Anda di halaman 1dari 31

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ilmu pengukuran listrik merupakan bagian integral dari ilmu fisika.
Umummnya di dalam pengukuran dibutuhkan instrumen sebagai suatu cara
fisis untuk menentukan suatu besaran (kuantitas) atau variabel. Instrumen
tersebut membantu peningkatan ketrampilan manusia dan dalam banyak hal
memungkinkan seseorang untuk menentukan nilai dari suatu besaran yang
tidak diketahui. Tanpa bantuan instrumen tersebut, manusia tidak dapat
menentukannya. Dengan demikian, sebuah instrumen dapat didefinisikan
sebagai sebuah alat yang digunakan untuk menentukan nilai atau besaran dari
suatu kuantitas atau variabel ( Cooper, Wiliam David : 1999 ).
Instrumen elektronik didasarkan pada prinsip-prinsip listrik atau
elektronika dalam pemakaiannya sebagai alat ukur elektronik. Alat ukur
listrik adalah alat yang digunakan untuk mengukur besaran-besaran listrik
seperti kuat arus listrik (I), beda potensial listrik (V), hambatan listrik (R),
daya listrik (P), dan lain-lain. Alat ukur listrik ini ada yang berupa alat ukur
analog dan ada juga yang berupa alat ukur digital.
Untuk menghasilkan arus listrik pada rangkaian, dibutuhkan beda
potensial. Satu cara untuk menghasilkan beda potensial adalah dengan
baterai. George Simon Ohm ( 1787-1854 ) menentukan dengan eksperimen
bahwa arus pada kawat logam sebanding dengan beda potensial V yang
diberikan ke ujung-ujungnya : I V. ( Giancoli, Douglas C. : 2001 ). Setiap
benda mempunyai tahanan, yaitu suatu kemampuan untuk menahan
mengalirkan arus listrik di dalam benda itu. Arus listrik yang mengalir
melalui kawat pijar di dalam lampu dan kawat-kawat penghantar listrik
lainnya juga mengalami hambatan atau tahanan. Dengan adanya hambatan ini
maka arus yang mengalir berkurang. Makin tinggi hambatan ini, makin kecil
arus untuk suatu tegangan V. Maka hambatan berbanding terbalik dengan arus
yang mengalir. Ketika digabungkan hal ini dan kesebandingan di atas, maka,

1
2

V
I=
R
di mana R adalah hambatan kawat atau suatu alat lainnya, V adalah beda
potensial yang melintasi alat tesebut, dan I adalah arus yang mengalir
padanya. Hubungan ini dapat di tulis V = IR dan dikenal sebagai hukum Ohm.
( Giancoli, Douglas C. : 2001 ).
Alat yang digunakan untuk mengukur hambatan disebut Ohmmeter.
Besarnya satuan hambatan yang diukur oleh alat ini dinyatakan dalam ohm.
Alat ohmmeter ini menggunakan galvanometer untuk mengukur besarnya
arus listrik yang lewat pada suatu hambatan listrik (R), yang kemudian
dikalibrasikan ke satuan ohm.
Ohmmeter yang beredar di pasaran umumnya tergabung pada
multimeter (dengan voltmeter dan ammeter) yang digunakan untuk mengukur
resistansi suatu komponen. Ada dua jenis multimeter yang beredar di psaran
yaitu jenis analog dan digital. Jika pengukuran dilakukan dengan multimeter
analog, hasil pengukuran dapat dilihat melalui pergerakan jarum meter di atas
skala yang sesuai dengan selektor yang dipilih. Usahakan jarum positif dan
jarum negatif pada multimeter analog jangan sampai terbalik saat pengukuran
tegangan DC (Direct Current), disamping itu pemilihan selektor dan skala
pun harus tepat karena dapat mengakibatkan rusaknya alat ukur tersebut.
Multimeter digital, meskipun lebih mahal tetapi relatif lebih aman saat probe
terbalik atau saat selektor berada pada nilai terendah. Hasil pengukuran pun
lebih mudah terlihat karena tampil pada display 7 segment seperti halnya
kalkulator.

B. BATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,
ternyata permasalahan yang ada masih kompleks. Oleh karena itu, ada
pembatasan masalah yang akan diuraikan dalam laporan ini, yaitu sebagai
berikut :
3

1. Alat ukur Ohmmeter yang dibahas disini adalah salah satu bentuk aplikasi
dari kumparan putar magnet permanen (PMMC) yang mana komponen
tersebut terdiri dari kumparan, magnet, serta pegas spiral.
2. Alat ukur ohmmeter yang dibuat oleh penyusun adalah Ohmmeter analog
dengan tipe rangkaian seri.

C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana desain dan perancangan dari alat ukur Ohmmeter analog tipe
seri?
2. Bagaimana prinsip kerja alat ukur Ohmmeter dan output yang dihasilkan?

D. TUJUAN
Penulisan laporan ini bertujuan untuk:
1. Mendesain dan merancang sebuah alat ukur elektronik untuk mengukur
tahanan hambatan listrik suatu rangkaian dimana penunjukkan hasil ukur
ditunjukkan secara analog.
2. Menjelaskan keseluruhan urutan prinsip kerja dari rangkaian ohmmeter
dan output yang dihasilkan.

E. MANFAAT
Penulisan laporan ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Penyusun, dapat mengetahui ohmmeter, baik desainnya, cara pembuatan,
prinsip kerjanya, bagianbagiannya maupun manfaatnya dalam
kehidupan seharihari.
2. Tenaga pendidik, memudahkan dalam pembelajaran mengenai fisika,
salah satunya pada bahasan tentang alat ukur listrik, khususnya alat ukur
hambatan listrik yaitu ohmmeter.
4

3. Manfaat secara umum adalah untuk menambah pengetahuan tentang


pemanfaatan berbagai komponen elektronika dalam pembuatan alat ukur
listrik, khususnya alat ukur hambatan listrik yaitu ohmmeter.
4. Sebagai penarik minat dan perhatian peserta didik dalam materi fisika
berkenaan dengan alat ukur.
5

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Ohmmeter
Ohmmeter adalah suatu alat listrik yang digunakan untuk mengukur
hambatan listrik. Walaupun punya batasan, ohmmeter banyak digunakan di
toko dan di laboraturium untuk mengukur resistansi dari komponen dan untuk
menentukan kesalahan pada suatu rangkaian. Selain itu, ohmmeter juga bisa
digunakan untuk mengetahui kondisi suatu komponen semikonduktor seperti
dioda dan transisitor.
Desain asli dari ohmmeter menggunakan baterai kecil untuk menahan
arus listrik. Ini menggunakan galvanometer untuk mengukur arus listrik
melalui hambatan. Skala dari galvanometer ditandai pada ohm, karena voltase
tetap dari baterai memastikan bahwa hambatan menurun, arus yang melalui
galvanometer akan meningkat. Ohmmeter membentuk sirkuit sendiri, karena
itu mereka tidak dapat digunakan dalam sebuah sirkuit yang dirakit. Jenis
yang lebih akurat dari ohmmeter memiliki sirkuit elektronik yang melewati
arus konstan (I) melalui perlawanan, dan lain sirkuit yang mengukur tegangan
(V) di perlawanan. Menurut persamaan yang berasal dari Hukum Ohm, nilai
resistansi (R).
Alat ukur Ohmmeter dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
a. Ohmmeter analog
Ohmmeter analog adalah ohmmeter yang hasil pengukurannya
ditunjukkan oleh penunjuk di skala yang tertera. Usahakan jarum positif
dan jarum negatif pada ohmmeter analog tidak terbalik saat pengukuran
tegangan DC (Direct Current), disamping itu pemilihan selektor dan
skala pun harus tepat karena dapat mengakibatkan rusaknya alat ukur
tersebut.
b. Ohmmeter digital
Ohmmeter digital adalah ohmmeter yang hasil pengukurannya
ditunjukkan langsung pada angka ( display 7 segmen ).

5
6

B. Rangkaian Dasar Ohmmeter


Rangkaian dasar ohmmeter dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu :
1. Ohmmeter Tipe Seri
Ohmmeter tipe seri, terdiri dari sebuah gerakan dArsonval yang
dihubungkan seri dengan sebuah tahanan dan baterai ke sepasang
terminal dan dihubungkan dengan tahanan yang tidak diketahui. Arus
yang melalui alat ukur sebanding dengan tahanan yang tidak diketahui,
dengan persyaratan kalibrasi diperhitungkan.

R1
R2

Rx
Rm

Gambar 2.1 Rangkaian ohmmeter tipe seri


Di mana
R1 = tahanan pembatas arus.
R2 = tahanan pengatur nol.
E = Baterai dalam alat ukur
Rm = tahanan dalam dArsonval
Rx = tahanan yang tidak diketahui.

Jika Rx = 0, terminal A dan B dihubung singkat dan arus paling


besar mengalir dalam rangkaian. Pada kondisi ini tahanan shunt R2 diatur
sampai jarum penunjuk menunjukkan skala penuh ( arus Idp ) dan posisi
ini ditandai dengan 0 ohm. Jika Rx = , terminal A dan B
hubungan terbuka, dan arus didalam rangkaian menjadi nol, sehingga
jarum menunjukkan arus nol dan posisi ini ditandai dengan pada skala.
Tanda skala diantara 0 dan dapat ditentukan dengan menghubungkan
beberapa tahanan Rx yang berbeda, yang nilainya sudah diketahui.
Meskipun ohmmeter tipe seri ini digunakan secara luas, tetapi memiliki
7

beberapa kekurangan, diantaranya yang penting adalah : tegangan baterai


yang berkurang secara perlahan-lahan karena waktu dan umur, yang
menyebabkan arus skala penuh berkurang dan alat ukur tidak membaca
0 pada saat terminal A dan B dihubung singkat. Tahanan shunt R 2
digunakan untuk mengatasi pengaruh perubahan baterai.
(Cooper, Wiliam David : 1999).
Perencanaan Rx untuk defleksi setengah skala ohmmeter tipe seri
Pada posisi ini, tahanan antara terminal A dan B didefinisikan Rh
sebagai tahanan pada posisi tahanan setengah skala. Jika arus skala penuh
Idp , tahanan Rm, tegangan baterai, dan nilai tahanan Rh yang diinginkan
diketahui, maka nilai R1 dan R2 dapat diketahui. Jika Rh menyatakan
arus Idp, maka tahanan yang tidak diketahui harus sama dengan dengan
tahanan dalam total ohmmeter, yaitu :
R 2 Rm
Rh=R 1+ 1
R2 + Rm

Tahanan total ke baterai adalah 2 Rh, dan arus baterai yang dibutuhkan
untuk memberikan defleksi setengah skala :
E
I h= 2
2 Rh

Untuk menghasilkan defleksi skala penuh ( It ) :


E
I t =2 I h= 3
Rh

Arus shunt melalui tahanan R2 adalah :


I 2 =I t I dp 4

Tegangan shunt ( Esh ) sama dengan tahanan gerakan ( Em ), jadi :


Esh = Em atau I2 R2 = Idp Rm
I dp Rm
R2= 5
I2
8

Subsitusikan persamaan ( 4 ) kedalam persamaan ( 5 ), diperoleh :


I dp R m I d p Rm Rh
R2= = 6
I t I dp EI dp Rm

Selesaikan persamaan ( 1 ) untuk harga R1, menghasilkan :


R 2 Rm R2 Rm
Rh=R 1+ atau R1=R h 7
R2 + Rm R 2+ R m

Subsitusikan persamaan ( 6 ) kedalam persamaan ( 7 ), diperoleh :


I dp R m R h
R1=Rh 8
E

2. Ohmmeter Tipe Shunt


Ohmmeter tipe shunt sesuai untuk pengukuran tahanan-tahanan
yang sangat rendah dan tidak lazim digunakan. Pada gambar dibawah ini
ditunjukkan rangkaian sebuah ohmmeter tipe shunt

R1
Rx

Rm

Gambar 2.2 Rangkaian ohmmeter tipe shunt


Di mana
E = tegangan baterai / sumber
R1 = tahanan pembatas arus
Rm = tahanan dalam gerakan

Jika tahanan Rx = 0 terminal A dan B dihubung singkat, maka


arus melalui gerak dArsonval adalah nol, dan jika Rx = terminal A
9

dan B hubungan terbuka, maka arus hanya mengalir ke gerak dArsonval.


Analisis ohmmeter tipe shunt sama seperti ohmmeter tipe seri.
Jika Rx = , maka arus skal penuh Idp :
E
I dp= 9
R 1+ R m

Idp R1 + Idp Rm = E atau Idp R1 = E - Idp Rm

EI dp R m E
R 1= atau R 1= Rm 10
I dp I dp

Untuk setiap nilai Rx yang dihubungkan ke terminal, arus melalui alat


ukur berkurang sebesar :

[ ]
E Rm
I m= x
( Rm + R x )
R1 +
{ Rm Rx
( Rm + R x ) }
E Rx
I m= 11
R 1 Rm + R x ( R 1+ R m )

Arus melalui alat ukur Im pada setiap harga Rx dibandingkan terhadap


arus skala penuh Idp :
Im Rx ( R 1 + R m )
S= = 12
I dp R1 ( Rm + R x )+ R m R x

Perdefinisi :
R1 Rm
R p= 13
R1 + Rm

Subsitusikan persamaan ( 13 ) kedalam persamaan ( 12 ), diperoleh :


Rx
S= 14
R x+ R p
10

Jika persamaan ( 14 ) digunakan, alat ukur dapat dikalibrasi dengan


menentukan S yang dinyatakan dalam Rx dan Rp.
Pada pembacaan setengah skala ( Im = 0,5 Idp ), persamaan ( 11 )
menjadi:
E Rh
0,5 I dp = 15
R 1 R m + Rh ( R1 + R m )

Dimana Rh adalah tahanan luar yang mengakibatkan defleksi setengah


skala. Untuk menentukan nilai skala relatif pada nilai R 1 yang diketahui
pembacaan setengah skala, dapat diperoleh dengan membagi persamaan
(9) dengan persamaan ( 15 ), diperoleh :
R 1 Rm
R h= 16
R 1 + Rm

(Cooper, Wiliam David : 1999).

C. Mengukur Resistansi dengan Ohmmeter


Untuk mengukur resistansi komponen atau rangkaian yang terisolasi,
ohmmeter dipasangkan melintang dari komponen yang akan diukur, seperti
ditunjukkan pada gambar 2.3. Kemudian nilai
resistansinya akan ditampilkan.
Ketika menggunakan ohmmeter untuk
mengukur resistansi suatu komponen pada
suatu rangkaian yang beroperasi, berikuti
caranya:
1. Seperti pada gambar 2.4, lepaskan semua
suplay daya dari rangkaian atau komponen
yang Gambar 2.3 Bila langkah ini tidak dilakukan, maka pengukuran ini
akan diukur.
akan menjadi sia-sia, dan ohmmeter bisa rusak.
11

2. Jika hanya ingin mengukur resistansi dari satu komponen saja pada suatu
rangkaian, maka komponen yang akan diukur harus diasingkan dari
rangkaian tersebut dengan cara memutuskan minimal satu terminal
komponen tersebut dari rangkaian. Bila cara ini tidak dilakukan, maka
hasil pembacaan dari ohmmeter bukanlah menunjukkan resistansi dari
komponen yang anda maksud, namun resistansi gabungan dari komponen
komponen pada rangkaian itu.

(a) Lepaskan sumber tegangan (b) asingkan dan ukur komponen


Atau arus dari rangkaian

Gambar 2.4

3. Seperti tampak pada gambar 2.4 (b), hubungkan kedua probe (penunjuk)
dari ohmmeter melintasi komponen yang diukur. Penjepit hitam dan merah
dari ohmmeter boleh ditukar-tukar posisinya untuk mengukur resistor
tersebut. Namun ada beberapa ohmmeter dimana posisi penjepit merah dan
hitamnya mempengaruhi pembacaan nilai resistansi.
4. Pastikan bahwa skala range pembcaan ohmmeter dipilih secara tepat,
sehingga hasil pembacaannya akurat. Misal, walaupun multimeter digital
(DMM) dapat membaca niai resistor yang mempunyai nilai resistansi
sebesar 1.2 k pada skala range 2 M, ohmmeter yang sama akan
memperoleh pembacaan digit yang lebih akurat (detail) sehingga
pembacaannya lebih presisi ketika dipilih skala range 2-k. Untuk yang
analog, akurasi pembacaan yang terbaik diperoleh apabila jarum
penunjuknya berada di tengah-tengah skala pembacaan.
12

5. Ketika anda telah selesai menggunakan ohmmeter, matikan ohmmeter


tersebut. Karena ohmmeter menggunakan baterai internal untuk
mendeteksi
arus, apabila
kedua
probe tidak
sengaja

bersentuhan, maka baterai multimeter anda akan tersedot.

(a) hubung singkat (b) rangkaian terbuka

Gambar 2.5

Selain untuk mengukur resistansi, ohmmeter bisa juga digunakan


untuk mengetes kekontinuan/sambungan suatu rangkaian (continuity test).
Banyak ohmmeter digital yang modern bisa mengeluarkan bunyi untuk
mengindikasikan bahwa suatu rangkaian terputus dari suatu titik ke titik yang
lain. Seperti tampak pada gambar 2.5 (a), ohmmeter digital yang bisa
mengeluarkan suara membantu penggunanya untuk mendeteksi suatu
sambungan pada suatu rangkaian tanpa melihat langsung menggunakan mata.
13

Umumnya ohmmeter berguna sebagai alat yang dapat mendeteksi


suatu rangkaian dalam keadaan terhubung singkat (short circuit) atau terbuka
(open circuit).
Hubung singkat (short circuit) terjadi ketika konduktor yang lazimnya
mempunyai resistansi yang sangat rendah terhubung dengan konduktor lain
diantara dua titik pada suatu rangkaian. Karena resistansi yang rendah inilah
hubung singkat terjadi, arus akan melangkahi (bypass)rangkaian yang
seharusnya dilewati karena arus ini akan memilih jalur yang terhubung
singkat tadi. Ohmmeter akan menunjukkan nilai resistansi yang sangat rendah
(secara teori sama dengan nol) ketika digunakan untuk mengukur rangkaian
yang terhubung singkat ini.
Rangkaian terbuka (open circuit) terjadi ketika suatu konduktor rusak
diantara kedua titik yang diukur. Ohmmeter akan menunjukkan pembacaan
nilai resistansi yang sangat besar sekali (secara teori tak hingga) ketika
mengukur rangkaian yang terbuka. Gambar 2.5 menggambarkan rangkaian
yang mempunyai hubung singkat dan rangkaian terbuka.

D. Kalibrasi pada Ohmmeter


Kalibrasi perlu dilakukan agar nilai yang terbaca akurat, terutama di
Ohmmeter Analog, cara untuk melakukan kalibrasi adalah sebagai berikut:
Hubung singkat kaki meter merah dan hitam dan putar pengatur nol ohm,
sehingga penunjuk lurus pada 0 .
14

Gambar 2.6 Kalibrasi pada ohmmater analog

E. Komponen-Komponen yang Digunakan


1. Alat Ukur PMMC (Permanent Magnet Moving Coil )
Disebut juga gerak dArsonval. Alat ukur PMMC terdiri dari
magnet tetap dan kumparan yang bila dialiri arus akan timbul gaya untuk
menggerakkan pointer yang mengindikasikan level arus pada skala yang
terkalibrasi. Aplikasinya pada Amperemeter DC, Voltmeter DC dan
Ohmmeter. Dengan menambah rangkaian penyearah bisa digunakan juga
sebagai Amperemeter AC dan Voltmeter AC. Konstruksi PMMC terdiri
dari magnet tetap berbentuk sepatu kuda dengan potongan besi lunak
menempel padanya dan antara kedua kutub magnet tersebut ditempatkan
silinder besi lunak, untuk menghasilkan medan magnet yang homogen
dalam celah udara antara kutub-kutub tersebut.

2. Baterai
Baterai adalah alat listrik-kimiawi yang menyimpan energi dan
mengeluarkan tenaganya dalam bentuk listrik. Sebuah baterai biasanya
terdiri dari 3 komponen yaitu batang karbon sebagai anoda ( kutub
posistif ), seng sebagai katode ( kutub negatif ) dan pasta sebagai
elektrolit ( penghantar ).
Baterai digunakan dalam pembuatan alat ukur ohmmeter. Fungsi
dari baterai ini sebagai sumber tegangan dan menahan arus listrik. Daya
baterai bekerja dengan baik untuk ohmmeters. Hanya perlu tegangan DC
sehingga tidak perlu menggunakan sebuah catu daya AC. Ohmmeter
yang akan di desain menggunakan baterai 3 volt untuk menjalankan
sebuah ohmmeter. Dengan adanya baterai ini maka pada saat di
kalibrasikan penunjukkan skala penuh ke kanan, karena melawan arus.

3. Resistor
15

Resistor adalah komponen elektronik dua kutub yang didesain


untuk menahan arus listrik dengan memproduksi tegangan listrik di
antara kedua kutubnya, nilai tegangan terhadap resistansi berbanding
dengan arus yang mengalir, berdasarkan hukum Ohm:
V
V =I R atau I =
R
Resistor merupakan komponen elektronika berjenis pasif yang
mempunyai sifat menghambat arus listrik. Satuan nilai dari resistor
adalah ohm, biasa disimbolkan .

Fungsi dari Resistor adalah sebagai pembagi arus, sebagai


penurun tegangan, sebagai pembagi tegangan dan sebagai penghambat
aliran arus listrik, dan lain-lain.
Resistor berdasarkan nilainya dapat dibagi dalam 3 jenis yaitu :
a. Resistor Tetap (Fixed) adalah Yaitu resistor yang nilai hambatannya
tetap. Secara fisik bentuk resistor tetap adalah sebagai berikut :

Gambar 2.7 Resistor tetap


b. Resistor Variabel adalah resistor yang nilai hambatannya dapat
diubah-ubah. Resistor variabel dibagi lagi menjadi 2 jenis yaitu
1) Trimpot yaitu resistor variabel yang nilai hambatannya dapat
diubah dengan menggunakan obeng.
2) Potensiometer yaitu variabel resistor yang nilai hambatannya
dapat diubah langsung mengunakan tangan (tanpa alat bantu)
dengan cara memutar poros engkol atau mengeser kenop untuk
potensio geser.
16

Contoh bentuk fisik dari variable resistor jenis Trimpot :

Gambar 2.8 Resistor jenis trimpot


Contoh bentuk fisik dari variable resistor jenis Potensio :

Gambar 2.9 Resistor jenis potensio


c. Resistor non linier yaitu resistor yang nilai hambatannya tidak linier
karena pengaruh faktor lingkungan misalnya suhu dan cahaya.
Bentuk resistor non linier misalnya PTC, LDR dan NTC.

Gambar 2.10 Resistor jenis potensio


4. Saklar Putar
Saklar putar merupakan jenis saklar yang dioperasikan dengan cara
diputar. Saklar-saklar ini digunakan untuk menyambungkan satu jalur ke salah
satu diantara beberapa jalur lain yang ada. Saklar putar digunakan dalam
pembuatan desain ohmmeter ini, untuk memilih kisaran pengukuran.
17

BAB III
METODOLOGI

A. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan rangkaian Ohmmeter
tipe seri sebagai berikut :
1. Alat
Multimeter
Solder ( sebagai pemanas pada penempelan tenol)
Tenol
Cutter
Gunting
Lem bakar
2. Bahan
Papan rangkaian ( PCB / Breadbroad)
Kabel penghubung
Resistor
Resistor variabel
Potensiometer
Penjepit buaya
Saklar puntir
Baterai

B. Desain Ohmmeter
Untuk menghasilkan arus listrik pada rangkaian, dibutuhkan beda
potensial. Satu cara untuk menghasilkan beda potensial adalah baterai. George
Simon Ohm ( 1787-1854) menentukan dengan eksperimen bahwa arus pada
kawat logam sebanding dengan beda potensial V yang diberikan keujung-
ujungnya:
IV (Giancoli,1998: 67)

17
18

Desain ohmmeter ini menggunakan baterai kecil untuk menahan arus


listrik. Salah satu masalah utama dengan desain ini adalah ketergantungan
pada tegangan baterai yang stabil untuk membaca resistensi akurat. Jika
tegangan baterai menurun (karena semua baterai kimia dengan usia dan
penggunaan), skala ohmmeter akan kehilangan akurasi. Bila tegangan baterai
menurun, PMMC tidak akan lagi membelokkan skala penuh ke kanan ketika
di uji.
Gambar rangkaian alat ukur Ohmmeter tipe seri yang dirancang
sebagai berikut:

RA A
RB
R1 Rc Rx
Rm E B

Gambar 3.1 Desain Rangkaian Ohmmeter Tipe Seri

C. Diagram Blok Rangkaian Ohmmeter Tipe Seri

Tahanan yang ingin di ukur

Gambar 3.2 Diagram blok rangkaian ohmmeter tipe seri


19

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pemotretan Ohmmeter

Gambar 4.1 Ohmmeter rakitan

B. Prinsip Kerja Ohmmeter


Jika Rx = 0, terminal A dan B dihubung singkat dan arus paling besar
mengalir dalam rangkaian. Pada kondisi ini tahanan shunt R 2 diatur sampai
jarum penunjuk menunjukkan skala penuh ( arus Idp ) dan posisi ini ditandai
dengan 0 ohm. Jika R x = , terminal A dan B hubungan terbuka, dan
arus didalam rangkaian menjadi nol, sehingga jarum menunjukkan arus nol
dan posisi ini ditandai dengan pada skala. Tanda skala diantara 0 dan
dapat ditentukan dengan menghubungkan beberapa tahanan Rx yang berbeda,
yang nilainya sudah diketahui.

C. Perhitungan Rangkaian Ohmmeter Tipe Seri


Rm = 640
Idp = 0,4 mA
V =3V
a. Skala yang diinginkan 1000 ( Rh )
Arus total pada defleksi skala penuh
E 3
It = = =0,003 A=3 mA
Rh 1000

19
20

Arus melalui tahanan pengatur nol ( R2 )


I 2 =I t I dp=3 mA 0,4 mA =2,6 mA
I xR 0,4 x 640
R2= dp m = =98,46
I2 2,6
Tahanan paralel gerakan dan shunt (Rp )
R xR 98,46 x 640
R p= 2 m = =85,33
R 2+ R m 98,46+640
Jadi nilai tahanan pembatasnya adalah
R2=Rh R p=100085,33=914,67

b. Skala yang diinginkan 100 ( Rh )

Arus total pada defleksi skala penuh


E 3
It = = =0,03 A=30 mA
Rh 100
Arus melalui tahanan pengatur nol ( R2 )
I 2 =I t I dp=30 mA 0,4 mA =29,6 mA
I dp x R m 0,4 x 640
R 2= = =8,65
I2 29,6
Tahanan paralel gerakan dan shunt (Rp )
R2 x Rm 8,65 x 640
R p= = =8,53
R 2+ R m 8,65+ 640
Jadi nilai tahanan pembatasnya adalah
R2=Rh R p=1008,53=91,47

c. Skala yang diinginkan 10 ( Rh )

Arus total pada defleksi skala penuh


E 3
It = = =0,3 A=300 mA
Rh 10
Arus melalui tahanan pengatur nol ( R2 )
I 2 =I t I dp=300 mA0,4 mA =299,6 mA
I dp x R m 0,4 x 640
R 2= = =0,85
I2 299,6
Tahanan paralel gerakan dan shunt (Rp )
21

R2 x Rm 0,85 x 640
R p= = =0,85
R 2+ R m 0,85+ 640
Jadi nilai tahanan pembatasnya adalah
R2=Rh R p=10000,85=9,15

D. Hasil Pengukuran dalam Beberapa Skala Ukur


1. Pada skala 1000
Resistor yang diukur 330

Gambar 4.2 Penunjukkan skala pada pengukuran resistor 330

Resistor yang diukur 1000

Gambar 4.3 Penunjukkan skala pada pengukuran resistor 100 0


Resistor yang diukur 2000
22

Gambar 4.4 Penunjukkan Skala pada pengukuran resistor 2000

Resistor yang diukur 5000

Gambar 4.5 Penunjukkan Skala pada pengukuran resistor 5000

Resistor yang diukur 10000

Gambar 4.6 Penunjukkan Skala pada pengukuran resistor 10000

2. Pada skala 100


Resistor yang diukur 150
23

Gambar 4.7 Penunjukkan Skala pada pengukuran resistor 150

Resistor yang diukur 330

Gambar 4.8 Penunjukkan Skala pada pengukuran resistor 330

Resistor yang diukur 1000

Gambar 4.9 Penunjukkan Skala pada pengukuran resistor 1000


E. Pembahasan
Desain ohmmeter yang dibuat adalah ohmmeter tipe seri yang
mengandung sebuah gerak darsonal yang dihubungkan dengan sebuah
24

tahanan dan baterai ke sepasang terminal untuk hubungan ke tahanan yang


tidak diketahui ( Cooper, Wiliam David : 1999 ). Ohmmeter tipe seri yang
dibuat menggunakan tiga pengali. Pengali pertama atau tahanan pembatas
arus R1 pada skala yang diinginkan (Rh) 1000 adalah 914,67 . Pengali
kedua atau tahanan pembatas arus R1 pada skala yang diinginkan (Rh) 100
adalah 91,47 . Pengali ketiga atau tahanan pembatas arus R 1 untuk skala
yang diinginkan ( Rh ) 10 adalah 9,15 . Tahanan R1 menggunakan resistor
varibel jenis trimpot. Tahanan R2 yaitu pengatur nolnya menggunakan resistor
variabel jenis potensio dengan nilai hambatan maksimumnya 10 k. Setelah
ohmmeter selesai dibuat dilakukan pengujian terhadap ohmmeter ini.
Dari hasil pengamatan di dapat bahwa ohmmeter yang dibuat sudah
bisa digunakan untuk mengukur nilai hambatan. Pada pengujian ohmmeter
dengan pengali 1000 dapat mengukur nilai hambatan dari 330 sampai
10.000 . Pada pengali 100 alat ini bisa untuk mengukur 150 sampai
1000 . Tetapi untuk pengukuran nilai hambatan yang kecil belum bisa
terlihat, karena perubahan skalanya sangat kecil. Kemungkinan belum
terlihatnya skala kecil ini karena tahanan dalam darsonal ( R m ) yang
digunakan sangat besar yaitu 640 . Tahanan dalam darsonal yang
digunakan adalah untuk pengukuran voltmeter, karena tahanan dalam
darsonal khusus untuk ohmmeter tidak tersedia di pasaran.
25

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa desain
alat ukur ohmmeter belum layak untuk digunakan dalam pengukuran. Dalam
pengukuran dengan resistor yang nilai hambatannya kecil jarum masih
menunjukkan pada angka nol ( 0 ) atau belum terlihat. Sedangkan untuk
resistor dengan nilai hambatan besar ohmmeter sudah bisa di ukur. Faktor
yang mempengaruhi penunjukkan ini disebabkan oleh hambatan dalam
darsonalnya yang terlalu besar. Kami menggunakan skala voltmeter, karena
di dalam pasarannya tidak ada skala untuk ohmmeter sendiri.

B. Saran
Dari kesimpulan maka kami menyarankan agar menggunakan
hambatan dalam darsonalnya yang kecil. Dalam penentuan untuk mencari
tahanan pembatas arus harus benar-benar teliti agar hasil yang diperoleh juga
teliti.

25
26

DAFTAR PUSTAKA

Cooper, Wiliam D.. 1999. Instrumentasi Elektronik dan Teknik Pengukuran.


Jakarta: Erlangga
Giancoli, C. Douglas. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga
http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2144298-hambatan-listrik-dan
pengukuran
http://www.sisilain.net/2010/10/pengertian-dan-fungsi-multimeter.html
http://www.alatuji.com/article/detail/45/multimeter
http://www.mediabali.net/listrik_dinamis/voltmeter.html
27

LAPORAN DESAIN ALAT UKUR OHMMETER

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Desain Alat Ukur


Dosen Pengampu: Didik Aryanto, M.si

Oleh :
1. Affan Fathor 08330166
2. Ayu Mustikasari 08330171
3. Dwiyana Novita 08330175
4. Okki Febriliani Isaura 08330191
5. Sri Yuliana 08330199

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
IKIP PGRI SEMARANG
2012
28

ABSTRAK

Affan Fathor, dkk. 2012. Laporan Desain Alat Ukur Ohmmeter. Laporan,
Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam IKIP PGRI SEMARANG.
Dosen pengampu : Didik Aryanto, M.si
Kata Kunci : Ohmmeter, Alat ukur, analog.
Laporan ini bertujuan untuk mendesain dan merancang sebuah alat ukur
elektronik untuk mengukur tahanan hambatan listrik suatu rangkaian dimana
penunjukkan hasil ukur ditunjukkan secara analog dan menjelaskan keseluruhan
urutan prinsip kerja dari rangkaian ohmmeter dan output yang dihasilkan.
Ohmmeter adalah alat ukur listrik yang digunakan untuk mengukur hambatan.
Desain ohmmeter yang dibuat bertipe seri, karena dalam pengoperasiannya lebih
mudah dan dapat mengukur nilai hambatan yang besar. Komponen yang
digunakan adalah alat ukur PMMC, resistor variabel, baterai dan saklar putar.
Hasil dari desain alat ini berupa ohmmeter analog yang mempunyai tiga pengali.
Pengali pertama atau tahanan pembatas arus R 1 pada skala yang diinginkan (Rh)
1000 adalah 914,67 . Pengali kedua atau tahanan pembatas arus R1 pada skala
yang diinginkan (Rh) 100 adalah 91,47 . Pengali ketiga atau tahanan pembatas
arus R1 untuk skala yang diinginkan ( R h ) 10 adalah 9,15 . Tahanan R1
menggunakan resistor varibel jenis trimpot. Tahanan R2 yaitu pengatur nolnya
menggunakan resistor variabel jenis potensio. Setelah ohmmeter selesai dibuat
dilakukan pengujian terhadap ohmmeter ini. Pengujian alat ini yaitu dibandingkan
dengan alat yang sudah ada yaitu multimeter analog. Pengujiannya menggunakan
resistor 150 , 330 , 1000 , 2000 , 5000 dan 10.000 . Hasil ini sudah
sesuai dengan alat yang sudah ada untuk pengukuran bilai hambatan yang besar,
namun untuk pengukuran nilai hambatan yang kecil belum bisa terlihat, karena
perubahan skalanya sangat kecil.

ii
29

DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Abstrak.............................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
Daftar Gambar.................................................................................................. iv
Bab I Pendahuluan............................................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1

B. Batasan Masalah............................................................................ 2

C. Rumusan Masalah.......................................................................... 3

D. Tujuan............................................................................................ 3

E. Manfaat ......................................................................................... 3
Bab II Landasan Teori....................................................................................... 5
A. Pengertian Ohmmeter.................................................................... 5

B. Rangkaian Dasar Ohmmeter.......................................................... 6

C. Mengukur Resistansi Ohmmeter................................................... 10

D. Kalibrasi Ohmmeter....................................................................... 13

E. Komponen-komponen Rangkaian Ohmmeter............................... 13


Bab III Metodologi........................................................................................... 17
A. Alat dan Bahan............................................................................... 17

B. Desain Ohmmeter.......................................................................... 17

C. Diagram Blok Rangkaian Ohmmeter Tipe Seri............................. 18


Bab IV Hasil dan Pembahasan.......................................................................... 19
A. Hasil Pemotretan Ohmmeter.......................................................... 19

B. Prinsip Kerja Ohmmeter................................................................ 19

C. Perhitungan Ohmmeter Tipe Seri.................................................. 19

D. Hasil Pengukuran dalam Beberapa Skala Ukur............................. 21

E. Pembahasan................................................................................... 24
30

BabV Penutup................................................................................................... 25
A. Kesimpulan.................................................................................... 25

B. Saran.............................................................................................. 25
Daftar Pustaka................................................................................................... 26

iii

iii
31

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rangkaian Ohmmeter Tipe Seri.................................................... 6


Gambar 2.2 Rangkaian Ohmmeter Tipe Shunt................................................. 8
Gambar 2.3....................................................................................................... 10
Gambar 2.4....................................................................................................... 11
Gambar 2.5....................................................................................................... 12
Gambar 2.6 Kalibrasi Ohmmeter Analog......................................................... 13
Gambar 2.7 Resistor Tetap................................................................................ 15
Gambar 2.8 Resistor Jenis Trimpot.................................................................. 15
Gambar 2.9 Resistor Jenis Potensio.................................................................. 15
Gambar 2.10 Resistor Non Linier..................................................................... 16
Gambar 3.1 Desain Rangkaian Ohmmeter Tipe Seri........................................ 18
Gambar 3.2 Diagram Blok Rangkaian Ohmmeter........................................... 18
Gambar 4.1 Ohmmeter Rakitan........................................................................ 19
Gambar 4.2 Penunjukkan Skala pada pengukuran resistor 330 ................... 21
Gambar 4.3 Penunjukkan Skala pada pengukuran resistor 1000 ................. 21
..........................................................................................................................
Gambar 4.4 Penunjukkan Skala pada pengukuran resistor 2000 ................. 22
Gambar 4.5 Penunjukkan Skala pada pengukuran resistor 5000 ................. 22
Gambar 4.6 Penunjukkan Skala pada pengukuran resistor 10000 ............... 22
Gambar 4.7 Penunjukkan Skala pada pengukuran resistor 150 ................... 23
Gambar 4.8 Penunjukkan Skala pada pengukuran resistor 330 ................... 23
Gambar 4.9 Penunjukkan Skala pada pengukuran resistor 1000 ................. 23

iv

Anda mungkin juga menyukai