Oleh:
Dona Violita, S.Ked
G1A214009
Pembimbing:
dr. Panggayuh Wilutomo, Sp.OG
LEMBAR PENGESAHAN
CLINIC REPORT SESSION (CRS)
Oleh:
Dona Violita, S.Ked
KATA PENGANTAR
Jambi,
Desember 2015
Penulis
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR
...................................................................................
iii
................................................................................................
iv
3.1 Definisi......................................................................................................
17
3.2 Epidemiologi............................................................................................
19
20
3.4 Patofisiologi................................................................................................
20
3.5 ManifestasiKlinis......................................................................................
21
23
28
29
3.9 Komplikasi................................................................................................
30
3.10 Prognosis...................................................................................................
31
32
DAFTAR ISI
BAB V KESIMPULAN...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
33
34
BAB I
PENDAHULUAN
Kehamilan ektopik ialah kehamilan dengan ovum yang dibuahi,
berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium
kavum uteri. Kehamilan ektopik ditemukan pada hampir 1% kehamilan, dan lebih
dari 90% kasus implantasi terjadi di tuba fallopii (kehamilan tuba), ovarium,
rongga abdomen dan bagian intrauterus dari tuba fallopii (kehamilan interstisium).
Lokasi tersering kehamilan ektopik pada tuba fallopii yaitu ampulla,
isthmus, fimbria dan pars interstisialis. Sebagian besar wanita yang mengalami
kehamilan ektopik berumur antara 25 dan 35 tahun. Di Indonesia, kejadian
kehamilan ektopik sekitar 5-6 per seribu kehamilan.
Sebagai suatu keadaan yang mengancam kehidupan, kehamilan ektopik
menuntut para ahli kebidanan untuk mengetahui metoda-metoda pengobatan yang
mutakhir. Meskipun penatalaksanaan primer pada kehamilan ektopik adalah
dengan pembedahan, tetapi saat ini mulai dikembangkan penatalaksanaan dengan
obat-obatan yaitu dengan metotreksat. Metoda ini tampaknya efektif dan cukup
aman sehingga dapat menjadi metoda alternatif pada pengobatan kehamilan
ektopik. Tetapi tidak semua pasien yang didiagnosis dengan kehamilan ektopik
harus mendapat terapi medisinalis dan terapi ini tidak 100% efektif. Para dokter
harus memperhatikan dengan hati-hati indikasi, kontraindikasi dan efek samping
dari terapi medisinalis.
Frekuensi kehamilan ektopik yang sebenarnya sukar ditentukan karena
gejala dininya tidak terlalu jelas. Tidak semua kehamilan ektopik berakhir dengan
abortus dalam tuba atau ruptur tuba. Sebagian hasil konsepsi mati dan diresorbsi.
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. A
No. RM
: 811623
Umur
: 33 tahun
Suku bangsa
: Melayu
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: IRT
Alamat
: RT 14 Sei AS
MRS
: 22 Oktober 2015
Nama suami
Umur
Suku bangsa
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
: Tn .D
: 36 tahun
: Melayu
: Islam
: SMP
: Swasta
: RT 14 Sei AS
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Nyeri perut yang menjalar sampai ke pinggang sejak 1 hari SMRS.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke RSUD Raden Mattaher pada tanggal 22 Oktober 2015 pukul
19.30 WIB via IGD. Pasien merupakan rujukan dari RS Royal Prima Jambi
dengan diagnosis Anemia berat + Susp Hematoma ec KET.
Pasien mengeluh nyeri perut menjalar sampai ke pinggang sejak 1 hari SMRS,
timbul mendadak.Keluar darah (-), nyeri tekan (+). Pasien mengeluh badan
lemas dan nafsu makan menurun. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
III.
DATA KEBIDANAN
Haid
Menarche umur
HPHT
Haid
Lama haid
Siklus
Dismenorrhea
: 14 tahun
: 12 09 -2015
: teratur
: 7 hari
: 28 hari
: tidak
6
Warna
Bentuk perdarahan
Bau haid
Flour albous
Lama
Warna
Jumlah
: merah segar
: encer
: anyir
: tidak ada
:::-
Riwayat perkawinan
Status perkawinan
Berapa kali
Usia
: kawin
: 1 kali, lamanya 14 tahun
: 19 tahun
Tahun
Umur
Jenis
1
2
3
4
5
6
partus
2002
2006
2007
2011
2013
Ini
kehamilan
Aterm
Aterm
Aterm
Aterm
Aterm
persalinan
Pervaginam
Pervaginam
Pervaginam
Perabdominal
Perabdominal
Penolong
Bidan
Bidan
Bidan
Dokter
Dokter
Penyulit
Anak
Perdarahan
Perdarahan
JK/BB
Lk /2000
Lk/3000
Lk/2700
Lk/1700
Lk/1700
Ket
Sehat
Sehat
Sehat
Sehat
Sehat
Riwayat KB
Metode KB yang dipakai : sudah melakukan tubektomi (steril).
Riwayat Kesehatan
Riwayat penyakit yang pernah diderita
: tidak ada
Riwayat operasi
Riwayat penyakit dalam keluarga
: ada
: tidak ada
STATUS GENERALISATA
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran
: compos mentis
Tanda vital
TD
: 120/70 mmHg
: 82 x/menit
RR
: 21 x/menit
: 36,7 C
Tinggi badan
: 156 cm
Berat Badan
: 47 kg
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Dada
Inspeksi
Perkusi
Palpasi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas
STATUS GINEKOLOGIK
Pemeriksaan Luar
Inspekulo
Portio
: tidak dilakukan
OUE
: tidak dilakukan
Fluksus
: tidak dilakukan
Flour
: tidak dilakukan
Erosi
: tidak dilakukan
Laserasi
: tidak dilakukan
Polip
: tidak dilakukan
Cav.douglas
: tidak dilakukan
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
22Oktober 2015 (I) pukul 09.40 (RS Royal Prima Jambi)
Darah rutin
Parameter
Hasil
Satuan
Harga Normal
WBC
11,2
103/mm3
4 - 10
RBC
2,35
103/mm3
4,5 6,2
HGB
6,6
g/dl
12.0 18
HCT
18,8
37.0 52.0
PLT
262
103/mm3
150 - 450
CT
BT
: 5 menit ( 2 6 menit)
: (+)
VI. DIAGNOSIS
G6P5A0gravida 5 - 6 minggu + susp. KET + anemia berat
VII.PENGOBATAN
- IVFD RL 20 gtt/i
- O2 kanul 5 Liter/menit
- Inj. Ondansentron
- Inj. Omeprazole 1x1
- Inj. Cefrtiaxone 1 x 2gr
- Po. Hufamag 3x1
- Po. Mucogard 3x1
- NGT terpasang
- Kateter terpasang
- Persiapan transfusi darah
Pemeriksaan Laboratorium
22 Oktober 2015 (II) Pukul 19.19 ( IGD RS Raden Mattaher Jambi)
Darah Rutin
Parameter
Hasil
Satuan
Harga Normal
WBC
9,4
103/mm3
3,5 - 10
RBC
2,16
103/mm3
3.80 5.80
HGB
5,2
g/dl
11.0 16.5
HCT
16,4
35.0 50.0
PLT
182
103/mm3
150 - 390
PCT
.142
.100 - .500
10
GDS
: 115 mg/dl
Gravindex Test
: (+)
VIII. DIAGNOSA
G6P5A0gravida 5 - 6 minggu + susp. KET + anemia berat
IX. PENATALAKSANAAN
1. Observasi tanda vital dan perdarahan
2. O2 kanul 5L/menit
3. IVFD RL gtt 20 gtt/menit
4. Persiapan Transfusi darah
5. Inj. Cefhtriaxone 1x 2 gram
6. Persiapan Operasi (laparotomi)
Pasien masuk OKE via IGD Pukul 23.45 WIB
11
LAPORAN OPERASI
Nama operator
Tanggal
: 22 Oktober 2015
Observasi TTV
Infus D5 : RL 30 tetes/menit
Kateter menetap
Diet bertahap
Mobilisasi bertahap
Transfusi darah sampai Hb > 10 g/dl
Terapi Post Op :
-
12
FOLLOW UP
13
Tanggal
23-10-15
Follow up
S
P5A1 Post Salfingektomi Dekstra a/i Ruptur Tuba Pars Ishmika Dekstra +
Anemia Berat Perawatan Hari I
Observasi KU, TTV
IVFD RL30tetes/menit
inj. Ceftriaxone 2x1gr
inj. Tramadol 3x1
inj. Ranitidin 2x1
Transfusi PRC sampai Hb > 10gr/dl
24-10-15
Badan lemas
P5A1 Post Salfingektomi Dekstra a/i Ruptur Tuba Pars Ishmika Dekstra +
Anemia Berat Perawatan Hari II
Observasi KU, TTV
IVFD RL 20 tetes/menit
Po. Paracetamol 3x1
Cefixime
2x1
Ranitidine
2x1
Vit B6
2x1
SF
1x1
14
Badan lemas
: 9,7 (11-16,5)
Ht
: 29,8 (35-50)
P5A1 Post Salfingektomi Dekstra a/i Ruptur Tuba Pars Ishmika Dekstra +
Anemia Berat Perawatan Hari III
Observasi KU, TTV.
IVFD RL 20gtt/i;
Po. Paracetamol 3x1
Cefixime 2 x1
Ranitidine
2x1
Vit B6
2x1
SF
1x1
Pusing.
P5A1 Post Salfingektomi Dekstra a/i Ruptur Tuba Pars Ishmika Dekstra +
15
GV
Up Infus, up kateter
Po. Paracetamol 3x1
Cefixime
2x1
Ranitidine
2x1
Vit B6
2x1
SF
1x1
BAB III
16
TINJAUAN PUSTAKA
3.1
Kehamilan Ektopik
Kehamilan Ektopik suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur
yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum
uteri. Lebih dari 95% kehamilan ektopik berada disaluran telur (tuba
fallopi). Diindonesia kejadian sekitar 5-6 per seribu kehamilan.
Patofisiologi terjadinya kehamilan ektopik tersering karena sel telur yang
sudah dibuahi dalam perjalanannya menuju endometrium tersendat
sehingga embrio sudah berkembang sebelum mencapai kavum uteri dan
akibatnya akan tumbuh di luar rongga rahim. Bila kemudian tempat nidasi
tersebut tidak dapat menyesuaikan diri dengan besarnya buah kehamilan,
akan terjadi ruptura dan menjadi kehamilan ektopik yang terganggu.
Berdasarkan lokasi terjadinya, kehamilan ektopik dapat dibagi menjadi 5
berikut ini:
17
3.2
Etiologi
Kehamilan ektopik disebabkan oleh berbagai faktor yang
menyebabkan terjadinya hambatan dalam nidasi embrio ke endometrium.
Faktor-faktor yang disebutkan adalah sebagai berikut:
1. Faktor tuba
Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba
menyempit atau buntu. Keadaan uterus yang mengalami hipoplasia dan
saluran tuba yang berkelok-kelok panjang dapat menyebabkan fungsi silia
tuba tidak berjalan dengan baik. Juga pada keadaan pascaoperasi
rekanalisasi tuba dapat merupakan predisposisi terjadinya kehamilan
ektopik.1
Faktor tuba yang lain ialah adanya kelainan endometriosis tuba atau
divertikel saluran tuba yang bersifat kongenital. Adanya tumor di sekitar
saluran tuba, misalnya mioma uteri atau tumor ovarium yang
menyebabkan perubahan bentuk dan patensi tuba, juga dapat menjadi
etiologi kehamilan ektopik. 1
2. Faktor abnormalitas dari zigot
18
Apabila tumbuh terlalu cepat atau umbuh dengan ukuran besar, maka zigot
akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tua, kemudian terhenti
dan tumbuh di saluran tuba. 1
3. Faktor ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang
kontralateral, dapat membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih
panjang sehingga kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik lebih besar. 1
4. Faktor hormonal
Pada askseptor, pil KB yang hanya mengandung progesteron dapat
mengakibatkan gerakan tuba melambat. Apabila terjadi pembuahan dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.1
5. Faktor lain
Pada pemakaian IUD dapat terjadi proses peradangan yang dapat timbul
pada endometrium dan endosalping dapat menyebabkan terjadinya
kehamilan ektopik. Faktor umur penderita yang sudah menua dan faktor
perokok juga sering dihubungkan dengan terjadinya kehamilan ektopik. 1
Faktor resiko lain yang meningkatkan kejadian kehamilan ektopik meliputi
:banyaknya
pasangan
seksual,
terminasi
kehamilan
sebelumnya,
Patofisiologi
Pada proses awal kehamilan apabila embrio tidak bisa mencapai
endometrium untuk proses nidasi, maka embrio dapat tumbuh di saluran
tuba dan kemudian akan mengalami beberapa proses seperti kehamilan
pada umumnya. Karena tuba bukan merupakan suatu media yang baik
untuk pertumbuhan embrio atau mudigah, maka pertumbuhan dapat
mengalami bebrapa perubahan dalam bentuk berikut ini:
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi.
Pada implantasi secara kolumna, ovum yang dibuahi cepat mati karena
vaskularisasi yang kurang dan dengan mudah diresobsi total. Dalam hal ini
seringkali adanya kehamilan tidak diketahui, dan perdarahan dari uterus
yang timbul sesudah meninggalnya ovum, dianggap sebagai haid yang
datangnya agak terlambat. 1,7
2. Abortus ke dalam lumen tuba
19
dari
dinding
tersebut
bersama-sama
dengan
robeknya
3.5
Manifestasi Klinik
Gejala dan tanda bergantung pada lamanya kehamilan ektopik
terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan
yang terjadi, dan keadaan umum penderita sebelum hamil.
20
Nyeri
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada
ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan
intensitasnya disertai dengan perdarahan yang menyebabkan penderita
pingsan dan masuk ke dalam syok. Biasanya pada abortus tuba nyeri tidak
seberapa hebat dan tidak terus menerus. Rasa nyeri mula-mula terdapat
pada satu sisi, tetapi setelah darah masuk ke dalam rongga perut, rasa nyeri
menjalar ke bagian tengah atau seluruh perut bawah. Darah dalam rongga
perut dapat merangsang diafragma, sehingga menyebabkan nyeri bahu dan
51 hingga 93%. 1
Amenorea
Lamanya amenorea bergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat
bervariasi. Sebagian penderita tidak mengalami amenorea karena kematian
janin terjadi sebelum haid berikutnya. Frekuensi amenorea berkisar 23
hingga 97%.1
Nyeri goyang
Pada pemeriksaan vaginal timbul rasa nyeri saat serviks uteri digerakkan.
Demikian pula kavum douglas menonjol dan nyeri pada perabaan oleh
karena terisi oleh darah. Pada abortus tuba biasanya teraba dengan jelas
suatu tumor di samping uterus dalam berbagai ukuran dengan konsistensi
yang lunak. Hematokel retrouterina dapat diraba sebagai tumor di kavum
douglas. 1
Nyeri tekan abdomen dan pelvis
Nyeri tekan hebat pada pemeriksaan abdomen dan pervaginam, terutama
bila serviks digerakkan dapat ditemukan pada lebihdari tiga perempat
wanita dengan kehamilan ektopik tuba yang telah atau sedang megalami
ruptur.5
21
Perubahan uterus
Karena hormonal plasenta, pada sekitar 25% kasus selama 3 bulan pertama
kehamilan ektopik, uterus tumbuh dengan ukuran yang hampir sama besar
dengan pada kehamilan normal. Uterus mungkin terdorong ke satu sisi
oleh suatu massa ektopik, atau jika ligamentum latum penuh darah, uterus
dapat sangat tergeser. Massa desidua yang berdegenerasi akan dikeluarkan
pada 5-10% wanita, keluarnya desidua ini dapat diikuti oleh kram yang
hipovolemia
Suhu
Setelah perdarahan akut, suhu dapat normal atau bahkan rendah, atau suhu
dapat mencapai 38o C. Demam penting untuk membedakan kehamilan
3.6
22
3. Tes kehamilan
Tes kehamilan berguna bila positif, namun hasil negatif tidak
menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena
kematian hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas menyebabkan produksi
human chorionic gonadotropin menurun dan menyebabkan tes kehamilan
negatif. 1
4. Pemeriksaan ginekologi
Tanda kehamilan mungkin dapat ditemukan.Nyeri pada pergerakan serviks
positif. Uterus terasa sedikit membesar dan kadang teraba massa
disamping uterus dengan batas yang sukar ditentukan.
5. Pemeriksaan laboratorium
Berguna menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama
bila terdapat tanda-tanda perdarahan intraabdominal.Perlu diingat bahwa
penururnan HB baru terlihat setelah 24 jam.Tes urine b-HCG (+), tapi bisa
juga (-). Tes kehamilan berguna apabila positif, akan tetapi hasil tes
kehamilan negative tidak menyingkirkan kemungkinan adanya kehamilan
ektopik.9
6. Kuldosentesis
Adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum
Douglas ada darah. Cara ini sangat berguna dalam membantu membuat
diagnosis kehamilan ektopik terganggu. Teknik kuldosintesis dapat
dilaksanakan dengan urutan berikut : 1
1. Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi
2. Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptic
3. Spekulum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan
tenakulum, kemudian dilakukan traksi ke depan hingga forniks
posterior tampak
4. Jarum spinal no.18 ditusukkan ke dalam Cavum Douglas dan
dengan semprit 10 ml dilakukan pengisapan
23
Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku;
darah ini berasal dari pembuluh darah di dekatnya yang pecah dan bukan
ektopik.
7. Ultrasonografi
Pemeriksaan USG dapat dilakukan secara perabdominal atau pervaginam.
Umumnya kita akan mendapatkan gambaran uterus yang tidak ada
kantong gestasinya dan mendapatkan gambaran kantong gestasi yang
berisi mudigah di luar uterus. 1
Apabila sudah terjadi ruptur maka kantong gestasi sudah tidak jelas, tetapi
akan mendapatkan bangunan massa hiperekoik yang tidak beraturan, tidak
berbatas tegas, dan di sekitarnya didapati cairan berbas (gambaran darah
intraabdominal).1
Gambar USG kehamilan ektopik sangat bervariasi bergantung pada usia
kehamilan, ada tidaknya gangguan kehamilan (ruptur, abortus) serta
banyak dan lamanya perdarahan intraabdomen. Diagnosis pasti kehamilan
ektopik secara USG hanya bisa ditegakkan bila terlihat kantong gestasi
berisi mudigah atau janin hidup yang letaknya di luar kavum uteri.
Namun, gambaran ini hanya dijumpai pada 5 - 10% kasus. 1
24
apendisitis.
Pada
apendisitis
tidak
ditemukan
nyeri
pada
25
pelvik perbedaan suhu rektal dan ketiak melebihi 0,5oC, selain itu
leukositosis lebih tinggi daripada kehamilan ektopik terganggu dan tes
kehamilan menunjukkan hasil negatif.6
c. Abortus imminens atau abortus incompletus
Dibandingkan dengan kehamilan ektopik terganggu perdarahan lebih
merah sesudah amenore, rasa nyeri yang sering berlokasi di daerah
median, dan adanya perasaan subjektif penderita yangmerasakan rasa tidak
enak di perut lebih menunjukkan ke arah abortus imminens atau
permulaan abortus incipiens. Pada abortus tidak dapat diraba tahanan di
samping atau di belakang uterus, dan gerakan servik uteri tidak menimbulkan
rasa nyeri.6
d. Korpus luteum atau kista folikel yang pecah.
Ruptur korpus luteum dapat menimbulkan gejala yang menyerupai
kehamilan ektopik terganggu. Anamnesis yang cermat mengenai siklus
haid penderita dapat memperkuat dugaan adanya ruptur korpus luteum. 8
e. Torsi kistoma ovarii
Gejala dan tanda kehamilan muda, amenore, dan perdarahan pervaginam
biasanya tidak ada. Tumor pada kista ovarium lebih besar dan lebih bulat
dibanding kehamilan ektopik terganggu.6
3.8
Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi.
Dalam tindakan demikian, beberapa hal harus diperhatikan dan
dipertimbangkan yaitu; kondisi penderita saat itu, keinginan penderita
akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik, kondisi anatomik
organ pelvis, kemampuan teknik bedah mikro dokter operator, dan
kemampuan teknologi fertilisasi invitro setempat. Hasil pertimbangan ini
menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba,
atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya dilakukan
salpingostomi atau reanastomosis tuba. Apabila kondisi penderita buruk,
misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi.1
26
a.
Salpingostomi
Salpingostomi digunakan untuk mengangkat kehamilan kecil, yang
panjangnya biasanya kurang dari 2 cm, dan terletak di sepertiga distal tuba
fallopii. Insisi linear sepanjang 10 sampai 15 mm dibuat pada tepi
antimesenterik tepat di atas kehamilan ektopik. Produk konsepsi biasanya
terdorong keluar dari insisi dan dapat diangkat keluar dengan hati-hati.
Tempat-tempat perdarahan kecil dikendalikan dengan elektrokauter jarum
atau laser dan insisinya dibiarkan tanpa dijahit agar mengalami
100 ml
27
Komplikasi
1. Ruptur tuba
Ruptur tuba
dapat
menimbulkan
perdarahan
masif,
syok,
DIC
Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu dapat dicegah
dengan diagnosis dini dan persedian darah yang cukup.Pada umumnya,
kelainan yang menyebabkan kehamilan ektopik bersifat bilateral. Sebagian
wanita menjadi steril setelah mengalami kehamilan ektopik atau dapat
mengalami kehamilan ektopik berulang pad atuba yang lain. Untuk wanita
yang telah memiliki anak sebaiknya dilakukan operasi salpingektomi
bilateral.3-4
28
BAB IV
ANALISIS MASALAH
Dari anamnesa Ny. A (33 th) Pasien datang ke RSUD Raden Mattaher
pada tanggal 22 Oktober 2015 pukul19.30 WIB via IGD. Pasien merupakan
rujukan dariRS Royal Prima Jambi dengan diagnosis Anemia berat + Susp
Hematoma ec KET.
Pasien mengeluh mengeluh nyeri perut menjalar sampai ke pinggang sejak
1 hari SMRS, timbul mendadak. Keluar darah (-),
mengeluh badan lemas dan nafsu makan menurun. BAB dan BAK tidak ada
keluhan.Riwayat KB pasien sudah melakukan tubektomi.
Pada
pemeriksaan
tanda
vital
didapatkan
tekanan
darah120/70
29
BAB V
KESIMPULAN
Kehamilan ektopik ialah kehamilan dengan ovum yang dibuahi,
berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium
kavum uteri.
Kehamilan ektopik ditemukan pada hampir 1% kehamilan, dan lebih dari
90% kasus implantasi terjadi di tuba fallopii (kehamilan tuba), ovarium, rongga
abdomen dan bagian intrauterus dari tuba fallopii (kehamilan interstisium). Lokasi
tersering kehamilan ektopik pada tuba fallopii yaitu ampulla, isthmus, fimbria dan
pars interstisialis.
Kehamilan ektopik disebabkan oleh berbagai faktor yang menyebabkan
terjadinya hambatan dalam nidasi embrio ke endometrium. Faktor-faktor yang
disebutkan adalah sebagai berikut: faktor tuba, faktor abnormalitas dari zigot,
faktor ovarium, faktor hormonal dan faktor lainnya.
Berdasarkan lokasi terjadinya, kehamilan ektopik dapat dibagi menjadi 5
berikut ini : kehamilan tuba, kehamilan ektopik lain, kehamilan intraligamenter,
kehamilan heterotopik, dan kehamilan ektopik bilateral.
Gejala yang ditemukan pada kehamilan ektopik terganggu meliputi : nyeri,
perdarahan pervaginam, amenorea, nyeri goyang, nyeri tekan abdomen dan pelvis,
perubahan uterus, perubahan tekanan darah dan denyut nadi serta suhu.
Penegakan diagnosis kehamilan ektopik terganggu diperoleh dari
anamnesis dan pemeriksaan yang mendukung tegaknya diagnosis, pemeriksaan
laboratorium
30
DAFTAR PUSTAKA
31
1. Prawirohardjo
S.
Ilmu
kebidanan.
Jakarta;
Bina
Pustaka
Sarwono
32