Tujuan:
Memahami gambaran umum, tipe, epidemiologi, penyebab, tanda gejala, dan patofisiologi
kanker paru.
Memahami pemeriksaan, penatalaksanaan, pencegahan, dan komplikasi kanker paru
Merumuskan diagnosa keperawatan pada askep kanker paru menggunakan pendekatan Sdki
Merumuskan Luaran dan kriteria hasil pada askep kanker paru menggunakan pendekatan Slki
Melaksanakan intervensi keperawatan pada askep kanker paru menggunakan pendekatan
Siki
Melaksanakan evaluasi keperawatan pada askep kanker paru
Melakukan edukasi pasien dan keluarga pada askep kanker paru
Image by Cancer Research UK on Wikimedia.org
Pendahuluan
Kanker paru merupakan jenis kanker yang paling umum di seluruh dunia. Seringkali tidak
menimbulkan gejala sampai membesar di dalam paru-paru atau bermetastasis ke area lain di tubuh.
Merokok adalah faktor risiko utama, tetapi juga dapat mempengaruhi non-perokok.
Di Amerika Serikat, kanker paru-paru adalah penyebab utama kematian akibat kanker, dengan tingkat
kelangsungan hidup lima tahun rata-rata 15 persen.
Kanker paru-paru dikategorikan menjadi small cell Lung Carcinoma (SCLC) atau Non-small cell lung
carcinoma (NSCLC) misalnya, adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa, karsinoma sel besar. Kategori
ini digunakan digunakan untuk memudahkan dalam keputusan pengobatan dan menentukan
prognosis.
Tanda dan gejala dapat bervariasi tergantung pada jenis tumor dan tingkat metastasis. Evaluasi
diagnostik pasien dengan suspek kanker paru meliputi diagnosis jaringan, pemeriksaan lengkap,
evaluasi metastasis, dan evaluasi pasien fungsional.
Diagnosis histologis dapat diperoleh dengan sitologi dahak, torakosentesis, biopsi kelenjar getah
bening yang dapat diakses, bronkoskopi, aspirasi jarum transtorakal, torakoskopi dengan bantuan
video, atau torakotomi.
Evaluasi awal untuk penyakit metastasis bergantung pada riwayat pasien dan pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, computed tomography dada, tomografi emisi positron, dan konfirmasi
jaringan keterlibatan mediastinum.
Evaluasi lebih lanjut untuk metastasis tergantung pada presentasi klinis. Perawatan dan prognosis
terkait erat dengan jenis dan stadium tumor yang diidentifikasi. NSCLC tahap lanjut diobati dengan
pendekatan multimodalitas termasuk radioterapi, kemoterapi, dan perawatan paliatif.
Kemoterapi yang dikombinasikan dengan radioterapi untuk penyakit terbatas adalah penatalaksanaan
utama untuk karsinoma sel kecil (SCLC). Menghindari atau berhenti dari kebiasaan merokok
merupakan komponen penting utama dari perawatan primer preventif.
Epidemiologi
Kanker paru adalah kanker yang paling sering didiagnosis dan penyebab utama kematian akibat
kanker pada pria pada tahun 2008 secara global. Bagi wanita, kanker paru-paru adalah kanker
keempat yang paling sering didiagnosis dan penyebab utama kedua kematian akibat kanker.
Secara keseluruhan, kanker paru-paru menyumbang 13% atau 1,6 juta dari total kasus kanker dan
18% atau 1,4 juta kematian terkait kanker di seluruh dunia pada tahun 2008.
Insiden kanker paru-paru dan angka kematian tertinggi di Amerika Serikat dan negara maju.
Sebaliknya, tingkat kanker paru-paru di wilayah geografis terbelakang, termasuk Amerika Tengah dan
sebagian besar Afrika lebih rendah.
Negara-negara yang lebih maju memiliki insiden dan angka kematian yang lebih tinggi terkait kanker
paru-paru baik pada pria atau wanita daripada negara-negara kurang berkembang.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa kematian akibat kanker paru-paru di
seluruh dunia akan terus meningkat, sebagian besar sebagai akibat dari peningkatan penggunaan
tembakau global, terutama di Asia.
Penggunaan tembakau adalah faktor risiko utama untuk kanker paru-paru, dan sebagian besar dari
semua karsinoma paru disebabkan oleh efek merokok. Meskipun ada upaya untuk kampanye dan
pembatasan merokok tembakau, terdapat sekitar 1,1 miliar perokok di seluruh dunia, dan jika tren
saat ini terus berlanjut, jumlah itu akan meningkat menjadi 1,9 miliar pada tahun 2025.
Terlepas dari ketersediaan teknologi diagnostik dan genetik baru, kemajuan dalam teknik bedah, serta
pengembangan perawatan biologis baru, tingkat kelangsungan hidup secara keseluruhan untuk
penderita kanker paru-paru di Amerika Serikat tetap berada angka 15,6%. Situasi global bahkan lebih
buruk, dengan kelangsungan hidup di Eropa, Cina, dan negara berkembang diperkirakan hanya 8,9%.
Penyebab dan Faktor Resiko
Kanker paru memiliki berbagai kemungkinan penyebab, yang paling umum adalah kebiasaan merokok
atau paparan asap rokok. Selain itu, terdapat berbagai faktor yang meningkatkan resiko terkena
kanker paru, antara lain:
Kebiasaan Merokok
Merokok bertanggung jawab atas sekitar 80% hingga 90% kematian akibat kanker paru-paru di
Amerika Serikat. Risiko seseorang yang merokok terkena kanker paru-paru adalah 15 sampai 30 kali
lebih besar daripada bukan perokok.
Risiko penyakit jantung menurun ketika berhenti merokok. Sayangnya, risiko kanker paru-paru dapat
bertahan selama bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun setelah berhenti. Faktanya, sebagian
besar orang yang mengidap kanker paru-paru saat ini bukanlah perokok melainkan mantan perokok.
Kanker paru bukan satu-satunya jenis kanker yang berhubungan dengan kebiasaan merokok. Berbagai
jenis kanker kanker sistem pencernaan seperti kanker kolon, serta jenis leukemia, terkait dengan
kebiasaan merokok. Sangat penting untuk berhenti bahkan jika pasien sudah menderita kanker,
karena berhenti merokok dapat meningkatkan kelangsungan hidup.
Usia
Usia merupakan faktor risiko penting untuk kanker paru, dimana semakin tua usia maka resikonya
semakin meningkat. Inilah sebabnya mengapa Gugus Tugas Layanan Pencegahan A.S.
merekomendasikan pemeriksaan kanker paru untuk orang di atas usia 50 tahun yang memiliki riwayat
merokok.
Paparan Radon
Paparan radon di rumah adalah penyebab utama kedua kanker paru-paru, dan juga merupakan
penyebab utama kanker paru-paru pada bukan perokok
Radon adalah gas radioaktif yang tidak terlihat, bisa masuk ke rumah melalui retakan di pondasi atau
dinding dan melalui celah di sekitar pipa dan jalur lain di mana gas merembes.
Radon ditemukan di rumah-rumah di seluruh negara bagian amerika serikat dan di seluruh dunia.
Karena tidak memiliki warna atau bau, seseorang mungkin tidak tahu jika terpapar. Badan
Perlindungan Lingkungan AS (EPA) memperkirakan bahwa ada 21.000 kematian akibat kanker paru-
paru setiap tahun yang terkait dengan radon.
Perokok Pasif
Pada tahun 2013, sebuah penelitian kohort prospektif terhadap lebih dari 76.000 wanita
mengkonfirmasi hubungan yang kuat antara merokok dan kanker paru-paru.
Beberapa penelitian juga menemukan bahwa perokok pasif meningkatkan risiko kanker paru-paru
bagi bukan perokok sebesar 20-30%. Asap rokok sekarang dianggap bertanggung jawab atas sekitar
7.000 kasus kanker paru-paru setiap tahun di Amerika Serikat.
Kanker paru-paru bukan satu-satunya risiko yang melekat pada perokok pasif. American Cancer
Society mengatakan ada bukti yang menunjukkan bahwa asap rokok yang terhirup oleh perokok pasif
terkait dengan kanker laring, hidung, dan kanker payudara.
Polusi udara
Pada tahun 2013, polusi luar ruangan diklasifikasikan sebagai karsinogen oleh Badan Internasional
untuk Penelitian Kanker. Polusi udara mengandung partikel kecil yang terkait dengan pembakaran dan
produk sampingan kimia dari industri dan sumber lainnya.
Polusi dalam ruangan juga menjadi masalah. Batubara atau tungku kayu yang digunakan untuk
memasak di banyak negara berkembang juga menimbulkan risiko kanker paru. Kompor gas modern
yang berventilasi buruk juga dapat mengeluarkan karbon monoksida, nitrogen dioksida, dan
formaldehida ke dalam rumah.
Paparan Zat dan bahan kimia merupakan faktor risiko penting lainnya untuk kanker paru, terutama
bila dikombinasikan dengan merokok. Beberapa bahan kimia yang terkait dengan kanker paru
meliputi: Formaldehida, Asbes, silika, kromium, Arsenik, Senyawa nikel, PAH (hidrokarbon aromatik
polisiklik), Vinil klorida dan debu kayu.
Beberapa pekerjaan yang terkait dengan peningkatan risiko paru-paru meliputi: Mengemudi truk,
penambangan dan peledakan pasir, Pengerjaan logam, Pencetakan, pembuatan keramik,
Penambangan uranium dan Pembuatan kaca.
Radiasi
Paparan radiasi energi tinggi merupakan faktor risiko kanker paru. Paparan semacam ini dapat berasal
dari sinar-X dan radiasi lainnya dalam perawatan kesehatan, atau dari radiasi tingkat tinggi yang lebih
umum di lingkungan.
Orang dengan kanker yang menjalani terapi radiasi ke dada memiliki peningkatan risiko kanker paru.
Jenis terapi ini dapat dilakukan setelah mastektomi kanker payudara atau untuk seseorang dengan
penyakit Hodgkin. Resikonya lebih tinggi bila radiasi diterima pada usia yang lebih muda, dan juga
dapat bervariasi tergantung pada dosis radiasi.
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan kanker paru keduanya disebabkan oleh merokok. PPOK
juga merupakan faktor risiko kanker paru-paru. Ini berarti bahwa seseorang dengan PPOK jauh lebih
mungkin untuk mengembangkan kanker paru-paru.
Secara keseluruhan, kemungkinan seseorang yang menderita PPOK akan terkena kanker paru-paru
adalah dua hingga empat kali lebih besar daripada seseorang yang tidak menderita PPOK. Risikonya
bahkan lebih besar untuk perokok berat.
Asma dan TB Paru tampaknya menjadi faktor risiko juga. Fibrosis paru idiopatik juga dapat
meningkatkan risiko kanker paru hingga 20%.
Kondisi medis
Orang dengan kanker tertentu dan kondisi kesehatan lain tampaknya memiliki peningkatan risiko
kanker paru, antara lain: penyakit Hodgkin, Limfoma Non Hodgkin, Kanker testis, Kanker kepala dan
leher, Kanker kerongkongan, Kanker kandung kemih dan ginjal, dan Kanker serviks. Penerima
transplantasi organ juga berisiko lebih besar terkena kanker paru-paru.
Infeksi
Sekitar 10% kanker di Amerika Serikat dan sekitar 25% di seluruh dunia terkait dengan penyakit
menular. Penelitian telah menemukan hubungan antara infeksi human papillomavirus (HPV) dan
kanker paru. Belum diketahui apakah ini hanya korelasi atau apakah HPV adalah penyebab
sebenarnya.
Faktor Genetik
Secara keseluruhan, sekitar 8% kasus kanker paru-paru bersifat diturunkan. Faktor genetik lebih
mungkin bekerja ketika kanker paru berkembang pada orang yang bukan perokok, wanita, dan orang
di bawah 60 tahun.
Memiliki kerabat tingkat pertama dengan kanker paru menggandakan risiko terkena penyakit ini.
Kerabat tingkat pertama yaitu orang tua, saudara kandung, dan anak-anak. Sedangkan kerabat tingkat
kedua dengan kanker paru meningkatkan risiko penyakit ini sekitar 30%. Kerabat tingkat dua yaitu
bibi, paman, dan keponakan.
Kardiovaskular
Angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACE inhibitor) digunakan untuk mengobati tekanan darah
tinggi. Golongan obat ini diperkirakan sebagai faktor risiko kanker paru karena beberapa alasan,
antara lain meningkatkan bradikinin, yaitu peptida di paru-paru yang telah diketahui dapat
merangsang pertumbuhan kanker paru-paru.
ACE inhibitor juga menyebabkan akumulasi zat P, senyawa yang membantu mengirimkan sinyal saraf.
Zat P telah dikaitkan dengan pertumbuhan kanker
Sebuah penelitian tahun 2018 terhadap lebih dari 300.000 orang menemukan bahwa mereka yang
menggunakan ACE inhibitor 14% lebih mungkin mengembangkan kanker paru-paru. Risiko terbesar
dikaitkan dengan penggunaan lebih dari 10 tahun.
Jumlah trombosit yang meningkat juga dapat menjadi faktor risiko. Beberapa peneliti percaya jumlah
trombosit yang tinggi dapat memainkan peran langsung dalam perkembangan penyakit.
Alkohol
Beberapa penelitian menemukan bahwa minum alkohol terkait dengan kanker paru-paru, tetapi
penelitian lebih lanjut diperlukan. Sebuah analisis sebelumnya dari 3.137 kasus kanker paru
menemukan bahwa orang yang menggunakan setidaknya 30 gram alkohol murni sehari memiliki
risiko kanker paru-paru yang sedikit lebih besar.
Patofisiologi
Patofisiologi kanker paru-paru sangat kompleks dan tidak sepenuhnya dipahami. Dihipotesiskan
bahwa paparan berulang terhadap karsinogen, seperti asap rokok menyebabkan displasia epitel paru.
Jika paparan berlanjut, hal itu menyebabkan mutasi genetik dan mempengaruhi sintesis protein.Hal
ini, pada gilirannya mengganggu siklus sel dan meningkatkan karsinogenesis. Mutasi genetik yang
paling umum yang bertanggung jawab untuk perkembangan kanker paru-paru adalah MYC, BCL2, dan
p53 untuk kanker paru small cell (SCLC) dan EGFR, KRAS, dan p16 untuk kanker paru-paru non-small
cell (NSCLC).
Klasifikasi histopatologis kanker paru-paru didasarkan pada subtipe seluler dan molekuler, yang
merupakan bagian penting dalam mendiagnosis dan mengelola kanker paru-paru. Sistem klasifikasi
tumor paru-paru oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2021 membagi kanker paru sebagai
berikut:
Lesi kelenjar prekursor
Adenokarsinoma
Karsinoma adenoskuamosa
Lesi prekursor skuamosa
Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma sel besar
Karsinoma sarcomatoid
Neoplasma neuroendokrin paru-paru
Tumor tipe kelenjar ludah
Tumor neuroendokrin
Karsinoma neuroendokrin
Dan tumor epitel lainnya
Menurut WHO, mengidentifikasi fitur histologis, mengukur kedalaman invasi, dan cara penyebaran
adalah nilai prognostik. Misalnya, WHO menyatakan bahwa tumor menyebar melalui ruang udara
dikaitkan dengan tingkat kekambuhan yang lebih tinggi setelah reseksi terbatas dan harus dilaporkan
pada evaluasi patologis.
Klasifikasi WHO menempatkan penekanan yang signifikan pada pewarnaan imunohistokimia untuk
mengklasifikasikan kanker yang mungkin tidak memiliki fitur sitologi khas pada mikroskop cahaya.
Dalam sistem klasifikasi WHO 2015, karsinoma berdiferensiasi buruk diklasifikasi ulang sebagai
karsinoma sel skuamosa jika memiliki ekspresi p40 sebagai adenokarsinoma dengan subtipe padat jika
memiliki ekspresi faktor transkripsi tiroid dan karsinoma neuroendokrin jika memiliki chromogranin
dan synaptophysin positif.
Hiperplasia adenomatosa atipikal (AAH) dan adenokarsinoma in situ, AAH adalah lesi preinvasif untuk
adenokarsinoma paru dan umumnya berukuran 5 mm atau kurang.
Adenokarsinoma in situ dapat berupa mucinous atau nonmusinous dan umumnya merupakan lesi
terlokalisir kurang dari atau sama dengan 3 cm. Ini menunjukkan pola pertumbuhan "lepidik" yang
didefinisikan sebagai pertumbuhan terbatas di sepanjang struktur alveolar. Ini noninvasif dan
menunjukkan septa alveolar utuh.
Adenokarsinoma
Patologi adenokarsinoma terdiri dari pembentukan kelenjar neoplastik, ekspresi penanda pneumosit
yaitu faktor transkripsi tiroid 1 (TTF-1) dengan atau tanpa ekspresi napsin, atau musin
intracytoplasmic.
Lebih lanjut diklasifikasikan berdasarkan luas dan arsitektur pembentukan kelenjar neoplastik sebagai
mucinous atau nonmucinous. Acinar, papillary, micropapilary, lepidic, dan solid adalah subtipe
nonmuscinous.
Identifikasi patologis dari subtipe ini penting untuk prognosis. Pola solid, micropapillary, dan
cribriform atau subtipe dari adenokarsinoma nonmucinous asinar yang memiliki signifikansi
prognostik yang merugikan.
Adenokarsinoma mucinous dapat memiliki arsitektur papiler, mikropapiler, padat, dan cribriform,
WHO tidak membuat rekomendasi penilaian untuk karsinoma mucinous berdasarkan pola
pertumbuhan tumor. Bentuk adenokarsinoma lain yang lebih jarang termasuk koloid, mirip enterik,
limfoepitel, dan janin.
Adenokarsinoma invasif minimal (MIA) adalah adenokarsinoma soliter kecil yang berukuran kurang
dari atau sama dengan 3 cm dengan invasi minimal kurang dari 5 mm dan pola pertumbuhan lepidik
yang dominan, menyerupai lesi kelenjar prekursor serupa lainnya.
Jika invasi lebih besar dari 5 mm, itu didefinisikan sebagai adenokarsinoma lepidik-predominan.
Adenokarsinoma mucinous invasif, yang sebelumnya digambarkan sebagai karsinoma
bronkioloalveolar mucinous, terdiri dari lesi mucinous yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai MIA.
Jika lebih dari 10% dari pola pertumbuhan mucinous dan nonmuscinous hadir, lesi harus
diklasifikasikan sebagai adenokarsinoma campuran.
Karsinoma Adenoskuamosa
Karsinoma adenosquamous adalah tumor paru dengan lebih dari 10% komponen kelenjar dan
skuamosa. Ini adalah tumor paru-paru yang jarang dan sangat agresif, dan rekomendasi saat ini
mengusulkan kemoterapi ajuvan bahkan pada tumor yang direseksi secara radikal Tahap I dengan
radioterapi profilaksis pasca operasi seluruh otak karena risiko tinggi kekambuhan dan metastasis
otak dengan subtipe ini.
Patologi sel skuamosa ditentukan oleh adanya keratin atau desmosom interseluler pada sitologi atau
dengan bukti imunohistokimia (IHC) dari ekspresi p40, p63, CK5, CK5/6, atau desmoglein.
Subtipe karsinoma sel skuamosa antara lain non keratinizing, keratinizing, dan basaloid. Karsinoma sel
skuamosa menunjukkan nekrosis sentral yang luas dengan kavitasi yang dihasilkan.
Kanker sel skuamosa dapat muncul sebagai tumor Pancoast dan hiperkalsemia. Tumor Pancoast
adalah tumor di sulkus superior paru-paru. Otak adalah situs paling umum dari kekambuhan pasca
operasi dalam kasus tumor Pancoast.
Karsinoma sel besar (LCC) adalah neoplasma epitel ganas yang tidak memiliki gambaran sitologi yang
konsisten dengan kanker kelenjar, skuamosa, atau neuroendokrin. Mereka biasanya tidak
mengekspresikan p40 dan TTF-1 pada imunohistokimia dan kekurangan fitur sitologi karsinoma sel
kecil. Biasanya LCC terdiri dari sel bulat hingga poligonal dengan nukleolus yang menonjol. Sel-selnya
besar dengan sitoplasma berlimpah yang tidak memiliki fitur yang menentukan. LCC adalah diagnosis
eksklusi.
Karsinoma Sarkomatoid
Jenis ini adalah karsinoma langka yang menunjukkan komponen epitel ganas dan fitur yang
menunjukkan sarkoma. Subtipe termasuk karsinoma pleomorfik, karsinosarkoma, dan blastoma paru.
Karsinoma sel keci atau small cell lung carcinoma (SCLC) terdiri dari sel bulat, oval, atau bersudut,
dengan sejumlah kecil sitoplasma dan ukurannya kira-kira sama dengan limfosit yang sedang tidak
aktif.
SCLC secara ekstensif nekrotik, biasanya bernoda positif dengan chromogranin atau synaptophysin.
WHO sebelumnya mengklasifikasikan SCLC menjadi tiga subtipe sel: sel oat, sel antara, dan sel
gabungan atau SCLC dengan komponen NSCLC, skuamosa, atau adenokarsinoma.
BACA JUGA
Tanda dan gejala kanker paru antara lain batuk yang tidak kunjung hilang, sesak napas, dan batuk
darah. Kanker paru juga dapat menyebabkan suara serak, sakit punggung, dan gejala lain.
Gejala yang dialami seseorang juga dapat bervariasi tergantung pada jenis kelamin, usia, dan status
kebiasaan merokok seseorang. Gejala tersebut antara lain:
Batuk Persisten
Batuk yang tidak kunjung sembuh (batuk persisten) adalah gejala paling umum dari kanker paru-paru.
Biasanya berlangsung lebih dari beberapa minggu, Sekitar 50% orang mengalami batuk terus-menerus
ketika mereka didiagnosis menderita kanker paru-paru.
Batuk bisa merupakan batuk kering atau batuk berdahak, bisa muncul pada waktu tertentu atau
sepanjang hari.
Gejala awal lain yang umum dari kanker paru-paru adalah sesak napas yang hanya terjadi saat
beraktivitas. Gejala ini terutama sering terjadi pada orang yang tidak pernah merokok.
Merasa sesak napas selama aktivitas dapat juga dikaitkan dengan bertambahnya usia, tidak bugar,
atau kelebihan berat badan.
Infeksi Berulang
Orang yang mengalami kanker paru-paru lebih sering mengalami infeksi berulang seperti
serangan bronkitis atau pneumonia yang berulang. Jika kanker terletak di dekat saluran udara, kanker
menghalangi aliran udara dan membuat infeksi ini lebih mudah terjadi.
Jika mengalami infeksi dada berulang, perlu dilakukan beberapa beberapa pemeriksaan, seperti CT
scan dada dapat membantu menemukan adanya kanker paru-paru. CT scan lebih efektif dan sensitif
untuk mendeteksi gambaran kanker daripada rontgen dada.
Batuk Darah
Batuk darah atau hemoptisis adalah gejala umum dari kanker paru-paru. Keluhan batuk darah terjadi
pada sekitar seperlima pasien kanker paru. Dalam beberapa kasus, batuk darah adalah gejala pertama
yang muncul.
Nyeri bahu bisa menjadi gejala kanker paru-paru dan terkadang merupakan tanda pertama kanker.
Tumor di bagian atas paru-paru disebut tumor Pancoast yang dapat menyebabkan rasa sakit di bahu
yang menyebar ke lengan ke arah jari kelingking.
Tumor pancoast sering tidak datang dengan gejala khas kanker paru-paru, juga sulit dilihat pada
pemeriksaan pencitraan sehingga diagnosis biasanya membutuhkan waktu lama.
Sakit dada
Nyeri dada bisa muncul dengan ciri berbeda pada seseorang. Sebagian mengeluhkan rasanya lebih
seperti sakit di seluruh area paru, sebagian lainnya bisa merasakan keluhan nyeri saat menarik napas
dalam. Gejala nyeri dada merupakan keluhan yang umum terjadi bahkan pada tahap awal kanker paru
paru
Paru-paru sendiri tidak memiliki serat reseptor nyeri, tetapi lapisan pleura dan struktur disekitarnya
memiliki ujung saraf. Karena itulah rasa nyeri terasa seperti berasal dari paru-paru padahal
sebenarnya tidak.
Nyeri Punggung
Nyeri punggung bisa merupakan salah satu tanda pertama kanker paru. Pada seseorang dengan
kanker paru, nyeri punggung dapat disebabkan oleh tekanan dari tumor, iritasi akar saraf, kanker yang
menyebar ke tulang di tulang belakang, atau kanker yang menyebar ke ginjal atau metastasis adrenal .
Nyeri punggung akibat kanker paru biasanya terasa di punggung tengah ke atas, muncul saat istirahat
atau dengan aktivitas, Lebih buruk di malam hari dan saat mengambil napas dalam.
Menurunkan berat badan tanpa alasan yang jelas didefinisikan sebagai kehilangan 5% dari berat
badan dalam 6-12 bulan. Penurunan berat badan terjadi pada 35-75% pada orang dengan kanker
paru-paru sebelum mereka terdiagnosis
Kanker menyebabkan penurunan berat badan dengan menyebabkan hilangnya nafsu makan dan
mengubah metabolisme tubuh.
Suara serak
Kanker paru dapat menyebabkan seseorang memiliki suara yang terdengar serak. Hal ini bisa terjadi
karena tumor di dada dapat menekan pita suara pada laring. Suara serak pada penderita kanker paru
juga bisa disebabkan oleh tekanan pada saraf laring rekuren yang mengarah ke kotak suara.
Kelelahan
kelelahan akibat kanker yang bisa terrjadi pada kanker paru berbeda dengan perasaan lelah pada
umumnya. Kelelahan semacam ini tidak membaik setelah tidur malam yang nyenyak atau beristirahat.
Wheezing
Wheezing yang berhubungan dengan kanker paru cenderung tidak digeneralisasikan seperti halnya
dengan asma. Wheezing sering dimulai di area paru (wheezing terlokalisasi).
Sindrom Paraneoplastik
Beberapa kanker paru melepaskan zat seperti hormon yang dapat menyebabkan gejala tertentu.
Ketika kelompok gejala ini terjadi, disebut sindrom paraneoplastik.
Sindrom paraneoplastik terjadi pada sekitar 10-20% orang dengan kanker paru, paling sering terjadi
pada pasien dengan kanker paru sel kecil (SCLC). Sindrom ini dapat timbul sebelum gejala penyakit
muncul.
Terdapat banyak sindrom paraneoplastik dan masing-masing dapat menyebabkan berbagai gejala,
seperti Hiperkalsemia, merasa haus, memiliki kelemahan otot, dan kebingungan.
Pemeriksaan Diagnostik
Tes Pencitraan
Rontgen Dada
Ketika dicurigai kanker paru, pemeriksaan pertama yang dilakukan biasanya adalah rontgen dada.
Pada rontgen dada mungkin menunjukkan adanya massa sel abnormal di paru-paru, atau spot yang
lebih kecil yang disebut nodul paru-paru. Kelenjar getah bening, yang merupakan bagian penting dari
sistem kekebalan mungkin tampak membesar pada sinar-X.
Spot di paru-paru dianggap sebagai nodul paru jika diameternya 3 sentimeter atau kurang. Massa
paru-paru mengacu pada kelainan yang berdiameter lebih dari 3 sentimeter.
CT Scan
CT scan sering dilakukan untuk menindaklanjuti temuan rontgen dada yang abnormal. Bahkan ketika
temuan rontgen dada normal, CT Scan dapat digunakan untuk mengevaluasi lebih lanjut gejala yang
mungkin terkait dengan kanker paru.
MRI
Untuk sebagian pasien, Magnetic resonance imaging (MRI) dapat digunakan untuk mengevaluasi
kemungkinan kanker paru. MRI dapat memberikan gambar berkualitas tinggi tentang apa yang terjadi
di dalam tubuh.
Pemindaian PET
Positron emission tomography (PET scan) menggunakan bahan radioaktif yang disetujui untuk
penggunaan medis. Pemindaian PET akan membuat gambar paru-paru tiga dimensi yang berwarna-
warni.
Hal yang berbeda adalah bahwa pemindaian PET digunakan untuk mengevaluasi tumor yang tumbuh
secara aktif. Pemindaian PET juga dapat membantu menunjukkan perbedaan antara tumor dan
jaringan parut pada orang yang memiliki jaringan parut di paru.
Tes ini biasanya dikombinasikan dengan CT scan (PET/CT). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
pemindaian PET dapat mendeteksi tumor bahkan sebelum terlihat melalui pemeriksaan lain.
Biopsi Paru
Jika dicurigai terjadi kanker paru pada pemeriksaan pencitraan, langkah selanjutnya adalah dilakukan
biopsi paru.
Biopsi bergantung pada sampel jaringan yang diambil dari tempat yang dicurigai sebagai kanker paru.
Sel-sel ini kemudian dievaluasi di laboratorium oleh ahli patologi apakah bersifat ganas atau tidak,
serta jenis sel kankernya.
Pengangkatan jaringan untuk biopsi dapat dilakukan melalui beberapa prosedur, antara lain:
Bronkoskopi
Pada bronkoskopi, dimasukan tabung dengan teropong terang ke saluran udara untuk melihat tumor.
Jika terlihat jaringan abnormal, biopsi dapat dilakukan selama prosedur ini.
Bronkoskopi hanya digunakan pada saluran udara besar yang menuju ke paru, dan tumor dapat
dijangkau dengan menggunakan perangkat ini. Pasien diberikan anestesi untuk meminimalkan
ketidaknyamanan.
USG Endobronkial
Ultrasonografi endobronkial adalah teknik yang relatif baru yang digunakan untuk mendiagnosis
kanker paru-paru.
Selama bronkoskopi, dokter spesialis menggunakan pemeriksaan ultrasound di dalam saluran napas
untuk memeriksa paru-paru dan mediastinum. Jika tumor relatif dekat dengan saluran udara, biopsi
dapat dilakukan dengan menggunakan teknik ini.
Dalam biopsi aspirasi jarum halus (FNA), dokter memasukkan jarum berlubang melalui dinding dada
untuk mengambil sampel tumor. CT Scan biasanya dilakukan bersamaan dengan ini untuk membantu
menemukan lokasi yang tepat saat melakukan biopsi.
Jenis biopsi ini dapat dilakukan ketika tumor tidak dapat dijangkau dengan teknik lain. Prosedur ini
sangat berguna untuk tumor yang ditemukan di dekat pinggiran atau di sepanjang tepi luar paru-paru.
Torasentesis
Kanker paru dapat mempengaruhi pleura dan dapat menyebabkan penumpukan cairan atau efusi
pleura. Thoracentesis dilakukan dengan menggunakan jarum besar untuk mengeluarkan sejumlah
cairan untuk kemudian diuji adanya kemungkinan tanda keganasan.
Pemeriksaan Laboratorium
Sitologi dahak
Sitologi dahak merupakan cara termudah untuk memastikan diagnosis dan jenis kanker paru-paru.
Namun penggunaannya terbatas pada kasus kanker paru-paru di mana tumor meluas ke saluran
udara pada sistem pernapasan.
Pada kondisi tertentu sitologi dahak tidak terlalu akurat untuk mendeteksi beberapa sel kanker.
Pengujian Gen
Pemeriksaan gen atau kadang disebut profil molekuler, sering digunakan untuk memahami
perubahan yang terjadi pada kanker tertentu.
Pemeriksaan profil molekuler digunakan untuk mengidentifikasi gen spesifik yang mungkin terlibat.
Biopsi Cair
Biopsi cair adalah tes yang dilakukan pada sampel darah untuk mencari sel kanker atau potongan DNA
tumor. Sebagian biopsi melibatkan sampel jaringan, tetapi biopsi cair memungkinkan untuk
memantau kanker paru tanpa prosedur invasif.
Pengujian PD-L1
PD-L1 adalah protein yang diekspresikan dalam jumlah besar pada beberapa jenis sel kanker paru. Tes
PD-L1 dapat dilakukan untuk mengukur kadar PD-L1 yang terkait dengan sel kanker.
Pemeriksaan Lain
Selama diagnosis kanker paru, pemeriksaan lain juga dapat dilakukan untuk alasan terkait tetapi
bukan bagian dari diagnosis itu sendiri. pemeriksaan mencakup:
Pemeriksaan fungsi paru (PFTs): Tes fungsi paru digunakan untuk menguji kapasitas paru-paru,
membantu menentukan seberapa besar tumor mengganggu pernapasan. TesFungsi paru juga dapat
digunakan untuk melihat apakah jenis operasi tertentu aman untuk dilakukan.
Pemeriksaan darah: Pemeriksaan darah tertentu dapat mendeteksi perubahan abnormal pada bahan
kimia dan metabolisme di dalam tubuh. Perubahan ini disebabkan oleh kanker paru dan juga dapat
menunjukkan penyebaran tumor.
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan kanker paru dapat berbeda tergantung pada jenis kanker, stadium, dan
faktor lainnya. Tujuan penatalaksanaan mencakup menyembuhkan kanker, mengendalikannya agar
tidak tumbuh dan menyebar, mengurangi gejala, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Pembedahan
Tujuan pembedahan adalah mengangkat tumor, jaringan di sekitarnya, dan kelenjar getah bening di
area tersebut. Pembedahan sering dipertimbangkan untuk kanker paru NSCLCl pada stadium 1 hingga
3a . Pada kondisi tertentu, pembedahan juga dapat dipertimbangkan untuk kanker paru SCLC stadium
awal yang terbatas.
Terdapat beberapa prosedur pembedahan yang dapat dilakukan untuk menangani kanker paru, yaitu:
Pneumonektomi, Lobektomi, Wedge Resection, Sleeve Resection, dan Segmentektomi.
Efek samping yang umum dari pembedahan antara lain infeksi, pendarahan, dan sesak napas. Efek
samping juga tergantung pada fungsi paru-paru sebelum operasi dan jumlah jaringan paru-paru yang
diangkat.
Terapi radiasi
Terapi radiasi untuk kanker paru-paru menggunakan sinar-X berenergi tinggi yang diterapkan dari luar
tubuh untuk membunuh sel-sel kanker.
Terdapat beberapa tujuan radiasi digunakan untuk kanker paru, antara lain:
Sebagai pengobatan tambahan untuk mengobati sel kanker yang tersisa setelah operasi
Sebagai terapi neoadjuvant untuk membantu mengecilkan ukuran tumor sehingga
pembedahan dapat dilakukan
Sebagai pengobatan paliatif untuk mengurangi rasa sakit atau obstruksi jalan napas pada
penderita kanker yang tidak dapat disembuhkan
Sebagai pengobatan kuratif. Jenis terapi radiasi yang dikenal sebagai stereotactic body
radiotherapy (SBRT) menggunakan radiasi dosis tinggi pada area kecil di paru. Metode ini
dapat digunakan sebagai alternatif untuk operasi ketika operasi tidak memungkinkan.
Efek samping yang umum dari terapi radiasi antara lain kemerahan dan iritasi pada kulit, kelelahan,
dan radang paru radiasi pneumonitis.
Kemoterapi
Kemoterapi untuk kanker paru menggunakan obat yang berfungsi untuk membunuh sel kanker.
Karena metode ini merupakan pengobatan sistemik, kemoterapi direkomendasikan jika kanker telah
menyebar ke area lain dari tubuh.
Targeted Terapi
Terapi yang ditargetkan adalah obat yang digunakan untuk membidik dan mengobati mutasi gen
tertentu pada tumor. Karena obat ini dirancang untuk menyerang bagian tertentu dari sel kanker
sambil meminimalkan kerusakan pada sel lain, obat ini mungkin memiliki efek samping yang lebih
sedikit daripada kemoterapi tradisional.
Tidak semua perubahan genetik dapat diobati dengan terapi yang ditargetkan. Mereka yang bisa
disebut mutasi gen yang dapat ditargetkan.
Mendapatkan profil molekular gen tumor dapat menentukan apakah terdapat mutasi yang dapat
ditargetkan. pemeriksaan ini sangat disarankan bagi mereka yang menderita kanker paru NSCLC,
terutama adenokarsinoma paru
Imunoterapi
Pengobatan ini dinobatkan sebagai 2016 Clinical Cancer Advancement of the Year oleh American
Society for Clinical Oncology. Imunoterapi biasanya lebih efektif pada orang yang merokok dan
menderita kanker paru NSCLC
Sebuah penelitian pada tahun 2018 pada pasien kanker paru NSCLC yang menerima kemoterapi dan
ditambahkan obat imunoterapi meningkatkan tingkat kelangsungan hidup 12 bulan secara
keseluruhan sekitar 20%
Pengobatan Nyeri
Pemberian berbagai obat lain untuk mengatasi rasa nyeri yang timbul akibat penyakit dan efek
samping dari operasi atau terapi lain. Beberapa obat untuk nyeri kanker, seperti morfin, juga dapat
meredakan sesak nafas akibat kanker paru-paru
Asuhan Keperawatan
Intervensi Keperawatan:
Intervensi Keperawatan:
Intervensi Keperawatan:
Intervensi Keperawatan:
7. Keputusasaan (D.0088)
Intervensi Keperawatan :
Referensi:
Collins LG, Haines C, Perkel R, Enck RE. 20017. Lung cancer: diagnosis and
management. Am Fam Physician. 2007 Jan 1;75(1):56-63. PMID: 17225705.
Dela Cruz, C. S., Tanoue, L. T., & Matthay, R. A. 2011. Lung cancer: epidemiology,
etiology, and prevention. Clinics in chest medicine, 32(4), 605–644.
https://doi.org/10.1016/j.ccm.2011.09.001
Lynne Eldridge MD. 2022. Cause and Risk Factor of Lung Cancer. Verywell Health.
https://www.verywellhealth.com/lung-cancer-causes-2249267