D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker paru merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia, dengan prognosis yang sering kali
buruk. Kanker paru biasanya tidak dapat di obati dan penyembuhan hanya mungkin dilakukan
dengan jalan pembedahan, di mana sekitar 13% dari klien yang menjalani pembedahan mampu
bertahan selama 5 tahun. Metastasis penyakit biasanya muncul dan hanya 16% klien yang
penyebaran penyakitnya dapat dilokalisasi pada saat diagnosis. Dikarenakan terjadinya
metastasis, penatalaksanaan kanker paru sering kali hanya berupa tindakan paliatif (mengatasi
gejala) di bandingkan dengan kuratif (penyembuhan). Di perkirakan 85% dari kanker paru terjadi
akibat merokok. Oleh karena itu pencegahan yang paling baik adalah”jangan memulai untuk
merokok”(Somantri, 2012 : 112).
Sebetulnya suatu proses kanker di paru dapat berasal dari saluran pernapasan itu sendiri dari
jaringan ikat diluar saluran pernapasan. Dari saluran pernapasan, sel kanker dapat berasal dari sel
bronkus, alveolus, atau dari sel-sel yang memproduksi mucus yang mengalami degenerasi
maligna. Karena pertumbuhan suatu proses keganasan selalu cepat dan bersifat infasif, proses
kanker tersebut selalu sudah mengenai saluran pernapasan, sel-sel penghasil mucus, maupun
jaringan ikat (Danusantoso, 2013 : 311).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru-paru yang
dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok (Suryo, 2010 : 27).
Karsinoma bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis atau lesi primer. Kebanyakan
tumor ganas primer dari sistem pernapasan bawah bersifat epithelial dan berasal dari mukosa
percabangan bronkhus (Muttaqin, 2008: 198).
Sebagaimana diketahui bahwa asap rokok merupakan penyebab utama kanker paru tipe
karsinoma. Didalam asap rokok terkandung lebih dari 4.000 zat kimia, 50 jenis di antaranya
bersifat karsinogen dan beracun. Data statistic membuktikan bahwa sekitar 90% penderita kanker
paru adalah perokok aktif atau mantan perokok. (Tim CancerHelps, 2010 : 64)
Seperti umumnya kanker yang lain penyebab yang pasti daripada kanker paru belum
diketahui,tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik
merupakan faktor penyebab utama di samping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh,
genetik dan lain-lain (Sudoyo, 2007 : 1005).
Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru sangat berhubungan
dengan kebiasaan merokok. Lombard dan Doering (1928), telah melaporkan tingginya insiden
kanker paru pada perokok dibandingkan dengan yang tidak merokok. Terdapat hubungan antara
rata-rata jumlah rokok yang dihisap perhari dengan tingginya insiden kanker paru. Dikatakan
bahwa, 1 dari 9 perokok berat akan menderita kanker paru. Belakangan, dari laporan beberapa
penelitian mengatakan bahwa perokok pasif pun akan beresiko terkena kanker paru. Anak-anak
yang terpapar asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa akan terkena resiko kanker paru dua
kali lipat di bandingkan dengan yang tidak terpapar, dan perempuan yang hidup dengan
suami/pasangan perokok juga terkena resiko kanker paru 2-3 kali lipat. Diperkirakan 25% kanker
paru dari bukan perokok adalah berasal dari perokok pasif. Insiden kanker paru pada perempuan
di USA dalam 10 tahun terakhir ini juga naik menjadi 5% per tahun,antara lain karena
meningkatnya jumlah perempuan perokok atau sebagai perokok pasif. Efek rokok bukan saja
mengakibatkan kanker paru, tapi dapat juga menimbulkan kanker pada organ lain seperti mulut,
laring dan esofagus (Sudoyo, 2007 : 1005).
Laporan dari NCl (National Cancer Institute) di USA tahun 1992 menyatakan kanker pada organ
lain seperti ginjal, vesika urinaria,ovarium, uterus, kolon, rektum, hati, penis dan lain-lain lebih
tinggi pada pasien yang merokok daripada yang bukan perokok. (Sudoyo, 2007 : 1005).
Polusi udara. Pasien kanker paru lebih banyak di daerah urban yang banyak polusi udaranya
dibandingkan yang tinggal di daerah rural.
Genetik. Terdapat perubahan /mutasi beberapa gen yang berperanan dalam kanker paru, yakni:
proto oncogen, Tumor supressor gene, Gene encoding enzyme
Teori Onkogenesis. Terjadinya kanker paru didasari dari tampilnya gen supresor tumor dalam
genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara menghilangkan
(delesi/del) atau penyisipan (insersi/inS) sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen
erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara
alamiah programmed cell death) Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran
dalam hal ini sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang otonom.
Rokok selain sebagai inisiator juga merupakan promotor dan progresor, dan rokok diketahui
sangat berkaitan (terbesar) dengan terjadinya kanker paru. Dengan demikian kanker merupakan
penyakit genetik yang pada permulaan terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi agresif pada
jaringan sekitarnya bahkan mengenai organ lain.
Beberapa faktor resiko kanker paru menurut Arif Muttaqin (2008: 198-199) tersebut yaitu :
a. Merokok
Kanker paru beresiko 10 kali lebih tinggi dialami perokok berat dibandingkan dengan bukan
perokok. Peningkatan faktor resiko ini berkaitan dengan riwayat jumlah merokok dalam tahun
(jumlah bungkus rokok yang digunakan setiap hari dikali jumlah tahun merokok) serta faktor
saat mulai merokok (semakin muda individu mulai merokok, semakin besar resiko terjadinya
kanker paru). Faktor lain yang juga dipertimbangkan termasuk didalamnya jenis rokok yang
diisap (kandungan tar, rokok filter, dan kretek).
b. Polusi udara
Ada berbagai karsinogen telah diidentifikasi, termasuk didalamnya adalah sulfur, emisi
kendaraan bermotor, dan polutan dari pengolahan dan pabrik. Bukti-bukti menunjukkan bahwa
insiden kanker paru lebih besar didaerah perkotaan sebagai akibat penumpukan polutan dan
emisi kendaraan.
Pada keadaan tertentu, karsinoma bronkogenik tampaknya merupakan suatu penyakit akibat
polusi di lingkungan kerja. Dari berbagai bahaya industri, yang paling berbahaya adalah asbes
yang kini banyak sekali diproduksi dan digunakan pada bangunan. Resiko kanker paru diantara
para pekerja yang berhubungan atau lingkungannya mengandung asbes ±10 kali lebih besar
daripada masyarakat umum. Peningkatan resiko ini juga dialami oleh mereka yang bekerja
dengan uranium, kromat, arsen (misalnya insektisida yang digunakan untuk pertanian), besi, dan
oksida besi. Resiko kanker paru akibat kontak dengan asbes maupun uranium akan menjadi lebih
besar lagi jika orang itu juga perokok.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa perokok yang dietnya rendah vitamin A dapat
memperbesar resiko terjadinya kanker paru. Hipotesis ini didapat dari berbagai penelitian yang
menyimpulkan bahwa vitamin A dapat menurunkan resiko peningkatan jumlah sel-sel kanker.
Hal ini berkaitan dengan fungsi utama vitamin A yang turut berperan dalam pengaturan
diferensiasi sel.
e. Faktor herediter
Terdapat juga bukti bahwa anggota keluarga dari penderita kanker paru memiliki resiko yang
lebih besar mengalami penyakit yang sama. Walaupun demikian masih belum diketahui dengan
pasti apakah hal ini benar-benar herediter atau karena faktor-faktor familial.
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan
deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen
maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa
diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal.
Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan
dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan
berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat
bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium,
otak, tulang rangka.
Menurut Tim CancerHelps (2010 : 64) Kanker paru terdiri atas dua jenis yaitu, Small Cell Lung
Cancer (SCLC)dan Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC). Lebih dari 80% kasus kanker paru
merupakan NSCLC dengan subkategori adenokarsinoma, karsinoma, squamosa dan karsinoma
sel besar.
Kanker paru jenis ini terbagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
2. Adenokarsinomamerupakan jenis kanker paru yang berkembang dari sel – sel yang
memproduksi lender atau dahak di permukaan saluran udara. jenis ini lebih umum terjadi.
3. Karsinoma sel besarmerupakan salah satu jenis sel kanker paru yang apabila dilihat di
bawah mikroskop bentuk bundar besar. Sering juga di sebut undiferentiated carcinoma.
Seseorang yang termasuk ke dalam golongan risiko tinggi jika mempunyai keluhan napas,
seperti batuk, sesak napas, atau nyeri dada sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter
spesialis paru. Gejala-gejala tersebut membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dapat diketahui
sebagai gejala kanker paru karena sering terkecoh dengan gejalah sakit pada umumnya. Berikut
gejala kanker paru.
4. Batuk berdarah.
Sudoyo Aru dalam Kusuma 2015 memaparkan bahwa pada fase awal kebanyakan kanker paru
tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti psien dalam
stadium lanjut.
- Hemoptisis
- Aelektasis
· Invasi local :
- Nyeri dada
- Syndrome Pancoasta karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis servikalis
- Hipertrofi : osteoartropati
- Neuromiopati
- Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi secara radiologis
Pengobatan pasien kanker paru-paru biasanya mempertimbangkan aspek riwayat pasien, stadium
kanker, dan kondisi kesehatan umum pasien. Berikut ini akan dijelaskan beberapa pengobatan
yang umumnya dilakukan pada penderita kanker paru-paru.
a. Pembedahan
Pembedahan dalam kanker paru-paru adalah tindakan pengangkatan jaringan tumor dan kelenjar
getah bening disekitarnya. Tindakan pembedahan biasanya dilakukan untuk kanker yang belum
menyebar hingga ke jaringan lain diluar paru-paru. Pembedahan biasanya hanya merupakan
salah satu pilihan tindakan pengobatan pada NSCLC dan dibatasi pada satu bagian paru-paru
hingga stadium IIIA.
Berikut beberapa jenis pembedahan yang mungkin dilakukan untuk mengobati NSCLC.
b. Kemoterapi
Penderita SCLC terutama diobati dengan kemoterapi dan radiasi karena tindakan pembedahan
biasanya tidak terpengaruh besar terhadap survival(kelangsungan hidup). Kemoterapi primer
biasanya juga diberikan paada kasus NSCLC yang sudah bermetastasis atau menyebar.
Penggunaan kombinasi obat-obatan kemoterapi pada jenis tumor yang diderita. Pada penderita
NSCLC biasanya diobati dengan cisplatin atau carboplatin yang dikombinasikan dengan
gemcitabine, paclitaxel, docetaxel, etoposide, atau vinorelbine. Sedangkan pada penderita SCLC,
sering digunakan obat cisplatin dan etoposide. Ataupun dikombinasikan dengan carboplatin,
gemcitabine, paclitaxel, vinorelbine, topotecan, dan irinotecan juga digunakan.
c. Radioterapi
Efek samping radiasi, termasuk diantaranya: problem kulit, mual, muntah, dan kelelahan. Radiasi
pada dada dapat juga menyebabkan kerusakan paru-paru dan kesulitan bernapas atau menelan.
Efek samping dari terapi radiasi pada (kanker paru yang telah menyebar ke) otak biasanya
menjadi serius setelah1 atau 2 tahun pengobatan, yang mencakup: kehilangan memori, sakit
kepala, masalah dengan pemikiran, dan kurang gairah seksual.
d. Target Terapi
Target terapi biasanya dilakuka untuk pengobatan kanker paru-paru pada stadium III dan IV
yang tidak merespon pengobatan lain. Ada dua macam target terapi yang paling umum
digunakan, sebagai berikut :
1. Erlotinib (Tarceva)
Sel-sel kanker ditutupi oleh protein yang disebut EGFR (Epidermal Growth Factor Receptor)
yang membantu sel-sel kanker untuk membelah. Tarceva bekerja dengan tidak mengizinkan
EGFR untuk menginstruksikan sel-sel kanker untuk tumbuh. Tarceva dapat diberikan pada
pasien NSCLC untuk memperpanjang harapan hidupnya. Tarceva bekerja lebih baik pada pasien
bukan perokok atau wanita usia lebih muda (sebelum menopause). Dan mudah dikonsumsi setiap
hari karena berbentuk pil.
2. Bevacizumab (Avastin)
Bevacizumad merupakan antibodi yang ditujukan untuk melawan protein untuk membantu sel
tumor membentuk pembuluh darah baru. Obat ini mampu memperpanjang kelangsungan hidup
pasien NSCLC stadium lanjut, dan biasanya diberikan sebagai kombinasi dengan kemoterapi
kombinasi carboplatin & paclitaxel. Bevacizumab biasa diberikan melalui intravena infus dan
umumnya memiliki efek samping berupa perdarahan pada paru-paru.
Menurut Arif Muttaqin (2008: 202) pemeriksaan diagnostik pada kanker paru meliputi :
a. Pemeriksaan radiologi
Nodula soliter terbatas yang disebut coin lesion pada radiogram dada sangat penting dan
mungkin merupakan petunjuk awal untuk mendeteksi adanya karsinoma bronkogenik meskipun
dapat juga ditemukan pada banyak keadaan lainnya. Penggunaan CT scan mungkin dapat
memberikan bantuan lebih lanjut dalam membedakan lesi-lesi yang dicurigai.
b. Bronkhoskopi
Bronkhoskopi yang disertai biopsi adalah teknik yang paling baik dalam mendiagnosis
karsinoma sel skuomosa yang biasanya terletak didaerah sentral paru. Pelaksanaan bronkhoskopi
yang paling sering adalah menggunakan bronkhoskopi serat optik. Tindakan ini bertujuan
sebagai tindakan diagnostik, caranya dengan mengambil sampel langsung ketempat lesi untuk
dilakukan pemeriksaan sitologi.
c. Sitologi
Biopsi kelenjar skalenus adalah cara terbaik untuk mendiagnosis sel-sel kanker yang tidak
terjangkau oleh bronkhoskopi. Pemeriksaan sitologi sputum, bilasan bronkhus, dan pemeriksaan
cairan pleura juga memainkan peranan penting dalam rangka menegakkan diagnosis kanker paru.
Pemeriksaan histology maupun penetapan stadium penyakit sangat penting untuk menentukan
prognosis dan rencana pengobatan. Penetuan stadium kanker paru terbagi dua, yakni pembagian
stadium dari segi anatomis untuk menentukan luasnya penyebaran tumor dan kemungkinannya
untuk dioperasi; dan stadium dari segi fisiologis untuk menentukan kemapuan klien untuk
bertahan terhadap berbagai pengobatan antitumor.
a. Terapi Oksigen
Jika terjadi hipoksemia, perawat dapat memberikan oksigenvia masker atau nasal kanula sesuai
dengan permintaan. Bahkan jika klien tidak terlalu jelas hipoksemianya, dokter dapat
memberikan oksigen sesuai yang dibutuhkan untuk memperbaiki dispnea dan kecemasan.
b. Terapi Obat
Jika klien mengalami bronkospasme, dokter dapat memberikan obat golongan bronkodilator
(seperti pada klien asma) dan kortikosteroid untuk mengurangi bronkospasme, inflamasi, dan
edema.
c. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pilihan pengobatan pada klien dengan kanker, terutama pada small-cell
lung cancer karena metastasis. Kemoterapi dapat juga digunakan bersamaan dengan terapi
bedah. Obat-obat kemoterapi yang biasanya diberikan untuk menangani kanker, termasuk
kombinasi dari obat berikut :
d. Imunoterapi
Banyak klien kanker paru yang mengalami gangguan imun. Obat imunoterapi (Cytokin) biasa
diberikan.
e. Terapi Radiasi
f. Terapi Laser
· Efusi timbul akibat adanya tumor pada pleura viseralis dan parietalis serta obstruksi
kelenjar limfe mediastinal.
· Tujuan akhir dari terapi ini adalah mengeluarkan dan mencegah akumulasi cairan.
2. Pembedahan (Surgical Management)
b. Dilakukan khusus pada stadium III secara individual yang mencakup tiga criteria berikut:
Prognosis kanker paru tetap sangat buruk. Angka ketahanan hidup 5 tahun (5 year survival
rate ) tetap sangat rendah,yakni masih sekitar ataupun malahan dapat kurang dari 15%. Sebab
kematian ialah akibat metastasis. Ke organ-organ lain atau akibat komplikasi pulmoner secara
langsung (Danusantoso, 2013 : 320).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Biodata :
Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 50 th
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : PNS
2. Keluhan utama :
3. Riwayat Kesehatan :
Klien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap makanan atau obat-obatan, hanya saja tidak
terlalu suka sayuran. + 1 tahun yang lalu klien pernah terkena penyakit bronkitis sampai
diopname. Klien pernah mengalami kecelakaan motor namun tidak fatal. Keluarga klien
mengatakan bahwa klien hampir setiap hari mengkonsumsi daging, jarang makan sayur, dan
klien mempunyai riwayat peminum / alkohol dan merokok, klien biasa merokok kurang lebih 1
bungkus rokok perharinya, klien mulai merokok sejak umur 18 tahun.
Pekerjaan Tn. A yaitu seorang PNS dan waktu luangnya diisi dengan beristirahat di rumahsambil
merokok dan berkumpul bersama keluarga. Klien jarang berolahraga. Saat sakit, klien hanya bisa
berbaring di tempat tidur, aktifitas terbatas, dan klien dibantu oleh keluarganya.
Sebelum sakit lama tidur klien 7-8 jam/hari, hanya dipergunakan untuk tidur malam karena klien
jarang sekali tidur siang dan tidak ada gangguan dalam tidur. Saat sakit lama tidur klien hanya 5
jam dengan tidur siang selama 1 jam. Klien kadang-kadang kesulitan tidur di rumah sakit
karenasesak dan nyeri dada yang dialami klien saat bernapas, klien tampak lemah, gelisah dan
terlihat pucat.
4. Nutrisi
Sebelum sakit, frekuensi makan Tn. A tidak teratur dikarenakan kesibukan jam kerja yang
mengakibatkan sering telat makan. Berat badan klien 66 kg. Berat badan dalam 1 bulan terakhir
turun drastis menjadi 55 kg. Jenis makanan yang paling sering dikonsumsi klien yaitu
daging dan makanan cepat saji (sate & gulai). Klien tidak suka sayuran, dan tidak memiliki
pantangan terhadap makanan apapun. Saat sakit, klien hanya mengkonsumsi nasi lembek,
sayuran hijau, buah tapi jarang habis karena klien mual, tidak nafsu makan, & klien tidak makan
yang pedas & berminyak..
Sebelum sakit frekuensi minum klien 7-8 gelas/hari. Saat sakit, frekuensi minum klien + 2-3
gelas/hari. Turgor kulit tidak elastis. Klien mendapat support IV Line jenis RL 20 tetes/menit
6. Oksigenasi
Klien mengalami sesak, nyeri dada saat bernafas, klien batuk, klien merokok kurang lebih 1
bungkus per harinya.
7. Eliminasi fekal/bowel
Frekuensi BAB klien sebelum sakit 1x sehari di pagi hari. Feses berwani kuning, konsistensi
padat, berbau khas, warna kuning kecoklatan, dan tidak ada keluhan.
Saat sakit, klien kesulitan BAB, mengalami sembelit, baru 1x selama dirawat di RS, feses
berwarna kehitaman, konsistensi keras.
8. Eliminasi urin
Frekuensi BAK klien 5x sehari. Klien mengalami perubahan pola berkemih. Klien tidak
menggunakan kateter, kebutuhan pemenuhan ADL dengan bantuan keluarga.
Klien tidak memiliki gangguan dan riwayat penyakit yang menyangkut sensori, persepsi, dan
kognitif
a. Keadaan Umum
b. Aktivitas/ istirahat
Tanda: Pasien lesu
c. Sirkulasi
Gejala : Terdapat sindrom vena kava superior (cubbing finger), terjadi aritmia, Takikardi, Jari
tabuh.
d. Integritas Ego
e. Eliminasi
Gejala : di area yang hilang timbul (ketidakseimbangan hormonal karsinoma sel kecil),
peningkatan sekresi jumlah urin.
f. Makanan / Cairan
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan, kesulitan
menelan, haus atau peningkatan masukan cairan.
Tanda : kurus, kerempeng atau penampilan kurang bobot, edema wajah atau leher, dada,
punggung ( obstruksi vena kava), edema wajah atau periordital ( ketikaseimbangan hormonal,
kalsinoma sel kecil )
g. Nyeri
Gejala : Nyeri dada(tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap lanjut)
dimana dapat atau tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi, nyeri bahu atau
tangan( khususnya pada sel besar atau adenokalsioma), nyeri tulang atau sendi: erosi kapilago
sekunder terhadap peningkatan hormone pertumbuhan ( sel besar atau adenokarsinoma), nyeri
abdomen hilang timbul.
h. Pernafasan
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan produksi sputum, napas
pendek, pekerja yang terpajan polutan, debu industry, serak, paralisis pita suara, riwayat
merokok
i. Keamanan
j. Seksualitas
Pertimbangan Rencana Pemulangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 11hari, bantu
transportasi, pengobatan, tindakan, perawatan diri pemeliharaan rumah.
ANALISA DATA
- Suara nafas
menghilang pada dada
anterior.
- Pada perkusi
dada terdengar redup.
- Respirasi 36
x/mnt, cepat dan
dangkal.
DO : Bronkiektasis/Aktelektasi
s
- Gelisah,
- Nilai GDA
tidak normal,
- Perubahan
TTV
- Wajahya terlihat
pucat
DO: Mual
- Penurunan
berat badan,(BB
sebelumnya
66kg,setelah masuk Anoreksia
RS BB 55Kg)
- Lemas,
- Porsi makan
tidak habis,makan
hanya 2 - 4 sendok
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan gangguan aliran udara ke alveoli
atau ke bagian utama paru, perubahan membran alveoli
3. Gangguan rasa nyaman ( Nyeri ) yang berhubungan dengan invasi kanker ke pleura, atau
dinding dada.
6. Memberikan
kelembaban pada
membran mukosa
dan membantu
pengenceran secret
7. PaCO2
biasanya
meningkat, dan
PaO2 menurun
sehingga hipoksia
terjadi derajat lebih
besar/kecil.
8. Dapat
memperbaiki/menc
egah buruknya
hipoksia.
3.
8. Kolaborasi: 5. Memberikan
Berikan analgesik obat berdasarkan
rutin s/d indikasi. aturan.
6. Meningkatkan
relaksasi dan
pengalihan
perhatian..
7. Penurunan
stress, menghemat
energy
8.
Mempertahankan
kadar obat,
menghindari
puncak periode
nyeri
4 . 1. Catat ststus 1.Berguna dalam
Gangguan nutrisi pasien pada mengidentifikasi
rasa nyaman ( Setelah di lakukan penerimaan, catat derajat kurang
Nyeri ) yang tindakan turgor kulit, berat nutrisi dan
berhubungan keperawatan badan dan derajat menentukan pilihan
dengan invasi sselama 2x 24 kekurangan berat intervensi
kanker ke jamNutrisi klien badan
pleura, atau terpenuhi.
dinding dada. 2. Berikan
penjelasan tentang 2. Meningkatkan
pentingnya pengetahuan dan
Dengan KH: kepatuhan untuk
makanan yang
adekuat dan bergizi menjalankan
program diet sesuai
- Berat badan 3. Pastikan pola atura
bertambah dan. diet pasien yang
disukai/tidak 3. Pertimbangan
disukai keinginan individu
dapat memperbaiki
- Menunjukan
4. Awasi masukan diet.
perubahan pola
pemasukan/pengelu
makan. 4. Mengukur
aran dan berat
badan secara kefektifan nutrisi
periodic dan dukungan
cairan.
5. Dorong klien
untuk makan diet 5. Peningkatan
TKTP pemenuhan
kebutuhan dan
6. Pertahankan kebutuhan
higiene mulut pertahanan tubuh
7. Kolaborasi 6. Akumulasi
dengan Ahli gizi partikel makanan di
dalam pemberian mulut menambah
makanan rasa
ketidaknyamanan
pada mulut dan
menurunkan nafsu
makan
7. Meninkatkan
kemampuan asupan
sesuai dengan
kemampuan klien
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
2. Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru-paru
yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok.
4. Ada banyak gejala yang dari penyakit ini, gejala paling umum yang ditemui pada penderita
kanker paru adalah Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat, dahak berdarah, berubah
warna dan makin banyak, napas sesak dan pendek-pendek, sakit kepala, nyeri atau retak tulang
dengan sebab yang tidak jelas, kehilangan selara makan atau turunnya berat badan tanpa sebab
yang jelas.
Somantri Irman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta. Penerbit Salemba Medika.
Danusantoso Halim. 2013. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran
Sudoyo Aru, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta
Muttaqin Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.
Tim CancerHelps. 2010. Stop Kanker “KANKER BUKAN LAGI VONIS MATI” Panduan
Deteksi Dini dan Pengobatan Menyeluruh Berbagai Jenis Kanker. Jakarta. Penerbit AgroMedia
Pustaka.