Anda di halaman 1dari 40

SKRIPSI

STUDI PENGGUNAAN SEFALOSPORIN GENERASI KETIGA


PADA PASIEN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP
RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA

Natania Imanuella Worotikan


2443014113

Fakultas Farmasi
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
26
2018
LATAR BELAKANG
Paru-Paru

Organ yang elastis, Pneumonia


berbentuk kerucut Faktor yang
dan letaknya di dalam Infeksi jaringan berpengaruh
paru (alveoli)
rongga dada atau
bersifat akut
thoraks. Kedua paru yang diakibatkan Pneumonia
terpisah oleh oleh inflamasi dapat
mediastum sentral pada parenkim disebabkan
yang berisi jantung paru dan oleh bakteri,
dan pembuluh darah. pemadatan virus, dan
eksudat pada jamur.
jaringan paru.

2
2
LATAR BELAKANG (2)

3
3
LATAR BELAKANG (3)
• Antibiotik yang biasa digunakan pada Panduan Praktik
Klinis (PPK) RSU Haji Surabaya mengenai tata
laksana pengobatan pneumonia adalah golongan
floroquinolon dan sefalosporin generasi ketiga dengan
faktor modifikasi atau tanpa faktor modifikasi.

• Sefalosporin generasi ketiga merupakan antibiotik


broad spectrum yang memilki aktivitas baik terhadap
bakteri gram positif dan memilki cakupan gram negatif
yang lebih luas serta aktif melawan S. Pneumonia.

• Di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya belum pernah


ada penelitian mengenai studi penggunaan antibiotika
khususnya sefalosporin generasi ketiga pada pasien
pneumonia. 4
4
KLASIFIKASI

5
5
KLASIFIKASI (2)

LETAK ANATOMIS EPIDEMIOLOGIS

• Lobaris • Community
• Nekrotisasi Aqcuired Peumonia
• Bronkopneumonia • Hospital Aqcuired
Peumonia
• Intersitial • Ventilator-Acquired
Pneumonia

6
6
ETIOLOGI
• Pneumonia Komunitas
Hospitalized (Non-ICU) ICU patients
Streptococcus pneumoniae Streptococcus pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae Legionella pneumophila
Chlamydia pneumoniae Gram-negative bacilli
Haemophilus influenzae Staphylococcus aureus
Legionella pneumophila Respiratory viruses

Respiratory viruses Haemophilus influenza


Polymicrobial etiology Pseudomonas aeruginosa
Polymicrobial etiology

7
7
ETIOLOGI (2)
• Pneumonia Nosokomial
Pneumonia nosokomial disebabkan oleh
beberapa bakteri patogen antara lain
Staphylococcus aureus, Pseudomonas
aeruginosa, Klebsiella species,
Escherichia coli, Acinetobacter species
dan Enterobacter species (Torres and
Cillóniz, 2015).

8
8
FAKTOR RESIKO
• Balita
• Usia lanjut (>65 tahun)
• Merokok
• Alkohol
• Penyakit pernafasan lainnya
• Penyakit komorbid
• Gizi buruk
• Imunitas buruk
(American Thoracic Society, 2016).
9
9
TATA LAKSANA

Tanpa faktor modifikasi:


a. Golongan β laktam atau β
laktam + anti β laktamase IV
b. Sefalosporin G2, G3 IV
c. Floroquinolon respirasi IV
RAWAT INAP

Dengan faktor modifikasi:


a. Sefalosporin G2, G3 IV
b. Floroquinolon respirasi IV

10
10
11
11
KERANGKA KONSEPTUAL

12
12
RUMUSAN MASALAH
• Bagaimana pola penggunaan sefalosporin
generasi ketiga pada pasien pneumonia di
Rumah Sakit Umum Haji Surabaya?

13
13
TUJUAN PENELITIAN
• Menganalisis pola penggunaan sefalosporin generasi
ketiga pada pasien pneumonia berdasarkan rute
pemberian, dosis, frekuensi penggunaan, interval dan
lama penggunaan obat dikaitkan dengan data
laboratorium klinik.

14
14
MANFAAT PENELITIAN
• Memberikan edukasi mengenai pemberian antibiotika
yang baik dan benar bagi pasien pneumonia. Sehingga
pengobatan dapat berjalan dengan baik sesuai terapi
yang dianjurkan.
• Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi tenaga
kesehatan khususnya kepada apoteker untuk
meningkatkan asuhan kefarmasiannya dan dapat
menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya.

15
15
KERANGKA OPERASIONAL

16
16
METODE PENELITIAN
Studi Observasional Secara Retrospektif
POPULASI
Seluruh data rekam medis pasien yang didiagnosa pneumonia meliputi
pasien dewasa dengan jenis kelamin laki-laki atau perempuan yang
menjalani pengobatan di RSU Haji Surabaya pada periode 1 Agustus 2016-
31 Agustus 2017.

SAMPEL
Data rekam medis pasien yang didiagnosa penyakit pneumonia yang
menjalani pengobatan dengan antibiotik golongan sefalosporin generasi
ketiga dan memenuhi kriteria inklusi yang dibatasi waktu (Time Limited)
pada periode 1 Agustus 2016-31 Agustus 2017 di RSU Haji Surabaya.

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL


Pengambilan sampel bersifat non probability sampling dengan
menggunakan teknik purposive sampling
17
17
• RMK pasien dengan diagnosa
pneumonia di RSU Haji Surabaya dan
BAHAN lembar observasi harian pasien dalam
PENELITIAN periode 1 Agustus 2016-31 Agustus
2017.

• Lembar pengumpulan data, tabel induk,


lembar data klinik, laboratorium dan
INSTRUMEN data rekam medik pasien pneumonia
PENELITIAN yang menggunakan terapi antibiotika
golongan sefalosporin generasi ketiga.

18
18
METODE PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan
Data

Identifikasi pasien pneumonia di Instalasi Rawat


Inap RSU Haji Surabaya.

Pemindahan Rekam Medik Kesehatan pasien ke


dalam lembar pengumpulan data

Rekapitulasi data (karakteristik pasien, riwayat


penyakit pasien, terapi antibiotik sefalosporin
generasi ketiga)

19
19
b HASIL PENELITIAN
• Pada penelitian ini jumlah pasien yang
didiagnosis pneumonia di Instalasi Rawat Inap
RSU Haji Surabaya periode 1 Agustus 2016-31
Agustus 2017 yang didapat sebanyak 120
pasien dengan 31 pasien yang memenuhi
kriteria inklusi.

20
20
HASIL PENELITIAN
(USIA)
Usia Jumlah Pasien (n) Persentase (%)
1-12 bulan 11 35
12-23 bulan 2 7
2-13 tahun 5 16
14-25 tahun 1 3
26-37 tahun 1 3
38-49 tahun 2 7
50-61 tahun 3 10
>61 tahun 6 19
Total 31 100

Pada anak-anak rentan mengalami infeksi virus ataupun bakteri yang terbawa oleh udara
kotor dikarenakan imunitasnya belum sempurna (Misnadiarly, 2008). Sedangkan pada
pasien dengan rentang usia lanjut dikarenakan adanya penurunan fungsi organ
tubuh dan respons imun seiring dengan proses penuaan (High, 2015).
21
20
19
21
HASIL PENELITIAN
(JENIS KELAMIN)

Perempuan
42%
Laki-laki
58%

• Pada pasien anak-anak, pasien dengan jenis kelamin laki-laki memiliki


diameter saluran nafas yang lebih kecil dibandingkan dengan pasien
perempuan (Hartati et al, 2012).
• Pada usia lanjut pasien laki-laki juga beresiko terkena pneumonia
dikarenakan laki-laki cenderung sering merokok daripada perempuan.
(Elfidasari et al., 2013).
22
22
22
HASIL PENELITIAN
(STATUS PASIEN)
70%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
UMUM JKN-PBI JKN-NON PBI JPS-SKM SBY

Persentase

JKN-PBI (Jaminan Kesehatan Nasional-Penerima Bantuan Iuran)


JKN-NON PBI (Jaminan Kesehatan Nasional-Non Penerima Bantuan Iuran)
JPS-SKM SBY (Jaminan Pelayanan Sosial-Surat Keterangan Miskin Surabaya)
23
23
23
PEMERIKSAAN LEUKOSIT
Pemeriksaan Nilai Normal Jumlah Pasien (n) Persentase (%)
Leukosit Pasien Dewasa

Normal 4,5-11,0 2 7

Tidak Normal 10 32

Leukosit Pasien Anak

Normal >2 tahun : 5,0-10,0 13 42


<2 tahun : 6,2-17,0
Tidak Normal 5 16

Tidak Dilakukan 1 3

Total 31 100
24
24
PEMERIKSAAN FOTO THORAKS

Hasil Pemeriksaan Jumlah Pasien (n) Persentase (%)


Pneumonia 6 19

Bronkhopneumonia 15 48

Pleuropneumonia 1 3

Konsolidasi Paru 1 3

CAP 3 10

Tidak Dilakukan 5 16

Total 31 100

25
25
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
• Bronkhopneumonia merupakan pneumonia yang
ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat pada
paru yang menunjukkan bronkus terinfeksi (PDPI, 2014).
• Pleuropneumonia merupakan peradangan pada selaput
pleura dan juga jaringan paru-paru.Ini merupakan
diagnosis berdasarkan foto rontgen dimana adanya
bayangan bayangan atau bercak pada jaringan paru
disertai adanya cairan pada pleura (efusi pleura).
• Konsolidasi paru (pneumonia lobaris) yaitu infeksi yang
ditandai dengan konsolidasi pada seluruh lobus dan
eksudat yang terutama terdapat pada intra alveolar
(PDPI, 2014).
26
26
POLA PENGGUNAAN
SEFALOSPORIN GENERASI KETIGA

40%

60%

Tunggal Kombinasi
27
27
POLA PENGGUNAAN SEFALOSPORIN
GENERASI KETIGA SECARA TUNGGAL
Pola Penggunaan Frekuensi dan Rute Jumlah Pasien (n)* Persentase (%)
Ceftriaxone 2 x 1 gram (iv) 11 41
Cefixime 1 x 1 gram (iv) 1 4
2 x 500 mg (iv) 1 4
2 x 350 mg (iv) 1 4
1 x 250 mg (iv) 2 7
1 x200 mg (iv) 1 4
2 x 25 mg (po) 1 4
2 x 1 cth (po) 1 4
Cefotaxime 3 x 800 mg (iv) 1 4
3 x 300 mg (iv) 1 4
3 x 275 mg (iv) 1 4
3 x 250 mg (iv) 3 11
3 x 200 mg (iv) 1 4
3 x 100 mg (iv) 1 4
Total 27 100
28
28
POLA PENGGUNAAN SEFALOSPORIN
GENERASI KETIGA SECARA TUNGGAL (2)
• Menurut guideline IDSA tahun 2011, sefalosporin
generasi ketiga adalah antibiotik empirik yang
direkomendasikan untuk pediatrik yang mendapatkan
imunisasi tidak lengkap (Bradley et.al, 2011).
• Ceftriaxone merupakan salah satu antibiotik dengan
spektrum luas terhadap bakteri gram positif dan gram
negatif dibandingkan dengan generasi kedua. Beberapa
golongan in dapat menembus blood brain barrier (Deck
& Winston, 2015).
• Berdasarkan PPK (Panduan Praktik Klinik) RSU Haji
Surabaya, ceftriaxone merupakan salah satu terapi lini
pertama yang digunakan untuk pengobatan pneumonia.
29
29
POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SEFALOSPORIN
GENERASI KETIGA KOMBINASI
Kombinasi Jumlah Pasien (n) Persentase (%)
Ceftriaxone 2x1 (iv) + Levofloksasin 1x1 (iv) 1 6
Ceftriaxone 2x500 mg (iv) + Ampisilin 3x250 mg (iv) 1 6
Ceftriaxone 2x1 (iv) + Azitromycin 3x250 mg (iv) 1 6
Ceftriaxone 3x250 mg (iv) + Cefadroxil 3x1 (po) 1 6
Ceftriaxone 1x250 mg (iv) + Ampisilin 3x300 mg (iv) 1 6
Ceftriaxone 2x1 (iv) + Levofloksasin 1x500 mg (iv) 4 22
Ceftriaxone 2x1 (iv) + Azitromycin 1x1 (po) 1 6
Ceftriaxone 2x1 (iv) + Azitromycin 1x500 mg (po) 1 6
Ceftriaxone 1x1 (iv) + Cefadroxil syr 2x1 cth (po) 1 6
Ceftriaxone 2x500 mg (iv) + Ampisilin 4x250 mg (iv) 1 6
Cefixime 2x25 mg (po) + Ampisilin 3x250 mg (iv) 1 6
Cefixime syr 2x1 cth (po) + Ampisilin 3x500 mg (iv) 1 6
Cefixime syr 2x1 cth (po) + Ceftriaxone 2x750 mg (iv) 1 6
Cefotaxime 3x250 mg (iv) + Ampisilin 3 x 200 mg (iv) 1 6
Cefotaxime 3x100mg (iv) + Cefat Forte 3x0,5ml (po) 1 6
Total 18 100 30
30
POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SEFALOSPORIN
GENERASI KETIGA KOMBINASI (2)
• Tujuan dari adanya pengunaan antibiotik secara kombinasi
adalah untuk meningkatkan aktivitas antibiotik pada infeksi
spesifik (efek sinergis) dan memperlambat atau mengurangi
resiko timbulnya bakteri resisten (Depkes, 2011).
• Hal ini sesuai dengan pedoman pengobatan pneumonia
bahwa terapi kombinasi yang dapat diberikan kepada pasien
pneumonia adalah antibiotik sefalosporin generasi ketiga dan
floroquinolon (PDPI, 2014).
• Kombinasi antibiotik dapat disebabkan karena pasien
terinfeksi bakteri pada onset lanjut (> 5 hari) dan diduga
terdapat faktor resiko MDR (Blackford et al, 2015). Pasien
tersebut juga mengalami TB yang dapat menyebabkan
kondisi pasien semakin memburuk, sehingga perlunya terapi
antibiotik kombinasi.
31
31
PERGANTIAN POLA PENGGUNAAN
SEFALOSPORIN GENERASI KETIGA
Jumlah Presentase
No Pergantian
Pasien (n) (%)
1. Ceftriaxone 2x1 (iv) + Levofloksasin 1x1 (iv) 1 20
→ Ceftriaxone 2x1 (iv) + Levofloksasin 1x1 (iv) + Cefixime 2x1
(po)

2. Ceftriaxone 2x1 (iv) → Cefotaxime 3x1 (iv) + Levofloksasin 1x500 1 20


mg (iv)

3. Ceftriaxone 2x500 mg (iv) + Ampisilin 3x250 mg (iv) 1 20


→ Ceftriaxone 2x500 mg (iv) + Cefixime 2x1 caps (po)

4. Ceftriaxone 2x1 (iv) → Cefixime 100 mg 1 20

5. Ceftriaxone 2x350mg (iv) → Ceftriaxone 1x350 mg 1 20


Total 5 100

32
32
PERGANTIAN POLA PENGGUNAAN
SEFALOSPORIN GENERASI KETIGA (2)
• Penggantian ini dapat dilakukan berdasarkan dari kondisi pasien
seperti kondisi klinik ataupun berdasarkan hasil laboratorium.
• Antibiotik intravena dapat diganti peroral apabila terdapat tanda
perbaikan klinik seperti kondisi klinis pasien membaik, tidak ada
gangguan fungsi pencernaan (muntah, malabsorpsi, gangguan
menelan, diare berat), kesadaran baik, tidak demam (suhu >36oC
dan 90 kali/menit, pernapasan >20 kali/menit atau PaCO2 12.000
sel/dl (tidak ada neutropeni) (Kemenkes RI, 2011).
• Dosis pada pasien anak memang harus diperhatikan berdasarkan
berat badan dan juga usia pasien, dikarenakan kondisi tubuh pasien
anak dan pasien dewasa berbeda dalam beberapa hal yaitu seperti
penyerapan usus, metabolism obat, ekskresi obat dan juga
kepekaan reseptor dalam tubuh terhadap obat (Juwita et al, 2017).

33
33
LAMA TERAPI ANTIBIOTIK
SEFALOSPORIN GENERASI KETIGA
Antibiotik Lama Terapi Jumlah Pasien (n) Persentase (%)
Ceftriaxone 1-3 hari 6 18
4-6 hari 12 35
7-10 hari 4 12
11-14 hari - -
Cefixime 1-3 hari 4 12
4-6 hari 1 3
7-10 hari - -
11-14 hari - -
Cefotaxime 1-3 hari 1 3
4-6 hari 4 12
7-10 hari 1 3
11-14 hari 1 3
Total 34 100

34
34
LAMA TERAPI ANTIBIOTIK
SEFALOSPORIN GENERASI KETIGA (2)
• Lama terapi penggunaan antibiotik ditentukan
berdasarkan adanya penyakit penyerta, beratnya
suatu penyakit penyerta pada pasien serta kondisi
dan perkembangan klinis dari pasien
• Berdasarkan literatur, umumnya terapi antibiotika
extended empiris diberikan selama 7 – 10 hari,
sedangkan pada pasien dengan terapi steroid
jangka panjang pemberian terapi selama 14 hari
atau lebih. (Dahlan, 2009).

35
35
LAMA RAWAT INAP
PASIEN PNEUMONIA
LOS Pasien Jumlah Pasien (n) Persentase (%)
<10 hari 27 87
10-20 hari 4 13
Total 31 100

• Menurut Misnadiarly (2008) faktor lain yang mempengaruhi lama perawatan


pada pasien adalah kondisi pasien tidak stabil sehingga pasien mudah
terinfeksi oleh bakteri penyebab pneumonia.
• Menurut Depkes RI (2011) antibiotik efektif digunakan untuk terapi selama
kurang dari 10 hari sehingga kebanyakan pasien sudah diperbolehkan
pulang sesudah mendapatkan perawatan di rumah sakit selama kurang dari
10 hari.
• Lama rawat inap (LOS) lebih dari 3 minggu merupakan faktor risiko
terjadinya pneumonia nosokomial (Melati, 2014).

36
36
DATA KONDISI KRS PASIEN
Kondisi Jumlah Pasien (n) Persentase
Sembuh 3 10
Membaik 28 90
Total 31 100

Kategori kondisi KRS pasien pneumonia ini didapatkan dari


hasil resume pasien berdasarkan diagnosis dokter.

37
37
KESIMPULAN
• Antibiotik empiris ceftriaxone dengan frekuensi dan
dosis 2x1 g (iv) paling banyak digunakan 41% (11
orang),
• Antibiotik empiris kombinasi ceftriaxone 2x1 g (iv)
dengan levofloksasin 1x1 g (iv) paling banyak
digunakan 22% (4 orang),
• Lama terapi penggunaan antibiotik sefalosporin
generasi ketiga pada penggunaan ceftriaxone selama
4-6 hari paling banyak digunakan 35% (12 orang).

38
38
SARAN
• Dilakukan penelitian lanjutan tentang penggunaan
antibiotik di rumah sakit dengan sasaran pasien di
instalasi rawat inap yang sama ataupun yang berbeda
yang dilakukan pada penelitian ini.
• Perlu dilakukan monitoring terhadap ketepatan
penggunaan antibiotik sefalosporin generasi ketiga
terhadap pasien pneumonia, karena penggunaan
antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya
resistensi.
• Pemeriksaan mikrobiologi dan uji sensitivitas perlu
dilakukan pada pasien pneumonia yang tidak
menunjukkan perbaikan kondisi klinis.
39
39

Anda mungkin juga menyukai