Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN CA PARU

Untuk Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

1. DESY AGUSTINA (1702052)


2. MUFIDAH LAELA S (1702066)
3. NUR VIDYASTUTI (1702068)
4. RATNA PUSPITA SARI (1702073)

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN


MUHAMMADIYAH KLATEN
2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan pula puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmad, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyusun makalah tentang Asuhan Keperawtaan
pada Klien dengan CA Paru.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata dari kami, kami berharap semoga makalah tentang Asuhan Keperawatan
dengan Ca Paru ini dapat memberikan manfaat dan tambahan ilmu kepada pembaca.

Klaten, 10 Oktober 2018

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria dan wanita.
Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insiden paru – paru yang mengejutkan,
America Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasus baru dalam tahun 1987
dan 136.000 meninggal. Prevalensi kanker paru di Negara maju sangat tinggi, di USA tahun
1993 dilaporkan 173.000 per tahun, di Inggris 40.000 per tahun, sedangkan di Indonesia
menduduki peringkat 4 kanker terbanyak. Di RS Kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor
paru menduduki urutan ke 3 sesudah kanker payudara dan leher rahim. Karena sistem pencatatan
kita yang belum baik, prevalensi pastinya belum diketahui. Tetapi Klinik tumor dan paru di
rumah sakit merasakan benar peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (65 %),
life time risk 1 : 13 dan pada wanita 1 : 20. Pada pria lebih besar, prevalensinya disebabkan
factor merokok yang lebih banyak pada pria. Insiden puncak kanker paru terjadi antara usia 55 -
65 tahun. ( Abdurahman Wahid,2013)

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh pengalaman secara nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan
pada klien dengan Ca Paru.
2. Tujuan khusus
Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Ca Paru.

4
BAB II
KONSEP DASAR

A. Pengertian

Tumor paru adalah tumor ganas pada paru, 95% tumor ganas ini Bronkogenik karsinoma.
(Price and Wilsons,2014)

Proses kanker paru berasal dari saluran napas sendiri yang mengalami degenerasi
maligna :

a) Sel – sel bronkus.


b) Sel – sel alveolus.
c) Sel – sel mucus
d) Jaringan ikat di luar pernapasan.

Kanker paru karsinoma bronkogenik merupakan sinonim. Bila kita menyebut kanker paru
maka yang dimaksud adalah karsinoma bronkogenik.

Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami profilerasi dalam
paru. Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru.( Price Patofisiologi,2014 ).

B. Etiologi

a. Merokok
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang
definitif telah di tegakkan antara perokok berat (lebih dari 20 batang sehari) dari kanker
paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini memiliki kecenderung 10x lebih besar
daripada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah
meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu
sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam tar dari tembakau
rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.

5
b. Radiasi
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di schneeberg dan
penambang radium di joachimsthal (lebih dari 50% meninggal akibat kanker paru)
berkaitan dengan adanya bahan radio aktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga
merupakan agen etiologi operatif.
c. Kanker paru akibat kerja
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel
(pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru-paru
hematite) dan orang-orangyang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga
mengalami peningkatan insiden.
d. Polusi udara
Mereka yang tinggal dikota mempunyai angka kaanker paru yang lebih tinggi
daripada mereka yang tinggal didesa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen
dari industri dan uap diesel dalam atmosfir dikota. (Thomas,Catatan kuliah patologi,
2013)
e. Genetik
Terdapat perubahan atau mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni
1. Protenoncogen
2. Tumor suppresor gene
3. Gene encoding enzime
f. Diet
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi detakaroten, selemium dan vitamin A
menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru. (Ilmu Penyakit Dalam, 2013)

6
C. Patofisiologi

Dari etiologi yang menyerang percabangan sekmen atau sub bronkus


menyebabkan silia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen.
Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hiperplasia
dan displasia menembus ruang pleura,biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi
langsung pada kosta dan korpus veterbra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah
satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan opstruksi dan ulserasi
bronkus dengan diikuti supurasi dibagian distal. Gejala-gejala yang timbul dapat
berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin. Wheezing unilateral dapat
terdengar pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan metastase,
khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur terdekat seperti
kelenjar limfe, dinding esofagus perikardium, otak, tulang rangka.

D. Klasifikasi

Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru :

1. Karsinoma Bronkogenik
a. Karsinoma epidermoid (skuamosa)
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk
metaplasia, atau dysplasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului
timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus ,dan menonjol kedalam bronki besar.
Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar
langsung ke kelenjar getah bening hilus,dinding dada dan mediastrium.
b. Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat)
Biasanya terletak ditengah sekitar percabangan utama bronki. Tumor ini timbul
dari sel- sel Kulchitsky ,komponen normal dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel- sel
kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke
mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen
ke organ – organ distal.

7
c. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar)
Memperlihatkan sususan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung
mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang- kadang
dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru-paru dan filorosis interstisial
kronik. Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini,
dan secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala-gejala sampai terjadinya metastasis
yang jauh.
d. Karsinoma sel besar
Merupakan sel-sel ganas yang besar dan berdifierensiasi sangat buruk dengan
sitoplasma yang besar dan ukurann ini bermacam – macam. Sel-sel ini cenderung
untuk timbul pada jaringan paru-paru perifer ,tumbuh cepat dengan penyebaran
ekstensif cepat ke tempat-tempat yang jauh.
e. Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid
f. Lain – lain
1. Tumor karsinoid (adenoma bronkus)
2. Tumor kelejar bronchial
3. Tumor papilaris dan epitel permukaan
4. Tumor campuran dan karsinosarkoma
5. Sarkoma
6. Tak terklarifikasi
7. Mesotrlioma
8. Melanoma
(Price, Patofisiologi ,2015)

8
E. Tanda dan gejala

1. Gejala awal
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi
bronkus.
2. Gejala umum
a. Batuk
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk
mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang
sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam
berrespon terhadap infeksi sekunder.
b. Hemoptitis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang
mengalami ulserasi.
c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan
(Suddoyo aru,2016)

F. Pemeriksaan diagnostik

1. Radiologi
a. Foto thorax posterior-anterior (PA) dan leteral serta tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendektesi adanya
kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat
menyataka massa udara pada bagian hilus, effuse pluera, atelektasis erosi
tulang rusuk atau veterbra.
b. Bronkhografi
Untuk melihat tumor dipercabangan bronkus
2. Laboratorium
a. Sitologi (sputum,pleura,nodus limfe)
Dilakukan untuk mengkaji adanya atau tahap karsinoma
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA

9
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan
ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit
Dapat dilakukan untuk mengefaluasi kopetensi imun (umum pada kanker
paru)
3. Histopatologi
a. Bronkoskopi
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian, dan pembersihan sitologi
lesi(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB)
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran
<2cm, sensitifitasnya mencapai 90-95%
c. Torakoskopi
Biopsi tumor didaerah pluera memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
d. Mediastimostopi
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
e. Torakotomi
Untuk diagnostik kanker paru dikerjakan bila bermacam-macam prosedur non
invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4. Pencitraan
a. CT-scaaning, untuk mengefaluasi jaringan parenkim paru dan pleura
b. MRI, untuk menujukkan mediastinum

10
G. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :

1. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
2. Paliatif
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.

3. Rawat rumah (Hospice care ) pada kasus terminal


Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
4. Supotif
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif, dan terminal seperti pemberian nutrisi, transfusi
darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.

1. Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengangkat semua jarinagan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin
fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.

a. Toraktomi eksplorasi
Untuk mengkonfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya
karsinoma, untuk melakukan biopsy.

b. Pneumonektomi pengangkatan paru


Karsinoma bronkogenik bilamana dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
c. Lobektomi (pengangkatan lobus paru )
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula
emfisematosa ; abses paru ; infeksi jamur; tumor jinak tuberkolosis
d. Resesi segmental
Merupakan pengangkatan satu atau lebih segmen paru.
e. Resesi baji

11
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang
terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji
(potongan es )
f. Dekortisasi
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura visceralis.

2. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa
juga sebagai terapi adjuvant / ppaliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti
mengurangi efek obstruksi / penekanan terhadap pembuluh darah / bronkus.

3. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil dengan metastasi luas serta untuk
melengkapi bedah atau terapi radiasi.
(Imam Suprapto,2013)

12
H. Pathway

13
BAB III
Konsep Keperawatan

1. Pengkajian
a. Identitas
Nama klien , umur, pendidikan, pekerjaan, agama, suku bangsa, dan alamat
klien.
b. Riwayat Kesehatan
1) RKS
a. Batuk produktif, dahak bersifat mukoid atau purulen,atau batuk darah
b. Malaise
c. Anorexia
d. Badan makin kurus
e. Sesak nafas pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan paru yang
makin luas
f. Nyeri dada dapat bersifat lokal atau pleuritik
2) RKD
a. Terpapar asap rokok
b. Industri asbes,uranium,kromat,arsen(insektisida),besi dan oksida besi
c. Konsumsi bahan pengawet
3) RKK
Riwayat keluarga penderita kanker

c.Kebutuhan dasar

1) makanan dan cairan

Kehilangan nafsu makan, mual / muntah, kesulitan menelan mengakibatkan


kurangnya asupan makanan,kurus kerempeng, penurunan BB, rasa haus.

14
2) eliminasi

Diare, peningkatan frekuensi, jumlah urine

3) Higiene / pemeliharaan kesehatan


Kebiasaan merokok, konsumsi bahan pengawet. Penurunan toleransi dalam
melakukan aktivitas personal hygiene
4) Aktivitas / Istirahat
Kesulitan beraktivitas, mudah lelah, susah untuk istirahat, nyeri, sesak,
kelesuan , insomnia.

d.Pengkajian Fisik

1) integumen

a. pucat atau sianosis sentral atau perifer, yang dapat dilihat pada bibir atau ujung
jari / dasar kuku menandakan penurunan perfusi perifer.

2) Kepala dan leher

a. peningkatan vena jugularis, deviasi trakea

3) Telinga

a. biasanya tak ada kelainan

4) Mata

a. pucat pada konjungtiva sebagai akibat anemia dan gangguan nutrisi

5) muka, hidung, dan ronggga mulut

a. pucat atau sianosis bibir / mukosa menandakan penurunan perfusi

b. ketidakmampuan menelan

c. suara serak

15
6) Thoraks dan paru – paru
a. Pernapasan takipnea ( 50/ menit/ lebih pada saat istirahat)
b. Napas dangkal
c. Penggunaan otot aksesori pernapasan
d. Batuk kering/ nyaring/ non produktif atau mungkin batuk terus menerus
dengan atau tanpa sputum
e. Peningkatan fremitus, krekels inspirasi atau ekspirasi
7) Sistem CV
a. Frekuensi jantung mungkin meningkat / takikardia (150/ menit atau lebih
pada saat istirahat
b. Bunyi gerakan perikardial ( pericardial effusion)
8) Abdomen
a. Bising usus meningkat / menurun\
9) Sistem urogenital
a. Peningkatan frekuensi dan jumlah urine
10) Sistem reproduksi
a. Ginekomastia,amenorhea, impotensi
11) Sistem limfatik
a. Pembesaran kelenjar limfe regional : leher, ketiak ( metastase)
12) Sistem muskuluskeletal
a. Penurunan kekuatan otot
b. Jari-jari tabuh(clubbing fingers)
13) Sistem persarafan
a. Perubahan status mental/kesadaran :
apatis,letargi,bingung,disorientasi,cemas dan depresi,kesulitan
berkonsentrasi.

16
a. Data psikologis
Kegelisahan,pertanyaan yang diulang-ulang,perasaan tidak berdaya,putus asa,emosi yang
labil,marah,sedh.
b. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan non invasif
- Sinar X(PA dan lateral),tomografi dada : menggambarkan bentuk,ukuran dan
lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus,efusi
pleura,atelektasis,erosi tulang rusuk/vertebra.
- Pemeriksaan sitologi(sputum,pleura,atau nodus limfe) : dilakukan untuk mengkaji
adanya tahap karsinoma
- Mediastinikopi : digunakan untuk pertahapan karsinoma
- Scan radioisotop : dapat dilakukan pada paru, hati, otak tulang dan organ lain
untuk bukti metasis
- Pemeriksaan fungsi paru dan GDA : dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas
untuk memenuhi kebutuhan ventilasi pasca operasi
2) Pemeriksaan invasif
a. Bronkoskopi dan biopsi dan penyikatan mukosa bronkus serta pengambilan
bilasan bronkus yang kemudian diperiksa secara patologianatomik. Bronkoskopi
serat optik : memungkinkan visualisasi, pencucian bagian dan pembersihan
sitologi lesi(besarnya karsinoma bronkogenik dapat dilihat)
b. Biopsi transtorakal dengan bimbingan USG atau CT Scan
c. Biopsi dapat dilakukan pada nodus skalen,nodus limfe hilus,atau pleura untuk
membuat diagnosa.
d. Tes kulit,jumlah absolut limfosit : dapat dilakukan untuk mengevaluasi
kompetensi imun(umum pada kanker paru).

(Andra Saferi,2014)

17
2. Diagnosa keperawatan
a. Kerusakan pertukaran gas b.d hipoventilasi
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d peningkatan jumlah/viskositas
sekret,sekresi darah
c. Nyeri akut b.d invasi sel kanker
d. Ketakutan/ansietas b.d ancaman terhadap perubahan status kesehatan,ancaman
kematian.
e. Perubahan nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolik, anoreksia, kesukaran
menelan
(Yessie Mariza,2013)

3. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan / kriteria hasil Intervensi Rasional


I Kerusakan pertukaran gas Tujuan : 1. Catat frekuensi Pernapasan
B.d hipoventilasi Setelah dilakukan ,kedalaman meningkat sebagai
intervensi keperawatan pernapasan, akibat nyeri atau
klien menunjukkan kesukaran bernapas. sebagai
perbaikan pertukaran Obeservasi mekanisme
gas penggunaan otot kompensasi awal
Kriteria hasil : bantu pernapasan, , terhadap
-Klien akan napas bibir kerusakan jaringan
menunjukkan hasil ,perubahan paru
GDA dalam rentang kulit/membran
batas normal mukosa , misalnya
-Kulit akan bebas dari pucat, sianosis.
gejala distress
pernapasan 2. Auskultasi paru Konsolidasi dan
- Klien akan berkurangnya
memperlihatkan aliran udara pada
perbaikan status mental sisi menunjukkan
area paru yang
terlibat

3. Selidiki Dapat
perubahan status menunjukkan
mental/tingkat peningkatan
kesadaran hipoksia atau

18
komplikasi seperti
pergeseran
mediastinal bila
disertai dengan
takipneau ,
takikardia ,deviasi
trakea

4. Pertahankan Obstruksi jalan


kepatenan jalan napas
napas dengan mempengaruhi
pemberian posisi, ventilasdi dan
penghisapan dan menganggu
penggunaan alat pertukaran gas
bantu pernapasan.

5. Ubah posisi Memaksimalkan


dengan sering, ekspansi paru dan
tempatkan pasien drainase sekret
dalam posisi duduk,
dan atau berbaring

6. Dorong / bantu Meningkatkan


latihan napas dalam ventilasi dan
oksigenasi
maksimal dan
mebcegah
atelektasis

7. Kaji respon klien Peningkatan


terhadap aktivitas , konsumsi
dorong periode kebutuhan oksigen
istirahat atau batasi dan stress
aktivitas sesuai mengakibatkan
toleransi klien peningkatan
dipsneau dan
perubahan tanda
vital

8. Berikan oksigen Memaksimalkan


tambahan dengan sediaan oksigen

19
humidifikasi sesuai
imdikasi

9. Pantau AGD Penurunan PO2


,oksimetri nadi. atau peningkatan
Catat kadar Hb PCO2 dapat
menunjukkan
kebutuhan untuk
dukungan
ventilasi.
Kehilangan darah
bermakna dapat
mengakibatkan
penurunan
kapasitas
pembawa oksigen

II Tak efektif bersihan jalan Tujuan : 7. Auskultasi dada Pernapasan bising


nafas B.d peningkatan Setelah dilakukan untuk karakteristik ,ronki dan mengi
jumlah/viskositas sekret, intervensi keperawatan bunyi napas dan menunjukkan
sekresi darah ,diharpkan klien adanya sekret tertahannya sekret
menunjukkan atau obstruksi
kepatenan jalan nafas jalan napas.
Kriteria hasil :
- Klien menunjukkan - Posisi duduk
bunyi nafas bersih , 8. Bantu klien dan memungkinkan
bebas bising / bunyi instruksikan untuk ekspansi paru
tambahan napas dalam dan maksimal dan
- Klien akan batuk efektif penekanan upaya
melaporkan sekret dengan posisi batuk membantu
mudah dikeluarkan duduk tinggi dan untuk
menekankan area memobilisasi/
insisi membuang sekret

Adanya sputum
9. Observasi jumlah yang kental,
dan karakter sputum berdarah, purulen,
memerlukan
pengobatan lebih
lanjut

Penghisapan
10. Lakukan peningkatan resiko
penghisapan bila hipoksia dan
batuk lemah atau kerusakan

20
ronki tidak hilang mukosa.
dengan upaya Penghisapan
batuk. Hindari trakeal dalam
penghisapan secara umum
ETT/OTT yang kontraindikasi
dalam klien pada klien
pnemonektomi bila pnemoknektomi
mungkin untuk menurunkan
resiko ruptur
jahitan bronkial

Hidrasi adekuat
11. Dorong untuk
masukan cairan meningkatkan
peroral (sedikitnya pengeluaran sekret
2500 ml/hari) dalam
toleransi jantung
Mendorong klien
12. Kaji nyeri / untuk bergerak,
ketidaknyamanan batuk lebih efektif
dan lakukan latihan ,dan napas dalam
pernapasan untuk mencegah
kegagalan
pernapasan

Memberikan
hidrasi maksimal
13. Gunakan membantu
oksigen pengenceran
humidifikasi sekret
/nebulizer
ultrasonik . Berikan
cairan tambahan
secara IV sesuai
indikasi
Menghilangkan
spasme bronkus
14.Berikan untuk
bronkodilator memperbaiki
,ekspektoran ,atau aliran udara
analgesil sesuai ,meningkatkan
indikasi pengeluaran sekret
melalui
pengenceran dan
penurunan
viskositas serta

21
penghilangan
ketidaknyamanan

(Abd,Wahid :2013)

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kanker paru (Ca Paru) merupakan penyebab kematian utama akibat kanker
pada pria dan wanita. Kanker paru ini meningkat dengan angka yang lebih besar pada
wanita dibandingkan pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara sebagai
penyebab paling umum kematian akibat kanker pada wanita.

Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru-paru
yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok. Asap rokok
merupakan penyebab utama terjadinya Ca. paru.

Ada banyak gejala yang dari penyakit ini, gejala paling umum yang ditemui pada penderita
kanker paru adalah Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat, dahak berdarah, berubah
warna dan makin banyak, napas sesak dan pendek-pendek, sakit kepala, nyeri atau retak tulang
dengan sebab yang tidak jelas, kehilangan selara makan atau turunnya berat badan tanpa sebab
yang jelas.

Kemoterapi, pembedahan dan radioterapi merupakan tindakan yang dapat dilakukan sebagai
bentuk pengendalian dari Ca. Paru

22
B. Saran

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada
saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. Apabila ada terdapat
kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang
tak luput dari salah khilaf, Alfa dan lupa.

DAFTAR PUSTAKA

Somantri Irman. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta. Penerbit Salemba Medika.

Danusantoso Halim. 2013. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran

Sudoyo Aru, dkk. 2016. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta

Muttaqin Arif. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.

Saferi,Andra.2013. KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah.Yogyakarta : Nuha Medika

Wahid, Abdurahman.2013.Keperawatan Medikal Bedah, Asuhan Keperawatan Pada Gangguan


Sistem Respirasi. Jakarta : TIM

Kapita selekta kedokteran / editor, Mansjoer arif,Ed. 3, cet.1. Jakarta :Media Aesculapius, 2015

23
Marilyn E. doenges. Mary frances Moorhouse. Alice C. Geissler. RencanaAsuhan
Keperawatan,pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Penerbit
buku kedokteran. EGC.

Aru w.sudoyo dkk. 2014. Ilmu penyakit dalam jilid III edisi V. Jakarta : internal publishing.

24

Anda mungkin juga menyukai