GASTROPATI NSAID
Disusun Oleh :
dr. Sarah Putri Rahimah
Dokter Pembimbing :
dr. Fahrul Sp.PD
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan management kasus yang berjudul gaastropati
nsaid. Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas sebagai dokter internsip di RSUD
Pasaman Barat. Dalam kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian laporan management kasus
ini, terutama kepada:
1. dr. Marniyanti sebagai dokter pembimbing dokter internsip selama di bangsal RSUD
Pasaman Barat.
2. dr. Fahrul, Sp.PD sebagai DPJP dari pengambilan kasus selama di bangsal interna.
3. Seluruh dokter di RSUD Pasaman Barat yang telah membantu menyelesaikan laporan
management kasus ini.
4. Kepada semua pihak di RSUD Pasaman Barat yang telah membantu menyelesaikan laporan
management kasus ini.
5. Teman-teman internsip seperjuangan stase bangsal yang telah membantu menyelesaikan
laporan management kasus ini.
Penulis menyadari dalam pembuatan tugas ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh
karena itu segala kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan tugas ini sangat
penulis harapkan.
Demikian yang penulis dapat sampaikan, semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan dapat membuka wawasan serta ilmu pengetahuan kita.
KATA PENGANTAR...................................................................................................................1
DAFTAR ISI.................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................4
BAB III LAPORAN KASUS......................................................................................................20
BAB IV DISKUSI KASUS........................................................................................................ 28
BAB V KESIMPULAN............................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 31
2
BAB I
PENDAHULUAN
trauma, nyeri paska pembedahan dan nyeri lainnya.2,3,4 Sebagian besar efek
samping NSAID pada saluran cerna bersifat ringan dan reversibel.Hanya sebagian
kecil menjadi berat yakni tukak peptik, perdarahan saluran cerna dan perforasi.4
Di Eropa dan Amerika Serikat, NSAID merupakan penyebab utama
perdarahan saluran cerna dengan total hampir 50% dari seluruh kasus perdarahan
epigastrium dan dapat ditemukan distensi abdomen pada gejala yang berat.4.7
Untuk pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan EGD
(Esofagogastroduedenoscopy) dan pemeriksaan histopatologi. Pada EGD dapat
dijumpai kongesti mukosa, erosi-erosi kecil dan kadang-kadang disertai
pendarahan kecil. Lesi seperi ini dapat sembuh sendiri. Lesi yang lebih berat dapat
3
berupa erosi dan tukak multiple, pendarahan luas dan perforasi saluran cerna.4,5,7
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.3.6 Bersama-sama dengan infeksi Helicobacter pylory
2.3.7 Merokok
Semua signal yang menyebabkan aktivasi pompa proton pada sel parietal meliputi,
asetilkolin dihasilkan dari aferen chepalic-vagal atau vagal lambung, menstimulasi sel-sel
parietal melalui reseptor 3 kolinergik-muskarinik menghasilkan peningkatan Ca2+ sitoplasma
dan berakibat aktivasi pompa proton. Gastrin mengaktivasi reseptor gastrin sehingga
mengningkatkan Ca2+ sitoplasma dalam sel parietal. sel-sel Enterochromaffin-like (ECF)
memainkan peranan sentral, gastrin dan aferen vagal menginduksi pelepasan histamin dari sel-
sel ECL, yang mana histamin akan menstimulasi reseptor H2 pada sel-sel parietal. Cara ini
dianggap paling penting untuk aktivasi pompa proton. Aktivasi beberapa reseptor pada
permukaan sel parietal menghambat produksi asam. Reseptor tersebut meliputi reseptor
somatostatin, prostaglandin seri E, dan faktor pertumbuhan epidermal.6
Untuk penangkal iritasi tersedia sistem biologi canggih, dalam mempertahankan keutuhan
dan pembaikan mukosa lambung bila timbul kerusakan. Sistem pertahan mukosa
gastrodeudonal terdiri dari 3 rintangan yaitu : pre-epitel, epitel dan sub-epitel
Lapisan pre-epitel :
Sekresi mukus : lapisan tipis pada permukaan mukosa lambung. Cairan yang
mengandung asam dan pepsin keluar dari kelenjar lambung melewati lapisan
7
permukaan mukosa dan memasuki lumen lambung secara langsung tanpa kontak
langsung dengan sel-sel epitel permukaan lambung.
Sekresi bikarbonat : sel-sel epitel permukaan lambung mensekresi bikarbonat ke
zona batas adhesi mukus, membuat PH mikrolingkungan netral pada perbatasan
dengan sel epitel..
Active surface phospholipid yang berperan untuk meningkatkan hidrofobisitas
membrane sel dan meningkatkan viskositas mucus.
Lapisan epitel :
Kecepatan perbaikan mukosa yang rusak dimana terjadi migrasi sel-sel yang
sehat ke daerah yang rusak untuk perbaikan.
Pertahanan seluler yaitu kemampuan untuk memelihara electrical gradient dan
mencegah pengasaman sel.
Kemampuan transporter asam basa untuk mengangkut bikarbonat ke dalam
lapisan mukus dan jaringan subepitel dan untuk mendorong asam keluar
jaringan.
Prostaglandin merangsang produksi mukus dan bikarbonat, yang mana akan
menghambat sekresi asam sel parietal. Disamping itu, aksi vasodilatasi dari
prostaglandin E dan I akan meningkatkan aliran darah mukosa. Obat-obat yang
menghambat sintesis prostaglandin, misalnya NSAID akan menurunkan
sitoproteksi dan memicu perlukaan mukosa lambung dan ulserasi.
Faktor pertumbuhan : Beberapa faktor pertumbuhan memegang peran seperti :
EGF, FGF, TGFα dalam membantu proses pemulihan.
Lapisan sub-epitel :
Aliran darah (mikrosirkulasi) yang berperan mengangkut nutrisi, oksigen dan
bikarbonat ke epitel sel.
Ekstravasasi leukosit yang merangsang reaksi inflamasi jaringan.
8
Gambar 2. Komponen pertahanan dan pembaikan mukosa gastrduoden
9
Gambar 1. Mekanisme NSAID merusak lambung
10
Gambar 2. Mekanisme NSAID mempengaruhi mukosa lambung
Gastropati NSAID ditandai dengan inbalance antara gambaran endoskopi dan keluhan
klinis. Misalnya pada pasien dengan berbagai gejala, seperti ketidaknyamanan dan nyeri
epigastrium, dispepsia, kurang sering muntah memiliki lesi minimal pada studi endoskopi.
Sementara pasien dengan keluhan tidak ada ataupun ringan GI memiliki lesi erosi mukosa
parah dan ulcerating. Perkembangan penyakit berbahaya tersebut dapat menyebabkan pasien
dengan komplikasi mematikan.2
30-40% dari pasien yang menggunakan NSAID secara jangka panjang (> 6 minggu),
memiliki keluhan dispepsia yang tidak dalam korelasi dengan hasil studi endoskopi. Hampir
40% dari pasien dengan tidak ada keluhan GI telah luka parah mengungkapkan pada studi
endoskopi, dan 50% dari pasien dengan keluhan GI memiliki integritas mukosa normal.2
11
Gastropati NSAID dapat diungkapkan dengan tidak hanya dispepsia tetapi juga dengan
gejala sakit, juga mungkin memiliki onset tersembunyi dengan penyebab mematikan seperti
ucler perforasi dan perdarahan.7
2.8 DIAGNOSIS
hematemesis dan melena.3 Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan
pada daerah epigastrium dan dapat ditemukan distensi abdomen pada gejala yang
berat.7
cerna.7,8
12
• Grade 2 : Erosi dan perdarahan di satu daerah atau ada 3-5 lesi
• Grade 3 : Erosi dan perdarahan di dua daerah atau ada 6-10 lesi
Feces dapat diambil setiap hari sampai laporan laboratorium adalah negatif
13
makanan atau antasida, dan tidak adanya nyeri yang timbul juga
1. Varises esofagus
2. Karsinoma lambung
3. Zollinger-Ellison Syndrome
4. Ulkus duodenum
2.10 PENATALAKSANAAN
2.10.1 Non-medikamentosa
2.10.2 Medikamentosa
Tiga strategi saat ini diikuti secara rutin klinis untuk mencegah kerusakan yang
disebabkan gastropati NSAID: (i) coprescription agen gastroprotektif, (ii) penggunaan inhibitor
selektif COX-2, dan (iii) pemberantasan H. pylori.
2.10.3 Gastroprotektif4,5
Misoprostol
Misoprostol adalah analog prostaglandin yang digunakan untuk menggantikan secara lokal
pembentukan prostaglandin yang dihambat oleh NSAID. Menurut analisis-meta dilakukan
oleh Koch, misoprostol mencegah kerusakan GI: ulserasi lambung ditemukan dikurangi
secara signifikan dalam kedua penggunaan NSAID, kronis dan akut, sedangkan ulserasi
duodenum berkurang secara signifikan hanya dalam pengobatan kronis. Dalam studi-co
aplikasi mukosa misoprostol 200 mg empat kali sehari terbukti mengurangi tingkat
keseluruhan komplikasi NSAID sekitar 40%. Namun, penggunaan misoprostol dosis tinggi
dibatasi karena efek samping terhadap GI. Selain itu, penggunaan misoprostol tidak
berhubungan dengan pengurangan gejala dispepsia.
15
Sukralfat / antasida
Selain mengurangi paparan asam pada epitel yang rusak dengan membentuk gel pelindung
(sucralfate) atau dengan netralisasi asam lambung (antasida), kedua regimen telah
ditunjukkan untuk mendorong berbagai mekanisme gastroprotektif.
Sukralfat dapat menghambat hidrolisis protein mukosa oleh pepsin. Sukralfat masih dapat
digunakan pada pencegahan tukak akibar stress, meskipun kurang efektif. Karena
diaktivasi oleh asam, maka sukralfat digunakan pada kondisi lambung kosong. Efek
samping yang paling banyak terjadi yaitu konstipasi.
H2-reseptor antagonis
Proton-pump inhibitor
Supressi asam oleh PPI lebih efektif dibandingkan dengan H2RA dan sekarang terapi
standar untuk pengobatan baik tukak lambung dan refluks gastro-esofageal-penyakit
(GERD). Jika diberikan dalam dosis yang cukup, produksi asam harian dapat dikurangi
hingga lebih dari 95%. Sekresi asam akan kembali normal setelah molekul pompa yang
baru dimasukkan ke dalam membran lumen. Omeprazol juga secara selektif menghambat
karbonat anhidrase mukosa lambung yang kemungkinan turut berkontribusi terhadap sifat
supresi asamnya. Proton Pump Inhibitor yang lain diantaranya lanzoprazol, esomeprazol,
rabeprazol dan Pantoprazol. Kelemahan dari PPI mungkin bahwa mereka tidak mungkin
untuk melindungi terhadap cedera mukosa di bagian distal lebih dari usus (misalnya di
16
colonopathy NSAID). Namun, dalam ringkasan, PPI menyajikan comedication pilihan
untuk mencegah NSAID-induced gastropathy.
Tindakan operasi saat ini frekuensinya menurun akibat keberhasilan terapi medikamentosa.
Indikasi operasi terbagi 3 yaitu :7
17
Pada gastropati NSAID, dapat terjadi ulkus, yang memiliki beberapa komplikasi yakni:
1. Hemoragi-gastrointestinal atas, gastritis dan hemoragi akibat ulkus peptikum adalah dua
penyebab paling umum perdarahan saluran GI.
2. Perforasi, merupakan erosi ulkus melalui mukosa lambung yang menembus ke dalam
rongga peritoneal tanpa disertai tanda.
3. Penetrasi atau Obstruksi, penetrasi adalah erosi ulkus melalui serosa lambung ke dalam
struktur sekitarnya seperti pankreas, saluran bilieratau omentum hepatik.
4. Obstruksi pilorik terjadi bila area distal pada sfingter pilorik menjadi jaringan parut dan
mengeras karena spasme atau edema atau karena jaringan parut yang terbentuk bila ulkus
sembuh atau rusak.
Selain terjadinya gangguan di saluran gastrointestinal, penggunanaan NSAID yang
berlebihan, dapat menyebabkan berbagai efek samping lain, baik di ginjal, pada kulit, maupun
sistem syaraf.
Efek samping lain adalah gangguan fungsi trombosit dengan akibat perpanjangan waktu
perdarahan. Ketika perdarahan, trombosit yang beredar dalam sirkulasi darah mengalami adhesi
dan agregasi. Trombosit ini kemudian menyumbat dengan endotel yang rusak dengan cepat
18
sehingga perdarahan terhenti. Agregasi trombosit disebabkan oleh adanya tromboksan A2
(TXA2). TXA2, sama seperti prostaglandin, disintesis dari asam arachidonat dengan bantuan
enzim siklooksigenase. NSAID bekerja menghambat enzim siklooksigenase. Aspirin
mengasetilasi Cox I (serin 529) dan Cox II (serin 512) sehingga sintesis prostaglandin dan
TXA2 terhambat. Dengan terhambatnya TXA2, maka proses trombogenesis terganggu, dan
akibatnya agregasi trombosit tidak terjadi. Jadi, efek antikoagulan trombosit yang memanjang
pada penggunaan aspirin atau NSAID lainnya disebabkan oleh adanya asetilasi siklooksigenase
trombosit yang irreversibel (oleh aspirin) maupun reversibel (oleh NSAID lainnya). Proses ini
menetap selama trombosit masih terpapar NSAID dalam konsentrasi yang cukup tinggi.
Dengan menggunakan meta analisis, dapat diketahui bahwa NSAID dapat meningkatkan
tekanan darah rata-rata (mean arterial pressure) sebanyak kurang lebih 5 mmHg. NSAID paling
kuat mengantagonis efek antihipertensi β-blocker dan ACE-inhibitor, sedangkan terhadap efek
antihipertensi vasodilator atau diuretik efeknya paling lemah. NSAID yang paling kuat
menimbulkan efek meningkatkan tekanan darah ialah piroksikam.
NSAID juga dapat menyebabkan reaksi kulit seperti erupsi morbiliform yang ringan,
reaksi-reaksi obat yang menetap, reaksi-reaksi fotosensitifitas, erupsi-erupsi vesikobulosa,
serum sickness, dan eritroderma exofoliatif. Hampir semua NSAID dapat menyebabkan
urtikaria terutama pada pasien yang sensitif dengan aspirin. Menurut studi oleh Akademi
Dermatologi di Amerika pada tahun 1984, NSAID yang paling sedikit menimbulkan gangguan
kulit adalah piroksikam, zomepirac, sulindak, natrium meklofenamat, dan benaxoprofen.
Pada sistem syaraf pusat, NSAID dapat menyebabkan gangguan seperti, depresi,
konvulsi, nyeri kepala, rasa lelah, halusinasi, reaksi depersonalisasi, kejang, dan sinkope. Pada
penderita usia lanjut yang menggunakan naproksen atau ibuprofen telah dilaporkan mengalami
disfungsi kognitif, kehilangan personalitas, pelupa, depresi, insomnia, iritasi, rasa ringan
kepala, hingga paranoid.20 Pada beberapa orang dapat terjadi reaksi hipersensitifitas berupa
rinitis vasomotor, oedem angioneurotik, urtikaria luas, asma bronkiale, hipotensi hingga syok
- Pembedahan
19
Darurat ( komplikasi : perdarahan massif, perforasi, senosis polorik)
20
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS
Nama : Ny. J
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 55 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Langgam
No. Reg. : 10.11.63
Masuk R.S : 29 Maret 2012
3.2 ANAMNESIS
KU : BAB Hitam
RPS : Dialami sejak + 5 hari SMRS, konsistensi encer, frekuensi 2 kali / hari, tidak bercampur
lendir. Pasien mengeluh nyeri ulu hati (+) yang sudah dirasakan sejak 1 minggu SMRS,
nyeri tidak terus menerus, nyeri tidak tembus ke belakang maupun menjalar ke regio
yang lain . mual (+), muntah (-). badan terasa lemas dan tampak pucat sejak 2 hari ini.
Demam (-), riwayat demam sebelumnya (-). Batuk (-), lendir (-), sesak (+) dirasakan
bila pasien datang nyeri ulu hatinya, riwayat terbangun malam hari karena sesak
(-),dada (-).
RPO: riwayat minum obat herbal yang dibeli bebas di pasar sudah 6 bulan ini.
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang serupa. Riwayat asma (-)
21
Riwayat alergi :
Riwayat social :
22
Paru : Palpasi : Fremitus Kiri = kanan
Auskultasi : SN : vesiculer
ST : Rh : -/- Wh : -/-
Perkusi : Tympani
HCT : 17%
PLT : 514.000/mm3
23
Kimia darah (29 Juli 2020)
Glukosa :209 mg/dl
V. DIAGNOSIS
Anemia berat ec perdarahan akut
Melena ec Gastropati NSAID
24
HT stg I
VII. PENATALAKSANAAN
IVFD Nacl 0,9% 6jam/kolf
Inj. Ceftriaxone 1x2 gr (iv)
Inj. Transamin 3x 1gr (iv)
Inj. Omeprazole 1x1(iv)
Inj. Ondansentron 3x1 (iv)
Tranfusi PRC 5 kantong
Amlodipin 1x5mg (PO)
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad malam
Ad sanactionam : dubia ad bonam
P:timpani
P: IC tidak teraba
27
P: pekak batas jantung
melebar, BJ I/II murni reguler
P:timpani
LAB:
Hb : 15,4 g/dl
X. RESUME
Ny. J, 55 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan berak hitam dialamai sudah + 5 hari
SMRS, konsisten encer, frekuensi 2 x/ hari, lendir (-). Demam (-), riwayat demam sebelumnya
(-) batuk (-), sesak napas (+), tidak dipengaruhi oleh aktivitas, pasien tidak terbangun tengah
malam dengan sesaknya. nyeri dada (-). Nyeri ulu hati (+) Mual (+), muntah (-). BAK : kesan
lancar, darah (-). Riwayat komsumsi obat herbal yang dibeli bebas di pasar sejak 6 bulan ini .
riwayat HT (+) tidak terkontrol , riwayat DM tidak diketahui, riwayat penyakit jantung (-).
Riwayat asma (-)
28
BAB IV
DISKUSI KASUS
29
(COX-1) akan timbul vasokonstriksi sehingga aliran darah menurun dan menyebabkan nekrosis
epitel.
Penghambatan COX oleh NSAID ini lebih lanjut dikaitkan dengan perubahan produksi
mediator inflamasi. Sebagai konsekuensi dari penghambatan COX-2, terjadi sintesis leukotrien
yang disempurnakan dapat terjadi oleh shunting metabolisme asam arakidonat terhadap-
lipoxygenase jalur 5. Leukotrien yang memberikan kontribusi terhadap cedera mukosa lambung
dengan mendorong iskemia jaringan dan peradangan.
Peningkatan ekspresi molekul adhesi seperti molekul adhesi antar sel-1 oleh mediator
pro-inflamasi seperti tumor necrosis factor-α mengarah ke peningkatan adheren dan aktivasi
neutrofil-endotel. Wallace mendalilkan bahwa pengaruh NSAID terhadap neutrofil adheren
mungkin berkontribusi terhadap patogenesis kerusakan mukosa lambung melalui dua
mekanisme utama: (1) oklusi microvessels lambung oleh microthrombi menyebabkan aliran
darah lambung berkurang dan kerusakan sel iskemik, (2) meningkatkan pembebasan dari
radikal bebas yang berasal oksigen. Oksigen radikal bebas bereaksi dengan poli asam lemak tak
jenuh dari mukosa menyebabkan peroksidasi lipid dan kerusakan jaringan. NSAID tidak hanya
merusak perut, tetapi dapat mempengaruhi saluran pencernaan seluruh dan dapat menyebabkan
berbagai komplikasi ekstraintestinal parah seperti kerusakan ginjal sampai gagal ginjal akut
pada pasien yang memiliki faktor risiko, retensi natrium dan cairan, hipertensi arterial, dan,
kemudian, gagal jantung.
30
BAB V
KESIMPULAN
31
DAFTAR PUSTAKA
3. Hirlan. Gastritis. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S (editor).
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Ed.4 Jilid.I. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam FKUI. 2006. p.335-7.
6. Lindseth GN. Gangguan lambung dan duodenum. In: Price SA, Wilson LM (editors).
Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit Ed.6 Vol.1. Jakarta: Penerbit ECG.
2002. p.417-35.
7. Tarigan P. Tukak Gaster. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S
(editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Ed.4 Jilid.I. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam FKUI. 2006. p.338-48.
32
8. Anonim. Kerusakan lambung akibat NSAID. Otuska Indonesia [online]. 2008 [cited
January 28 2011]. Available from: http://www.otsuka.co.id/?
content=article_detail&id=144&lang=id
9. Shrestha S, Lau D. Gastric Ulcers: differential diagnose & workup. Emedicine [online].
2009 [cited January 28 2011]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/175765-overview
10. Almatsier S (editor). Diet penyakit lambung. In: Penuntun diet edisi baru. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. 2007. p.108-16.
11. Tjay TH, Rahardja K. Analgetika antiradang dan obat-obat rema. In: Obat-obat penting;
khasiat, penggunaan, dan efek-efek sampingnya. Jakarta: Elex Media Komputindo. 2007.
p.321-47.
12. Anonim. Obat anti inflamasi nonsteroid part 1. FKUNSRI [online]. 2008 [cited January
28 2011]. Available from: http://fkunsri.wordpress.com/2008/02/09/obat-anti-inflamasi-
nonsteroid-part-1
33