoleh gambaran suspect lymphoma maligna dengan nodul
soliter paru sinistra lobus superior ec suspect metastase, pada pemeriksaan
bronkoskopi ditemukan adanya massa pada BUKA dan BUKI, serta ditemukan sel
ganas cenderung Skuamous Sel Karsinoma dari pemeriksaan PA. Sedangkan fnab
benjolan dileher kanan didapatkan kesan tumor mediastinum (thymoma).
DIAGNOSIS
Masalah :
RENCANA PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi
Bed rest
Farmakologi
Inj. MP 3x62,5mg IV
Rethaphyl 2x300 mg PO
Erdosteine 3x300 mg PO
Curcuma 3x1
Duragesic patch 25mg/hari
PEMBAHASAN
Pasien pada laporan kasus ini didiagnosis karsinoma paru yang terjadi
kemungkinan akibat suatu proses yang berkaitan dengan riwayat serta intensitas
merokok, dimana orang yang merokok memiliki risiko menderita kanker paru 20 kali
lipat lebih tinggi dibanding orang yang tidak merokok. Penelitian di Amerika
menunjukkan bahwa 80% kematian akibat kanker paru disebabkan oleh merokok.
Penelitian membuktikan bahwa terdapat zat karsinogenik yang terkandung dalam
rokok seperti derivat nikotin nitrosamin karsinogen (NNK), serta Kotinin yang
merupakan metabolit utama nikotin.6,7
Pada pasien ini ditemukan beberapa gejala yang mengarah pada kanker paru.
Pasien merupakan golongan resiko tinggi yaitu laki-laki usia >40 tahun, perokok,
riwayat pekerjaan yang terpapar dengan zat karsinogen, terdapat gejala sesak nafas,
nyeri dada, pembesaran kgb, suara mulai menghilang, batuk berdarah dan batuk
kronik. Terdapat gejala sesak nafas bisa saja disebabkan oleh massa intra thorakal.
Pada pemeriksaan fisik, juga didapatkan perkusi redup pada paru kanan atas dan
auskultasi terdengar suara vesikuler melemah pada paru kanan atas yang
memungkinkan adanya cairan atau massa. Pada pemeriksaan foto toraks AP dan PA
didapatkan gambaran perselubungan inhomogen pada paru kanan atas dan perihiler.
Hal ini menunjukkan adanya massa pada paru kanan atas. Pada CT-Scan thoraks
didapatkan gambaran suspect lymphoma maligna dengan nodul soliter paru sinistra
lobus superior ec suspect metastase, pada pemeriksaan bronkoskopi ditemukan
adanya massa pada BUKA dan BUKI, serta ditemukan sel ganas cenderung
Skuamous Sel Karsinoma dari pemeriksaan PA. Sedangkan FNAB benjolan dileher
kanan didapatkan kesan tumor mediastinum (thymoma).
Penentuan staging dari kanker paru pada pasien ini berdasarkan TNM dari
American Joint Committee on Cancer (AJCC) versi 8 tahun 2017 adalah T4 N2 M1a.
Pasien rencana kemoterapi lini I siklus I. Kemoterapi pada kanker paru merupakan
terapi yang paling umum pada SCLC atau pada kanker paru stadium lanjut yang telah
bermetastasis ke luar paru seperti otak, ginjal dan hati. Kemoterapi dapat digunakan
untuk memperkecil sel kanker, memperlambat pertumbuhan dan mencegah
penyebaran sel kanker ke organ lain. Umumnya kemoterapi diberikan sampai 6
siklus, bila penderita menunjukkan respon yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA