DISUSUN OLEH
SLAMET WIWI JAYANTI
G3A019107
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru. Jenis tumor paru
dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi SCLC (Small Cell Lung Cancer)
dan NSLC (Non Small Cell Lung Cancer/Karsinoma Skuamosa,
adenokarsinoma, karsinoma sel besar) (Sylvia & Price, 2006).
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran
napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan
sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang
normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa pra
kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut
metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan
menghilangnya silia (Robbin & Kumar, 2007).
Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali
dalm jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen,
lingkungan, terutama asap rokok ( Suryo, 2010).
B. Tujuan
1. Tujuan umum:
Penulis mampu mengaplikasikan proses pemberian asuhan keperawatan
pada klien Tumor paru
2. Tujuan khusus:
a. Penulis mampu merumuskan pengkajian pada klien Tumor paru
b. Penulis mampu merumuskan masalah diagnosa keperawatan pada klien
Tumor paru
c. Penulis mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien Tumor
paru
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada klien Tumor paru
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada klien Tumor paru
f. Penulis mampu mengaplikasikan intervensi posisi semifowler pada
klien Tumor paru
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan
baru yang abnormal. Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan
letaknya didalam rongga dada. Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh
lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel
tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga
terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor
dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor
jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi (Robin dan Kumar, 1995).
Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru. Jenis tumor
paru dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi SCLC (Small Cell Lung
Cancer) dan NSLC (Non Small Cell Lung Cancer/Karsinoma Skuamosa,
adenokarsinoma, karsinoma sel besar) (Sylvia & Price, 2006).
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran
napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan
sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang
normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa pra
kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut
metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan
menghilangnya silia (Robbin & Kumar, 2007).
Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali
dalm jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen,
lingkungan, terutama asap rokok ( Suryo, 2010).
2. Etiologi
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari kanker paru
masih belum diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka
panjang dari bahan–bahan karsiogenik merupakan faktor utama, tanpa
mengesampingkan kemungkinan peranan predisposisi hubungan keluarga
ataupun suku bangsa atau ras serta status imunologis (Smeltzer, 2001).
Ada beberapa faktor yang berperan dalam peningkatan insiden kanker
paru, antara lain:
a. Merokok.
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan
statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih
dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma
bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh
kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok
berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan
kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun.
Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau
rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
b. Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di
Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 %
meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan
radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen
etiologi operatif.
c. Kanker paru akibat kerja.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan
karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja
pemecah hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang
bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami
peningkatan insiden.
d. Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang
lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah
diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam
atmosfer di kota (Thomson, 1997).
e. Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam
kanker paru, yakni :
1) Proton oncogen.
2) Tumor suppressor gene.
3) Gene encoding enzyme.
f. Diet
Dari beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi
terhadap betakarotene, selenium, dan vit. A menyebabkan tingginya
risiko terkena kanker paru (Suyono, 2001)
3. Patofisiologi
Keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor lingkungan,
faktor hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan dengan resiko
terjadinya tumor. Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat
yang bersifat intiation yang merangasang permulaan terjadinya
perubahan sel. Diperlukan perangsangan yang lama dan
berkesinambungan untuk memicu timbulnya penyakit tumor.
Inisiati agen biasanya bisa berupa unsur kimia, fisik atau biologis
yang berkemampuan bereaksi langsung dan merubah struktur dasar dari
komponen genetik (DNA). Keadaan selanjutnya diakibatkan
keterpaparan yang lama ditandai dengan berkembangnya neoplasma
dengan terbentuknya tumor, hal ini berlangsung lama mingguan sampai
tahunan. Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel daerah asal dan kecepatan
pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma
epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma sel
besar (tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan
karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial.
Karsinoma sel kecil umumnya terbentuk dijalan napas utama bronkial.
Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh dicabang
bronkus perifer dan alveoli. Karsuinoma sel besar dan karsinoma sel oat
tumbuh sangat cepat sehigga mempunyai progrosis buruk. Sedangkan
pada sel skuamosa dan adenokar. Paru merupakan organ yang elastis,
berbentuk kerucut dan letaknya di dalam rongga dada atau toraksinoma
prognosis baik karena pertumbuhan sel ini lambat.
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen atau sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan
oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa
timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan
korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang
bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi
bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala
yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan
dingin.wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan
adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase
ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,
pericardium, otak, tulang rangka (sylvia & price, 2006).
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik pada penderita tumor paru yaitu (Mansjoer, 2007).
a. Batuk yang terus menerus dan berkepanjangan
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor.
Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi
berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan
purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
b. Napas pendek-pendek dan suara parau
c. Batuk berdarah dan berdahak/Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor
yang mengalami ulserasi.
d. Nyeri pada dada, ketika batuk dan menarik napas yang dalam
e. Hilang nafsu makan dan berat badan
5. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan TNM : tumor, nodul dan metastase. Berikut
ini tabel Sistem Stadium TNM untuk kanker Paru: American Joint
Committee on Cancer (Mansjoer, 2007).
Gambarn TNM Defenisi
Tumor primer (T)
T0 Tidak terbukti adanya tumor primer
Tx Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan
bronkus tetapi tidak terlihat pada radiogram atau
bronkoskopi
TIS Karsinoma in situ
T1 Tumor dengan diameter ≤ 3 cm dikelilingi paru – paru
atau pleura viseralis yang normal.
T2 Tumor dengan diameter 3 cm atau dalam setiap ukuran
dimana sudah menyerang pleura viseralis atau
mengakibatkan atelektasis yang meluas ke hilus;
harus berjarak 2 cm distal dari karina.
T3 Tumor dalam setiap ukuran dengan perluasan langsung
pada dinding dada, diafragma, pleura mediastinalis,
atau pericardium tanpa mengenai jantung, pembuluh
darah besar, trakea, esofagus, atau korpus vertebra;
atau dalam jarak 2 cm dari karina tetapi tidak
melibat karina.
T4 Tumor dalam setiap ukuran yang sudah menyerang
mediastinum atau mengenai jantung, pembuluh
darah besar, trakea, esofagus, koepua vertebra, atau
karina; atau adanya efusi pleura yang maligna.
Kelompok stadium
Karsinoma tersembunyi TxN0M0 Sputum mengandung sel – sel ganas tetapi tidak dapat
dibuktikan adanya tumor primer atau metastasis.
Stadium 0 TISN0M0 Karsinoma in situ.
Stadium I T1N0M0 Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 tanpa adanya
T2N0M0 bukti metastasis pada kelenjar limfe regional atau
tempat yang jauh.
Stadium II T1N1M0 Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 dan terdapat
T2N1M0 bukti adanya metastasis pada kelenjar limfe
peribronkial atau hilus ipsilateral.
Stadium IIIa T3N0M0 Tumor termasuk klasifikasi T3 dengan atau tanpa bukti
T3N0M0 metastasis pada kelenjar limfe peribronkial atau
hilus ipsilateral; tidak ada metastasis jauh.
Stadium IIIb Setiap T N3M0 Setiap tumor dengan metastasis pada kelenjar limfe
T4 setiap NM0 hilus tau mediastinal kontralateral, atau pada
kelenjar limfe skalenus atau supraklavikular; atau
setiap tumor yang termasuk klasifikasi T4 dengan
atau tanpa metastasis kelenjar limfe regional; tidak
ada metastasis jauh.
Stadium IV Setiap T, setiap Setiap tumor dengan metastsis jauh.
N,M1
d. Pencitraan.
1. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
2. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum
7. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan
hidup pasien.
b. Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien
maupun keluarga.
d. Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian
nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti
infeksi. (Doenges, 2000)
Penatalaksanaan Medis
a. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan
sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
1) Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
2) Pneumonektomi pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi
bisa diangkat.
3) Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis
bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak
tuberkulois.
4) Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
5) Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan
paru – paru berbentuk baji (potongan es).
6) Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
b. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif
dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan
komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap
pembuluh darah/ bronkus.
c. Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor,
untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan
metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1) Keadaan Umum: lemah, sesak yang disertai dengan nyeri dada.
2) Tanda-tanda Vital
3) Riwayat penyakit sebelumnya
Penyakit paru kronis sebelumnya yang telah mengakibatkan pembentukan
jaringan parut dan fibrosis pada jaringan paru.
4) Anamnesa dan observasi
a) Aktivitas/ istirahat.
Gejala: Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin,
dispnea karena aktivitas.
Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).
b) Sirkulasi.
Gejala : JVD (obstruksi vana kava).
Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi).
Takikardi/ disritmia.
Jari tabuh.
c) Integritas ego.
Gejala : Perasaan takut, takut dilakukan pembedahan.
Menolak kondisi yang berat/ potensi keganasan.
Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.
d) Eliminasi.
Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).
Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal,
tumor epidermoid)
e) Makanan/ cairan.
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan
masukan makanan, kesulitan menelan, haus/ peningkatan masukan
cairan.
Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)
Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema
wajah/ periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor
epidermoid).
f) Nyeri/ kenyamanan.
Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak
selalu pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh
perubahan posisi.
Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)
Nyeri abdomen hilang timbul.
g) Pernafasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan
atau
produksi sputum, nafas pendek
Pekerja yang terpajan polutan, debu industri
Serak, paralysis pita suara.
Riwayat merokok: Perokok berat dan kronis
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja
Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi)
Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara),
krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang mengalami
lesi).
Hemoptisis.
h) Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)
Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel
kecil)
i) Seksualitas.
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma
sel
besar)
Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel
kecil)
j) Penyuluhan.
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru),
tuberculosis
Kegagalan untuk membaik.
(Doenges, 2000).
5) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem pernafasan
Sesak nafas, nyeri dada
Batuk produktif tak efektif
Suara nafas: mengi pada inspirasi
Serak, paralysis pita suara.
b) Sistem kardiovaskuler
tachycardia, disritmia
menunjukkan efusi (gesekan pericardial)
c) Sistem gastrointestinal
Anoreksia, disfagia, penurunan intake makanan, berat badan
menurun.
d) Sistem urinarius
Peningkatan frekuensi/jumlah urine.
e) Sistem neurologis
Perasaan takut/takut hasil pembedahan
Kegelisahan
6) Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
B. PATHWAYS KEPERAWATAN
C. INTERVENSI
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi
jalan napas (penumpukan secret berlebihan) ditandai dengan pasien
mengeluh sesak, batuk berdahak namun tidak dapat dikeluarkan,
peningkatan frekuensi napas (RR> 20x/menit), terdapat penumpukan
secret pada jalan napas, terdapat suara napas tmbahan (ronchi).
Tujuan Intervensi
Setelah diberikan asuhan NIC Label >> Airway management
keperawatan selama…x…jam 1. Auskultasi bunyi napas tambahan, seperti ronchi,
diharapkan bersihan jalan wheezing.
nafas pasien kembali efektif, Rasional: adanya bunyi ronchi menandakan terdapat
dengan kriteria hasil: penumpukan sekret atau sekret berlebihan di jalan
NOC Label >> Respiratory napas.
status: airway patency 2. Berikan posisi yang nyaman untuk mengurangi dispnea.
- Frekuensi pernapasan Rasional: posisi memaksimalkan ekspansi paru dan
dalam batas normal (16- menurunkan upaya pernapasan. Ventilasi maksimal
20 kali/menit) membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan
- Pasien mampu sekret ke jalan napas besar untuk dikeluarkan.
mengeluarkan sputum 3. Ajarkan dan anjurkan pasien untuk melakukan teknik
secara efektif batuk efektif.
- Tidak ada akumulasi Rasional: teknik batuk efektif dapat membantu
sputum membersihkan jalan napas pasien dari sekret.
- Irama pernapasan 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan asupan cairan
normal (terutama air hangat) melalui oral.
- Kedalaman pernapasan Rasional: mengoptimalkan keseimbangan cairan dan
normal membantu mengencerkan sekret sehingga mudah
dikeluarkan.
5. Kolaborasi pemberian bronkodilator.
Rasional: bronkodilator dapat mendilatasi bronkus dan
mengencerkan sekret sehingga sekret yang menumpuk
di area tersebut lebih mudah dikeluarkan.
6. Kolaborasi pemberian oksigen.
Rasional: meringankan kerja paru untuk memnuhi
kebutuhan oksigen serta mengoptimalkan kebutuhan
oksigen dalam tubuh.
NOC NIC
A. Identitas
Nama : Tn. C
Agama : Islam
Penanggung jawab
Nama : Ny, S
Umur : 45 Th
Pekerjaan : Petani
Berat badan : 54 kg
Tinggi badan : 160 cm
Tekanan Darah : 90/60 mmhg
HR : 68x/m
RR : 25x/m
INTEGUMEN
Warna kulit :coklat
Tekstur kulit : lembab
KEPALA
Bentuk kepala : bulat
Frontal anterior : tertutup
Frontar posterior : tertutup
Tekstur rambut : halus
Rambut (jumlah & : hitam
warna)
MATA
Kesimetrisan : simetris antara mata kiri dan kanan
Pergerakan bola mata : normal
Discharge : tidak ada
Kelopak mata : ada
Warna iris : hitam
Pupil : coklat
Sklera : putih kemerahan
Temuan lain : tidak ada
TELINGA
Posisi : simetris antara telinga kiri dan kanan
Bentuk : normal
Pendengaran : normal
Discharge : tidak ada
Temuan lain : tidak ada
HIDUNG
Kesimetrisan : simetris anatara hidung kiri dan kanan
Discharge : tidak ada
Kepatenan : paten antara lubang kiri dan kanan
Nafas cuping hidung : ada karena pasein merasa sesak
Temuan lain : tidak ada
MULUT
Letak : normal
Lidah : merah muda
Palatum : merah muda
Temuan lain : tidak ada
LEHER
Mobilitas : normal
Kesimetrisan : simetris
Pembesaran vena : tidak ada
Temuan lain : tidak ada
DADA
Inspeksi Bentuk dada simetris, ada retraksi dinding dada.
ABDOMEN
Inspeksi : Simetris, tidak ada luka bekas operasi, kulit
bersih
Auskultasi : normal hiperaktif
Perkusi : Tympani
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa,
tidak teraba pembesaran hepar.
GENETALIA
Laki-laki – scrotum : ada
Testis : ada
Urethral opening : ada
Eliminasi urine : BAK 1 hari 6x
Eliminasi BAB : Belum bias BAB selama di rawat
EKSTREMITAS (KAKI)
Kesimetrisan : simtris
Pergerakan tumit ke telinga : tidak ada
Tonus otot : baik
Panjang kaki : normal
Lipatan gluteal : ada
Abduksi pinggul/pangkal : normal
paha refleks
Plantar : ada
Stapping refleks : belum ada
EKSTREMITAS (LENGAN/TANGAN)
Kesimetrisan : simetris
Tonus otot : baik
Panjang lengan : normal
Palmar refleks : ada
Temuan lain : tidak ada
C. Diagnosa Keperawatan
1. pola nafas tidak efektib b,d hambatan upaya nafas
D. Pengelompokan Data
NO TGL DATA (DS DAN DO) TTD & NAMA
1. 10 Ds :
JAN Pasien mengatakan mengeluh sesak nafas
pasien mengatakan terkadang batuk sampai
2020 terkadang nangis kalau batuk
pasien tampak suka di posisi miring kiri
karena katanya lebih nyaman
pasien mengatakan makan hanya ½ pori saja
karena tidak nafsu makan
pasien mengatakan untuk minumnya mau ±
5 gelas sehari,
pasien mengatakan untuk BAK lancar teteapi
kalau BAK di tempat tidur menggunakan
pispot,
pasien mengatakan namum untuk BAB
pasien belum BAB semenjak dari IGD dan
sampai sekarang.
Wiwi
pasien mengatakan untuk istirahat dan tidur
cukup,
pasien mengatakan merasa dingin,
Do :
E. Analisa Data
DS:
Pasien mengatakan
mengeluh sesak nafas
pasien mengatakan sering
batuk sampai terkadang
nangis kalau batuk
pasien tampak suka di posisi
miring kiri karena katanya Pola nafas tidak efektif Hambatan upaya nafas
lebih nyaman
DO:
pasien tampak terengah-
engah,
pasien tampak terpasang
terapi oksigen nasal kanul
3 liter
tampak gelisah
akral hangat
TD: 90/60mmhg,
HR: 68x/m,
S: 37,8 c,
RR: 25x/m.
F. Perencanaan
G. Implementasi
DS:
1. Monitor keadaan pasien
12 Jan 2020 umum pasien mengatakan
2. Memberikan masih sedikit
terapi obat sesak
3. Monitor pola nafas Pasien
4. monitor TTV mengatakan
posisi nyaman
dengan posisi
miring kiri dan
posisi
semifowler.
Do:
pasien
tampak
terpasang
terapi
oksigen
nasal kanul
3 liter
tampak
nyaman
TD 100/ 60,
RR: 21x/m
S: 37,5
HR: 68x/m
H. Catatan Perkembangan
O:
BAB IV
A. Identitas Klien
Nama : Tn. C
Tanggal lahir/usia : 17/08/1969
Jenis kelamin : laki-laki
Tanggal Masuk : 09 Januari 2020
No. Register : C797561
Diagnosa medis : Tumor Paru Kanan
B. Data Fokus Klien
Data Subjektif:
Tn, C dengan keluhan sesak nafas, pasien tampak terengah- engah, pasien
mengatakan suka posisi miring kiri karena katanya lebih nyaman, pasien
tampak terpasang terapi oksigen nasal kanul 3 liter. pasien mengatakan makan
hanya ½ pori saja karena tidak nafsu makan, untuk minumnya mau ± 5 gelas
sehari, untuk BAK lancar teteapi kalau BAK di tempat tidur menggunakan
pispot, namum untuk BAB pasien belum BAB semenjak dari IGD dan sampai
sekarang. pasien mengatakan untuk istirahat dan tidur cukup, pasien
mengatakan merasa dingin.
Data Objektif:
Pasien tampak terengah- engah,
Pasien tampak terpasang terapi oksigen nasal kanul 3 liter
Tampak gelisah
Akral hangat
TD: 90/60mmhg,
HR: 68x/m,
S: 37,8 c,
RR: 25x/m.
C. Diagnosa Keperawatan yang Berhubungan dengan Jurnal Evidence Based
Nursing Riset yang Diaplikasikan
Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas
D. Evidence Based Nursing Practice yang Diaplikasikan
posisi semifowler
E. Analisa Sintesa Justifikasi
asap rokok, polusi udara, pemajanan okupasi
peradangan kronik
karsinoma paru
sesak nafas
pola nafas tidak efektif
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru. Jenis tumor
paru dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi SCLC (Small Cell Lung
Cancer) dan NSLC (Non Small Cell Lung Cancer/Karsinoma Skuamosa,
adenokarsinoma, karsinoma sel besar). Tumor ganas paru primer yang berasal
dari saluran napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan
pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel
jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului oleh
masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut
metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan
menghilangnya silia (Robbin & Kumar, 2007).
Hasil yang didapatkan dari terapi ini, keluarga Tn, C mampu
melakukan penanganan posisi semi fowler secara mandiri dan Tn.C dapat
menurunkan konsumsi O2 dan menormalkan ekspansi paru yang maksimal,
serta mempertahankan kenyamanan. Klien merasa lebih nyaman dengan
posisi semifowler dan miring ke kiri, tidak terengah-engah. TTV:
100/60mmhg, HR = 68x/ menit, RR = 21x/menit, S = 37,5 0C
B. Saran
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Memberikan masukan dan ilmu bagi perawat dan sebagai sumber
ilmu dan referensi untuk tenaga kesehatan di luar sana dalam memberikan
edukasi atau pendidikan kesehatan tentang pemberian posisi semi fowler
pada pasien gangguan sistem pernafasan dalam menurunkan respiratori
rate, serta perawat harus memberikan posisi semi fowler pada pasien
dengan gangguan pernafasan.
2. Bagi Penderita
Diharapkan responden dapat menerapkan penatalaksanaan dalam
mengurangi sesak, responden dapat menggunakan posisi semi fowler untuk
mengurangi sesak, serta mendapatkan pengetahuan tentang cara mengatasi
sesak dengan menggunakan posisi semi fowler
3. Bagi institusi rumah sakit
Sebagai masukan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
tentang cara mengatasi sesak dengan menggunakan posisi semi fowler
DAFTAR PUSTAKA