Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN KANKER PARU


KEP. MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

Dosen Pembimbing :
Dr. Yulianto S.Kep., Ns., MMKes

Disusun Oleh :
Anisyah Putri ( 0119005 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


DIAN HUSADA MOJOKERTO
TA.2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker
pada pria dan wanita. Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan
insidensi paru-paru yang mengejutkan. American Cancer Society
memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasus baru dalam tahun 1987
dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker paru di negara maju sangat
tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di inggris
40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker
terbanyak. Di RS Kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor paru
menduduki urutan ke 3 sesudah kanker payudara dan leher rahim. Karena
sistem pencatatan kita yang belum baik, prevalensi pastinya belum
diketahui tetapi klinik tumor dan paru di rumah sakit merasakan benar
peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (5%), life time
risk 1:13 dan pada wanita 1:20. Pada pria lebih besar prevalensinya
disebabkan faktor merokok yang lebih banyak pada pria. Insiden puncak
kanker paru terjadi antara usia 55 – 65 tahun.
B. TUJUAN
a) Tujuan Umum:
                  Menjelaskan asuhan keperawatan dengan klien kanker paru
b) Tujuan Khusus:
1. Menjelaskan konsep dasar dari penyakit kanker paru
2. Menjelaskan definisi dari penyakit kanker paru
3. Menjelaskan etiologi dari penyakit kanker paru
4. Menjelaskan patofisiologi kanker paru
5. Menjelaskan Stadium kanker paru
6. Menjelaskan manifestasi klinis kanker paru
7. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan pada
kanker paru
8. Menjelaskan komplikasi pada kanker paru.

2
BAB I
KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Kanker paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price,
Patofisiologi, 1995).
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami
proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi, 2000). JENIS TUMOR PARU
Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali
dalm jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen,
lingkungan, terutama asap rokok.( Suryo, 2010)
Terdapat 4 jenis umum kanker paru: tiga karsinoma sel besar dan satu
karsinoma sel kecil. Karsinoma sel besar adalah karsinoma sel skuamosa,
adenokarsinoma sel besar.
Karsinoma sel skuamosa sebanyak 30% dari kanker paru. Kanker ini jelas
berkaitan dengan asap rokok dan pajanan dengan toksin-toksin lingkungan,
seperti asbestosdan komponen polusi udara. Tumor sel skuamosa biasanya
terletak di bronkus pada sisi tempat bronkus masuk ke paru, yang disebut
hilus, yang kemudian meluas kebawah ke bronkus. Karena bronkus pada
derajat tertentu mengalami obstruksi, dapat terjadi atelektasis absorpsi dan
pneumonia, serta penurunan kapasitas ventilasi. Tumor ini tumbuh retif
lambat dan memiliki prognosis yang paling baik, yaitu kemungkinan hidup
lima tahun jika didiagnosos sebelum metastasis.
Adenokarsinoma adalah jenis kanker paru yang berasal dari kelenjar paru.
Tumor ini biasanya terjadi dibagian perifer paru, termasuk bronkiolus terminal
dan alveolus. Kanker Jenis ini terhitung sekitar 30% dari kanker paru dan
lebih tinggi diantara wanita. Adenokarsinoma biasanya berukuran keci dan
tumbuh lambat, tetapi bermetastasis secara dini dan angka bertahan hidup
sampai 5 tahunnya buruk.
Kanker sel besar Takberdiferensiasi sangat anaplastik dan cepat
bermetastasis. Tumor ini sekitar 10-15% dari semua kanker paru, sering
terjadi di bagian perifer dan meluas kearah pusat paru. Tumor ini berkaitan
erat dengan merokok dan dapat menyebabkan nyeri dada. Kanker jenis ini
mamiliki prognosis berthan hidup yang sangat buruk.

3
Karsinoma sel kecil sekitar 25% dari semua sel kanker paru. Tumor jenis
ini juga disebut sebagi karsinoma oat cell dan biasanya tumbuh dibagian
tengah paru. Karsinoma sel kecil sejenis tumor yang bersifat sangat anaplastik,
atau embrionik, sehingga memperlihatkan insiden metastasis yang tinggi.
Tumor ini sering merupakan tempat produksi tumor ektopik dan dapat
menyebabkan gejala awal berdasarkan gangguan endokrin. Metastasis paru
yang timbul ada tumor ini juga disebabkan obstruksi aliran udara. Tumor jenis
ini mungkin merupakn jenis yang paling sering dijumpai pada perokok, dan
memiliki prognosis paling buruk. (elizabeth, 2008).

B. ETIOLOGI
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru
belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang
bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya
faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain (Amin, 2006).
1. Merokok
Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling
penting, yaitu 85% dari seluruh kasus ( Wilson, 2005). Rokok
mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi
dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok
dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap
setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok
(Stoppler,2010).
2. Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok
pasif, atau mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam
ruang tertutup, dengan risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian
telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi
mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua
kali (Wilson, 2005).
3. Polusi udara

4
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi
pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian
akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan
dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan
bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas
tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka
dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari
kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung
hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara
kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen  yang
ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah
3,4 benzpiren (Wilson, 2005).
4. Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen,
kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat
menyebabkan kanker paru (Amin, 2006).Risiko kanker paru di antara
pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada
masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan asbes
maupun uranium meningkat kalau orang tersebut juga merokok.
5. Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap
betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko
terkena kanker paru (Amin, 2006).
6. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih
besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler
memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan
tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker
paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk juga gen-
gen K-ras  dan myc), dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor
(termasuk gen rb, p53, dan CDKN2) (Wilson, 2005).
7. Penyakit paru

5
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga
dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru
obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena
kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan (Stoppler, 2010).

C. PATOFISIOLOGI
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa
batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat
terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan
biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru
dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe,
dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

6
D. PATHWAY

7
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejala kanker paru yaitu:
1. Gejala awal.
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi
pada bronkus.
2. Gejala umum.
a.  Batuk : Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa
tumor. Batuk   mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum,
tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental
dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
b. Hemoptisis : Sputum bersemu darah karena sputum melalui
permukaan tumor   yang mengalami ulserasi.
c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.    Radiologi.
a) Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi.
Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural,
atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
b) Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2.    Laboratorium.
a) Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan
ventilasi.
c) Tes kulit, jumlah absolute limfosit.

8
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada
kanker paru).

3.    Histopatologi.
a) Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi
lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b) Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan
ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c) Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik
dengan cara torakoskopi.

d) Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.
e) Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam –
macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal
mendapatkan sel tumor.
4.    Pencitraan.
a) CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
b) MR

9
CA PARU/ KANKER PARU

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a) Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan
hidup klien.
b) Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c) Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien
maupun keluarga.
d) Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian
nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti
infeksi. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan
Keperawatan, 2000)
e) Pembedahan.

10
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan
sebanyak mungkin fungsi paru –paru yang tidak terkena kanker.
f) Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
g) Pneumonektomi (pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa
diangkat.
h) Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb
atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak
tuberkulois.
i) Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
j) Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan
paru – paru berbentuk baji (potongan es).
k) Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
l) Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan
bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi,
seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/
bronkus.
m) Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas
serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.

11
H. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KANKER PARU
A. PENGKAJIAN
1) Preoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan,1999).
1). Aktivitas/ istirahat.
Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan
rutin,
dispnea karena aktivitas.
Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).
2). Sirkulasi.
Gejala : JVD (obstruksi vana kava).
Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi).
Takikardi/ disritmia.
Jari tabuh.
3). Integritas ego.
Gejala : Perasaan taku. Takut hasil pembedahan
Menolak kondisi yang berat/ potensi keganasan.
Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.
4). Eliminasi.
Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).
Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan
hormonal, tumor epidermoid)
5). Makanan/ cairan.
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan
masukan
makanan.
Kesulitan menelan
Haus/ peningkatan masukan cairan.
Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)
Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema
wajah/ periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel
kecil)
Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor

12
epidermoid).
6). Nyeri/ kenyamanan.
Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak
selalu
pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh
perubahan posisi.
Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau
adenokarsinoma)
Nyeri abdomen hilang timbul.

7). Pernafasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan
atau
produksi sputum.
Nafas pendek
Pekerja yang terpajan polutan, debu industri
Serak, paralysis pita suara.
Riwayat merokok
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja
Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi)
Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran
udara), krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang
mengalami lesi).
Hemoptisis.
8). Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)
Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma
sel kecil)
9). Seksualitas.
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma
sel
besar)

13
Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel
kecil)
10). Penyuluhan.
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru),
tuberculosis
Kegagalan untuk membaik.

b. Pascaoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).


- Karakteristik dan kedalaman pernafasan dan warna kulit pasien.
- Frekuensi dan irama jantung.
- Pemeriksaan laboratorium yang terkait (GDA. Elektolit serum,
Hb dan Ht).
- Pemantauan tekanan vena sentral.
- Status nutrisi.
- Status mobilisasi ekstremitas khususnya ekstremitas atas di sisi
yang di operasi.
- Kondisi dan karakteristik water seal drainase.

1). Aktivitas atau istirahat.


Gejala : Perubahan aktivitas, frekuensi tidur berkurang.
2). Sirkulasi.
Tanda : denyut nadi cepat, tekanan darah tinggi.
3). Eliminasi.
Gejala : menurunnya frekuensi eliminasi BAB
Tanda : Kateter urinarius terpasang/ tidak, karakteristik urine
Bisng usus, samara atau jelas.
4). Makanan dan cairan.
Gejala : Mual atau muntah
5). Neurosensori.
Gejala : Gangguan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anastesi.
6). Nyeri dan ketidaknyamanan.
Gejala : Keluhan nyeri, karakteristik nyeri

14
Nyeri, ketidaknyamanan dari berbagai sumber misalnya insisi
Atau efek – efek anastesi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Preoperasi (Gale, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, 2000, dan
Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).
1. Kerusakan pertukaran gas dapat dihubungkan : Hipoventilasi.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif.
Dapat dihubungkan :
- Kehilangan fungsi silia jalan nafas
- Peningkatan jumlah/ viskositas sekret paru.
- Meningkatnya tahanan jalan nafas
3. Ketakutan/Anxietas.
Dapat dihubungkan :
- Krisis situasi
- Ancaman untuk/ perubahan status kesehatan, takut mati.
- Faktor psikologis.
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis.
Dapat dihubungkan :
- Kurang informasi.
- Kesalahan interpretasi informasi.
- Kurang mengingat.
b. Pascaoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).
1. Kerusakan pertukaran gas.
Dapat dihubungkan :
- Pengangkatan jaringan paru
- Gangguan suplai oksigen
- Penurunan kapasitas pembawa oksigen darah (kehilangan darah).
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Dapat dihubungkan :
- Peningkatan jumlah/ viskositas sekret

15
- Keterbatasan gerakan dada/ nyeri.
- Kelemahan/ kelelahan.

3. Nyeri (akut).
Dapat dihubungkan :
- Insisi bedah, trauma jaringan, dan gangguan saraf internal.
- Adanya selang dada.
- Invasi kanker ke pleura, dinding dada.
4. Anxietas.
Dapat dihubungkan:
- Krisis situasi
- Ancaman/ perubahan status kesehatan
- Adanya ancman kematian.
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis.
Dapat dihubungkan :
- Kurang atau tidak mengenal informasi/ sumber
- Salah interperatasi informasi.
- Kurang mengingat
C. INTERVENSI
a. Preoperasi (Gale, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, 2000, dan Doenges,
Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).
No Dx Kpeperawatan Tujuan Intervensi Rasional
.
1. Kerusakan Setelah 1. Kaji status 1. Dispnea
pertukaran gas dilakukan pernafasan merupakan
Dapat dihubungkan tindakan dengan mekanisme
: keperawatan sering, catat kompensasi
Hipoventilasi. selama 1 x 24 peningkatan adanya tahanan
jam diharapkan frekuensi jalan nafas.
- Menunjukkan atau upaya
perbaikan pernafasan
ventilasi dan atau

16
oksigenisi perubahan
adekuat dengan pola nafas.
GDA dalam
rentang normal 2. Catat ada 2. Bunyi nafas
dan bebas gejala atau tidak dapat menurun,
distress adanya bunyi tidak sama atau
pernafasan. tambahan tak ada pada
- Berpartisipasi dan adanya area yang
dalam program bunyi sakit.Krekels
pengobatan, tambahan, adalah bukti
dalam misalnya peningkatan
kemampuan/ krekels, cairan dalam
situasi. mengi. area jaringan
sebagai akibat
peningkatan
permeabilitas
membrane
alveolar-kapiler.
Mengi adalah
bukti adanya
tahanan atau
penyempitan
jalan nafas
sehubungan
dengan mukus/
edema serta
tumor.
3. Kaji 3. Penurunan
adanmya oksigenasi
sianosis bermakna
terjadi sebelum
sianosis.

17
Sianosis sentral
dari “organ”
hangat contoh,
lidah, bibir dan
daun telinga
adalah paling
indikatif.
4.
4.
Kolaborasi
Memaksimalka
pemberian
n sediaan
oksigen
oksigen untuk
lembab
pertukaran.
sesuai
5. Menunjukkan
indikasi
ventilasi atau
5. Awasi
oksigenasi.
atau
Digunakan
gambarkan
sebagai dasar
seri GDA.
evaluasi
keefktifan terapi
atau indikator
kebutuhan
perubahan
terapi.
2. Bersihan jalan Setelah 1. Catat 1. Penggunaan
nafas tidak efektif. dilakukan perubahan otot interkostal/
Dapat dihubungkan tindakan upaya dan abdominal dan
: keperawatan pola pelebaran nasal
- Kehilangan fungsi selama 1 x 24 bernafas. menunjukkan
silia jalan nafas jam diharapkan peningkatan
- Peningkatan - Menyatakan/ upaya bernafas.
jumlah/ viskositas menunjukkan 2. Ekspansi dad
sekret paru. hilangnya 2. Observasi terbatas atau

18
- Meningkatnya dispnea. penurunan tidak sama
tahanan jalan nafas. - ekspensi sehubungan
Mempertahanka dinding dada dengan
n jalan nafas dan adanya. akumulasi
paten dengan cairan, edema,
bunyi nafas dan sekret
bersih dalam seksi
- Mengeluarkan lobus.
sekret tanpa 3. Karakteristik
3. Catat
kesulitan. batuk dapat
karakteristik
- Menunjukkan berubah
batuk
perilaku untuk tergantung pada
(misalnya,
memperbaiki/ penyebab/
menetap,
mempertahankan etiologi gagal
efektif, tak
bersiahn jalan perbafasan.
efektif), juga
nafas. Sputum bila ada
produksi dan
mungkin
karakteristik
banyak, kental,
sputum.
berdarah, adan/
atau puulen.
4. Memudahkan
4.
memelihara
Pertahankan
jalan nafas atas
posisi tubuh/
paten bila jalan
kepala tepat
nafas pasein
dan gunakan
dipengaruhi.
alat jalan
nafas sesuai
kebutuhan. 5. Obat
5. Kolaborasi diberikan untuk
pemberian menghilangkan
bronkodilator spasme
, contoh

19
aminofilin, bronkus,
albuterol dll. menurunkan
Awasi untuk viskositas
efek samping sekret,
merugikan memperbaiki
dari obat, ventilasi, dan
contoh memudahkan
takikardi, pembuangan
hipertensi, sekret.
tremor, Memerlukan
insomnia. perubahan
dosis/ pilihan
obat.
3. Ketakutan/ Setelah 1. Observasi 1.
Anxietas. dilakukan peningkatan Memburuknya
Dapat dihubungkan tindakan gelisah, penyakit dapat
: keperawatan emosi labil. menyebabkan
- Krisis situasi selama 1 x 24 atau
- Ancaman untuk/ jam diharapkan meningkatkan
perubahan status - Menyatakan ansietas.
kesehatan, takut kesadaran 2. 2. Menurunkan
mati. terhadap ansietas Pertahankan ansietas dengan
- Faktor psikologis. dan cara sehat lingkungan meningkatkan
untuk tenang relaksasi dan
mengatasinya. dengan penghematan
- Mengakui dan sedikit energi.
mendiskusikan rangsangan. 3. Memberikan
takut. 3. kesempatan
- Tampak rileks Tunjukkan/ untuk pasien
dan melaporkan Bantu dengan menangani
ansietas teknik ansietasnya
menurun sampai relaksasi, sendiri dan

20
tingkat dapat meditasi, merasa
diatangani. bimbingan terkontrol.
- Menunjukkan imajinasi. 4. Membantu
pemecahan pengenalan
masalah dan 4. ansietas/ takut
pengunaan Identifikasi dan
sumber efektif. perspsi klien mengidentifikas
terhadap i tindakan yang
ancaman dapat
yang ada oleh membantu
situasi. untuk individu.
5. Langkah
awal dalam
5.Dorong mengatasi
pasien untuk perasaan adalah
mengakui terhadap
dan identifikasi dan
menyatakan ekspresi.
perasaan. Mendorong
penerimaan
situasi dan
kemampuan diri
untuk
mengatasi.
4. Kurang Setelah 1. Dorong 1. Sembuh dari
pengetahuan dilakukan belajar untuk gangguan gagal
mengenai kondisi, tindakan memenuhi paru dapat
tindakan, keperawatan kebutuhan sangat
prognosis. selama 1 x 24 pasien. menghambat
Dapat dihubungkan jam diharapkan Beriak lingkup
: - Menjelaskan informasi perhatian
- Kurang informasi. hubungan antara dalam cara pasien,

21
- Kesalahan proses penyakit yang jelas/ konsentrasi dan
interpretasi dan terapi. ringkas. energi untuk
informasi. - penerimaan
- Kurang Menggambarkan informasi/ tugas
mengingat. / menyatakan baru.
diet, obat, dan 2. Pemberian
program 2. Berikan instruksi

aktivitas. informasi penggunaan


- verbal dan obat yang aman

Mengidentifikasi tertulis memmampukan


dengan benar tentang obat pasien untuk
tanda dan gejala mengikuti
yang dengan tepat
memerlukan program
perhatian medik. pengobatan.
- Membuat 3. Pasien
3. Kaji
perencanaan dengan masalah
konseling
untuk perawatan pernafasan berat
nutrisi
lanjut. biasanya
tentang
mengalami
rencana
penurunan berat
makan;
badan dan
kebutuhan
anoreksia
makanan
sehingga
kalori tinggi.
memerlukan
peningkatan
nutrisi untuk
menyembuhan.
4. Pasien harus
4. Berikan menghindari
pedoman untuk terlalu
untuk lelah dan

22
aktivitas. mengimbangi
periode
istirahatdan
aktivitas untuk
meningkatkan
regangan/
stamina dan
mencegah
konsumsi/
kebutuhan
oksigen
berlebihan.

b. Pascaoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).


No. Dx Keperawtan Tujuan Intervensi Rasional
1. Kerusakan Setelah 1. Catat 1. Pernafasan
pertukaran gas. dilakukan frekuensi, meningkat
Dapat tindakan kedalaman dan sebagai akibat
dihubungkan : keperawatan kemudahan nyeri atau
- Pengangkatan selama 1 x 24 pernafasan. sebagai
jaringan paru jam Observasi mekanisme
- Gangguan diharapkan penggunaan otot kompensasi awal
suplai oksigen - bantu, nafas terhadap
- Penurunan Menunjukkan bibir, perubahan hilangnya
kapasitas perbaikan kulit/ membran jaringan paru.
pembawa ventilasi dan mukosa.
oksigen darah oksigenasi 2. Auskultasi 2. Konsolidasi
(kehilangan jaringan paru untuk dan kurangnya
darah). adekuat gerakamn udara gerakan udara
dengan GDA dan bunyi nafas pada sisi yang
dalam rentang tak normal. dioperasi normal
normal. pada pasien

23
- Bebas gejala pneumonoktomi.
distress Namun, pasien
pernafasan. lubektomi harus
menunjukkan
aliran udara
normal pada
lobus yang masih
ada.
3. Pertahankan
3. Obstruksi
kepatenan jalan
jalan nafas
nafas pasien
mempengaruhi
dengan
ventilasi,
memberikan
menggangu
posisi,
pertukaran gas.
penghisapan, dan
penggunaan alat
4. Ubah posisi
4.
dengan sering,
Memaksimalkan
letakkan pasien
ekspansi paru
pada posisi
dan drainase
duduk juga
sekret.
telentang sampai
posisi miring.
5. Dorong/ bantu
5. Meningkatkan
dengan latihan
ventilasi
nafas dalam dan
maksimal dan
nafas bibir
oksigenasi dan
dengan tepat.
menurunkan/
mencegah
atelektasis.
2. Bersihan jalan Setelah 1. Auskultasi 1. Pernafasan
nafas tidak dilakukan dada untuk bising, ronki, dan

24
efektif tindakan karakteristik mengi
Dapat keperawatan bunyi nafas dan menunjukkan
dihubungkan : selama 1 x 24 adanya sekret. tertahannya
- Peningkatan jam sekret dan/ atau
jumlah/ diharapkan obstruiksi jalan
viskositas sekret Menunjukkan nafas.
- Keterbatasan patensi jalan 2. Bantu pasien 2. Posisi duduk
gerakan dada/ nafas, dengan dengan/ memungkinkan
nyeri. cairan sekret instruksikan ekspansi paru
- Kelemahan/ mudah untuk nafas maksimal dan
kelelahan. dikeluarkan, dalam efektif penekanan

bunyi nafas dan batuk menmguatkan

jelas, dan dengan posisi upaya batuk


pernafasan tak duduk tinggi dan untuk
bising. menekan daerah memobilisasi dan
insisi. membuang
sekret.
Penekanan
dilakukan oleh
perawat.
3. Observasi
3. Peningkatan
jumlah dan
jumlah sekret tak
karakter sputum/
berwarna / berair
aspirasi sekret.
awalnya normal
dan harus
menurun sesuai
kemajuan
penyembuhan.
4. Dorong
4. Hidrasi
masukan cairan
adekuat untuk
per oral
mempertahankan
(sedikitnya 2500
sekret hilang/
ml/hari) dalam

25
toleransi jantung. peningkatan
5. Kolaborasi pengeluaran.
pemberian 5.
bronkodilator, Menghilangkan
ekspektoran, spasme bronkus
dan/ atau untuk
analgetik sesuai memperbaiki
indikasi. aliran udara,
mengencerkan
dan menurunkan
viskositas sekret.
3. Nyeri (akut). Setelah 1. Tanyakan 1. Membantu
Dapat dilakukan pasien tentang dalam evaluasi
dihubungkan : tindakan nyeri. Tentukan gejala nyeri
- Insisi bedah, keperawatan karakteristik karena kanker.
trauma jaringan, selama 1 x 24 nyeri. Buat Penggunaan
dan gangguan jam rentang skala rentang
saraf internal. diharapkan intensitas pada membantu pasien
- Adanya selang - Melaporkan skala 0 – 10. dalam mengkaji
dada. neyri hilang/ tingkat nyeri dan
- Invasi kanker terkontrol. memberikan alat
ke pleura, - Tampak untuk evaluasi
dinding dada rileks dan keefktifan
tidur/ istirahat analgesic,
dengan baik. meningkatkan
- control nyeri.
2. Kaji
Berpartisipasi 2.
pernyataan
dalam Ketidaklsesuaian
verbal dan non-
aktivitas yang antar petunjuk
verbal nyeri
diinginkan/ verbal/ non
pasien.
dibutuhkan. verbal dapat
memberikan

26
petunjuk derajat
nyeri, kebutuhan/
keefketifan
intervensi.
3. Catat
3. Insisi
kemungkinan
posterolateral
penyebab nyeri
lebih tidak
patofisologi dan
nyaman untuk
psikologi.
pasien dari pada
insisi
anterolateral.
Selain itu takut,
distress, ansietas
dan kehilangan
sesuai diagnosa
kanker dapat
mengganggu
kemampuan
4. Dorong mengatasinya.
menyatakan 4. Takut/
perasaan masalah dapat
tentangnyeri. meningkatkan
tegangan otot
dan menurunkan
ambang persepsi
5. Berikan nyeri.
tindakan
kenyamanan.
Dorong dan
ajarkan
penggunaan
teknik relaksasi

27
Meningkatkan
relaksasi dan
pengalihan
perhatian.
4. Anxietas. Setelah 1. Evaluasi 1. Pasien dan
Dapat dilakukan tingkat orang terdekat
dihubungkan: tindakan pemahaman mendengar dan
- Krisis situasi keperawatan pasien/ orang mengasimilasi
- Ancaman/ selama 1 x 24 terdekat tentang informasi baru
perubahan status jam diagnosa. yang meliputi
kesehatan diharapkan perubahan ada
- Adanya ancman - Mengakui gambaran diri
kematian. dan dan pola hidup.
mendiskusikan Pemahaman
takut/ masalah persepsi ini
- melibatkan
Menunjukkan susunan tekanan
rentang perawatan
perasaan yang individu dan
tepat dan memberikan
penampilan informasi yang
wajah tampak perlu untuk
rileks/ istirahat memilih
- Menyatakan intervensi yang
pengetahuan 2. Akui rasa tepat.

yang akurat takut/ masalah 2. Dukungan


tentang situasi. pasien dan memampukan
dorong pasien mulai
mengekspresikan membuka atau
perasaan menerima
kenyataan kanker
dan

28
3. Terima pengobatannya.
penyangkalan 3. Bila
pasien tetapi penyangkalan
jangan ekstrem atau
dikuatkan. ansiatas
mempengaruhi
kemajuan
penyembuhan,
menghadapi isu
pasien perlu
dijelaskan dan
emebuka cara
4. Berikan
penyelesaiannya.
kesempatan
4. Membuat
untuk bertanya
kepercayaan dan
dan jawab
menurunkan
dengan jujur.
kesalahan
Yakinkan bahwa
persepsi/ salah
pasien dan
interpretasi
pemberi
terhadap
perawatan
informasi.
mempunyai
pemahaman
yang sama.
5. Libatkan
pasien/ orang 5. Dapat
terdekat dalam membantu
perencanaan memperbaiki
perawatan. beberapa
Berikan waktu perasaan kontrol/
untuk kemandirian
menyiapkan pada pasien yang
peristiwa/ merasa tek

29
pengobatan. berdaya dalam
menerima
pengobatan dan
6. Berikan diagnosa.
kenyamanan fiik 6. Ini sulit untuk
pasien. menerima
dengan isu emosi
bila pengalaman
ekstrem/
ketidaknyamanan
fisik menetap.
5. Kurang Setelah 1. Diskusikan 1. Memberikan
pengetahuan dilakukan diagnosa, informasi khusus
mengenai tindakan rencana/ terapi individu,
kondisi, keperawatan sasat ini dan membuat
tindakan, selama 1 x 24 hasil yang pengetahuan
prognosis. jam diharapkan. untuk belajar
Dapat diharapkan - lanjut tentang
dihubungkan : Menyatakan manajemen di
- Kurang atau pemahaman rumah. Radiasi
tidak mengenal seluk beluk dan kemoterapi
informasi/ diagnosa, dapat menyertai
sumber program intervensi bedah
- Salah pengobatan. dan informasi
interperatasi - Melakukan penting untuk
informasi. dengan benar memampukan
- Kurang prosedur yang pasien/ orang
mengingat perlu dan terdekat untuk
menjelaskan membuat
alas an keputusan
tindakan berdasarkan
tersebut. 2. Kuatkan informasi.

30
- penjelasan ahli 2. Lamanya
Berpartisipasi bedah tentang rehabilitasi dan
dalam proses prosedur prognosis
belajar. pembedahan tergantung pada
- Melakukan dengan tipe pembedahan,
perubahan memberikan kondisi
pola hidup. diagram yang preoperasi, dan
tepat. Masukkan lamanya/ derajat
informasi ini komplikasi.
dalam diskusi
tentang harapan
jangka pendek/
panjang dari
penyembuhan.
3. Diskusikan
3. Pengkajian
perlunya
evaluasi status
perencanaan
pernafasan dan
untuk
kesehatan umum
mengevaluasi
penting sekali
perawatan saat
untuk
pulang.
meyakinkan
penyembuhan
optimal. Juga
memberikan
kesempatan
untuk merujuk
masalah/
pertanyaan pada
waktu yang
sedikit stres.

31
DAFTAR PUSTAKA
Elizabeth, J. Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG
Price,  Sylvia A and Wilson, Lorraine M. 1988. Patofisiologi. Konsep Klinik
Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan.
Yogyakarta: B First
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 3. Balai
Penerbit FKUI : Jakarta.
Underwood, J.C.E. 1999. Patologi Umum dan Sistematik.  Edisi 2.
EGC:Jakarta

32

Anda mungkin juga menyukai