PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk Mengetahui definisi dari kanker paru
2. Untuk mengetahui etiologi dari kanker paru
1
3. Untuk mengetahui gejala dari kanker paru
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari kanker paru
5. Untuk mengetahui pencegahan dari kaker paru
6. Untuk mengetahui pengobatan dari kanker paru
1.3 MANFAAT
Kami berharap dari adanya penulisan makalah ini dapat memberikan
manfaat untuk teman-teman mahasiswa diantaranya :
1. Memberikan gambaran mengenai kanker paru secara umum dan terperinci.
2. Bagi mahasiswa, di manfaatkan dan digunakan oleh teman-teman sebagai
bahan referensi terkait masalah Ca paru dan penerapannya pada bidang
ilmu Kesehatan, selain itu juga dapat bermanfaat sebagai bahan referensi
untuk penelitian lebih lanjut.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
besar didaerah perkotaan sebagai akibat penumpukan polutan dan emisi
kendaraan.
c. Polusi lingkungan kerja
Pada keadaan tertentu, karsinoma bronkogenik tampaknya
merupakan suatu penyakit akibat polusi di lingkungan kerja. Dari
berbagai bahaya industri, yang paling berbahaya adalah asbes yang kini
banyak sekali diproduksi dan digunakan pada bangunan.
d. Rendahnya asupan vitamin A
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa perokok yang
dietnya rendah vitamin A dapat memperbesar resiko terjadinya kanker
paru. Hipotesis ini didapat dari berbagai penelitian yang menyimpulkan
bahwa vitamin A dapat menurunkan resiko peningkatan jumlah sel-sel
kanker. Hal ini berkaitan dengan fungsi utama vitamin A yang turut
berperan dalam pengaturan diferensiasi sel.
e. Iradiasi
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di
Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 %
meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif
dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
f. Genetik
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam
kanker paru, yakni :
1) Proton oncogen.
2) Tumor suppressor gene.
3) Gene encoding enzyme.
C. Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
4
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa
batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat
terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan
adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke
struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,
pericardium, otak, tulang rangka.
(https://www.academia.edu/23342755/askep_ca_paru)
D. Manifestasi klinis
Gambaran klinis penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari
penyakit paru lainnya, terdiri atas keluhan subjectif dan gejala objectif.
Keluhan utama dapat berupa:
1. Batuk-batuk dengan atau tanpa dahak
2. Batuk darah
3. Sesak napas
4. Suara serak
5. Sulit atau sakit menelan
Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat
metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat
di otak. Adapun gejala dan keluhan yang tidak khas antara lain:
1. Berat badan berkurang
2. Nafsu makan hilang
3. Demam hilang timbul
4. Sindrom paraneoplastik, trombosis vena perifer, dan neuropatia
(Sofi Ariani, Stop Kanker, Yogyakarta: Istana Media. 2015. Hal:98)
5
E. Komplikasi
Prognosis buruk. Angka bertahan sampai 5 tahun untuk semua jenis
kanker paru hanya 13%. Sebagian jenis kanker paru bahkan memiliki
prognosis yang lebih buruk. Sebagai contoh, karsinoma oat cell memiliki
angka bertahan hidup kurang dari 5%, yaitu 2 tahun setelah diagnosis.
(Elizabeth, Buku Saku : Patofisiologi, Jakarta : EGC. 2009. Hal 578)
Berbagai komplikasi dapat terjadi dalam penatalaksanaan kanker paru.
Reseksi bedah dapat mengakibatkan gagal napas, terutama ketika sistem
janutng paru terganggu sebelum pembedahan di lakukan. Terapi radiasi
dapat mengakibatkan penurunan fungsi jantung paru. Fibrosis paru,
pericarditis, myelitis, dan korpulmonal adalah sebagian dari komplikasi
yang di ketahui. Kemoterapi, terutama dalam kombinasi dengan terapi
radiasi, dapat menyebabkan pneumonitis. Toksisitas paru dan leukemia
adalah potensial efek samping dari kemoterapi.
Perawat menjelaskan pasien dan keluarganya tentang potensial efek
samping dari rencana pengobatan spesifik dan strategi untuk mengatasinya.
Penatalaksanaan gejala akan memabantu pasien menghadapi tindakan
terapeutik. (Smeltzer, Suzanne C, Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Jakarta : EGC. 2001. Hal 631)
F. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Indikasi pembedahan pada kanker paru adalah untuk stadium I dan
II. Indikasi lain adalah bila ada kegawatan yang memerlukan intervensi
bedah, seperti kanker paru dengan sindroma vena kava superior berat
2. Radioterapi
Radioterapi pada kanker paru dapat menjadi terapi kuratif atau
paliatif. Pada terapi kuratif, radioterapi menjadi bagian dari kemoterapi
neoadjuvan untuk penderita Stadium IIIA. Dalam kondisi tertentu,
radioterapi saja tidak jarang menjadi alternatif terapi kuratif. Radiasi
sering merupakan tindakan darurat yang harus dilakukan untuk
6
meringankan keluhan penderita, seperti sindroma vena kava superior,
nyeri tulang akibat invasi tumor ke dinding dada dan metastasis tumor di
tulang atau otak
3. Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan pada semua kasus kanker paru. Syarat
utama adalah penentuan jenis histologis tumor dan tampilan
(performance status) yang harus lebih dari 60 menurut skala Karnosfky
atau 2 menuut skala WHO.
Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan beberapa obat
antikanker dalam kombinasi regimen kemoterapi. Pada keadaan tertentu,
penggunaan satu jenis obat anti kanker dapat dilakukan. Hal lain yang
perlu diperhatikan dalam pemberian kemoterapi adalah timbulnya efek
samping atau toksiti. Berat ringannya efek toksiti kemoterapi dapat
dinilai berdasarkan ketentuan yang dibuat WHO.
4. Cara lainnya
a. Imunoterapi. Ada beberapa cara dan obat yang dapat digunakan
meskipun belum ada hasil penelitian di Indonesia yang menyokong
manfaatnya
b. Hormonoterapi. Ada beberapa cara dan obat yang dapat digunakan
meskipun belum ada hasil penelitian di Indonesia yang menyokong
manfaatnya
c. Terapi gen. Teknik dan manfaat pengobatan ini masih dalam
penelitian. (Sofi Ariani, Stop Kanker, Yogyakarta: Istana Media.
2015. Hal:98-100)
G. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Arif Muttaqin (2008: 202) pemeriksaan diagnostik pada kanker
paru meliputi :
a. Pemeriksaan radiologi
Nodula soliter terbatas yang disebut coin lesion pada radiogram
dada sangat penting dan mungkin merupakan petunjuk awal untuk
7
mendeteksi adanya karsinoma bronkogenik meskipun dapat juga
ditemukan pada banyak keadaan lainnya. Penggunaan CT
scan mungkin dapat memberikan bantuan lebih lanjut dalam
membedakan lesi-lesi yang dicurigai.
b. Bronkhoskopi
Bronkhoskopi yang disertai biopsi adalah teknik yang paling baik
dalam mendiagnosis karsinoma sel skuomosa yang biasanya terletak
didaerah sentral paru. Pelaksanaan bronkhoskopi yang paling sering
adalah menggunakan bronkhoskopi serat optik. Tindakan ini bertujuan
sebagai tindakan diagnostik, caranya dengan mengambil sampel
langsung ketempat lesi untuk dilakukan pemeriksaan sitologi.
c. Sitologi
Biopsi kelenjar skalenus adalah cara terbaik untuk mendiagnosis
sel-sel kanker yang tidak terjangkau oleh bronkhoskopi. Pemeriksaan
sitologi sputum, bilasan bronkhus, dan pemeriksaan cairan pleura juga
memainkan peranan penting dalam rangka menegakkan diagnosis
kanker paru. Pemeriksaan histology maupun penetapan stadium
penyakit sangat penting untuk menentukan prognosis dan rencana
pengobatan. Penetuan stadium kanker paru terbagi dua, yakni
pembagian stadium dari segi anatomis untuk menentukan luasnya
penyebaran tumor dan kemungkinannya untuk dioperasi; dan stadium
dari segi fisiologis untuk menentukan kemapuan klien untuk bertahan
terhadap berbagai pengobatan antitumor
d. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi
kebutuhan ventilasi.
e. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer
dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
8
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan stadium
a. CT toraks memeriksa tempat metastasis tersering yaitu hati dan
kelenjar adrenal (4%). KGB mediastinum dengan ukuran <1 cm tidak
berbahaya pada 25% pasien dan tindakan bedah tidak dibutuhkan
kecuali hasil mediastinoskopi untuk pengkuran stadium di meja
operasi positif
b. Scan tulang isotop untuk metastasis ke tulang (nyeri tulang atau
hiperkalsemia)
c. CT otak: untuk gangguan neurologis.
H. Pencegahan
Penelitian tentang rokok mengatakan bahwa lebih dari 63 jenis bahan
yang dikandung asap rokok itu bersifat karsinogenesis. Secara
epidemiologik juga terlihat kaitan kuat antara kebiasaan merokok dengan
insidens kanker paru. Oleh karena itu, menghindarkan asap rokok adalah
kunci keberhasilan pencegaha yang dapat dilakukan
Keterkaitan rokok dengan kasus kanker paru diperkuat dengan data
bahwa risiko seorang perempuan perokok pasif akan terkena kanker paru
lebih tinggi daripada mereka yang tidak terpajan kepada asap rokok.. dengan
dasar penemuan di atas adalah wajar bahwa pencegahan utam kanker paru
berupa upaya memberantas kebiasaan merokok. Menghentikan seorang
perokok aktif adalah sekaligus menyelamatkan lebih dari seorang perokok
pasif. (Sofi Ariani, Stop Kanker, Yogyakarta: Istana Media. 2015. Hal:102)
9
nyaring (wheezing), nyeri dada, lemah, berat badan menurun, dan
anoreksia merupakan keadaan yang mendukung. Beberapa faktor yang
perlu diperhatikan pada pasien tersangka kanker paru adalah factor usia,
jenis kelamin, kebiasaan merokok, dan terpapar zat karsinogen yang
dapat menyebabkan nodul soliter paru.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan kelainan-kelainan
berupa perubahan bentuk dinding toraks dan trakea, pembesaran kelenjar
getah bening dan tanda-tanda obstruksiparsial, infiltrate dan pleuritis
dengan cairan pleura.
Batuk menetap akibat sekresi cairan, mengi, dyspnea, hemoptisis
karena erosi kapiler di jalan napas, sputum meningkat dengan bau tak
sedap akibat akumulasi sel yang nekrosis di daerah obstruksi akibat
tumor, infeksi saluran pernapasan berulang, nyeri dada karena
penekanan saraf pleural oleh tumor, efusi pleura bila tumor mengganggu
dinding par, disfagia, edema daerah muka, leher dan lengan
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk :
a. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru.
Kerusakan pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau
pemeriksaan analisis gas.
b. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru
pada organ-organ lainnya.
c. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru
pada jaringan tubuh baik oleh karena tumor primernya maupun oleh
karena metastasis.
10
B. Penyimpangan KDM
C. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas
11
D. Intervensi Keperawatan
12
7) Auskultasi suara
napas, catata adanya
suara tambahan
8) Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
9) Monitor respirasi
dan status O2.
2. Definisi: NOC: NIC:
Inspirasi dan atau a Respiratory status : Airway management
ekspirasi yang tidak ventilation 1) Buka jalan nafas,
memberi ventilasi b Respiratory status : gunakan teknik chin
airway patency lift atau jaw thrust
Batasan bila perlu
karakteristik: Kriteria hasil: 2) Posisikan pasien
1) Perubaha 1) Mendemonstrasikan untuk
kedalaman batuk efektif dan memaksimalkan
pernapasan suara nafas yang ventilasi
2) Bradipneu bersih, tidak ada 3) Identifikasi pasien
3) Penurunan sianosis dan dyspnea perlunya
tekanan ekspirasi (mampu pemasanagan alat
4) Penurunan menegluarkan jalan nafas buatan
ventilasi semenit sputum, mampu 4) Lakukan fisioterapi
5) Penurunan bernafas denagn dada jika perlu
kapasitas vital mudah, tidak ada 5) Keluarkan secret
6) Peningkatan pursed lips) dengan batuk atau
diameter 2) Menunjukan jalan suction
anterior-posterior nafas yang paten 6) Auskultasi suara
7) Pernapasan (klien tidak merasa nafas, catat adanya
cuping hidung tercekik, irama nafas, suara tambahan
8) Ortopneu frekuensi pernafasan 7) Atur intake untuk
9) Pernapasan bibir dalam rentang cairan
10) Takipneu normal, tidak ada mengoptimalkan
suara nafas abnormal) keseimbangan
3) Tanda tanda vital 8) Monitor respirasi dan
dalam rentang normal status O2
(tekanan darah, nadi,
pernafasan)
3. Definisi: Noc: NIC:
Kelebihan atau a. Respiratory Status: Airway Management
deficit pada gas exchange 1) Buka jalan nafas
oksigenasi dan b. Respiratory: gunakan teknik chin
eliminasi ventilation lift atau thrust bila
karbondioksida pada c. Vital Sign Status perlu.
membrane alveolar Kriterial Hasil:
13
kapiler. 1) Mendemontsrasikan 2) Posisikan pasien
Batasan peningkatan ventilasi untuk
Karakteristik: dan oksigenasi yang memaksimalkan
1) PH darah arteri adekuat ventilasi
abnormal 2) Memelihara 3) Identifikasi pasien
2) PH areteri kebersihan paru dan perlunya
abnormal bebas dari tanda- pemasangan alat
3) Pernapasan tanda distress jalan nafas buatan.
abnormal 4) Lakukan fisioterapi
4) Warna kulit dada jika perlu.
abrnomal (mis 5) Auskultasi suara
dan pucat) nafas adanya suara
5) Sianosis pada tambahan.
neonatus saja
6) Konfusi
7) Penurunan
karbondioksida
14
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kanker paru (Ca Paru) merupakan penyebab kematian utama akibat
kanker pada pria dan wanita. Kanker paru ini meningkat dengan angka
yang lebih besar pada wanita dibandingkan pada pria dan sekarang melebihi
kanker payudara sebagai penyebab paling umum kematian akibat kanker
pada wanita.
Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat
terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah
karsinogen lingkungan terutama asap rokok. Asap rokok merupakan
penyebab utama terjadinya kanker paru. Kanker paru dapat menimbulkan
berbagai gejala klinis dan sindrom yang cukup beragam, tergantung dari
lokasi, ukuran, substansi yang dikeluarkan oleh tumor dan metastasis ke
organ yang dikenai.
Ada banyak gejala yang dari penyakit ini, gejala paling umum yang
ditemui pada penderita kanker paru adalah batuk yang terus menerus atau
menjadi hebat, dahak berdarah, berubah warna dan makin banyak, napas sesak
dan pendek-pendek, sakit kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang
tidak jelas, kehilangan selara makan atau turunnya berat badan tanpa sebab
yang jelas.
3.2 SARAN
Setelah membaca makalah ini, kami berharap kita menjadi lebih tahu dan
lebih paham tentang proses keperawatan pada sistem respirasi khususnya
tentang Kanker paru.
15
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo Aru (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta
Muttaqin Arif (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
https://www.academia.edu/23342755/askep_ca_paru
16