EPIDEMIOLOGI
A. Konsep Umum Penyakit Kanker Paru
1) Definisi Penyakit Kanker Paru
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel sel yang mengalami proliferasi
dalam paru (Underwood, Patologi, 2000).
2) Etiologi Penyakit Kanker Paru
Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru sangat
berhubungan dengan merokok. Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok
yang dihisap per hari dengan tingginya insiden kanker paru. Belakangan, dari
laporan beberapa penelitian mengatakan bahwa perokok pasif pun akan berisiko
terkena kanker paru. Diperkirakan 25% kanker paru dari bukan perokok adalah
berasal dari perokok pasif (Amin, 2006). Efek rokok bukan saja mengakibatkan
kanker paru, tapi dapat juga menimbulkan kanker pada organ lain seperti mulut,
laring dan esophagus. Diperkirakan terdapat metabolit dalam asap rokok yang
bersifat karsinogen terhadap organ tubuh.
Menurut Amin (2006), etiologi lain dari kanker paru yang pernah
dilaporkan adalah :
a. Yang berhubungan dengan zat karsinogen seperti asbestos, radiasi ion pada
pekerja tambang uranium, radon, arsen, kromium, nikel, polisikilik hidrokarbon,
vinil klorida.
b. Genetik, dimana terjadi mutasi dari beberapa gen yang berperan dalam kanker
paru yaitu proto oncogen, tumor suppressor gene, gene encoding enzyme.
c. Diet yang rendah konsumsi betakarotene, selenium dan vitamin A pernah
dilaporkan menyebabkan tingginya risiko kanker paru.
3) Tanda dan Gejala Penyakit Kanker Paru
Menurut Amin (2006), gejala-gejala kanker paru dapat bersifat:
a. Lokal ( tumor tumbuh setempat ):
Hemoptisis
Atelektasis
b. Invasi Lokal
Nyeri dada
Invasi ke perikardium
Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis
servikalis
Hipertrofi osteoartropati
Neuromiopati
Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/ COPD yang terdeteksi secara
radiologis
sel sasaran
kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya bahkan mengenai organ lain
(Amin, 2006)
5) Komplikasi Pada Penderita Knaker Paru
Berbagai komplikasi dapat terjadi pada kanker paru di antaranya adalah sebagai
berikut:
perempuan. Kanker paru masih menjadi salah satu keganasan yang paling sering,
berkisar 20% dari seluruh kasus kanker pada laki-laki deng an risiko terkena 1 dari
13 orang dan 12% dari semua kasus kanker pada perempuan dengan risiko terkena 1
dari 23 orang. Di Inggris rata-rata 40.000 kasus baru dilaporkan setiap tahun.
Perkiraan insidensi kanker paru pa da laki-laki tahun 2005 di Amerika Serikat
adalah 92.305 dengan rata-rata 91.537 orang meninggal karena kanker.
American Cancer Society mengestimasikan kanker paru di Amerika Serikat
pada tahun 2010 sebagai berikut :
Sekitar 222.520 kasus baru kanker paru akan terdiagnosa (116.750 orang lakilaki dan 105.770 orang perempuan).
Estimasi kematian karena kanker pa ru sekitar 157.300 kasus (86.220 pada lakilaki dan 71.080 pada perempuan), berkisar 28% dari semua kasus kematian
karena kanker.
Risiko terjadinya kanker paru sekitar 4 kali lebih besar pada laki-laki
tersebut adalah merokok, bahaya industri, polusi udara, lingkungan yang terdapat
banyak perokok, makanan dan kecenderungan familial. Dari faktor-faktor ini,
merokok berperan paling penting pada kanker paru (Price, 2006 )
2. Tahap Inkubasi
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis
(Sudoyo, 2009)
3. Tahap Penyakit Dini
Gejala Intrapulmoner
a) Batuk
Batuk ialah gejala umum kelainan paru dan juga merupakan gejala awal kanker
paru, berbagai kepustakaan menyatakan batuk merupakan manifestasi yang sering
dikeluhkan oleh penderita kanker paru. Patogenesis terjadinya batuk pada kanker paru
diawali dengan berbagai rangsangan reseptor batuk yang terletak di dalam rongga
toraks, antara lain terdapat di bronkus. Reseptor di bronkus utama lebih
banyakdibandingkan bronkus kecil. Jika ada rangsangan di bronkus melalui serabut
aferen diteruskan ke medula oblongata melalui cabang nervus vagus, kemudian
melalui serabut eferen menuju ke efektor yang terdapat di dalam bronkus. Di daerah
efektor inilah mekanisme batuk terjadi. Bersamaan dengan siklus itu glotis tertutup
terjadi kontraksi otot-otot dada, abdomen dan relaksasi. diafragma, keadaan itu
menyebabkan tekanan positif di dalam rongga dada yang tiba-tiba dilepaskan pada
saat glotis terbuka, udara keluar menggetarkan jaringan saluran napas termasuk pita
suara, sehingga menimbulkan batuk.
b) Batuk Darah
Merupakan ekspektorasi sputum yang bercampur darah, selain disebabkan oleh
kanker paru juga disebabkan oleh penyakit paru lainnya. Batuk darah biasanya
disebabkan oleh ruptur arteri atau vena bronkial. Keluhan penderita biasanya merasa
tidak enak dan merasa panas di dada. Sulit membedakan dengan batuk darah yang
disebabkan oleh penyakit paru lainnya, tetapi biasanya batuk darah karena kanker
paru terjadi penderita berumur lebih 40 tahun.
c) Sesak Nafas
Sesak napas juga merupakan suatu gejala paru, ini bisa disebabkan oleh
beberapa ha1 antara lain; tumor di daiam saluran napas, tumor menekan saiuran
napas, kedua keadaan ini dapat menyebabkan atelektasis dan penurunan faal paru
yang berakhir dengan sesak napas. Selain keadaan di atas efusi pleura juga
menyebabkan sesak napas pada kanker paru.
d) Nyeri Dada
Nyeri dada dapat dirasakan oleh penderita kanker paru, keadaan ini
disebabkan keterlibatan pleura parietal, tergantung luas dan lokasi tumor tersebut,
nyeri ini dirasakan saat inspirasi.
a) Efusi Pleura
Efusi pleura akan memberikan gejala yang berhubungan dengan jumlah cairan
dan produktivitinya, gejala paling sering adalah sesak napas dan nyeri dada.
Akumulasi cairan di rongga pleura dapat timbul akibat invasi tumor secara
langsung ke dalam rongga pleura, kelenjar limfe, atau sumbatan pada kelenjar
limfe sehingga mengganggu aliran limfe tersebut. Jenis cairan pleura pada kanker
paru bisa serosa.
b) Pneumotoraks
Pneumotoraks dapat terjadi pada kanker paru walaupun keadaan ini jarang
terjadi. Gejala akibat pneumotoraks juga tergantung pada jumlah dan organ yang
terdesak karena akumulasi udara dalam rongga pleura. lnvasi tumor ke parenkim
paru diduga penyebab utama terjadinya pneumotoraks. Dalam kepustakaan lain
dinyatakan bahwa rupturnya bleb juga memegang peranan terjadinya
pneumotoraks
c) Efusi perikara
Merupakan keadaan yang sering ditemukan akibat invasi tumor ke dalam
rongga perikardium, atau metastasis melalui kelenjar limfe, keadaan ini dapat
menyebabkan tamponade jantung dengan berbagai tampilan klinis. Otot jantung
(miokard) jarang terinvasi oleh tumor paru, walaupun ada kepustakaan yang
melaporkan tetapi jumlah kasusnya sedikit. Untuk mendeteksi kelainan di jantung
dilakukan pemeriksaan ekokardiografi.
d) Gangguan Menelan
Disebabkan oleh karena terlibatnya esofagus, biasanya terjadi akibat
penekanan dinding esofagus oleh tumor, atau karena pembesaran kelenjar limfe
mediastinum, sehingga terjadi obstruksi esofagus.
f) Suara Serak
Kerusakan nervus rekurens dapat menyebabkan kelumpuhan pita suara yang
menyebabkan suara serak, kelumpuhan ini dapat unilateral atau bilateral, dapat
mengenai sebagian otot, misalnya otot abduktor (membuka laring), otot adduktor
(menutup laring) dan otot tensor yang menegangkan pita suara. Kelumpuhan
pitasuara ini juga mengakibatkan penderita tidak dapat berbicara keras dan
mengucapkan kalimat yang panjang, penderita berhenti sebentar untuk inspirasi
g) Gangguan Diafragma
Tumor dapat menyebabkan paresis atau paralisis diafragma, yang ditandai
dengan gerakan paradoks pernapasan. Nervus frenikus memegang peranan pada
kelainan ini, saraf ini berada sepanjang anterior kedua sisi dari lateral
mediastinum inferior. Kelumpuhan diafragma ini dapat dilihat dengan
menggunakan fluorskopi.
i) Tumor Pancoast
Tumor ini terdapat di sulkus superior paru yang berkembang ke perifer apeks
paru. Tumor ini menekan pleksus brakialis yang melibatkan nervus torakalis I dan
nervus servikalis VIII. denaan Perluasan lokal yang menimbulkan tampilan nyeri
bahu dan bagian tangan yang dipersarafi oleh nervus ulnaris, juga menyebabkan
erosi iga pertama dan kedua yang menyebabkan berkurangnya gerak tangan dan
bahu, penderita ini berjalan dengan siku yang disanggah oleh tangan karena
menahan sakit.
j) Sindrom Horner
Sindrom ini terjadi bila tumor menekan atau mengenai nervus simpatikus
servikalis dan dapat menyebabkan kerusakan serabut-serabut simpatik . dengan
munculan anhidrosis pada sisi yang sama (ipsilateral), gejala lain ptosis palpebra
superior, muka merah, konstriksi pupil.
b) Metastasis ke tulang
Tumor paru sering bermetastasis ke tulang, antara lain ke tulang belakang,
pelvis dan femur, sedangkan ke tulang ekstremiti seperti lainnya, skapula dan
sternum jarang. Sendi juga merupakan tempat metastasis tumor paru, biasanya
ke sendi siku dan sendi paha. Pada pemeriksaan cairan sendi terlihat sel-sel
radang dan sel ganas. Keluhan umumnya nyeri sendi jika digerakkan.
c) Metastasis ke hepar
Metastasis biasanya menimbulkan pembesaran hepar, nyeri tekan, kadangkadang teraba nodul: .Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan
enzim alkali-fostatase, transaminase aspartat amino transverase dan alanin amino
transverase. lkterus ditemukan jika terjadi obstruksi biiier. Jika terjadi kerusakan
hepar yang dapat menimbulkan asites
d) Metastasis ke adrenal .
e) Metastasis ke gastrointestinal
Metastasis umumnya melalui kelenjar limfe abdomen, metastasis ke proksimal
usus besar lebih sering dibandingkan ke rektum dan kolon sigmoid. Jika
mengenai pankreas menyebabkan pankreatitis dengan segala gambaran klinis.
f) Metastasis ke kulit
Sangat jarang ditemukan, pernah dilaporkan menyerang kulit kepala ditandai
munculnya nodulnodul subkutan.
Sindrom Paraneoplastik
Adalah suatu sindrom akibat produksi bahan aktif biologi oleh sel-sel tumor,
substansi ini menimbulkan efek walaupun letaknya jauh dari tumor. Sulit
menerangkan secara pasti bagaimana hubungan sekresi bahan aktif ini dengan efek
klinis tersebut (Taufik, 2007).
Pada tahap lanjut penyakit kanker paru ini adalah pasien mengalami anoreksia,
lelah yang berlebih dan penurunan berat badan (Price, 2006 )
1. Pencegahan Primordial
Pencegahan primodial pada kanker paru adalah dengan mencegah gaya hidup
merokok untuk mencegah timbulnya peningkatan kejadian kanker paru. Pencegahan
atau pengurangan merokok dapat juga ditempuh melalui penerapan kebijaksanaan
dan regulasi tentang rokok. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun
2009 tentang Kesehatan pada pasal 114 menyebutkan bahwa setiap orang yang
memproduksi atau memasukkan rokok ke wilayah Indonesia wajib mencantumkan
peringatan kesehatan dan pada pasal 115 menyebutkan kawasan tanpa rokok antara
lain fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak
bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum serta tempat
lain yang ditetapkan. (Melindawati, 2009)
2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer untuk penyakit kanker paru adalah tidak merokok sejak
usia muda. Apabila sudah merokok hendaklah segera berhenti merokok, menjauhi
perokok22 dan bila bekerja di tempat yang ada polusi udara seperti debu sebaiknya
menggunakan alat pelindung diri (masker). (Sudoyo, 2009 )
3. Pencegahan Sekunder
a. Early Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis yang lengkap serta pemeriksaan fisik merupakan kunci untuk
diagnosis tepat. Batuk disertai dahak yang banyak dan kadang-kadang bercampur
darah, sesak nafas dengan suara pernafasan nyaring (wheezing), nyeri dada,
lemah, berat badan menurun, dan anoreksia merupakan keadaan yang
mendukung.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan kelainan-kelainan berupa
perubahan bentuk dinding toraks dan trakea, pembesaran kelenjar getah bening
dan tanda-tanda obstruksi parsial, infiltrat dan pleuritis dengan cairan pleura.
Radiologi
Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang paling utama dipergunakan
untuk mendiagnosa kanker paru. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan
keganasan tumor dengan melihat ukuran tumor, kelenjar getah bening, dan
metastasis ke organ lain.
Sitologi
Sitologi merupakan metode pemeriksaan kanker paru yang mempunyai nilai
diagnostik yang tinggi dengan komplikasi yang rendah.
Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah teknik yang paling umum digunakan untuk biopsi kanker
paru-paru yang dicurigai. Bronkoskop ini, memungkinkan dokter untuk melihat
ke dalam saluran udara dan mengambil sampel jaringan.
Biopsi Transtorakal
Biopsi
aspirasi
jarum
halus
transtorakal
banyak
digunakan
untuk
mendiagnosis tumor pada paru terutama yang terletak di perifer. Penentuan letak
tumor bertujuan untuk memilih titik insersi jarum di dinding kulit toraks yang
berdekatan dengan tumor.
Torakoskopi
Torakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan guna pemeriksaan
histopatologik untuk kanker paru. Torakoskopi adalah pemeriksaan dengan alat
torakoskop yang ditusukkan dari kulit dada ke dalam rongga dada untuk melihat
dan mengambil sebagian jaringan paru yang tampak. (Pattel Nishant, 2006).
b. Promp Treatment
Operasi
Jenis operasi untuk kanker paru-paru berkisar dari reseksi segmental atau baji
(di mana sebagian kecil dari paru-paru akan dihilangkan) ke pneumonectomy
(penghilangan seluruh paru-paru). Operasi pada kanker paru umumnya dilakukan
pada orang dengan NSCLC dibandingkan dengan SCLC.
Kemoterapi
Terapi radiasi
Terapi Radiasi, juga disebut radioterapi, melibatkan penggunaan energi tinggi
sinar untuk membunuh sel-sel kanker. Terapi radiasi dapat digunakan sebelum
operasi untuk mengecilkan tumor, atau setelah operasi untuk menghancurkan selsel kanker apapun yang tetap di daerah yang dirawat.
Photodynamic therapy
Terapi Photodynamic (PDT) adalah jenis pengobatan kanker yang
menggunakan obat, disebut FOTOSENSITIZER atau photosensitizing agen, dan
cahaya jenis tertentu. Terapi Photodynamic untuk kanker paru-paru dapat
digunakan untuk mengurangi gejala penyakit. (Sudoyo, 2009)
4. Pencegahan Testier
Pencegahan tersier kanker paru adalah dengan
rehabilitasi mental maupun rehabilitasi sosial dan fisik. Rehabilitasi mental dilakukan
bagi penderita kanker paru yang mengalami depresi mental akibat kurang
pengertiannya terhadap kanker atau salah persepsi akan penyakit kanker tersebut.
Rehabilitasi mental dapat berupa tindakan konseling, bimbingan mental dari
psycholog, ahli agama atau tokoh masyarakat. Rehabilitasi sosial penting sekali
artinya supaya penderita setelah pulang dari rumah sakit dapat hidup kembali secara
normal di masyarakat. (Melindawati, 2009)
E. KESIMPULAN
Dari hasil telaah pustaka dan kajian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel sel yang mengalami proliferasi dalam
paru (Underwood, Patologi, 2000).
2. Kanker Paru merupakan salah satu problem utama epidemiologi kesehatan didunia.
3. Pencegahan terhadap Kanker Paru sebaiknya dilakukan sedini mungkin, yang terdiri
dari pencegahan primer, sekunder dan tersier
DAFTAR PUSTAKA
Melindawati. 2009. Karakteristik Penderita Kanker Paru Rawat Inap Di RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2004-2008
Zuhur' S, Gani WT.1992 Beberapa Aspek Deteksi Dini Karsinoma Paru. Cermin Dunia
Kedokteran Ed. Khusus N0.80.
World Health Organisation, 2002. Health effects of smoking among young people.