KARSINOMA PARU
oleh
Nurwahidah
NIM 132310101026
KARSINOMA PARU
1. Definisi Penyakit
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel
bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak
terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus
didahului oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut
metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya
silia (Robbin & Kumar, 2007).
Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali dalam jaringan
paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan terutama asap rokok (Ilmu
Penyakit Dalam, 2001). Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami
proliferasidalam paru (Underwood, Patologi, 2000).
Karsinoma bronkogenik adalah Kanker ganas paru primer yang berasal dari saluran
pernafasan Di dalam kepustakaan selalu dilaporkan adanya peningkatan insiden kanker paru
secara progresif, yang bukan hanya sebagai akibat peningkatan umur rata-rata manusia serta
kemampuan diagnosis yang lebih baik, namun Kanker paru memang lebih sering terjadi
(Alsagaff & Mukty, 2002).
1. Epidemiologi
Menurut Brasher (2007), epidemiologi kanker paru antara lain:
1. Kanker pembunuh nomer satu pada pria dan wanita di Amerika Serikat (>177.000 kasus
dan 159.000 kematian di tahun 1999) dan di dunia.
2. Kematian akibat kanker paru pada penduduk Amerika keturunan afrika dan wanita terus
meningkat; wanita di Amerika serikat memiliki insiden kanker paru tertinggi diantara
semua wainta di dunia.
3. Insiden tertinggi pada pria berusia > 70 tahun dan wanita berusia 50-60 tahun.
4. Beberapa resiko jelas yang dapat diturunkan; saudara derajat pertama yang merokok
memiliki peningkatan risiko 2,5 kali lipat dibanding yang tidak memiliki riwayat
keluarga.
5. 80% sampai 90% kanker paru disebabkan oleh asap rokok.
6. Resiko lain meliputi polusi udara, radiasi, radon dan pajanan industri (misal: asbestos,
arsenik, sulfur dioksida, formaldehid, silika, nikel).
7. Risiko terpajan asap tembakau dan lingkungan (merokok pasif) diperkirakan antara 1,4
dan 3,0 kali dari risiko orang yang tidak terpajan, terutama jika yang terpajan adalah
anak-anak.
8. Obstruksi saluran nafas seperti penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan
indikator penting peningkatan resiko kanker paru.
9. Ketahanan hidup selama 5 tahun adalah 14% pada kulit putih dan 11 % pada warna kulit
hitam di AS.
1. Etiologi
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari kanker paru masih belum diketahui,
namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan – bahan karsiogenik
merupakan faktor utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan perana predisposisi
hubungan keluarga ataupun suku bangsa atau ras serta status imunologis.
Sedangan faktor risiko yang menjadi penyebab terjadinya kanker paru, antara lain :
1. Merokok
Merokok merupakan salah satu yang mempunyai dampak buruk terhadap kesehtaan. Rokok
mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat
menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai
merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan
lamanya berhenti merokok (Stoppler,2010). Merokok merupakan penyebab utama Ca paru.
Suatu hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua
puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini
mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya
orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke
pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah
ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan,
menimbulkan tumor.
2. Perokok pasif
Perokok pasif mempunyai efek yang lebih buruk dari pada perokok aktif, karena perorok
pasif menghirup asap dua kali lipat lebih banyak dari perokok aktif. Semakin banyak orang
yang berhubungan dekat antara perokok aktif dan pasif, maka risiko terjadinya kanker paru
akan semakin meningkat. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang
yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru
meningkat dua kali (Wilson, 2005). Diduga ada 3.000 kematian akibat kanker paru tiap tahun
di Amerika Serikat terjadi pada perokok pasif (Stoppler,2010).
4. Polusi Udara
Pulosi udara terutama di daerah kota-kota besar akan sangat mempunyai dampak yang sangat
tinggi terhadap kejadian kanker paru, namun polusi udara mempunyai pengaruh kecil bila
dibandingkan dengan merokok. Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih
banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Karena banyak didaerah
perkotaan sangat kurang lahan hijau untuk dapat menyaring polusi-polusi udara akibat
banyaknya kendaraan bermotor. Kurangnya lahan hijau di daerah perkotaan dapat disebabkan
karena pembangunan yang sangat besar dan tidak diimbangi dengan lahan hijau sebagai
keseimbangan lingkungan.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada
mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri
dan uap diesel dalam atmosfer di kota. Contoh: Polusi udara, pemaparan gas RT, asap
kendaraan/ pembakaran (Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).
5. Genetik
Pengaruh dari faktor genetik berisiko lebih besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik
dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi gen-gen penekan tumor memiliki arti
penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru.
6. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik dapat menjadi risiko
terjadinya kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat
sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan
(Stoppler, 2010).
2. Tahap ekstensif
Yaitu Kanker yang ditemukan pada jaringan dada diluar paru-paru tempat asalnya, atau
Kanker yang ditemukan pada organ-organ tubuh jauh.
2. Stadium 0
Merupakan tahap ditemukannya sel-sel Kanker hanya pada lapisan terdalam paru-paru dan
tidak bersifat invasif.
3. Stadium I
Merupakan tahap Kanker yang hanya ditemukan pada paru-paru dan belum menyebar ke
kalenjer getah bening sekitarnya.
4. Stadium II
Merupakan tahap Kanker yang ditemukan pada paru-paru dan kalenjer getah bening di
dekatnya.
5. Stasium III
Merupakan tahap Kanker yang telah menyebar ke daerah disekitarnya, seperti dinding dada,
diafragma, pembuluh besar atau kalenjer getah bening di sisi yang sama ataupun sisi
berlawanan dari tumor tersebut.
6. Stadium IV
Merupakan tahap Kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus paru-paru yang sama, atau di
paru-paru yang lain. Sel –sel Kanker telah menyebar juga ke organ tubuh lainnya, misalnya
ke otak, kalenjer adrenalin , hati dan tulang.
1. Patofisiologi
Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel, daerah asal, dan kecepatan pertumbuhan. Empat tipe
sel primer pada kanker paru adalah karsinoma epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel
kecil (sel oat), karsinoma sel besar (tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa
dan karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial. Karsinoma sel
besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh di cabang bronkus perifer dan alveoli.
Karsinoma sel besar dan karsinoma sel oat tumbuh sangat cepat sehingga mempunyai
prognosis buruk. Sedangkan pada sel skuamosa dan adenokarsinoma prognosis baik karena
sel ini pertumbuhan lambat.
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang
dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan
karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang
disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal.
Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan
dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.
1. Gejala umum.
Batuk : Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai
sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana
dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
Hemoptisis : Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang
mengalami ulserasi.
Nafas sesak (pendek)
Sakit kepala , nyeri dada, bahu dan bagian punggung .
Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.
Pada waktu masih dini gejala sangat tidak jelas utama seperti batuk lama dan infeksi saluran
pernapasan. Oleh karena itu pada pasien dengan batuk lama 2 minggu sampai 1 bulan harus
dibuatkan foto X dengan gejala lain dyspnea, hemoptoe, febris, berat badan menurun dan
anemia. Pada keadaan yang sudah berlanjut akan ada gejala ekstrapulmoner seperti nyeri
tulang, stagnasi (vena cava superior syndroma).
1. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul pada pasien dengan penyakit karsinoma paru antara lain:
1. Pemeriksaan penunjang
2. Radiologi
Foto thorax posterior-anterior (PA) dan lateral serta tomografi dada. Foto thorax posterior
– anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada. Merupakan pemeriksaan awal sederhana
yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi
lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi
tulang rusuk atau vertebra.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
1. Laboratorium
Sitologi. Pemeriksaan sitologi sputum rutin dikerjakan terutama bila pasien ada keluhan
batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberikan hasil positif karena tergantung dari
letak tumor terhadap bronkus, jenis tumor, teknik mengeluarkan sputum, jumlah sputum
yang diperiksa, waktu pemeriksaan sputum ( sputum harus segar). Pada kanker paru yang
letaknya sentral, pemeriksaan sputum yang baik dapat memberikan hasil positif sampai
67-85% pada karsinoma sel skuamosa. Pemeriksaan sitologi sputum dianjurkan sebagai
pemeriksaan rutin dan skrining untuk diagnosis dini kanker paru. Pemeriksaan sitologi
lain untuk diagnostik kanker paru dapat dilakukan pada cairan pleura, aspirasi kelenjar
getah bening servikal, bilasan dan sikatan bronkoskopi.
Pemeriksaan fungsi paru dan GDA. Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk
memenuhi kebutuhan ventilasi.
Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi
imun pada kanker paru.
Adalah pemeriksaan standar emas diagnosis kanker paru untuk mendapatkan spesimennya
dapat dengan cara biopsy melalui :
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi darah
dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan
Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 2000).
Untuk menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal pada pasien dengan kanker paru
dapat dilakukan dengan cara seperti pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah,
obat anti nyeri dan anti infeksi..
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)
1. Penatalaksanaan Medis
2. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengangkat
semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru
yang tidak terkena kanker. Dapat dilakukan dengan cara :
Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkonfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma,
untuk melakukan biopsy.
Resesi segmental.
Merupakan pengangkatan satu atau lebih segmen paru.
Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang
terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan
es).
1. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien
dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau
terapi radiasi. Kemoterapi merupakan pilihan pengobatan pada klien dengan kanker paru,
terutama pada SCLC karena metastasis. Kemoterapi dapat juga diberikan bersamaan dengan
terapi bedah.
Obat-obat kemoterapi yang biasanya diberikan untuk menangani kanker, termasuk kombinasi
dari obat-obat berikut : Cyclophosphamide, Dexorubicin, Methrotexate, dan Procarbazine.
Etoposide dan Cisplatin. Mitomycin, Vinblastine, dan Cisplatin.
Clinical Pathway
1. Penatalaksanaan Keperawatan
A. Pengkajian keperawatan
Identitas
Nama klien, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, dan alamat klien.
Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Batuk produktif, dahak bersifat mukoid atau purulen, atau batuh darah
Malaise
Anorexia
Badan makin kurus
Sesak nafas pada penyakit yang lanjut dengn kerusakan paru yang makin luas
Nyeri dada dapat bersifat okal atau pleuritik
1. Riwayat kesehatan dahulu
Terpapar asap rokok
Industri asbes, uranium, kromat, arsen (insektisda), besi dan oksida besi
Konsumsi bahan pengawet
1. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keluarga penderita kanker
Data dasar pengkajian pasien
Pemeriksaan bermacam-macam, tergantung pada jumlah akumulasi cairan, kecepatan
akumulasi dan fungsi paru sebelumnya.
1. Aktifitas / istirahat
Gejala : kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, dispnea akibat
aktivitas
1. Sirkulasi
Gejala : JVD ( obstruksi vena kava)
1. Integritas ego
Gejala : perasaan takut. Takut hasil pembedahan, menolak kondisi yang berat / potensi
keganasan.
1. Eliminasi
Gejala : diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil), peningkatan frekuensi / jumlah urine
(ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid.
1. Makanan / cairan
Gejala : penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan. Kesulitan
menelan, haus / peningkatan masukan cairan.
Tanda : kurus, atau penampilan kurang bobot (tahap lanjut) edema wajah/leher, dada
punggung (obstruksi vena cava), edema wajah / periorbital (keidakseimbangan hormonal,
karsinoma sel kecil) glukosa urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid)
1. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri dada (biasaya tidak ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap lanjut)
dimana dapat / tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau produksi sputum.
Nafas pendek, Pekerja yang terpajan polutan, debu industry. Serak, paralysis pita suara.
Riwayat merokok
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma), Kemerahan, kulit pucat
(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
Pengkajian fisik
1. Integument
Pucat atau sianosis sentral atau perifer, yang dapat dilihat pada bibir atau ujung jari/dasar
kuku mnandakan penurunan perfusi perifer.
1. Telinga
Biasanya tak ada kelainan
1. Mata
Pucat pada konjungtiva sebagai akibat anemia atau gangguan nutrisi
Ketidakmampuan menelan
Suara serak
Nafas dangkal
Batuk kering / nyaring / non produktif atau mungkin batuk terus menerus dengan atau tanpa
sputum
Peningkatan fremitus, kreleks inspirasi atau ekspirasi
1. System Kardiovakuler
Frekuensi jantung mungkin meningkat / takikardi (150/menit atau lebih pada sat istirahat
1. Abdomen
Bising usus meningkat / menurun
1. System urogenital
Peningkatan frekuensi atau jumlah urine
1. System reproduksi
Ginekomastia, amenorrhea, impotensi
1. System limfatik
Pembesaran kelenjar limfe regional : leher, ketiak (metastase)
1. System muskuluskeletal
Penurunan kekuatan otot
1. System persarafan
Perubahan status mental / kesadaran : apatis, letargi, bingung, disorientasi, cemas dan
depresi, kesulitan berkonsentrasi
Data psikologis
Kegelisahan, pertanyaan yang diulang-ulang, perasaan tidak berdaya, putus asa, emosi yang
labil, marah, sedih.
1. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan jumlah / viskositas
sekret/ sputum ditandai dengan sesak napas, batuk, ronkhi.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi ditandai dengan sesak napas,
sianosis, frekuensi pernapasan meningkat, saturasi oksigen menurun..
3. Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan lesi dan melebarnya pembuluh
darah, penekanan syaraf oleh kanker ditandai dengan frekuensi jantung atau pernapasan
meningkat dan klien mengeluhkan rasa sakit.
4. Pola napas tidak efektif berhubungan dengn penyempitan saluran napas ditandai dengan
frekuensi pernapasan meningkat, wheezing.
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis berhubungan dengan kurang
informasi ditandai dengan pasien selalu bertanya mengenai kondisinya dan tindakan apa
yang akan dilakukan.
6. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman untuk melakukan perubahan status
kesehatan, takut mati ditandai dengan pasien selalu menanyakan pertanyaan yang sama
kepada perawat, pasien terlihat gelisah.
1. Perencanaan keperawatan
DIAGNOSA
NO KEPERAWAT TUJUAN DAN
. AN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
1) Berikan
pasien O2 1) Mencegah
Setelah dilakukan 2) Berikan terjadinya hipoksia
intervensi pasien posisi 2) Memaksimalk
keperawatan selama 3 semifowler an ventilasi
x 24 jam, klien (jika tidak
menunjukkan hemaptoe) atau
kepatenan jalan supinasi (jika
napas. Dengan hemaptoe)
kriteria hasil :
1) Klien akan 3) Auskultasi 3) Pernapasan
menunjukkan bunyi dada untuk bising, ronki dan
napas bersih, bebas karakteristik mengi
kering / bunyi bunyi napas menunjukkan
tambahan dan adanya tertahannya sekret
secret atau obstruksi jalan
2) Klien napas
mengeluarkan secret 4) Observasi
tanpa kesulitan karakteristik 4) Karakteristik
batuk, batuk dapat
Bersihan jalan 3) Klien (misalnya, berubah tergantung
nafas tidak menunjukkan menetap, pada penyebab/
efektif hilangnya dipsnea efektif, tak etiologi gagal
berhubungan efektif), juga perbafasan.
dengan 4) Tanda-tanda vital jumlah dan Sputum bila ada
peningkatan dalam rentang normal karakter sputum mungkin banyak,
jumlah / kental, berdarah,
viskositas dan/ atau purulen
1. sekret/sputum yang memerlukan
5) Lakukan pengobatan lebih
penghisapan lanjut
bila batuk
lemah atau 5) Penghisapan
ronki tidak meningkatkan
hilang dengan resiko hipoksia dan
upaya batuk. kerusakan mukosa.
Hindari Penghisapan
penghisapan trakeal secara
ETT dan OTT umum
yang dalam kontraindikasi
pada klien pada klien
pneunomektom pneunomektomi
i bila mungkin untuk menurunkan
resiko rupture
6) Dorong jahitan bronchial
masukan cairan
peroral 6) hidrasi
(sedikitnya adekuat untuk
2500ml/hari) meningkatkan
dalam toleransi pengeluaran secret
jantung
7) Kaji nyeri /
ketidaknyaman 7) mendorong
an dan lakukan klien untuk
latihan bergerak, batuk
pernapasan lebih efektif, dan
napas dalam untuk
mencegah
8) Bantu klien kegagalan
dan intruksikan pernafasan
untuk napas
dalam dan 8) Posisi duduk
batuk efektif memkungkinkan
dengan posisi eksansi paru
duduk tinggi maksimal dan
dan menekan penekanan upaya
daerah insisi. batuk membantu
untuk
9) Observasi memobilisasi /
tanda-tanda membuang sekret
vital
9) Mengetahui
10) Kolaboras kondisi terkini
i penggunakan pasien
oksigen
humidifikasi / 10) memberikan
nebulixer hidrasi maksimal
ultrasonic. membantu
Berikan cairan pengenceran
tambahan sekret.
secara IV
sesuai indikasi
11) Kolaboras
i pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
atau analgesic
11) menghilangk
sesuai indikas
an spasme bronkus
untuk memperbaiki
aliran udara,
meningkatkan
upaya pengeluarn
secret melalui
pengenceran dan
penurunan
viskositas serta
penghilangan
ketidaknyamanan
1) Catat
setelah dilakukan 1) pernapasan
frekuensi,
intervensi meningkat sebagai
kedalaman
keperawatan selama akibat nyeri atau
pernapasan,
3×24 jam, klien sebagai mekanisme
kesukaran
menunjukkan kompensi awal
bernapas.
perbaikan pertukaran terhadap kerusakan
Observasi
gas. Dengan kriteria jaringan paru.
penggunaan
hasil : otot bantu
1) Menunjukkan pernapasan,
perbaikan ventilasi napas bibir,
dan oksigenisi perubahan kulit
adekuat dengan GDA / membrane
dalam rentang normal mukosa,
dan bebas gejala misalnya pucat,
distress pernafasan. sianosis.
2) Catat ada 2) Bunyi nafas
Gangguan 2) Mendemonstrasi atau tidak dapat menurun,
pertukaran gas kan batuk efektif dan adanya bunyi tidak sama atau tak
berhubungan suara nafas yang tambahan dan ada pada area yang
dengan bersih, tidak ada adanya bunyi sakit.Krekels
2 hipoventilasi sianosis, dan dispneu, tambahan, adalah bukti
mampu bernafas misalnya peningkatan cairan
dengan mudah. krekels, mengi dalam area
jaringan sebagai
3) Tanda-tanda vital akibat peningkatan
dalam rentang normal permeabilitas
membrane
. alveolar-kapiler.
Mengi adalah bukti
adanya tahanan
atau penyempitan
jalan nafas
sehubungan
3) Selidiki
dengan mukus/
perubahan
edema serta tumor.
status mental /
tingkat
3) Menunjukkan
kesadaran
peningkatan
hipoksia atau
komplikasi seperti
pergeseran
mediastinal bila
disertai dengan
4) Pertahanka
takipnea,
n kepatenan
takikardia, deviasi
jalan napas
trakea
dengan posisi,
penghisapan,
4) obstruksi jalan
dan pemberian
napas
oksigen sesuai
mempengaruhi
indikasi
ventilasi dan
mengganggu
pertukaran gas,
5) Dorong / memaksimalkan
bantu latihan sediaan oksigen
napas dalam untuk pertukaran
6) Pantau 5) meningkatkan
AGD, oksimetri ventilasi dan
nadi. Catat oksigenasi
kadar Hb maksimal dan
mencegah
atelektasis
6) penurunan
PO2 tau
peningkatan PCO2
dapat
7) Observasi menunjukkan
7) Mengetahui
konsisi terkini
pasien.
8) Membantu
mengatasi masalah
pasien sesia tanda
dan gejala yang
muncul
5) Catat
kemungkinan 5) Insisi
8) Mengetahui
9) Kolabor kondisi terkini
asi pemberian pasien.
obat sesuai
indikasi 9) Membantu
mengatasi pasien
sesuai tanda dan
gejala yang
muncul.
3) Kaji
3) Klien/keluarga konseling 3) Pasien dengan
dapat nutrisi tentang masalah
mengidentifikasi rencana makan; pernafasan berat
dengan benar tanda kebutuhan biasanya
dan gejala yang makanan kalori mengalami
memerlukan tinggi. penurunan berat
perhatian medik. badan dan
anoreksia sehingga
aktivitas. menyembuhan.
4) Pasien harus
menghindari untuk
terlalu lelah dan
mengimbangi
periode
istirahatdan
aktivitas untuk
meningkatkan
regangan/ stamina
dan mencegah
5) Tanda- konsumsi/
tanda vital kebutuhan oksigen
normal berlebihan.
5) Mengetahui
kondisi terkini
pasien
1. Perencanaan Evaluasi
No Dx Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, 1998 Buku saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, Edisi 6.
Jakarta: EGC.
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan
dan Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Elizabeth, J. Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG.
Amin, Z., 2006. Kanker Paru. Dalam: Sudoyo, A.W., Setryohadi, B., Alwi, I., Simadibrata,
M.K., Setiati, S. Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 1015-21.
Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan. Yogyakarta: B
First.
Anonim. 2013. Ca Paru. (dalam http://www.slideshare.net/septianraha/ca-paru?related=1)
diakses pada tanggal 30 Mei 2015 pukul 20.00 WIB