2. EPIDEMIOLOGI
3. ETIOLOGI
4. PATOFISIOLOGI
5. KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut WHO untuk untuk Neoplasma Pleura dan Paru –
paru (Mansjoer, 2007) :
a. Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel
termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka
panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral
sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor
jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar
langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan
mediastinum.
b. Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama
bronki.Tumor ini timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal
dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti
hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke
mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan
penyebaran hematogen ke organ – organ distal.
c. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan
dapat mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer
segmen bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan
jaringan parut local pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik.
Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada
stadium dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala –
gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh.
d. Karsinoma sel besar.
Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat
buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam –
macam. Sel – sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru –
paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat
ke tempat – tempat yang jauh.
e. Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.
f. Lain – lain.
1) Tumor karsinoid (adenoma bronkus).
2) Tumor kelenjar bronchial.
3) Tumor papilaris dari epitel permukaan.
4) Tumor campuran dan Karsinosarkoma
5) Sarkoma
6) Tak terklasifikasi.
7) Mesotelioma.
8) Melanoma.
6. GEJALA KLINIS
Manifestasi klinik pada penderita tumor paru yaitu (Mansjoer, 2007).
a. Batuk yang terus menerus dan berkepanjangan
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk
mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi
berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan
purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
b. Napas pendek-pendek dan suara parau
c. Batuk berdarah dan berdahak/Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang
mengalami ulserasi.
d. Nyeri pada dada, ketika batuk dan menarik napas yang dalam
e. Hilang nafsu makan dan berat badan
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Radiologi.
1) Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi
dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi
lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse
pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
2) Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
b. Laboratorium.
1) Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
2) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi
kebutuhan ventilasi.
3) Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada
kanker paru).
c. Histopatologi.
1) Bronkoskopi
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan
sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
2) Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer
dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
3) Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik
dengan cara torakoskopi.
4) Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening
yang terlibat.
5) Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam
– macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal
mendapatkan sel tumor.
c. Pencitraan.
1) CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan
pleura.
2) MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
8. PENATALAKSANAAN
a. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara
mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak
terkena kanker.
1) Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau
toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
2) Pneumonektomi pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi
bisa diangkat.
3) Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus,
bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi
jamur; tumor jinak tuberkulois.
4) Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
5) Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari
permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es).
6) Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura
viscelaris)
b. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan
kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor
dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan
terhadap pembuluh darah/ bronkus.
c. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor,
untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan
metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
9. KOMPLIKASI
Hematorak
Pneumotorak
Empiema
Endokarditis
Abses paru
Atelektasis
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1) Keadaan Umum: lemah, sesak yang disertai dengan nyeri dada.
2) Tanda-tanda Vital
3) Riwayat penyakit sebelumnya
Penyakit paru kronis sebelumnya yang telah mengakibatkan pembentukan
jaringan parut dan fibrosis pada jaringan paru.
4) Anamnesa dan observasi
a) Aktivitas/ istirahat.
Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan
rutin,
dispnea karena aktivitas.
Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).
b) Sirkulasi.
Gejala : JVD (obstruksi vana kava).
Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi).
Takikardi/ disritmia.
Jari tabuh.
c) Integritas ego.
Gejala : Perasaan takut, takut dilakukan pembedahan.
Menolak kondisi yang berat/ potensi keganasan.
Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.
d) Eliminasi.
Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).
Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor
epidermoid)
e) Makanan/ cairan.
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan
masukan makanan, kesulitan menelan, haus/ peningkatan masukan
cairan.
Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)
Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema wajah/
periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid).
f) Nyeri/ kenyamanan.
Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu
pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan
posisi.
Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)
Nyeri abdomen hilang timbul.
g) Pernafasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau
produksi sputum, nafas pendek
Pekerja yang terpajan polutan, debu industri
Serak, paralysis pita suara.
Riwayat merokok: Perokok berat dan kronis
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja
Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi)
Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara),
krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang mengalami
lesi).
Hemoptisis.
h) Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)
Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
i) Seksualitas.
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel
besar)
Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
j) Penyuluhan.
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru), tuberculosis
Kegagalan untuk membaik.
(Doenges, 2000).
5) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem pernafasan
Sesak nafas, nyeri dada
Batuk produktif tak efektif
Suara nafas: mengi pada inspirasi
Serak, paralysis pita suara.
b) Sistem kardiovaskuler
tachycardia, disritmia
menunjukkan efusi (gesekan pericardial)
c) Sistem gastrointestinal
Anoreksia, disfagia, penurunan intake makanan, berat badan menurun.
d) Sistem urinarius
Peningkatan frekuensi/jumlah urine.
e) Sistem neurologis
Perasaan takut/takut hasil pembedahan
Kegelisahan
2. DIAGNOSA
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
obstruksi jalan napas (penumpukan secret berlebihan) ditandai
dengan pasien mengeluh sesak, batuk berdahak namun tidak
dapat dikeluarkan, peningkatan frekuensi napas (RR> 20x/menit),
terdapat penumpukan secret pada jalan napas, terdapat suara
napas tmbahan (ronchi).
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan kapiler
alveoli ditandai dengan pernafasan abnormal, pH darah arteri
abnormal, warna kulit abnormal (pucat), sianosis, nafas cuping
hidung, takikardia.
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi (tumor paru),
ditandai dengan pasien mengeluh nyeri, pasien mengeluh nyeri
dengan skala 1-10, pasien tampak gelisah, pasien tampak meringis
kesakitan, TD meningkat (>120/80 mmHg), nadi meningkat
(>100x/mnt), pasien tampak memegangi bagian yang nyeri.
d. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme ditandai
dengan suhu abnormal (>37,50C), kulit kemerahan, kulit teraba
hangat, frekuensi napas > 30 kali/menit, frekuensi nadi meningkat
(>100x/menit).
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan akibat iritasi
gastrointestinal ditandai dengan pasien mengeluh mual muntah,
penurunan BB >20%, kadar albumin serum < 3,4 g/dl, terjadi
penurunan intake makanan, nafsu makan menurun, kelemahan.
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai O 2 ke
jaringan, ditandai dengan terjadi kelelahan, kelemahan,
peningkatan nadi dan tekanan darah saat beraktivitas.
g. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan
ditandai dengan pasien tampak gelisah dan khawatir terhadap
kondisi kesehatannya.
3. PERENCANAAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi
jalan napas (penumpukan secret berlebihan) ditandai dengan pasien
mengeluh sesak, batuk berdahak namun tidak dapat dikeluarkan,
peningkatan frekuensi napas (RR> 20x/menit), terdapat penumpukan
secret pada jalan napas, terdapat suara napas tmbahan (ronchi).
Tujuan Intervensi
Setelah diberikan asuhan NIC Label >> Airway management
keperawatan selama…x… 1. Auskultasi bunyi napas tambahan, seperti ronchi,
jam diharapkan bersihan wheezing.
jalan nafas pasien kembali 2. Berikan posisi yang nyaman untuk mengurangi
efektif, dengan kriteria dispnea dan memaksimalkan ventilasi
hasil: 3. Ajarkan dan anjurkan pasien untuk melakukan
NOC Label >> teknik batuk efektif.
Respiratory status: 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan asupan
airway patency cairan (terutama air hangat) melalui oral..
- Frekuensi pernapasan 5. Kolaborasi pemberian bronkodilator.
dalam batas normal 6. Kolaborasi pemberian oksigen.
(16-20 kali/menit) 7. Ajarkan pasien bagaimana menggunakan inhaler
- Pasien mampu
mengeluarkan sputum sesuai dosis penggunaannya
secara efektif 8. Monitor status pernapasan dan oksigenasi
- Tidak ada akumulasi 9. Kolaborasi pemberian nebulizer
sputum 10. Kolaborasi dalam fisioterapi dada
- Irama pernapasan 11. Motivasi pasien untuk bernafas pelan dalam
normal berputar dan batuk
- Kedalaman
pernapasan normal
- Tidak ada suara nafas
tambahan
- Tidak ada
penggunaan otot
bantu nafas
- Tidak terlihat
pernapasan cuping
hidung
Tujuan Intervensi
Setelah diberikan asuhan NIC Label>>Pain management
keperawatan selama…..x a. Lakukan pengkajian yang komprehensif terhadap
… jam diharapkan nyeri nyeri, meliputi lokasi, karasteristik, onset/durasi,
dapat berkurang, dengan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, serta faktor-
kriteria hasil: faktor yang dapat memicu nyeri.
NOC Label>> Pain level: b. Observasi tanda-tanda non verbal atau isyarat dari
- Pasien tidak ketidaknyamanan.
melaporkan adanya c. Gunakan strategi komunikasi terapeutik dalam
nyeri (skala 5 = none) mengkaji pengalaman nyeri dan menyampaikan
- Pasien tidak merintih penerimaan terhadap respon pasien terhadap
ataupun menangis nyeri.
(skala 5 = none) d. Kaji tanda-tanda vital pasien.
- Pasien tidak e. Kontrol faktor lingkungan yang dapat
menunjukkan ekspresi menyebabkan ketidaknyamanan, seperti suhu
wajah terhadap nyeri ruangan, pencahayaan, kebisingan.
(skala 5 = none) f. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri non
- Pasien tidak tampak farmakologi, (mis: teknik terapi musik, distraksi,
berkeringat dingin guided imagery, masase dll).
(skala 5 = none) g. Kolaborasi dalam pemberian analgetik sesuai
- RR dalam batas indikasi.
normal (16-20 x/mnt)
(skala 5 = normal)
- Nadi dalam batas
normal (60-100x/mnt)
(skala 5 = normal)
- Tekanan darah dalam
batas normal (120/80
mmHg) (skala 5 =
normal)
NOC Label >> Pain
control
- Pasien dapat
mengontrol nyerinya
dengan menggunakan
teknik manajemen
nyeri non
farmakologis (skala 5
= consistently
demonstrated)
- Pasien dapat
menggunakan
analgesik sesuai
indikasi (skala 5 =
consistently
demonstrated)
- Pasien melaporkan
nyeri terkontrol (skala
5 = consistently
demonstrated)
4. IMPLEMENTASI
Asuhan keperawatan pasien dengan kanker paru atau tumor paru
adalah sama dengan pasien-pasien lain yang menderita kanker.
Perhatian khusus difokuskan pada manifestasi pernapasan dari
penyakit. Penatalaksanaan jalan napas diperlukan untuk
mempertahankan kepatenan jalan napas melalui pembuangan sekresi
atau eksudat. Dengan membesarnya tumor maka akan menekan
bronkus atau mengenai area jaringan paru yang luas. Napas dalam
dan batuk, terapi aerosol dan ventilasi mekanik mungkin diperlukan
ketika terdapat kerusakan pernapasan. Aspek-aspek psikologis
perawatan bagi pasien dengan kanker paru sangat penting. Pasien
akan harus menghadapi banyak isu selama perjalanan penyakit.
5. EVALUASI
a. Menunjukkan perbaikan patensi jalan napas seperti yang
ditunjukkan dengan gas darah adekuat, suhu tubuh normal,
bunyi napas normal, dan batuk dengan efektif
b. Istirahat dan menghemat energy dengan tetap berada di tempat
tidur ketika menunjukkan gejala
c. Mempertahankan intake cairan yang adekuat
d. Mematuhi protokol pengobatan dan strategi pencegahan
e. Bebas dari komplikasi :
- TTV normal, dan AGD normal
- Batuk produktif
- Menunjukkan tidak adanya gejala-gejala syok,
gagal napas, atau efusi pleura
- Terorientasi dan waspada terhadap lingkungan
sekitar.
C. DAFTAR PUSTAKA
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Volume I .
Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran.
Mansjoer, Arief. Dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta:
EGC
Sylvia & Price. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Dochterman, Joanne M., Gloria N. Bulecheck. 2004. Nursing
Interventions Classifications (NIC) Fourth Edition. Missouri: Mosby
Elsevier.
Gloria M.Bulecheck. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC).
Edisi Bahasa Indonesia. Edisi keenam. Jakarta. ELSEVEIR
Sue Moorhead. 2013. Nursing Outcomes Classification. Edisi Bahasa
Indonesia. Edisi kelima. Jakarta : ELSEVEIR.
Moorhed, Sue, Marion Jhonson, Meridean L. Mass, dan Elizabeth
Swanson. 2008. Nursing Outcomes Classifications (NOC) Fourth
Edition. Missouri: Mosby Elsevier.
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
Smeltzer, C. Suzanne. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Volume 3. Jakarta: EGC.
Wilson, Susan and Thompson, June (1990), Respiratory Disorders,
Mosby Year Book, Toronto.