Disusun oleh :
dr. Faiz Tegar Pratita
Pendamping :
dr. Salim Jindan
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun dalam Rangka Praktik Klinis Sekaligus Sebagai Bagian dari Persyaratan
Menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia
Disusun oleh :
dr. Faiz Tegar Pratita
2.7. Farmakokinetik
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau
efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses
absorpsi (A), distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme
atau biotransformasi dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan
proses eliminasi obat.
A. Absorpsi
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian
ke dalam darah. Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian
obat adalah saluran cerna (mulut sampai rektum), kulit, paru, otot, dan
lain-lain. Yang terpenting adalah cara pemberian obat per oral, dengan cara
ini tempat absorpsi utama adalah usus halus karena memiliki permukaan
absorpsi yang sangat luas, yakni 200 meter persegi (panjang 280 cm,
diameter 4 cm, disertai dengan vili dan mikrovili ).
Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan ke dalam tubuh,
melalui jalurnya hingga masuk kedalam sirkulasi sistemik. Pada level
seluler obat di absorpsi melalui beberapa metode terutama transport aktif
dan transport pasif.
1. Transport pasif
Transport pasif tidak memerlukan energi, sebab hanya dengan
proses difusi obat dapat berpindah dari daerah dengan kadar konsentrasi
tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah. Transport aktif terjadi
selama molekul-molekul kecil dapat berdifusi sepanjang membrane dan
berhenti bila konsentrasi pada kedua sisi membrane seimbang.
2. Transport Aktif
Transport aktif membutuhkan energy untuk menggerakkan obat
dari daerah dengan konsentrasi obat rendah ke daerah dengan
konsentrasi obat tinggi
3. Kecepatan Absorpsi
Apabila pembatas antara obat aktif dan sirkulasi sitemik hanya
sedikit sel. Absorpsi terjadi cepat dan obat segera mencapai level
pengobatan dalam tubuh.
a. Detik s/d menit: SL, IV, inhalasi
b. Lebih lambat: oral, IM, topical kulit, lapisan intestinal, otot
c. Lambat sekali, berjam-jam / berhari-hari: per rektal/ sustained
frelease.
Faktor yang mempengaruhi penyerapan :
a. Aliran darah ke tempat absorpsi
b. Total luas permukaan yang tersedia sebagai tempat absorpsi
c. Waktu kontak permukaan absorpsi
d. Diperlambat Oleh Nyeri Dan Stress
Nyeri dan stress mengurangi aliran darah, mengurangi pergerakan
saluran cerna, retensi gaster.
e. Makanan Tinggi Lemak
Makanan tinggi lemak dan padat akan menghambat pengosongan
lambung dan memperlambat waktu absorpsi obat
f. Faktor bentuk obat
Absorpsi dipengaruhi formulasi obat: tablet, kapsul, cairan, sustained
release, dll)
g. Kombinasi dengan obat lain
Interaksi satu obat dengan obat lain dapat meningkatkan atau
memperlambat tergantung jenis obat. Obat yang diserap oleh usus
halus ditransport ke hepar sebelum beredar ke seluruh tubuh. Hepar
memetabolisme banyak obat sebelum masuk ke sirkulasi. Hal ini
yang disebut dengan efek first-pass. Metabolisme hepar dapat
menyebabkan obat menjadi inaktif sehingga menurunkan jumlah
obat yang sampai ke sirkulasi sistemik, jadi dosis obat yang
diberikan harus banyak.
B. Distribusi
Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik k
e jaringan dan cairan tubuh. Distribusi obat yang telah di absorpsi
tergantung beberapa factor :
1. Aliran darah
Setelah obat sampai ke aliran darah, segera terdistribusi ke organ
berdasarkan jumlah aliran darahnya. Organ dengan aliran darah terbesar
adalah jantung, hepar, ginjal. Sedangkan distribusi ke organ lain seperti
kulit, lemak dan otot lebih lambat.
2. Permeabilitas kapiler
Tergantung pada struktur kapiler dan struktur obat
3. Ikatan protein
Obat yang beredar di seluruh tubuh dan berkontak dengan protein dapat
terikat atau bebas. Obat yang terikat protein tidak aktif dan tidak dapat
bekerja. Hanya obat bebas yang dapat memberikan efek. Obat
dikatakan berikatan protein tinggi bila >80% obat terikat protein
C. Metabolisme
Metabolisme atau biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah
komposisi obat sehingga menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang
keluar tubuh.
1. Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara:
a. Menjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan;
b. Menjadi metabolit aktif, memiliki kerja farmakologi tersendiri dfan
bias dimetabolisme lanjutan.
Beberapa obat diberikan dalam bentuk tidak aktif kemudian setelah
dimetabolisme baru menjadi aktif (prodrugs). Metabolisme obat
terutama terjadi di hati, yakni di membran endoplasmic reticulum
(mikrosom) dan di cytosol. Tempat metabolisme yang lain
(ekstrahepatik) adalah : dinding usus, ginjal, paru, darah, otak, dan
kulit, juga di lumen kolon (oleh flora usus). Tujuan metabolisme obat
adalah mengubah obat yang nonpolar (larut lemak) menjadi polar (larut
air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan
perubahan ini obat aktif umunya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian
berubah menjadi lebih aktif, kurang aktif, atau menjadi toksik.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme:
a. Kondisi Khusus
Beberapa penyakit tertentu dapat mengurangi metabolisme, penyakit
hepar seperti sirosis.
b. Pengaruh Gen
Perbedaan gen individual menyebabkan beberapa orang dapat
memetabolisme obat dengan cepat, sementara yang lain lambat.
c. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi metabolisme, contohnya:
Rokok, Keadaan stress, Penyakit lama, Operasi, Cedera
d. Usia
Perubahan umur dapat mempengaruhi metabolisme, bayi vs dewasa
vs orang tua.
D. Ekskresi
Ekskresi obat artinya eliminasi/pembuangan obat dari tubuh.
Sebagian besar obat dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat
jugadapat dibuang melalui paru-paru, eksokrin (keringat, ludah, payudara),
kulit dan taraktusintestinal.
Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresi
melalui ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi
dalam bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan cara eliminasi obat melui
ginjal. Ekskresi melalui ginjal melibatkan 3 proses, yakni filtrasi
glomerulus, sekresi aktif di tubulus. Fungsi ginjal mengalami kematangan
pada usia 6-12 bulan, dan setelah dewasa menurun 1% per tahun. Ekskresi
obat yang kedua penting adalah melalui empedu ke dalam usus dan keluar
bersama feses. Ekskresi melalui paru terutama untuk eliminasi gas
anastetik umum (Gunawan, 2009).
2.8. Farmakodinamik
Farmakodinamik adalah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek
biokimiawi dan fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari
farmakodinamik adalah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi
obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan
respons yang terjadi (Gunawan, 2009).
A. Mekanisme Kerja Obat
Kebanyakan obat menimbulkan efek melalui interaksi dengan reseptornya
pada sel organism. Interaksi obat dengan reseptornya dapat menimbulkan
perubahan dan biokimiawi yang merupakan respon khas dari obat tersebut.
Obat yang efeknya menyerupai senyawa endogen di sebut agonis, obat
yang tidak mempunyai aktifitas intrinsic sehingga menimbulkan efek
dengan menghambat kerja suatu agonis disebut antagonis.
B. Reseptor Obat
protein merupakan reseptor obat yang paling penting. Asam nukleat juga
dapat merupakan reseptor obat yang penting, misalnya untuk sitotastik.
Ikatan obat-reseptor dapat berupa ikatan ion, hydrogen, hidrofobik,
vanderwalls, atau kovalen. Perubahan kecil dalam molekul obat, misalnya
perubahan stereoisomer dapat menimbulkan perubahan besar dalam sifat
farmakologinya.
C. Transmisi Sinyal Biologis
Penghantaran sinyal biologis adalah proses yang menyebabkan suatu
substansi ekstraseluler yang menimbulkan respon seluler fisiologis yang
spesifik. Reseptor yang terdapat di permukaan sel terdiri atas reseptor
dalam bentuk enzim. Reseptor tidak hanya berfungsi dalam pengaturan
fisiologis dan biokimia, tetapi juga diatur atau dipengaruhi oleh
mekanisme homeostatic lain. Bila suatu sel di rangsang oleh agonisnya
secara terus-menerus maka akan terjadi desentisasi yang menyebabkan
efek perangsangan.
D. Interaksi Obat-Reseptor
Ikatan antara obat dengan resptor biasanya terdiri dari berbagai ikatan
lemah (ikatan ion, hydrogen, hidrofilik, van der Waals), mirip ikatan antara
subtract dengan enzim, jarang terjadi ikatan kovalen.
E. Antagonisme Farmakodinamik
1. Antagonis fisiologik
Terjadi pada organ yang sama tetapi pada sistem reseptor yang
berlainan.
2. Antagonisme pada reseptor
Obat yang menduduki reseptor yang sama tetapi tidak mampu
menimbulkan efek farmakologi secara instrinsik
F. Kerja Obat Yang Tidak Diperantarai Reseptor
1. Efek Nonspesifik Dan Gangguan Pada Membran
2. Perubahan sifat osmotic
3. Diuretic osmotic (urea, manitol), misalnya, meningkatkan osmolaritas
filtrate glomerulus sehingga mengurangi reabsorpsi air di tubuli ginjal
dengan akibat terjadi efek diuretic
4. Perubahan sifat asam/basa. Kerja ini diperlihatkan oleh oleh antacid
dalam menetralkan asam lambung.
5. Kerusakan nonspesifik. Artinya Zat perusak nonspesifik digunakan
sebagai antiseptik dan disinfektan, dan kontrasepsi.contohnya, detergen
merusak intregitas membrane lipoprotein.
6. Gangguan fungsi membrane. Anestetik umum yang mudah menguap
misalnya eter,, halotan, enfluran, dan metoksifluran bekerja dengan
melarut dalam lemak membrane sel di SSP sehingga eksitabilitasnya
menurun.
7. Interaksi Dengan Molekul Kecil Atau Ion. Kerja ini diperlihatkan oleh
kelator (chelating agents) misalnya CaNa2 EDTA yang mengikat Pb2+
bebas menjadi kelat yang inaktif pada keracunan Pb.
8. Masuk ke dalam komponen sel.
Obat yang merupakan analog puri atau pirimidin dapat berinkoporasi
ke dalam asam nukleat sehingga mengganggu fungsinya. Obat yang
bekerja seperti ini disebut antimetabolit misalnya : 6-merkaptopurin
atau anti mikroba lain.
BAB III
METODE PENELITIAN
KRITERIA
NILAI
URGENCY SERIOUSNESS GROWTH
5 Sangat urgen Sangat serius Sangat tumbuh
4 Cukup urgen Cukup serius Cukup
3 Urgen Serius Tumbuh
2 Kurang urgen Kurang serius Kurang tumbuh
Sangat kurang Sangat kurang Sangat kurang
1
urgen serius tumbuh
1. Kurangnya SDM
MONEY 2. Petugas menunda pekerjaan yang harusnya diselesaikan
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan Pembahasan dari hasil analis masalah yang ada di
Puskesmas Pembantu Wanasari mengenai kesesuaian pemberian obat yang
diresep dan yang diberikan kepada pasien sudah sepenuhnya sesuai akan
tetapi selain hal tersebut terdapat beberapa masalah yang ada di Pustu
Wanasari yang bisa memepengaruhi kualitas pelayanan diantaranya yang
menjadi fokus perhatian adalah mengenai Manajemen obat (LPLPO) , buku
pencatatan obat, dan sitem aplikasi e-pustu yang belum aktif.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpuan yang didapat dari penelitian mengenai analisis
manajemen obat di Puskesmas Pembantu Wanasari, penulis memiliki
beberapa saran yang bisa mendukung manajemen obat di Pustu Wanasari bisa
berjalan dengan baik diantaranya :
1. Petugas Puskesmas Pembantu harus berperan aktif dalam membatu
manajemen obat yang ada di Puskesmas
2. Menambah SDM yang diperlukan sehingga manajemen obat tidak terlalu
berat untuk dijalankan
3. Diaktifkannya kembali e-pustu yang di tunjang dengan fasilitas yang
menunjang seperti komputer dan wifi
4. Membuat buku pencatatan obat setiap hari sehingga stok obat terpantau
LAMPIRAN KEGIATAN MINI PROJEK