Anda di halaman 1dari 13

Kanker paru-paru

Kanker paru-paru
Klasifikasi dan rujukan eksternal

Foto rontgen dada yang menunjukkan sebuah tumor pada paru-paru (ditandai dengan panah)

ICD-10 C33.-C34.
ICD-9 162
DiseasesDB 7616
MedlinePlus 007194
eMedicine med/1333 med/1336 emerg/335
radio/807 radio/405radio/406
MeSH D002283

Kanker paru-paru merupakan penyakit dengan ciri khas adanya pertumbuhan sel yang tidak
terkontrol pada jaringan paru-paru. Bila tidak dirawat, pertumbuhan sel ini dapat menyebar
ke luar dari paru-paru melalui suatu proses yang disebut metastasis ke jaringan yang terdekat
atau bagian tubuh yang lainnya. Sebagian besar kanker yang mulai di paru-paru, yang dikenal
sebagai kanker paru primer, adalah karsinoma yang berasal dari sel epitelium. Jenis kanker
paru yang utama adalah SCLC (kanker paru sel kecil), atau disebut juga kanker sel gandum,
dan NSCLC (kanker paru non-sel-kecil). Gejala paling umum adalah batuk (termasuk batuk
darah), berat badan turun dan sesak napas.[1]

Penyebab paling umum kanker paru adalah paparan dalam jangka waktu yang lama terhadap
asap tembakau, [2] yang menyebabkan 8090% kanker paru.[1] Bukan perokok mencapai
angka 1015% dari kasus kanker paru, [3] dan kasus ini biasanya disebabkan oleh kombinasi
antara faktor genetik, [4]gas radon, [4] asbestos, [5] dan polusi udara[4] termasuk asap rokok
pasif.[6][7] Kanker paru dapat dilihat melalui foto rontgen dada dan tomografi komputer (CT
scan). diagnosis dapat dipastikan dengan biopsi[8] yang biasanya dilakukan melalui prosedur
bronkoskopi atau dipandu dengan CT. Perawatan dan hasil dalam jangka panjang tergantung
pada tipe kanker, stadium (tingkat penyebaran), dan keadaan kesehatan pasien secara
keseluruhan, diukur berdasarkan kondisi umum.

Perawatan biasanya meliputi pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi. NSCLC biasanya


ditangani melalui pembedahan, sedangkan SCLC umumnya memberikan respons yang lebih
baik terhadap kemoterapi dan radioterapi.[9] Secara keseluruhan, 15% dari penduduk di
Amerika Serikat terdiagnosa kanker paru mencapai harapan hidup lima tahun setelah
diagnosis.[10] Secara global, kanker paru merupakan penyebab utama kematian karena kanker
pada laki-laki dan perempuan, dan bertanggung jawab untuk 1,38 juta kematian setiap
tahunnya, hingga tahun 2008.[11]

Daftar isi
1 Tanda-tanda dan gejala
2 Penyebab
o 2.1 Merokok
o 2.2 Gas Radon
o 2.3 Asbestos
o 2.4 Polusi udara
o 2.5 Genetika
o 2.6 Penyebab lain
3 Patogenesis
4 Diagnosis
o 4.1 Klasifikasi
o 4.2 Stadium
5 Pencegahan
o 5.1 Penapisan
6 Penanganan
o 6.1 Pembedahan
o 6.2 Radioterapi
o 6.3 Kemoterapi
o 6.4 Perawatan paliatif
7 Prognosis
8 Epidemiologi
9 Sejarah
10 Referensi
11 Pranala luar

Tanda-tanda dan gejala


Tanda-tanda dan gejala yang menunjukkan adanya kanker paru adalah:[1]

gejala pada saluran napas: batuk, batuk darah, bengek atau napas pendek
gejala sistemik: berat badan turun, demam, gada pada kuku jari, atau kelelahan
gejala karena tekanan di daerah lokal: nyeri dada, nyeri tulang, obstruksi vena cava
superior, kesulitan menelan
Bila kanker tumbuh di sekitar saluran napas, keadaan ini dapat menghambat aliran udara,
menyebabkan sesak napas. Hambatan ini dapat menyebabkan adanya akumulasi sekret di
belakang sumbatan, dan menyebabkan terjadinya pneumonia.[1]

Bergantung pada jenis tumornya, fenomena paraneoplastik mungkin adalah yang pertama
kali menarik perhatian mengenai adanya penyakit ini.[12] Pada kanker paru, fenomena ini
dapat meliputi Sindrom LambertEaton myastenik (lemah otot yang disebabkan oleh
autoantibodi), hiperkalsemia, atau sindrom dari ketidakstabilan hormon antidiuretik
(SIADH). Tumor pada bagian bagian paling atas dari paru-paru, dikenal sebagai Tumor
Pancoast, dapat menginvasi bagian lokal dari sistem saraf simpatik, sehingga menyebabkan
Sindrom Horner (jatuhnya kelopak mata dan pupil kecil pada sisi tersebut), dan juga
menyebabkan kerusakan pada pleksus brakhialis.[1]

Kebanyakan gejala kanker paru (hilang nafsu makan, berat badan turun, demam, kelelahan)
tidak spesifik.[8] Pada kebanyakan orang, kanker telah menyebar dari lokasi awalnya saat
timbul gejala dan datang ke dokter. Lokasi umum penyebarannya termasuk otak, tulang,
kelenjar adrenal, paru sebelahnya, hati, perikardium, dan ginjal.[13] Sekitar 10% dari penderita
kanker paru tidak mengalami gejala saat diagnosis; kanker ini ditemukan secara tidak sengaja
pada pemeriksaan foto rontgen dada.[10]

Penyebab
Kanker berkembang mengikuti kerusakan genetika pada DNA. Kerusakan genetika ini
mempengaruhi fungsi normal sel, termasuk proliferasi sel, pemrograman kematian sel
(apoptosis) dan perbaikan DNA. Ketika lebih banyak kerusakan terakumulasi, risiko terhadap
kanker makin bertambah.[14]

Merokok

Grafik menunjukkan bagaimana peningkatan penjualan produk tembakau di AS pada empat


dekade pertama di abad ke-20 (rokok per orang per tahun) menyebabkan kenaikan yang cepat
pada penderita kanker paru selama tahun 1930an, 40an dan 50an (kematian karena kanker
paru per 100, 000 populasi laki-laki per tahun)
penampang melintang dari paru-paru manusia: Area berwarna putih di bagian lobus atas
adalah kanker; area berwarna hitam adalah perubahan warna yang terjadi karena merokok.

Merokok, khususnya sigaret, secara umum merupakan penyumbang utama kanker paru.[15]
Rokok sigaret mengandung lebih dari 60 jenis karsinogen, [16] termasuk di antaranya
radioisotop dari peluruhan sekuens radon, nitrosamin, dan benzopiren. Selain itu, nikotin
menekan respons imun terhadap pertumbuhan kanker pada jaringan yang terpapar.[17] Di
seluruh negara maju, 90% dari kematian karena kanker paru pada laki-laki selama tahun 2000
disebabkan oleh merokok (70% untuk perempuan).[18] Merokok bertanggung jawab terhadap
8090% kasus kanker paru.[1]

Merokok pasifproses inhalasi asap dari perokok lainmerupakan penyebab kanker paru
pada bukan perokok. Perokok pasif dapat digolongkan sebagai seseorang yang hidup atau
bekerja bersama perokok. Penelitian dari AS, [19][20] Eropa, [21] Inggris, [22] dan Australia[23]
telah secara konsisten menunjukkan adanya peningkatan risiko yang signifikan di antara
mereka yang terpapar asap rokok pasif.[24] Mereka yang hidup dengan perokok memiliki
risiko yang lebih tinggi sebesar 2030% sedangkan mereka yang bekerja pada lingkungan
perokok mempunyai risiko 1619% lebih tinggi.[25] Penelitian asap aliran sisi menunjukkan
bahwa hal ini lebih berbahaya dari merokok langsung.[26] Merokok pasif menyebabkan 3, 400
kematian karena kanker paru setiap tahun di AS.[20]

Gas Radon

Radon adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau dihasilkan dari penguraian radioaktif
radium, yang merupakan produk dari peluruhan uranium, yang ditemukan di lapisan kerak
bumi. Produk peluruhan radiasi meng ion kan materi genetika, sehingga menyebabkan mutasi
yang kadang menjadi bersifat kanker. Radon merupakan penyebab kanker paru paling banyak
kedua di AS, setelah rokok.[20] Risikonya meningkat hinggga 816% untuk setiap
peningkatan konsentrasi radon sebesar 100 Bq/m.[27] Tingkat gas radon bervariasi tergantung
pada lokasi dan komposisi tanah dan batuan di bawahnya. Sebagai contoh, di wilayah seperti
Cornwall di Inggris (yang mengandung granit sebagai substrata), gas radon merupakan
masalah utama, dan bangunan harus memiliki ventilasi aktif dengan kipas untuk menurunkan
konsentrasi gas radon. United States Environmental Protection Agency (EPA)
memperkirakan satu dari 15 rumah di AS memiliki tingkat radon lebih tinggi dari tingkat
rekomendasi 4 picocurie per liter (pCi/l) (148 Bq/m).[28]

Asbestos

Asbestos dapat menyebabkan berbagai penyakit paru-paru, termasuk kanker paru. Merokok
tembakau dan asbestos memberikan efek sinergis dalam pembentukan kanker paru.[5]
Asbestos juga dapat menyebabkan kanker pada pleura, yang disebut mesotelioma (yang
berbeda dari kanker paru).[29]

Polusi udara

Polusi udara di luar rumah hanya memberikan efek yang kecil dalam meningkatkan risiko
kanker paru.[4] partikulat (PM2.5) halus dan aerosol sulfat, yang berasal dari pelepasan asap
kendaraan bermotor di jalanan, diasosiasikan agak meningkatkan risiko.[4][30] Untuk nitrogen
dioksida, kenaikan bertahan hingga 10 bagian per miliar meningkatkan risiko kanker paru
hingga 14%.[31] Polusi udara luar diperkirakan bertanggung jawab terhadap 12% kejadian
kanker paru.[4]

Bukti tentatif mendukung adanya kenaikan risiko kanker paru dari polusi dalam ruang yang
berhubungan dengan pembakaran kayu, batubara, residu bahan bakar kotoran dan sisa
sampah yang dipakai untuk memasak dan pemanas ruang.[32] Wanita yang terpapar asap
pembakaran batubara memiliki risiko dua kali lebih tinggi dan sejumlah produk sampingan
dari pembakaran tanaman organik diketahui atau dicurigai bersifat karsinogen.[33] Risiko ini
memengaruhi kurang lebih 2.4 miliar orang di seluruh dunia, [32] dan dipercaya menyebabkan
1.5% kematian karena kanker paru.[33]

Genetika

Diperkirakan bahwa 8 hingga 14% dari kanker paru disebabkan oleh faktor diturunkan.[34]
Pada orang dengan saudara yang terkena kanker paru, risiko meningkat hingga 2.4 kali. Hal
ini disebabkan oleh adanya kombinasi gen.[35]

Penyebab lain

Sejumlah zat, pekerjaan, dan paparan lingkungan lain juga dihubungkan dengan kanker paru.
Badan Penelitian Kanker Internasional (IARC) menyatakan ada "bukti yang cukup" untuk
menunjukkan bahwa sejumlah hal berikut karsinogenik untuk paru-paru:[36]

Sejumlah jenis logam (produk aluminium, kadmium dan senyawa kadmium, senyawa
kromium(VI), berilium dan senyawa berilium, peleburan besi dan baja, senyawa
nikel, arsenik dan senyawa arsenik inorganik, tambang hematit bawah tanah)
Sejumlah produk pembakaran (pembakaran tidak sempurna), arang batu (emisi dalam
ruangan dari pembakaran arang batu rumah tangga), gasifikasi batu bara, aspal,
produk kokas, jelaga, gas buang mesin disel)
Radiasi ionisasi (radiasi sinar-X, radon-222 dan produk peluruhannya, radiasi gamma,
plutonium)
Sejumlah gas beracun (metil eter (kadar teknis), Bis-(klorometil) eter, sulfur mustard,
MOPP (campuran vinkristina-prednison-nitrogen mustard-procarbazin), uap
pengecatan)
Produk karet dan kristalin debu silika

Patogenesis
Lihat pula: Karsinogenesis

Seperti jenis kanker lainnya, kanker paru diinisiasi oleh aktivasi onkogen atau inaktivasi gen
supresor tumor. [37] Onkogen diyakini menjadikan orang lebih rentan terhadap kanker. Proto-
onkogen diyakini berubah menjadi onkogen ketika terpapar karsinogen tertentu. [38] Mutasi
pada proto-onkogen K-ras bertanggung jawab atas 1030% adenokarsinoma paru. [39][40]
Reseptor faktor pertumbuhan epidermal (EGFR) mengatur proliferasi sel, apoptosis,
angiogenesis, dan invasi tumor. [39] Mutasi dan amplifikasi EGFR biasa ditemukan pada
kanker paru bukan-sel-kecil dan memberikan dasar pengobatan menggunakan inhibitor-
EGFR. Her2/neu lebih jarang terpengaruh. [39] Kerusakan kromosomal bisa menyebabkan
hilangnya heterozigositas. Hal ini bisa menyebabkan inaktivasi gen supresor tumor.
Kerusakan pada kromosom 3p, 5q, 13q, dan 17p secara spesifik ditemukan pada kanker
bukan-sel-kecil. Gen supresor tumor p53, yang terdapat di kromosom 17p, terpengaruh pada
60-75% kasus. Gen-gen lain yang sering dimutasi atau dikuatkan adalah c-MET, NKX2-1,
LKB1, PIK3CA, dan BRAF.[39]

Diagnosis

CT scan menunjukkan tumor yang mengandung sel-sel kanker di paru-paru kiri

Melakukan foto rontgen dada adalah salah satu langkah pemeriksaan awal jika seseorang
melaporkan gejala-gejala yang mengarah pada kanker paru. Upaya ini bisa menunjukkan
adanya massa yang jelas, pelebaran mediastinum (yang menunjukkan penyebaran ke nodus
limfatik), atelektasis (kolaps), konsolidasi (pneumonia), atau efusi pleura. [2] Pencitraan CT
umumnya digunakan untuk memberi informasi tambahan tentang jenis dan perluasan
penyakit. Bronkoskopi atau biopsi dipandu-CT kerap dipakai dalam pengambilan sampel
tumor untuk pemeriksaan histopatologi. [10]

Kanker paru sering tampak sebagai nodul paru soliter dalam foto rontgen dada. Tetapi,
diagnosis diferensialnya luas. Banyak penyakit lain yang menunjukkan tampilan seperti itu,
termasuk tuberkulosis, infeksi jamur, kanker metastatik, atau pneumonia terkelompok.
Penyebab nodul paru soliter yang lebih jarang ditemukan termasuk hamartoma, kista
bronkogenik, adenoma, malformasi arteriovena, sekuestrasi paru, nodul reumatoid,
granulomatosis Wegener, atau limfoma. [41] Kanker paru juga bisa berupa temuan insidental,
sebagai nodul paru soliter dalam sebuah foto rontgen dada atau CT scan yang dilakukan
untuk tujuan yang tidak berkaitan.[42] Diagnosis definitif kanker paru didasarkan pada
pemeriksaan histologi jaringan yang meragukan dalam konteks ciri klinis dan radiologi.[1]

Klasifikasi

Kejadian kanker paru berdasar-usia


menurut jenis histologi[4]
Kejadian per 100, 000
Tipe histologi
per tahun
Semua jenis 66.9
Adenokarsinoma 22.1
Karsinoma skuamosa 14.4
Karsinoma sel kecil 9.8

Kanker paru diklasifikasikan berdasarkan tipe histologi.[8] Klasifikasi ini penting untuk
menentukan manajemen dan memprediksi keluaran penyakit. Mayoritas besar kanker paru
adalah karsinomakeganasan yang timbul dari sel epitelial. Kanker paru dikategorikan
menurut ukuran dan tampakan sel-sel ganas yang dilihat oleh ahli histopatologi melalui
mikroskop. Dua kelas besarnya adalah kanker paru bukan-sel-kecil dan sel kecil.[43]

Kanker paru bukan-sel-kecil

Mikrografi karsinoma skuamosa, satu tipe kanker bukan-sel-kecil, spesimen FNA, Pewarnaan
Pap

Tiga subtipe utama NSCLC adalah adenokarsinoma, karsinoma paru sel skuamosa, dan
karsinoma paru sel besar.[1]

Hampir 40% kanker paru adalah adenokarsinoma, yang biasanya bermula di jaringan paru
perifer.[8] Kebanyakan kasus adenokarsinoma dihubungkan dengan kebiasaan merokok;
namun, di antara orang-orang yang merokok kurang dari 100 rokok sepanjang hidup mereka
("tidak pernah merokok"), [1] adenokarsinoma merupakan jenis kanker paru yang paling
umum.[44] Satu subtipe adenokarsinoma, karsinoma bronkioloalveolar, lebih umum
ditemukan pada wanita yang tidak pernah merokok, dan penderitanya dapat memiliki daya
tahan hidup yang lebih baik.

Karsinoma sel skuamosa menjadi penyebab sekitar 30% kanker paru. Jenis ini khususnya
timbul di saluran napas besar. Rongga berlubang dan kematian sel yang berkaitan umumnya
ditemukan di pusat tumor. Sekitar 9% kanker paru adalah karsinoma sel besar. Disebut
demikian karena sel-sel kanker tersebut besar, memiliki sitoplasma berlebihan, nuklei besar
dan nukleoli kelihatan jelas.

Kanker paru sel kecil

Kanker paru sel kecil (gambar mikroskopik biopsi jarum besar)

Pada karsinoma paru sel kecil (SCLC), sel kanker mengandung granul neurosekretori padat
(vesikel yang mengandung hormon neuroendokrin), yang memberi tumor ini suatu asosiasi
endokrin/sindrom paraneoplastik.[45] Sebagian besar kasus muncul di saluran napas besar
(bronki primer dan sekunder).[10] Kanker ini berkembang cepat dan menyebar di tahap awal
perkembangan penyakit. Enam puluh sampai tujuh puluh persen memiliki penyakit
metastatik pada saat penyakit mulai memberikan gejala. Kanker paru jenis ini sangat
berkaitan dengan kebiasaan merokok.[1]

Lain-lain

Empat subtipe histologi utama telah diketahui, meskipun sejumlah kanker mungkin
mengandung kombinasi beberapa subtipe yang berbeda.[43] Subtipe yang jarang termasuk
tumor kelenjar, tumor karsinoid, dan karsinoma tak terdiferensiasi.[1]

Metastasis

Immunostain (pewarnaan imunologi)


tipikal pada kanker paru[1]
Immunostain
Tipe histologi
(pewarnaan imunologi)
Karsinoma sel CK5/6 positif
skuamosa CK7 negatif
CK7 positif
Adenokarsinoma
TTF-1 positif
Karsinoma sel besar TTF-1 negatif
TTF-1 positif
CD56 positif
Kanker sel kecil
Kromogranin positif
Sinaptofisin positif

Paru-paru merupakan tempat yang umum untuk persebaran tumor dari bagian tubuh yang
lain. Kanker sekunder diklasifikasikan menurut tempat asalnya, misalnya kanker payudara
yang telah menyebar ke paru-paru disebut kanker payudara metastatik. Metastasis kerapkali
mempunyai tampilan bulat yang khas dalam foto rontgen dada.[46]
Kanker paru primer sendiri kerapkali bermetastasis ke otak, tulang, hati dan kelenjar
adrenal.[8] Metode biopsi immunostain (pewarnaan imunologi) seringkali bermanfaat untuk
menentukan sumber kanker.[47]

Stadium

Lihat pula: Tahapan kanker paru

Stadium kanker paru adalah pengkajian tingkat penyebaran kanker dari sumber asalnya.
Langkah ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prognosis dan penanganan
potensial kanker paru.[1]

Evaluasi awal dari pentahapan kanker paru bukan-sel-kecil (NSCLC) menggunakan


klasifikasi TNM. Cara ini didasarkan pada ukuran tumor primer, keterlibatan nodus limfatik,
dan metastasis jauh. Setelah ini, dengan menggunakan deskriptor TNM, ditentukan satu grup,
berkisar mulai dari kanker yang tersembunyi, sampai stadium 0, IA (satu-A), IB, IIA, IIB,
IIIA, IIIB dan IV (empat). Kelompok stadium ini membantu pemilihan metode penangangan
dan estimasi prognosis.[48] Kanker paru sel kecil (SCLC) umumnya diklasifikasikan sebagai
'stadium terbatas' (terbatas pada separuh dada dan dalam cakupan satu bidang radioterapi
yang dapat ditoleransi) atau 'stadium ekstensif' (penyakit lebih meluas).[1] Namun, klasifikasi
TNM dan pengelompokan bermanfaat untuk estimasi prognosis.[48]

Baik untuk NSCLC maupun SCLC, dua jenis evaluasi penentuan stadium adalah stadium
klinis dan stadium bedah. Stadium klinis dilakukan sebelum pembedahan definitif. Tindakan
ini didasarkan pada hasil kajian pencitraan (seperti CT scan dan PET scan) dan hasil biopsi.
Stadium bedah dievaluasi baik selama maupun setelah operasi, dan didasarkan atas gabungan
hasil-hasil temuan dalam pembedahan dan klinis, termasuk contoh sampel nodus limfatik
dada yang diambil dalam pembedahan.[8]

Pencegahan
Lihat pula: Larangan merokok

Pencegahan adalah cara paling murah untuk mengurangi perkembangan kanker paru.
Meskipun di berbagai negara, karsinogen industri dan rumah tangga telah diidentifikasi dan
dilarang, kebiasaan merokok masih dilakukan secara luas. Menghilangkan kebiasaan
merokok adalah tujuan utama langkah pencegahan kanker paru, dan berhenti merokok
merupakan salah satu pencegahan yang penting dalam proses ini.[49]

Intervensi kebijakan pengurangan dampak merokok pasif di ruang publik seperti restoran dan
tempat kerja semakin banyak dilakukan di sejumlah negara barat.[50] Bhutan telah
menerapkan larangan merokok sejak 2005[51] dan India mengeluarkan larangan merokok di
area publik pada Oktober 2008.[52] Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyerukan
kepada pemerintah untuk menerapkan larangan penuh pada iklan rokok dalam upaya
mencegah kaum muda mencoba merokok. Mereka menilai bahwa larangan tersebut mampu
mengurangi konsumsi tembakau sampai sekitar 16% jika larangan tersebut diberlakukan.[53]

Penggunaan jangka panjang suplemen vitamin A, [54][55] vitamin C, [54] vitamin D, [56] atau
vitamin E[54] tidak mengurangi risiko kanker paru. Beberapa penelitian mengindikasikan
bahwa orang yang mengonsumsi makanan dengan proporsi sayur dan buah lebih tinggi
cenderung memiliki risiko yang lebih rendah, [20][57], namun hal ini kemungkinan karena
adanya kerancuan. Penelitian yang lebih cermat belum menunjukkan hubungan yang jelas.[57]

Penapisan

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Penapisan Kanker Paru

Penapisan merujuk pada penggunaan tes kesehatan untuk mendeteksi penyakit pada orang
tanpa gejala. Tes penapisan yang mungkin untuk kanker paru meliputi sitologi dahak, foto
rontgen dada (CXR), dan tomografi komputer (CT). Program penapisan yang menggunakan
CXR atau sitologi belum menunjukkan adanya manfaat.[58] Melakukan penapisan pada orang-
orang dengan risiko tinggi (misal, orang berusia 55-79 tahun yang sudah merokok lebih dari
30 pak tiap tahun atau mereka yang sebelumnya memiliki kanker paru) setiap tahun dengan
pindai tomografi komputer (CT) dosis rendah dapat mengurangi peluang kematian akibat
kanker paru dengan nilai mutlak sebesar 0, 3% (nilai relatif sebesar 20%).[59][60] Akan tetapi,
ada sejumlah besar pindai positif palsu yang dapat menyebabkan prosedur invasif yang tidak
diperlukan maupun biaya yang cukup besar.[61] Untuk setiap pindai positif yang sejati, ada
lebih dari 19 positif palsu.[62] Pajanan radiasi merupakan potensi bahaya lain dari
penapisan.[63]

Penanganan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Penanganan Kanker Paru

Pengobatan untuk kanker paru tergantung pada jenis sel khusus kanker tersebut, seberapa
jauh sel tersebut menyebar, dan kondisi umum orang tersebut. Pengobatan umum meliputi
perawatan paliatif, [64] pembedahan, kemoterapi, dan terapi radiasi.[1]

Pembedahan

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pembedahan Kanker Paru


Contoh pneumonektomi yang mengandung karsinoma sel-skuamosa, terlihat sebagai daerah
putih di dekat bronkus

Jika pemeriksaan mengonfirmasi adanya kanker paru bukan-sel-kecil (NSCLC), penilaian


stadium dilakukan untuk menentukan apakah penyakit tersebut termasuk lokal dan dapat
dilakukan pembedahan atau jika sel tersebut telah menyebar ke titik di mana tidak dapat
ditangani dengan jalan pembedahan. Pindai tomografi komputer (CT scan) dan tomografi
emisi positron digunakan untuk penentuan ini.[1] Jika dicurigai adanya keterlibatan kelenjar
limfa mediastinum, mediastinoskopi dapat digunakan untuk mengambil sampel nodus dan
membantu penentuan stadium.[65] Tes darah dan uji fungsi paru digunakan untuk menilai
apakah seseorang cukup sehat untuk melakukan pembedahan.[10] Jika uji fungsi paru
menunjukkan cadangan pernapasan yang rendah, pembedahan tidak mungkin dilakukan.[1]

Pada sebagian besar kasus kanker paru bukan-sel-kecil (NSCLC) stadium awal, pembuangan
lobus paru (lobektomi) merupakan penanganan bedah pilihan. Pada orang-orang yang tidak
siap untuk lobektomi total, eksisi sublobar yang lebih kecil (eksisi baji) dapat dilakukan.
Akan tetapi, eksisi baji memiliki risiko kambuh yang lebih besar daripada lobektomi.[66]
Brakiterapi iodin radioaktif di bagian tepi eksisi baji dapat mengurangi risiko
kambuh.[67]Jarang sekali dilakukan pembuangan semua paru-paru (pneumonektomi).[66]
Pembedahan torakoskopi berbantu video (VATS) dan lobektomi VATS menggunakan
pendekatan invasif yang minimal pada pembedahan kanker paru.[68] Lobektomi VATS sama
efektifnya jika dibandingkan dengan lobektomi terbuka konvensional, dengan rasa sakit
pascabedah yang lebih ringan.[69]

Penanganan kanker paru sel kecil (SCLC), biasanya menggunakan kemoterapi dan/atau
radioterapi.[70] Akan tetapi, peran pembedahan dalam kanker paru sel kecil (SCLC) perlu
dipertimbangkan kembali. Pembedahan mungkin meningkatkan keberhasilan jika
ditambahkan pada kemoterapi dan radiasi dalam kanker paru sel kecil (SCLC) tahap awal.[71]
Radioterapi

Radioterapi sering diberikan bersama dengan kemoterapi, dan dapat digunakan dengan
maksud pengobatan pada orang dengan kanker paru bukan-sel-kecil (NSCLC) yang tidak
memenuhi syarat untuk pembedahan. Bentuk radioterapi berintensitas tinggi ini disebut
radioterapi radikal.[72] Penyempurnaan teknik ini berupa radioterapi yang dipercepat dan
dengan hiperfraksinasi berkelanjutan (continuous hyperfractionated accelerated
radiotherapy/CHART), yaitu saat dosis tinggi radioterapi diberikan dalam jangka waktu
pendek.[73] Biasanya radioterapi dada pascabedah tidak digunakan setelah pembedahan yang
bertujuan pengobatan untuk NSCLC.[74] Beberapa orang dengan keterlibatan kelenjar limfa
mediastinum N2 mendapatkan manfaat setelah radioterapi pascabedah.[75]

Untuk kasus SCLC yang berpotensi dapat disembuhkan, radioterapi dada sering disarankan
selain kemoterapi.[8]

Jika pertumbuhan kanker menyumbat bagian pendek bronkus, brakiterapi (radioterapi lokal)
dapat diberikan langsung di dalam saluran napas untuk membuka saluran
tersebut.[76]Dibandingkan dengan radioterapi pancaran eksternal, brakiterapi memungkinkan
pengurangan waktu pengobatan dan mengurangi pajanan radiasi pada staf kesehatan.[77]

Iradiasi kranial profilaktik (Prophylactic cranial irradiation/PCI) adalah jenis radioterapi


untuk otak, yang digunakan untuk mengurangi risiko metastasis. PCI sangat berguna dalam
SCLC. Pada penyakit stadium-terbatas, PCI meningkatkan tiga tahun masa kelangsungan
hidup mulai dari 15% hingga 20%; pada penyakit ekstensif, satu tahun masa kelangsungan
hidup meningkat mulai dari 13% hingga 27%.[78]

Kemajuan terbaru dalam menjangkau sasaran dan membuat pencitraan telah mengarah pada
pengembangan radiasi stereotaktik dalam pengobatan kanker paru stadium awal. Pada
radioterapi dalam bentuk ini, dosis tinggi diberikan dalam sejumlah kecil sesi menggunakan
teknik penargetan stereotaktik. Penggunaan teknik ini terutama diberikan pada pasien yang
bukan calon pasien bedah karena komorbiditas medis.[79]

Untuk kedua jenis pasien NSCLC dan SCLC, dosis radiasi yang lebih kecil pada dada dapat
digunakan untuk kontrol gejala (radioterapi paliatif).[80]

Kemoterapi

Panduan kemoterapi tergantung pada jenis tumor.[8] Kanker paru sel kecil (SCLC), meski
penyakit relatif pada stadium awal, penting ditangani dengan kemoterapi dan radiasi.[81] Pada
SCLC, cisplatin dan etoposide adalah yang paling sering digunakan.[82] Kombinasi antara
carboplatin, gemcitabine, paclitaxel, vinorelbine, topotecan, dan irinotecan juga
digunakan.[83][84] Pada kanker paru bukan-sel-kecil (NSCLC) tahap lanjut, kemoterapi
meningkatkan masa tahan hidup dan digunakan sebagai pengobatan urutan pertama, yang
diberikan jika seseorang cukup kuat untuk pengobatan tersebut.[85] Biasanya, pengobatan ini
menggunakan dua obat, yang salah satunya sering berupa obat berbasis platina (baik cisplatin
atau karboplatin). Obat lain yang biasa digunakan adalah gemcitabine, paclitaxel, docetaxel,
[86][87]
pemetrexed, [88] etoposide, atau vinorelbine.[87]

Kemoterapi adjuvan merujuk pada penggunaan kemoterapi setelah melakukan pembedahan


kuratif untuk menyempurnakan hasilnya. Dalam NSCLC, sampel diambil di dekat nodus
limfatik selama pembedahan untuk membantu penentuan stadium. Jika terkonfirmasi
penyakit stadium II atau III, kemoterapi adjuvan meningkatkan tingkat kelangsungan hidup
sebesar 5% pada lima tahun.[89][90] Kombinasi vinorelbine dan cisplatin lebih efektif daripada
pengobatan lama.[90] Kemoterapi adjuvan untuk penderita kanker stadium IB mengundang
kontroversi, karena uji coba klinis belum menunjukkan manfaatnya dengan jelas terhadap
kelangsungan hidup.[91][92] Uji coba pra-operasi kemoterapi (kemoterapi neo-adjuvan) dalam
NSCLC yang dapat diangkat belum mencapai suatu kesimpulan.[93]

Perawatan paliatif

Pada penderita dengan penyakit terminal, perawatan paliatif atau pengelolaan rawat akhir
mungkin lebih tepat.[10] Pendekatan ini memungkinkan diskusi tambahan tentang pilihan
perawatan dan membuka kesempatan didapatkannya keputusan dari pertimbangan yang
matang [94][95] dan dapat menghindarkan perawatan yang tidak menolong tetapi mahal di akhir
kehidupan.[95]

Kemoterapi dapat digabungkan dengan perawatan paliatif dalam merawat NSCLC. Dalam
kasus lanjut, kemoterapi yang tepat meningkatkan rerata kelangsungan hidup melampaui
perawatan dukungan saja, serta meningkatkan kualitas hidup.[96] Dengan kebugaran fisik
yang cukup, mempertahankan kemoterapi dalam meringankan kanker paru memberikan
perpanjangan hidup 1,5 hingga 3 bulan, mengurangi gejala, dan peningkatan kualitas hidup,
dengan hasil yang lebih baik tampak pada obat-obatan yang lebih baru.[97][98] NSCLC Meta-
Analyses Collaborative Group menyarankan jika penderita menginginkan dan dapat
menerima perawatan ini, maka kemoterapi harus dipertimbangkan pada kasus NSCLC
lanjut.[85][99]

Anda mungkin juga menyukai