Anda di halaman 1dari 22

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

TUMOR PARU/ KANKER PARU

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI
Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan
baru yang abnormal. Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut
dan letaknya didalam rongga dada. Sel tumor pada tumor jinak bersifat
tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat
membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara
serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang
memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat).

2. EPIDEMIOLOGI

Kanker paru merupakan segala bentuk keganasan yang


terdapat pada paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru
sendiri (primer). Dalam praktik klinik yang dimaksud dengan kanker
paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus
(bronchogenic carcinoma). Kanker ini merupakan salah satu
penyumbang mortalitas terbesar diantara jenis kanker yang lain pada
pria maupun wanita di dunia. Kebanyakan kanker paru didiagnosis
pada stadium lanjut dan memiliki prognosis yang  buruk.
Paparan asap rokok faktor risiko utama terjadinya kanker paru.
Sebagian pasien kanker paru sel kecil maupun kanker paru non sel
kecil memiliki riwayat paparan terhadap asap rokok.

3. ETIOLOGI

Seperti neoplasma pada umumnya, etiologi yang pasti dari


tumor paru masih belum diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi
jangka panjang dari bahan–bahan karsiogenik merupakan faktor
utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan peranan predisposisi
hubungan keluarga ataupun suku bangsa atau ras serta status
imunologis (Smeltzer, 2001). Ada beberapa faktor yang berperan
dalam peningkatan insiden tumor paru, antara lain:
a. Merokok.
Rokok tidak diragukan lagi merupakan faktor utama.
Suatu hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan
antara pe rokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari)
dengan kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok
seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih
besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang
perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan
kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok
dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik
telah ditemukan dalam tar dari tembakau rokok yang jika
dikenakan pada kulit hewan, yang dapat menimbulkan
tumor.
b. Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang
kobalt di Schneeberg dan penambang radium di
Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker
paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam
bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi
operatif.
c. Kanker paru akibat kerja.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar
dengan karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic
(pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru –
paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan
asbestos dan dengan kromat juga mengalami
peningkatan insiden.
d. Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker
paru yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di
desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen
dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota
(Thomson, 1997).
e. Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan
dalam kanker paru, yakni :
1) Proton oncogen.
2) Tumor suppressor gene.
3) Gene encoding enzyme.
f. Diet
Dari beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya
konsumsi terhadap betakarotene, selenium, dan vit. A
menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru
(Suyono, 2001)

4. PATOFISIOLOGI

Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor


lingkungan, faktor hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan
dengan resiko terjadinya tumor. Permulaan terjadinya tumor dimulai
dengan adanya zat yang bersifat intiation yang merangasang
permulaan terjadinya perubahan sel. Diperlukan perangsangan yang
lama dan berkesinambungan untuk memicu timbulnya penyakit tumor.
Initiati agen biasanya bisa berupa unsur kimia, fisik atau biologis yang
berkemampuan bereaksi langsung dan merubah struktur dasar dari
komponen genetik (DNA). Keadaan selanjutnya diakibatkan
keterpaparan yang lama ditandai dengan berkembangnya neoplasma
dengan terbentuknya tumor, hal ini berlangsung lama mingguan
sampai tahunan. Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel daerah asal
dan kecepatan pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru
adalah karsinoma epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel kecil (sel
oat), karsinoma sel besar (tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma.
Sel skuamosa dan karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan
napas utama bronkial. Karsinoma sel kecil umumnya terbentuk dijalan
napas utama bronkial. Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma
umumnya tumbuh dicabang bronkus perifer dan alveoli. Karsuinoma
sel besar dan karsinoma sel oat tumbuh sangat cepat sehigga
mempunyai progrosis buruk. Sedangkan pada sel skuamosa dan
adenokar. Paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut dan
letaknya di dalam rongga dada atau toraksinoma prognosis baik karena
pertumbuhan sel ini lambat.
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi
pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen
maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi
perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia
menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti
invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya
sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan
supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa
batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral
dapat terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan
adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat
bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe,
dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka (Sylvia & Price,
2006).

5. KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut WHO untuk untuk Neoplasma Pleura dan Paru –
paru (Mansjoer, 2007) :
a. Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel
termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka
panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral
sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor
jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar
langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan
mediastinum.
b. Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama
bronki.Tumor ini timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal
dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti
hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke
mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan
penyebaran hematogen ke organ – organ distal.
c.  Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan
dapat mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer
segmen bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan
jaringan parut local pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik.
Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada
stadium dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala –
gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh.
d. Karsinoma sel besar.
Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat
buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam –
macam. Sel – sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru –
paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat
ke tempat – tempat yang jauh.
e. Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.
f. Lain – lain.
1) Tumor karsinoid (adenoma bronkus).
2) Tumor kelenjar bronchial.
3) Tumor papilaris dari epitel permukaan.
4) Tumor campuran dan Karsinosarkoma
5) Sarkoma
6) Tak terklasifikasi.
7) Mesotelioma.
8) Melanoma.
6. GEJALA KLINIS
Manifestasi klinik pada penderita tumor paru yaitu (Mansjoer, 2007).
a. Batuk yang terus menerus dan berkepanjangan
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk
mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi
berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan
purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
b. Napas pendek-pendek dan suara parau
c. Batuk berdarah dan berdahak/Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang
mengalami ulserasi.
d. Nyeri pada dada, ketika batuk dan menarik napas yang dalam
e. Hilang nafsu makan dan berat badan

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Radiologi.
1) Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi
dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi
lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse
pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
2) Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.

b. Laboratorium.
1) Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
2) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi
kebutuhan ventilasi.
3) Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada
kanker paru).
c. Histopatologi.
1) Bronkoskopi
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan
sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
2) Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer
dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
3) Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik
dengan cara torakoskopi.
4) Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening
yang terlibat.
5) Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam
– macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal
mendapatkan sel tumor.
c. Pencitraan.
1) CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan
pleura.
2) MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

8. PENATALAKSANAAN
a. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara
mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak
terkena kanker.
1) Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau
toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
2) Pneumonektomi pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi
bisa diangkat.
3) Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus,
bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi
jamur; tumor jinak tuberkulois.
4) Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
5) Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari
permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es).
6) Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura
viscelaris)
b. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan
kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor
dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan
terhadap pembuluh darah/ bronkus.
c. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor,
untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan
metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.

9. KOMPLIKASI
 Hematorak
 Pneumotorak
 Empiema
 Endokarditis
 Abses paru
 Atelektasis
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
1) Keadaan Umum: lemah, sesak yang disertai dengan nyeri dada.
2) Tanda-tanda Vital
3) Riwayat penyakit sebelumnya
Penyakit paru kronis sebelumnya yang telah mengakibatkan pembentukan
jaringan parut dan fibrosis pada jaringan paru.
4) Anamnesa dan observasi
a) Aktivitas/ istirahat.
Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan
rutin,
dispnea karena aktivitas.
Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).
b) Sirkulasi.
Gejala : JVD (obstruksi vana kava).
Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi).
Takikardi/ disritmia.
Jari tabuh.
c) Integritas ego.
Gejala : Perasaan takut, takut dilakukan pembedahan.
Menolak kondisi yang berat/ potensi keganasan.
Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.
d) Eliminasi.
Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).
Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor
epidermoid)
e) Makanan/ cairan.
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan
masukan makanan, kesulitan menelan, haus/ peningkatan masukan
cairan.
Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)
Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema wajah/
periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid).
f) Nyeri/ kenyamanan.
Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu
pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan
posisi.
Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)
Nyeri abdomen hilang timbul.
g) Pernafasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau
produksi sputum, nafas pendek
Pekerja yang terpajan polutan, debu industri
Serak, paralysis pita suara.
Riwayat merokok: Perokok berat dan kronis
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja
Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi)
Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara),
krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang mengalami
lesi).
Hemoptisis.
h) Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)
Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
i) Seksualitas.
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel
besar)
Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
j) Penyuluhan.
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru), tuberculosis
Kegagalan untuk membaik.
(Doenges, 2000).

5) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem pernafasan
 Sesak nafas, nyeri dada
 Batuk produktif tak efektif
 Suara nafas: mengi pada inspirasi
 Serak, paralysis pita suara.
b) Sistem kardiovaskuler
 tachycardia, disritmia
 menunjukkan efusi (gesekan pericardial)
c) Sistem gastrointestinal
 Anoreksia, disfagia, penurunan intake makanan, berat badan menurun.
d) Sistem urinarius
 Peningkatan frekuensi/jumlah urine.
e) Sistem neurologis
 Perasaan takut/takut hasil pembedahan
 Kegelisahan

2. DIAGNOSA
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
obstruksi jalan napas (penumpukan secret berlebihan) ditandai
dengan pasien mengeluh sesak, batuk berdahak namun tidak
dapat dikeluarkan, peningkatan frekuensi napas (RR> 20x/menit),
terdapat penumpukan secret pada jalan napas, terdapat suara
napas tmbahan (ronchi).
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan kapiler
alveoli ditandai dengan pernafasan abnormal, pH darah arteri
abnormal, warna kulit abnormal (pucat), sianosis, nafas cuping
hidung, takikardia.
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi (tumor paru),
ditandai dengan pasien mengeluh nyeri, pasien mengeluh nyeri
dengan skala 1-10, pasien tampak gelisah, pasien tampak meringis
kesakitan, TD meningkat (>120/80 mmHg), nadi meningkat
(>100x/mnt), pasien tampak memegangi bagian yang nyeri.
d. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme ditandai
dengan suhu abnormal (>37,50C), kulit kemerahan, kulit teraba
hangat, frekuensi napas > 30 kali/menit, frekuensi nadi meningkat
(>100x/menit).
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan akibat iritasi
gastrointestinal ditandai dengan pasien mengeluh mual muntah,
penurunan BB >20%, kadar albumin serum < 3,4 g/dl, terjadi
penurunan intake makanan, nafsu makan menurun, kelemahan.
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai O 2 ke
jaringan, ditandai dengan terjadi kelelahan, kelemahan,
peningkatan nadi dan tekanan darah saat beraktivitas.
g. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan
ditandai dengan pasien tampak gelisah dan khawatir terhadap
kondisi kesehatannya.

3. PERENCANAAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi
jalan napas (penumpukan secret berlebihan) ditandai dengan pasien
mengeluh sesak, batuk berdahak namun tidak dapat dikeluarkan,
peningkatan frekuensi napas (RR> 20x/menit), terdapat penumpukan
secret pada jalan napas, terdapat suara napas tmbahan (ronchi).
Tujuan Intervensi
Setelah diberikan asuhan NIC Label >> Airway management
keperawatan selama…x… 1. Auskultasi bunyi napas tambahan, seperti ronchi,
jam diharapkan bersihan wheezing.
jalan nafas pasien kembali 2. Berikan posisi yang nyaman untuk mengurangi
efektif, dengan kriteria dispnea dan memaksimalkan ventilasi
hasil: 3. Ajarkan dan anjurkan pasien untuk melakukan
NOC Label >> teknik batuk efektif.
Respiratory status: 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan asupan
airway patency cairan (terutama air hangat) melalui oral..
- Frekuensi pernapasan 5. Kolaborasi pemberian bronkodilator.
dalam batas normal 6. Kolaborasi pemberian oksigen.
(16-20 kali/menit) 7. Ajarkan pasien bagaimana menggunakan inhaler
- Pasien mampu
mengeluarkan sputum sesuai dosis penggunaannya
secara efektif 8. Monitor status pernapasan dan oksigenasi
- Tidak ada akumulasi 9. Kolaborasi pemberian nebulizer
sputum 10. Kolaborasi dalam fisioterapi dada
- Irama pernapasan 11. Motivasi pasien untuk bernafas pelan dalam
normal berputar dan batuk
- Kedalaman
pernapasan normal
- Tidak ada suara nafas
tambahan
- Tidak ada
penggunaan otot
bantu nafas
- Tidak terlihat
pernapasan cuping
hidung

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan kapiler


alveoli ditandai dengan pernafasan abnormal, pH darah arteri abnormal,
warna kulit abnormal (pucat), sianosis, nafas cuping hidung, takikardia.
Tujuan Intervensi
Setelah diberikan asuhan NIC Label >> Acid Base Management
keperawatan selama ... x 1. Monitor kadar pH darah melalui hasil AGD
… jam diharapkan 2. Monitor tanda-tanda gagal napas
pertukaran gas pasien 3. Pertahankan bersihan jalan napas
adekuat dengan kriteria 4. Sarankan waktu istirahat yang adekuat
hasil: 5. Monitor status neurologis
NOC Label >> 6. Kontrak dengan pengunjung untuk membatasi
Respiratory status kunjungan
- RR dalam batas NIC Label >> Airway Management
normal (30-50x/mnt) 7. Monitor status pernapasan dan status oksigenasi
- Kedalaman pasien
pernapasan normal 8. Berikan posisi semifowler pada pasien
- Tidak tampak 9. Lakukan fisioterapi dada
penggunaan otot 10. Menghilangkan sekret dengan suction, jika
bantu pernapasan diperlukan
- Tidak tampak 11. Atur intake cairan
retraksi dinding 12. Auskultasi bunyi napas dan adanya suara napas
dada tambahan (ronchi, wheezing, krekels, dll)
- Tidak ada sianosis 13. Kolaborasi pemberian nebulizer, jika diperlukan
- Tidak ada dispnea 14. Kolaborasi pemberian oksigen, jika diperlukan
- Tidak ada NIC Label >> Oxigen Therapy
kelemahan 15. Jaga kebersihan mulut, hidung, dan trakea, jika
- Tidak ada akumulasi diperlukan
sputum 16. Monitor volume aliran oksigen dan jenis canul yang
NOC Label >> digunakan
Respiratory status: Gas 17. Monitor keefektifan terapi oksigen yang telah
Exchange diberikan
- PaO2 normal (80- 18. Monitor tanda-tanda keracunan oksigen dan
100 mmHg) atelektasis
- PaCO2 normal (35- 19. Konsultasikan dengan tenaga kesehatan lain
45 mmHg) mengenai penggunaan oksigen tambahan selama
- PH normal (7,35- aktifitas dan/atau tidur
7,45) NIC Label >> Respiratory Monitoring
- SatO2 normal (95- 20. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan usaha
100%) napas pasien
- Tidak ada sianosis 21. Catat pergerakkan dinding dada, lihat kesimetrisan
- Tidak ada dinding dada, penggunaan otot-otot bantu
penurunan pernapasan, dan retraksi otot supraklavikular dan
kesadaran intercostal
22. Monitor pola napas pasien (takipnea, hiperventilasi,
pernapasan Kussmaul, Cheyne-Stokes)
23. Perkusi dada anterior dan posterior dari apeks
sampai basis bilateral
24. Monitor hasil foto thoraks
25. Beri bantuan terapi nafas jika diperlukan (misalnya,
nebulizer)

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi (tumor paru),


ditandai dengan pasien mengeluh nyeri, pasien mengeluh nyeri dengan
skala 1-10, pasien tampak gelisah, pasien tampak meringis kesakitan, TD
meningkat (>120/80 mmHg), nadi meningkat (>100x/mnt), pasien tampak
memegangi bagian yang nyeri.

Tujuan Intervensi
Setelah diberikan asuhan NIC Label>>Pain management
keperawatan selama…..x a. Lakukan pengkajian yang komprehensif terhadap
… jam diharapkan nyeri nyeri, meliputi lokasi, karasteristik, onset/durasi,
dapat berkurang, dengan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, serta faktor-
kriteria hasil: faktor yang dapat memicu nyeri.
NOC Label>> Pain level: b. Observasi tanda-tanda non verbal atau isyarat dari
- Pasien tidak ketidaknyamanan.
melaporkan adanya c. Gunakan strategi komunikasi terapeutik dalam
nyeri (skala 5 = none) mengkaji pengalaman nyeri dan menyampaikan
- Pasien tidak merintih penerimaan terhadap respon pasien terhadap
ataupun menangis nyeri.
(skala 5 = none) d. Kaji tanda-tanda vital pasien.
- Pasien tidak e. Kontrol faktor lingkungan yang dapat
menunjukkan ekspresi menyebabkan ketidaknyamanan, seperti suhu
wajah terhadap nyeri ruangan, pencahayaan, kebisingan.
(skala 5 = none) f. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri non
- Pasien tidak tampak farmakologi, (mis: teknik terapi musik, distraksi,
berkeringat dingin guided imagery, masase dll).
(skala 5 = none) g. Kolaborasi dalam pemberian analgetik sesuai
- RR dalam batas indikasi.
normal (16-20 x/mnt)
(skala 5 = normal)
- Nadi dalam batas
normal (60-100x/mnt)
(skala 5 = normal)
- Tekanan darah dalam
batas normal (120/80
mmHg) (skala 5 =
normal)
NOC Label >> Pain
control
- Pasien dapat
mengontrol nyerinya
dengan menggunakan
teknik manajemen
nyeri non
farmakologis (skala 5
= consistently
demonstrated)
- Pasien dapat
menggunakan
analgesik sesuai
indikasi (skala 5 =
consistently
demonstrated)
- Pasien melaporkan
nyeri terkontrol (skala
5 = consistently
demonstrated)

4. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme ditandai


dengan suhu abnormal (>37,50C), kulit kemerahan, kulit teraba hangat,
frekuensi napas > 30 kali/menit, frekuensi nadi meningkat (>100x/menit).
Tujuan Intervensi
Setelah diberikan asuhan NIC Label >> Fever treatment
keperawatan 1. Pantau tanda-tanda vital pasien terutama suhu
selama...x...jam
diharapkan hipertermi tubuh setiap sebelum dan setelah medikasi.
teratasi, dengan kriteria 2. Pantau warna dan temperatur kulit pasien.
hasil : 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake cairan
NOC Label>> melalui oral.
Thermoregulation 4. Anjurkan keluarga untuk memberikan water tepid
- Suhu tubuh pasien sponge pada pasien.
dalam batas normal, 5. Kolaborasi pemberian cairan melalui intravena.
36,5-37,5 0C 6. Kolaborasi pemberian antipiretik.
- HR teraba dan
dalam batas normal,
60-100x/menit
- Tidak terjadi
dehidrasi (asupan
cairan pasien
terpenuhi, yaitu ±
1200-1500 ml/hari)
- Tidak terjadi
perubahan warna
kulit

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan tidak adekuatnya asupan akibat iritasi gastrointestinal ditandai
dengan pasien mengeluh mual muntah, penurunan BB >20%, kadar
albumin serum < 3,4 g/dl, terjadi penurunan intake makanan, nafsu
makan menurun, kelemahan.
Tujuan Intervensi
Setelah diberikan asuhan NIC Label >> Terapi nutrisi:
keperawatan … x … jam a. Kaji status nutrisi pasien.
diharapkan pemenuhan b. Monitor masukan makanan atau cairan dan hitung
nutrisi adekuat, dengan kebutuhan kalori harian.
kriteria hasil: c. Tentukan jenis makanan yang cocok dengan tetap
NOC : Status Nutrisi mempertimbangkan aspek agama dan budaya
a. Status nutrisi: pasien.
- Masukan nutrisi d. Anjurkan untuk menggunakan suplemen nutrisi
adekuat (skala 5 = No sesuai indikasi.
deviation from normal e. Jaga kebersihan mulut, ajarkan oral higiene pada
range) pasien/keluarga.
- Masukan makanan f. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
dalam batas normal jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan
(skala 5 = No deviation untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
from normal range) NIC Label >> Penanganan berat badan:
b. Status nutrisi : masukan a. Timbang berat badan pasien secara teratur.
nutrisi: b. Diskusikan dengan keluarga pasien hal-hal yang
- Masukan kalori dalam menyebabkan penurunan berat badan.
batas normal (skala 5= c. Pantau konsumsi kalori harian.
Totally adequate) d. Pantau hasil laboratorium, seperti kadar serum
- Nutrisi dalam makanan albumin, dan elektrolit.
cukup mengandung e. Tentukan makanan kesukaan, rasa, dan
protein, lemak, temperatur makanan.
karbohidrat, serat, f. Anjurkan penggunaan suplemen penambah nafsu
vitamin, mineral, ion, makan.
kalsium, sodium (skala
5= Totally adequate)
c. Status nutrisi : hitung
biokimia
- Serum albumin dalam
batas normal (3,4-4,8
gr/dl) (skala 5= No
deviation from normal
range)

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai O 2 ke


jaringan, ditandai dengan terjadi kelelahan, kelemahan, peningkatan nadi
dan tekanan darah saat beraktivitas.
Tujuan Intervensi
Setelah diberikan asuhan NIC Label >> Activity theraphy
keperawatan selama...x… 1. Bantu pasien dalam memilih aktivitas yang sesuai
jam diharapkan pasien dengan kemampuan fisik, psikologi, dan sosial
mampu mentoleransi yang dimiliki.
aktivitas, dengan kriteria 2. Bantu pasien untuk fokus terhadap satu aktivitas
hasil: yang bisa dilakukan.
NOC Label >> Activity 3. Bantu pasien dalam sebuah jadwal untuk membuat
tolerance periode aktivitas dari yang jarang dilakukan sampai
- Saturasi oksigen yang rutin dilakukan.
dalam rentang normal 4. Instuksikan pasien dan keluarga dalam membuat
(>90%) aturan aktivitas fisik, sosial, spiritual, dan kognitif
- Tidak terjadi dalam menyeimbangkan fungsi kesehatan.
perubahan dalam 5. Anjurkan pasien untuk beristirahat dan bantu
warna kulit dalam aktivitas yang ringan sesuai kebutuhan.
- Pasien mampu NIC Label >> Energy management
berbicara sambil 6. Kaji keterbatasan fisik pasien.
melakukan aktivitas 7. Kaji penyebab kelemahan.
fisik 8. Berikan intake makanan yang adekuat.
NOC Label >> Fatigue 9. Awasi adanya perubahan TTV dan saturasi
level oksigen.
- Tidak terjadi beraktivitas.

penurunan motivasi NIC Label >> Self care assistance


beraktivitas 10. Kaji kemampuan pasien dalam melakukan

- Tidak mengalami sakit perawatan diri.

kepala saat 11. Kaji kebutuhan pasien dalam perawatan diri

beraktivitas seperti: kebutuhan kebersihan diri, pakaian,

NOC Label >> Self care makanan, dan kebutuhan toileting.

status 12. Ajarkan pada keluarga agar membantu pasien bila

- Pasien mampu mandi, pasien memang benar-benar tidak mampu

berpakaian, makan melakukan aktivitas secara mandiri.

dan toileting secara NIC Label >> Monitoring vital sign


mandiri 13. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status
respirasi.
NOC Label >> Vital Sign 14. Monitor vital sign sebelum, selama, dan sesudah
- Suhu tubuh 36,5- beraktivitas.
37,50C
- Respiratory rate 16-20
x per menit
- Tekanan darah
120/80 mmHg
- Nadi 60-100 x per
menit

7. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan


ditandai dengan pasien tampak gelisah dan khawatir terhadap kondisi
kesehatannya.
Tujuan Intervensi
Setelah dilakukan asuhan NIC Label>> Anxiety Reduction
keperawatan selama 1x 30 a. Observasi adanya tanda – tanda cemas/ansietas
menit, diharapkan baik secara verbal maupun nonverbal.
kecemasan klien terhadap b. Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang
penyakit klien dapat dapat menstimulus kecemasan.
berkurang dengan kriteria c. Jelaskan segala sesuatu mengenai penyakit yang
hasil : klien derita.
Anxiety Level d. Ajarkan klien teknik relaxasi, seperti menarik nafas
 Mengatakan secara dalam.
verbal tentang tidak e. Kolaborasi pemberian medikasi berupa obat
ada kecemasan (5 = penenang.
none) .
 Mengatakan secara
verbal tentang tidak
ada ketakutan (5 =
none)
 Tidak ada kepanikan (5
= none)
Anxiety Self –Control
 Mampu mengurangi
penyebab cemas (5 =
Consistently
demonstrated)
 Mengontrol respon
cemas

4. IMPLEMENTASI
Asuhan keperawatan pasien dengan kanker paru atau tumor paru
adalah sama dengan pasien-pasien lain yang menderita kanker.
Perhatian khusus difokuskan pada manifestasi pernapasan dari
penyakit. Penatalaksanaan jalan napas diperlukan untuk
mempertahankan kepatenan jalan napas melalui pembuangan sekresi
atau eksudat. Dengan membesarnya tumor maka akan menekan
bronkus atau mengenai area jaringan paru yang luas. Napas dalam
dan batuk, terapi aerosol dan ventilasi mekanik mungkin diperlukan
ketika terdapat kerusakan pernapasan. Aspek-aspek psikologis
perawatan bagi pasien dengan kanker paru sangat penting. Pasien
akan harus menghadapi banyak isu selama perjalanan penyakit.

5. EVALUASI
a. Menunjukkan perbaikan patensi jalan napas seperti yang
ditunjukkan dengan gas darah adekuat, suhu tubuh normal,
bunyi napas normal, dan batuk dengan efektif
b. Istirahat dan menghemat energy dengan tetap berada di tempat
tidur ketika menunjukkan gejala
c. Mempertahankan intake cairan yang adekuat
d. Mematuhi protokol pengobatan dan strategi pencegahan
e. Bebas dari komplikasi :
- TTV normal, dan AGD normal
- Batuk produktif
- Menunjukkan tidak adanya gejala-gejala syok,
gagal napas, atau efusi pleura
- Terorientasi dan waspada terhadap lingkungan
sekitar.

C. DAFTAR PUSTAKA
 Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Volume I .
Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran.
 Mansjoer, Arief. Dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta:
EGC
 Sylvia & Price. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
 Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
 Dochterman, Joanne M., Gloria N. Bulecheck. 2004. Nursing
Interventions Classifications (NIC) Fourth Edition. Missouri: Mosby
Elsevier.
 Gloria M.Bulecheck. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC).
Edisi Bahasa Indonesia. Edisi keenam. Jakarta. ELSEVEIR
 Sue Moorhead. 2013. Nursing Outcomes Classification. Edisi Bahasa
Indonesia. Edisi kelima. Jakarta : ELSEVEIR.
 Moorhed, Sue, Marion Jhonson, Meridean L. Mass, dan Elizabeth
Swanson. 2008. Nursing Outcomes Classifications (NOC) Fourth
Edition. Missouri: Mosby Elsevier.
 NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
 Smeltzer, C. Suzanne. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Volume 3. Jakarta: EGC.
 Wilson, Susan and Thompson, June (1990), Respiratory Disorders,
Mosby Year Book, Toronto.

Anda mungkin juga menyukai