BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ilmu pengukuran listrik merupakan bagian integral dari ilmu fisika.
Umummnya di dalam pengukuran dibutuhkan instrumen sebagai suatu cara
fisis untuk menentukan suatu besaran (kuantitas) atau variabel. Instrumen
tersebut membantu peningkatan ketrampilan manusia dan dalam banyak hal
memungkinkan seseorang untuk menentukan nilai dari suatu besaran yang
tidak diketahui. Tanpa bantuan instrumen tersebut, manusia tidak dapat
menentukannya. Dengan demikian, sebuah instrumen dapat didefinisikan
sebagai sebuah alat yang digunakan untuk menentukan nilai atau besaran dari
suatu kuantitas atau variabel ( Cooper, Wiliam David : 1999 ).
Instrumen elektronik didasarkan pada prinsip-prinsip listrik atau
elektronika dalam pemakaiannya sebagai alat ukur elektronik. Alat ukur
listrik adalah alat yang digunakan untuk mengukur besaran-besaran listrik
seperti kuat arus listrik (I), beda potensial listrik (V), hambatan listrik (R),
daya listrik (P), dan lain-lain. Alat ukur listrik ini ada yang berupa alat ukur
analog dan ada juga yang berupa alat ukur digital.
Untuk menghasilkan arus listrik pada rangkaian, dibutuhkan beda
potensial. Satu cara untuk menghasilkan beda potensial adalah dengan
baterai. George Simon Ohm ( 1787-1854 ) menentukan dengan eksperimen
bahwa arus pada kawat logam sebanding dengan beda potensial V yang
diberikan ke ujung-ujungnya : I V. ( Giancoli, Douglas C. : 2001 ). Setiap
benda mempunyai tahanan, yaitu suatu kemampuan untuk menahan
mengalirkan arus listrik di dalam benda itu. Arus listrik yang mengalir
melalui kawat pijar di dalam lampu dan kawat-kawat penghantar listrik
lainnya juga mengalami hambatan atau tahanan. Dengan adanya hambatan ini
maka arus yang mengalir berkurang. Makin tinggi hambatan ini, makin kecil
arus untuk suatu tegangan V. Maka hambatan berbanding terbalik dengan arus
yang mengalir. Ketika digabungkan hal ini dan kesebandingan di atas, maka,
1
2
V
I=
R
di mana R adalah hambatan kawat atau suatu alat lainnya, V adalah beda
potensial yang melintasi alat tesebut, dan I adalah arus yang mengalir
padanya. Hubungan ini dapat di tulis V = IR dan dikenal sebagai hukum Ohm.
( Giancoli, Douglas C. : 2001 ).
Alat yang digunakan untuk mengukur hambatan disebut Ohmmeter.
Besarnya satuan hambatan yang diukur oleh alat ini dinyatakan dalam ohm.
Alat ohmmeter ini menggunakan galvanometer untuk mengukur besarnya
arus listrik yang lewat pada suatu hambatan listrik (R), yang kemudian
dikalibrasikan ke satuan ohm.
Ohmmeter yang beredar di pasaran umumnya tergabung pada
multimeter (dengan voltmeter dan ammeter) yang digunakan untuk mengukur
resistansi suatu komponen. Ada dua jenis multimeter yang beredar di psaran
yaitu jenis analog dan digital. Jika pengukuran dilakukan dengan multimeter
analog, hasil pengukuran dapat dilihat melalui pergerakan jarum meter di atas
skala yang sesuai dengan selektor yang dipilih. Usahakan jarum positif dan
jarum negatif pada multimeter analog jangan sampai terbalik saat pengukuran
tegangan DC (Direct Current), disamping itu pemilihan selektor dan skala
pun harus tepat karena dapat mengakibatkan rusaknya alat ukur tersebut.
Multimeter digital, meskipun lebih mahal tetapi relatif lebih aman saat probe
terbalik atau saat selektor berada pada nilai terendah. Hasil pengukuran pun
lebih mudah terlihat karena tampil pada display 7 segment seperti halnya
kalkulator.
B. BATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,
ternyata permasalahan yang ada masih kompleks. Oleh karena itu, ada
pembatasan masalah yang akan diuraikan dalam laporan ini, yaitu sebagai
berikut :
3
1. Alat ukur Ohmmeter yang dibahas disini adalah salah satu bentuk aplikasi
dari kumparan putar magnet permanen (PMMC) yang mana komponen
tersebut terdiri dari kumparan, magnet, serta pegas spiral.
2. Alat ukur ohmmeter yang dibuat oleh penyusun adalah Ohmmeter analog
dengan tipe rangkaian seri.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana desain dan perancangan dari alat ukur Ohmmeter analog tipe
seri?
2. Bagaimana prinsip kerja alat ukur Ohmmeter dan output yang dihasilkan?
D. TUJUAN
Penulisan laporan ini bertujuan untuk:
1. Mendesain dan merancang sebuah alat ukur elektronik untuk mengukur
tahanan hambatan listrik suatu rangkaian dimana penunjukkan hasil ukur
ditunjukkan secara analog.
2. Menjelaskan keseluruhan urutan prinsip kerja dari rangkaian ohmmeter
dan output yang dihasilkan.
E. MANFAAT
Penulisan laporan ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Penyusun, dapat mengetahui ohmmeter, baik desainnya, cara pembuatan,
prinsip kerjanya, bagianbagiannya maupun manfaatnya dalam
kehidupan seharihari.
2. Tenaga pendidik, memudahkan dalam pembelajaran mengenai fisika,
salah satunya pada bahasan tentang alat ukur listrik, khususnya alat ukur
hambatan listrik yaitu ohmmeter.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Ohmmeter
Ohmmeter adalah suatu alat listrik yang digunakan untuk mengukur
hambatan listrik. Walaupun punya batasan, ohmmeter banyak digunakan di
toko dan di laboraturium untuk mengukur resistansi dari komponen dan untuk
menentukan kesalahan pada suatu rangkaian. Selain itu, ohmmeter juga bisa
digunakan untuk mengetahui kondisi suatu komponen semikonduktor seperti
dioda dan transisitor.
Desain asli dari ohmmeter menggunakan baterai kecil untuk menahan
arus listrik. Ini menggunakan galvanometer untuk mengukur arus listrik
melalui hambatan. Skala dari galvanometer ditandai pada ohm, karena voltase
tetap dari baterai memastikan bahwa hambatan menurun, arus yang melalui
galvanometer akan meningkat. Ohmmeter membentuk sirkuit sendiri, karena
itu mereka tidak dapat digunakan dalam sebuah sirkuit yang dirakit. Jenis
yang lebih akurat dari ohmmeter memiliki sirkuit elektronik yang melewati
arus konstan (I) melalui perlawanan, dan lain sirkuit yang mengukur tegangan
(V) di perlawanan. Menurut persamaan yang berasal dari Hukum Ohm, nilai
resistansi (R).
Alat ukur Ohmmeter dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
a. Ohmmeter analog
Ohmmeter analog adalah ohmmeter yang hasil pengukurannya
ditunjukkan oleh penunjuk di skala yang tertera. Usahakan jarum positif
dan jarum negatif pada ohmmeter analog tidak terbalik saat pengukuran
tegangan DC (Direct Current), disamping itu pemilihan selektor dan
skala pun harus tepat karena dapat mengakibatkan rusaknya alat ukur
tersebut.
b. Ohmmeter digital
Ohmmeter digital adalah ohmmeter yang hasil pengukurannya
ditunjukkan langsung pada angka ( display 7 segmen ).
5
6
R1
R2
Rx
Rm
Tahanan total ke baterai adalah 2 Rh, dan arus baterai yang dibutuhkan
untuk memberikan defleksi setengah skala :
E
I h= 2
2 Rh
R1
Rx
Rm
EI dp R m E
R 1= atau R 1= Rm 10
I dp I dp
[ ]
E Rm
I m= x
( Rm + R x )
R1 +
{ Rm Rx
( Rm + R x ) }
E Rx
I m= 11
R 1 R m + R x ( R 1+ R m )
Perdefinisi :
R1 Rm
R p= 13
R1 + Rm
Gambar 2.4
3. Seperti tampak pada gambar 2.4 (b), hubungkan kedua probe (penunjuk)
dari ohmmeter melintasi komponen yang diukur. Penjepit hitam dan merah
dari ohmmeter boleh ditukar-tukar posisinya untuk mengukur resistor
tersebut. Namun ada beberapa ohmmeter dimana posisi penjepit merah dan
hitamnya mempengaruhi pembacaan nilai resistansi.
4. Pastikan bahwa skala range pembcaan ohmmeter dipilih secara tepat,
sehingga hasil pembacaannya akurat. Misal, walaupun multimeter digital
(DMM) dapat membaca niai resistor yang mempunyai nilai resistansi
sebesar 1.2 k pada skala range 2 M, ohmmeter yang sama akan
memperoleh pembacaan digit yang lebih akurat (detail) sehingga
pembacaannya lebih presisi ketika dipilih skala range 2-k. Untuk yang
analog, akurasi pembacaan yang terbaik diperoleh apabila jarum
penunjuknya berada di tengah-tengah skala pembacaan.
5. Ketika anda telah selesai menggunakan ohmmeter, matikan ohmmeter
tersebut. Karena ohmmeter menggunakan baterai internal untuk
mendeteksi arus, apabila kedua probe tidak sengaja bersentuhan, maka
baterai multimeter anda akan tersedot.
12
Gambar 2.5
2. Baterai
Baterai adalah alat listrik-kimiawi yang menyimpan energi dan
mengeluarkan tenaganya dalam bentuk listrik. Sebuah baterai biasanya
terdiri dari 3 komponen yaitu batang karbon sebagai anoda ( kutub
posistif ), seng sebagai katode ( kutub negatif ) dan pasta sebagai
elektrolit ( penghantar ).
Baterai digunakan dalam pembuatan alat ukur ohmmeter. Fungsi
dari baterai ini sebagai sumber tegangan dan menahan arus listrik. Daya
baterai bekerja dengan baik untuk ohmmeters. Hanya perlu tegangan DC
sehingga tidak perlu menggunakan sebuah catu daya AC. Ohmmeter
yang akan di desain menggunakan baterai 3 volt untuk menjalankan
sebuah ohmmeter. Dengan adanya baterai ini maka pada saat di
kalibrasikan penunjukkan skala penuh ke kanan, karena melawan arus.
3. Resistor
Resistor adalah komponen elektronik dua kutub yang didesain
untuk menahan arus listrik dengan memproduksi tegangan listrik di
antara kedua kutubnya, nilai tegangan terhadap resistansi berbanding
dengan arus yang mengalir, berdasarkan hukum Ohm:
V
V =I R atau I =
R
Resistor merupakan komponen elektronika berjenis pasif yang
mempunyai sifat menghambat arus listrik. Satuan nilai dari resistor
adalah ohm, biasa disimbolkan .
15
c. Resistor non linier yaitu resistor yang nilai hambatannya tidak linier
karena pengaruh faktor lingkungan misalnya suhu dan cahaya.
Bentuk resistor non linier misalnya PTC, LDR dan NTC.
BAB III
METODOLOGI
B. Desain Ohmmeter
Untuk menghasilkan arus listrik pada rangkaian, dibutuhkan beda
potensial. Satu cara untuk menghasilkan beda potensial adalah baterai. George
Simon Ohm ( 1787-1854) menentukan dengan eksperimen bahwa arus pada
kawat logam sebanding dengan beda potensial V yang diberikan keujung-
ujungnya:
18
IV (Giancoli,1998: 67)
Desain ohmmeter ini menggunakan baterai kecil untuk menahan arus
listrik. Salah satu masalah utama dengan desain ini adalah ketergantungan
17
pada tegangan baterai yang stabil untuk membaca resistensi akurat. Jika
tegangan baterai menurun (karena semua baterai kimia dengan usia dan
penggunaan), skala ohmmeter akan kehilangan akurasi. Bila tegangan baterai
menurun, PMMC tidak akan lagi membelokkan skala penuh ke kanan ketika
di uji.
Gambar rangkaian alat ukur Ohmmeter tipe seri yang dirancang
sebagai berikut:
RA A
RB
R1 Rc Rx
Rm E B
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
19
20
R2 x Rm 0,85 x 640
R p= = =0,85
R 2+ R m 0,85+ 640
Jadi nilai tahanan pembatasnya adalah
R2=Rh R p=10000,85=9,15
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa desain
alat ukur ohmmeter belum layak untuk digunakan dalam pengukuran. Dalam
pengukuran dengan resistor yang nilai hambatannya kecil jarum masih
menunjukkan pada angka nol ( 0 ) atau belum terlihat. Sedangkan untuk
resistor dengan nilai hambatan besar ohmmeter sudah bisa di ukur. Faktor
yang mempengaruhi penunjukkan ini disebabkan oleh hambatan dalam
darsonalnya yang terlalu besar. Kami menggunakan skala voltmeter, karena
di dalam pasarannya tidak ada skala untuk ohmmeter sendiri.
B. Saran
Dari kesimpulan maka kami menyarankan agar menggunakan
hambatan dalam darsonalnya yang kecil. Dalam penentuan untuk mencari
tahanan pembatas arus harus benar-benar teliti agar hasil yang diperoleh juga
teliti.
25
26
DAFTAR PUSTAKA
Oleh :
1. Affan Fathor 08330166
2. Ayu Mustikasari 08330171
3. Dwiyana Novita 08330175
4. Okki Febriliani Isaura 08330191
5. Sri Yuliana 08330199
ABSTRAK
Affan Fathor, dkk. 2012. Laporan Desain Alat Ukur Ohmmeter. Laporan,
Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam IKIP PGRI SEMARANG.
Dosen pengampu : Didik Aryanto, M.si
Kata Kunci : Ohmmeter, Alat ukur, analog.
Laporan ini bertujuan untuk mendesain dan merancang sebuah alat ukur
elektronik untuk mengukur tahanan hambatan listrik suatu rangkaian dimana
penunjukkan hasil ukur ditunjukkan secara analog dan menjelaskan keseluruhan
urutan prinsip kerja dari rangkaian ohmmeter dan output yang dihasilkan.
Ohmmeter adalah alat ukur listrik yang digunakan untuk mengukur hambatan.
Desain ohmmeter yang dibuat bertipe seri, karena dalam pengoperasiannya lebih
mudah dan dapat mengukur nilai hambatan yang besar. Komponen yang
digunakan adalah alat ukur PMMC, resistor variabel, baterai dan saklar putar.
Hasil dari desain alat ini berupa ohmmeter analog yang mempunyai tiga pengali.
Pengali pertama atau tahanan pembatas arus R 1 pada skala yang diinginkan (Rh)
1000 adalah 914,67 . Pengali kedua atau tahanan pembatas arus R1 pada skala
yang diinginkan (Rh) 100 adalah 91,47 . Pengali ketiga atau tahanan pembatas
arus R1 untuk skala yang diinginkan ( Rh ) 10 adalah 9,15 . Tahanan R1
menggunakan resistor varibel jenis trimpot. Tahanan R2 yaitu pengatur nolnya
menggunakan resistor variabel jenis potensio. Setelah ohmmeter selesai dibuat
dilakukan pengujian terhadap ohmmeter ini. Pengujian alat ini yaitu dibandingkan
dengan alat yang sudah ada yaitu multimeter analog. Pengujiannya menggunakan
resistor 150 , 330 , 1000 , 2000 , 5000 dan 10.000 . Hasil ini sudah
sesuai dengan alat yang sudah ada untuk pengukuran bilai hambatan yang besar,
namun untuk pengukuran nilai hambatan yang kecil belum bisa terlihat, karena
perubahan skalanya sangat kecil.
ii
29
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Abstrak.............................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
Daftar Gambar.................................................................................................. iv
Bab I Pendahuluan............................................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Batasan Masalah............................................................................ 2
C. Rumusan Masalah.......................................................................... 3
D. Tujuan............................................................................................ 3
E. Manfaat ......................................................................................... 3
Bab II Landasan Teori....................................................................................... 5
A. Pengertian Ohmmeter.................................................................... 5
D. Kalibrasi Ohmmeter....................................................................... 13
B. Desain Ohmmeter.......................................................................... 17
E. Pembahasan................................................................................... 24
30
BabV Penutup................................................................................................... 25
A. Kesimpulan.................................................................................... 25
B. Saran.............................................................................................. 25
Daftar Pustaka................................................................................................... 26
iii
iii
31
DAFTAR GAMBAR
iv