Anda di halaman 1dari 34

Diskusi Kasus 2 ( Senin, 27 januari 2014)

Seorang ibu menggendong anaknya yang berusia 1 tahun. BB 9 kg, datang ke klinik
anda dengan keluhan anaknya mengalami mencret lebih dari 5 kali sehari sejak 1h
hari yang lalu. Mencret tidak disertai darah atau lendir. Hari ini anaknya masih
mencret dan badannya menjadi panas. Tidak ada muntah dan anaknya masih bisa
minum. Ibu belum memberikan pengobata.
Dari hasil pemeriksaan anda , BB 9 kg, suhu 38,70 C, diagnosis pasien tersebut : Diare
akut dengan dehidrasi ringan.
Berdasarkan pertimbangan farmakologi, resep apa yang akan anda buat, seandainya di
apotik langganan anda tersedia :
Parasetamol, ibuprofen, diazepam, oralit, kotrimoksazol, siprofloksasin, metronidazol,
sefiksim,

amoxicilin,

deksametason,

domperidon,

loperamid,

kaopectat,

metokloperamid, attapulgit, lacto-B dan tablet zink.


1. Cari 3 etiologi diare akut yang terbanyak pada anak?
2. Bagaimana tatalaksana pasien tersebut?
3. Kalau pada pasien ini perlu diberikan obat, obat apa saja yang akan
anda resepkan dan apa pertimbangannya?
4. Tentukan Dosis, frekuensi pemberian dan sediaan dari obat-obat yang
anda pilih dan buatlah resepnya
5. Bagaimana mekanisme kerja indikasi , kontraindikasi, efek samping,
dan interaksi obat yang anda resepkan
6. Kapan pasien diminta untuk kontrol?
7. Jika setelah 3 hari tidak ada perbaikan dan pada pemeriksaan tinja
ditemukan basil gram (-) dan leukosit (+++) , obat apa yang anda akan
resepkan ? (kembali ke pertanyaan 2,3,4, dan 5)
1. Etiologi Diare akut terbanyak pada anak adalah infeksi virus rotavirus,
bakteri Escherichia coli dan Shigella

2. TATALAKSANA PASIEN INI


Terdapat lima hal tatalaksana pada pasien diare :
1. Rehidrasi
Pedoman tatalaksan rehidrasi pada diare dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 1. Pedoman Tatalaksana diare berdasarkan dehidrasi.
1

Derajat Dehidrasi, % Rehidrasi

Penggantian cairan

defisit
Tanpa dehidrasi
(<5% BB)

Tidak perlu

10 ml/kg tiap diare


2-5 ml/kg tiap muntah

Ringan sedang
(5-10% BB)

CRO 75 ml/kg/3 jam

10 ml/kg tiap diare


2-5 ml/kg tiap muntah

Berat
(> 10% BB)

Cairan intravena:
10 ml/kg tiap diare
<12 bulan: 30ml/kg/1 2-5 ml/kg tiap muntah
jam

kemudian

70ml/kg/5 jam
>12 bulan : 30ml/kg/30
menit

kemudia

70

ml/kg/2 jam.

Cara memberikan cairan rehidrasi oral adalah berikan minum sedikit


demi sedikit. Berikan oralit formulasi baru (osmolalitas rendah) stu sendok teh
pada bayi di bawah dua tahun setiap 1-2 menit. Untuk anak yang lebih besar
berikan beberapa teguk dari gelas. Bila anak muntah, tunggu 10 menit,
kemudian berikan cairan lebih lama (misalnya 2-3 menit).
Pada pasien ini derajat dehidrasi ringan-sedang , maka kita
memberikan terapi rehidrasi oral 675 cc selama 3 jam pertama, kemudian
dinilai lagi derajat dehidrasinya. Bila anak masih haus dan ingin minum lagi,
maka minum haru diberikan lagi. Jika dehidrasi membaik menjadi tanpa
dehidrasi maka dapat diberikan 90 cc oralit setiap diare.

2. Dukungan nutrisi
Asupan makanan perlu dipertahankan seperti pada saat anak sehat. Hal
ini dimaksudkan untuk mengganti nutrisi yang hilang serta untuk menghindari
terjadinya gizi buruk. Pada diare dengan feses berdarah nafsu makan menjadi
menurun. Adanya peningkatan nafsu makan menandakan fase kesembuhan.
ASI diberikan lebih sering pada semua jenis diare. Anak usia 6 bulan ke atas
diberi makanan tambahan selain ASI seperti sebelum sakit.
3. Suplemen Zinc

Pemberian zinc dilakukan selama 10 samapi 4 hari berturut-turut.


pemberian seperti ini, telah terbukti mencegah berulangnya diare 2-3 bulan.
Nafsu makan pada anak juga dapat kembali dengan pemberian zinc.
Dosis pemberian zinc pada yang dianjurkan oleh WHO dan UNICEF
pada tahun 2004 adalah pada bayi kurang dari 6 bulan dengan dosis 10 mg.
Dan pada anak pada usia di atas 6 bulan sebanyak 20 mg per hari.
Ada beberapa mekanisme kerja zinc yang dapat menangulangi diare.
mekanisme tersebut adalah :
- Zinc merupakan kofaktor enzim yang superoxide dismutase
(SOD). Enzim SOD hampir terdapat pada seluruh sel pada
tubuh.

Dalam setiap sel, ketika terjadi transport elektron

untuyk mensintetis ATP selalu timbul hasil sampingan yaitu


anion super oksida. Anion Superoksida merupakan radikal
bebas yang sangat kuat yang dapat merusak semua struktur
dalam sel. untuk melindungi dirinya dari kerusakan, setiap sel
mengespresikan SOD. SOD mengubah anion superoksida
menjadi H2O2 selanjutnya senyawa H2O2 diubah menjadi
senyawa yang lebih aman, yaitu

H2O dan O2 oleh enzim

katalase; atau bisa juga diubah menjadi H2O oleh enzim


glutation peroksidase. dengan demikian SOD sangat penting
-

untuk menjaga integritas epitel usus.


Zinc dapat menjadi antioksidan secara langsung. Zinc bekerja
sebagai stabilisator interamolekular, mencegah ikatan disulfida,
dan berkompetisi dengan Cu dan Fe. Cu dan Fe bebas dapat

menjadi radikal bebas.


Zink dapat menghambat sintetis Nitric Oxide (NO). NO di
induksi oleh IL-1dari sel imun dan LPS (lipopolisakarida) dari
bakteri. NO berperan untuk menghancurkan kuman. Namun
NO yang berlebih dapat merusak berbagai macam struktur

dalam sel.
Zinc dapat berperan dalam menginduksi sel imun. telah terbukti

bahwa zinc berperan dalam memodulasi sel T dan sel B.


Zinc juga dapat berperan dalam aktivasi limfosit T, karena zinc
berperan sebagai kofaktor dari protein-protein sistem transduksi
signal dalam sel T. Protein ini misalnya fosfolipase C. Aktivasi
sel T mengenali antigen.

Zinc dapat menjaga keutuhan epitel usus. Zinc berperan


sebagai

kofaktor

berbagai

faktor

transkipsi,

sehingga

transkripsi dalam usus dapat terjaga.


4. Antibiotik selektif
Pada umumnya antibiotik tidak dibutuhkan pada diare akut. diare akut
paling banyak disebabkan oleh Rotavirus yang bersifat self limited. Dan virus
tidak dapat dieliminasi oleh antibiotik. Hanya sebagian kecil disare yang dapat
membutuhkan antibiotik. yaitu berkisar antara 10-20% dari semua kasus diare
akut. Pada pasien ini berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak
ditemukan tanda-tanda dan gejala diare karena antibiotik. Maka kami tidak
memberikan antibiotik pada pasien ini.
Tabel 2. Antibiotik yang digunakan pada diare karena bakteri
Penyebab

Antibiotik pilihan

Alternatif

Kolera

Tetracycline
12,5 mg/kg BB
4x sehari selama 3 hari

Erythromycin
12,5 mg/kgBB
4x sehari selama 3 hari

Shigela dysentery Ciprofloxacin


15 mg/kgBB
2x sehari selam 3 hari

Pivmecilinam
20 mg/kgBB
4x sehari selama hari
Ceftriaxone
50-100 mg/kgBB
1x sehari IM selama 2-5
hari

Amoebiasis

Metronidazole
10 mg/kgBB
3x sehari selam 5 hari
(10 hari pada kasus
berat)

Giardiasis

Metronidazole
5 mg/kgBB
3x sehari selam 5 hari

sumber : WHO 2006


5. Edukasi orang tua
Edukasi orang tua atau pengasuh cara pemberian rehidrasi di rumah.
Selain itu faktor prilaku yang dapat memicu diare perlu juga untuk diketahui
oleh orang tua.
Nasihati ibu atau pengasuh untuk kembali segera ke rumah sakit bila
ada demam, tinja berdarah, badan lemas, muntah berulang,

makan atau

minum yang sedikit, sangat haus, malas minum, mata cekung, diare makin
sering atau belum membaik dalam waktu 3 hari.
Selain dari 5 pilar terapi diare akut, pada beberapa center diberikan probiotik
dan prebiotik. Probiotik adalah mikroorganisme hidup dalam makanan yang
difermentasi yang menunjang kesehatan melalui terciptanya keseimbangan mikroflora
intestinal yang lebih baik. sedangkan prebiotik adalah bahan makanan yang dapat
merangsang pertumbuhan flora intestinal yang menguntungkan kesehatan. Prebiotik
biasanya berbentuk kompleks kaebohidrat.
Disimpulkan pemberian probiotik potensial memberi efek protektif terhadap
diare, tetapi masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk efektivitas dan
keamanannya. Saat ini penggunaan probiotik pada percobaan klinis dikatakan aman.

3. Kalau pasien ini perlu diberikan obat, obat apa saja yang anda resepkan, dan
apa pertimbangan nya?
Obat yang akan diresepkan sesuai dengan 5 pilar tatalaksana diare diatas, sehingga
pada pasien ini perlu diresepkan : Oralit, Zink, dan Lacto-B. s
Oralit diberikan dengan alasan sebagai rehidrasi. Diberikan untuk menggantikan
cairan tubuh yang terbuang karena diare.
Zink diberikan dengan alasan untuk mengurangi lama dan beratnya diare, zink juga
dapat mengembalikan nafsu makan anak. Zink juga dapat menurukan angka rekurensi
diare hingga 3 bulan setelah nya.
Lacto-B diberikan dengan alasan bahwa probiotik potential mempunyai efek protektif
terhadap diare, dengan mekanisme : perubahan lingkungan mikro lumen usus (pH,
oksigen), produksi bahan anti mikroba terhadap beberapa patogen usus, kompetisi
nutrient, mencegah adhesi kuman patogen pada enterosit, modifikasi toksin atau
reseptor toksin efek trofik terhadap mukosa usus melalui penyediaan nutrient dan
imunomodulasi.
Selain itu pasien perlu diberikan Antipiretik dengan alasan pasien sedang demam,
sehingga diperlikan antipiretik untuk menurunkan suhu tubuh.

Resep Awal:

Klinik dr. Faraghta


SIP 08992020/2014
Jalan South Tambun No.82
Telpon: 021-88456382

Bekasi, 27 Januari 2014

R/ Oralit sach 200 cc No.XII


S.u.c
R/ Zink Pro syrup 60 ml fl No. I
S.1.dd.I cth D.C
R/ Paracetamol 100 mg
m.f.pulv dtd No.X
S.3.dd.pulv I prn
R/ Lacto-B Sach No. VII
S.1.dd. sach I D.C
6

Pro

: An. Disa (BB: 9 kg)

Usia

: 1 tahun

Alamat : Duren Sawit

Resep Lanjutan:

Klinik dr. Faraghta


SIP 08992020/2014
Jalan South Tambun No.82
Telpon: 021-88456382

Bekasi, 30 Januari 2014

R/ Oralit sach 200 cc No.XII


S.u.c
R/ Zink Pro syrup 60 ml fl No. I
S.1.dd.I cth D.C
R/ Paracetamol 100 mg
m.f.pulv dtd No.X
S.3.dd.pulv I prn
R/ Lacto-B Sach No. VII

S.1.dd. sach I D.C


R/ Amoxicilin syr 60 cc fl No. II
S.3.dd. I cth A.C

Pro

: An. Disa (BB: 9 kg)

Usia

: 1 tahun

Alamat : Duren Sawit

4. Tentukan dosis, frekuensi pemberian dan sediaan dari obat-obat yang anda
piluh dan buatlah resepnya
PARASETAMOL
Dosis:
-

Dewasa: 300 mg 1g per kali, dengan maksimum 4g per hari.


Anak: Bayi dibawah 1 tahun 60 mg/kali, anak 1-6 tahun 60-120 mg/kali, anak
6-12 tahun: 150-300 mg/kali, dengan maksimum 1,2 g/hari.

Frekuensi: maksimum pemberian 6 kali sehari


Sediaan obat: tersedia dalam obat tunggal, tablet 500 mg atau sirup 120mg/5 mL.
ORALIT
Dosis: Dehidrasi Ringan-Sedang 75mg/kgBB dalam 3 jam pertama

Frekuensi: Pada dehidrasi ringan-sedang diberikan oralit 75mg/kgBB selama 3 jam


untuk rehidrasi. Setelah 3 jam, dipantau kembali tanda-tanda dehidrasi. Jika masih
BAB cair, berikan 10mg/kgBB tiap setelah BAB, dan 5 mg/kgBB tiap setelah muntah.
Sediaan: Sachet 200 mg
ZINC
Dosis: < 6 bulan: 1/2 tablet (10 mg) / hari
6 bulan: 1tablet (20mg) / hari
Frekuensi: 1 kali per hari selama 10 hari berturut-turut
Sediaan: obat zinc berupa tablet dispersible yang larut dalam waktu sekitar 30 detik.
Tersedia sediaan sirup 20 mg/5mL dan 10 mg/5 mL dan serbuk dalam bentuk sachet.

LACTO-B
Dosis dan Frekuensi:
Dibawah 1 tahun : 2 sachet per hari.
- Usia 1-6 tahun : 3 sachet per hari.
- Dapat diberikan langsung atau dicampur dengan susu, makanan bayi atau air.
Sediaan: Sachet
Komposisi Per Sachet mengandung : Energi 3,4 Kalori, Karbohidrat 0,6 gram, Protein
0,02 gram, Lemak total 0,1 gram, Vitamin C 10 mg, Vitamin B1 0,5 mg, Vitamin B2
0,5 mg, Vitamin B6 0,5 mg, Niacin 2 mg.
5. Bagaimana mekanisme kerja, indikasi, KI, efek samping dan interaksi
obat yang anda resepkan?
Paracetamol
Mekanisme

Indikasi

KI

ESO

Penyakit hati

Hepatotoksisitas,

Analgesik

kronik,

Hipersensitivitas,

antipiretik

hipersensitivitas

methemoglobinemia,

asetaminofen

toksisitas akut

Menghambat
enzim COX non
selektif untuk
pebentukan
Prostaglandin

Zink

Mekanisme

Indikasi

KI

ESO

Kofaktor enzim
metabolisme
asam nukleat
dan protein

Suplement

untuk sintesis

diet,

DNA sehingga

tatalaksana

mempercepat

defisiensi zink,

reepitalisasi usus

Ophthalmic

&

solution used

meningkatkan

as mild

jumlah brush

astringent for

border apical

relief of eye

usus halus yang

irritation

Injeksi secara
langsung tanpa
diencerkan pada
pemakaian

Mual, muntah
(tergantung dosis)

intravena

akhirnya
meningakatkan
absorbsi air &eL-bio sach
Mekanisme

Indikasi

KI

ESO

Memelihara
kesehatan
Belum diketahui
pasti

fungsi
pencernaan,
membantu
keseimbangan
flora normal
Interaksi obat yang diberikan

10

P-Drug Paracetamol, analgesik antipiretik


Efficacy

Safety

Suitability

Cost

FD

ESO

KI

Sanmol

Hambat enzim siklooksigenase

Hepatotoksisi
tas,
Hipersensitiv
itas,
methemoglob
inemia,
toksisitas
akut

Penyakit hati Tablet


kronik,
hipersensitivi 500mgx25x4=20000
tas
asetaminofen,
Syrup
rush

FK
Absorbsi, cepat & sempurna melalui
GI Tract
Distribusi, Cmax jam, T1/2 1-3 jam.
Tersebar keseluruh cairan tubuh

120mg/5cc/60ml=5000

Metabolisme, oleh enzim mikrosom


hati, sebagian 80% di konjugasi
asam glukoronat, sebagian lagi
dengan asam sulfat. Ia juga
mengalami hidroksilasi dengan
metablit methemoglobin

Ketersediaa
n

Eksresi, ginjal dengan sebagian kecil


sebagai paracetamol 3%, sisanya
bentuk konjugasi

Syrup 60 ml
(125
mg/5
ml)

Tablet
mg

Drop

500

60mg/0,6mlx15mlx1=1158
0

Drop 15 ml
(60mg/0,6ml)
P-drug Ibuprofen
Efficacy
FD: inhibitor siklooksigenase

Safety

Suitability

ESO:

KI
penderita

FK: diabsorpsi dengan cepat setelah


11

Cost
: Proris syrup

pemberian oral dam konsentrasi


puncak dalam plasma teramati
setelah 15-30 menit

Gangguan
GI,
perdarahan
GI
nyeri
epigastrium ,
trobositopeni,
bronkospasm
e

Ibuprofen banyak terikat pada


protein plasma yaitu sekitar 99%
tetapi obat ini hanya menduduki
sebagian dari seluruh tempat ikatan
obat pada konsentrasi biasa

asma, tukak 100 mg/ 5 ml sediaan 60


peptic, polip ml , harga 15950
nasal,
angioedem,
hamil
trimester
terakhir

Ibuprofen melintas dengan lambat ke


dalam ruang synovial dan mungkin
tetap berada pada konsentrasi yang
lebih tinggi jika konsentrasi dalam
plasma menurun. Ekskresi ibuprofen
cepat dan sempurna, lebih dari 90%
dosis yang tercerna diekskresi dalam
urin

sebagai

metabolit

dan

konjugatnya. Metabolit utamanya


adalah suatu senyawa terhidroksilasi
dan senyawa terkarboksilasi.

Kesimpulan P-drug Antipiretik anak 1 tahun


Obat

Efficacy

Safety

Suitability

Cost

Paracetamol

+++

+++

+++

+++

Ibuprofen

+++

++

+++

++

6. Kapan pasien diminta untuk kontrol?


Edukasikan kepada ibu pasien mengenai :
1. Tanda- tanda dehidrasi berat, seperti malas minum, kedua mata cekung,
jika menangis air mata tidak keluar, cenderung mengantuk atau lemas,
daerah mulut atau lidah kering dan air kencing sedikit. Jika ada tanda-

12

tanda tersebut sebaiknya ibu pasien segera membawa ke sarana kesehatan


terdekat untuk diberikan cairan parenteral.
2. Gejala diare yang tidak membaik atau semakin memberat maka diperlukan
terapi tambahan.
Jika pasien dalam 3 hari ada gejala demam, kejang, muntah muntah,
feses terdapat lendir/ darah, warna seperti cucian beras, berbau amis/busuk
, maka disarankan untuk kontrol.
7. Jika setelah 3 hari tidak ada perbaikan dan pada pemeriksaan tinja
ditemukan basil gram (-) dan leukosit (+++) , obat apa yang anda akan
resepkan ? (kembali ke pertanyaan 2,3,4, dan 5)
Antibiotik yang tersedia di apotik adalah
Kotrimoksazol, siprofloksasin, metronidazol, sefiksim, amoxicilin.

KOTRIMOKSAZOL (SULFONAMID DAN TRIMETOPRIM)


Karena kerja dari dua antimikroba Trimetropim dan Sulfametoksazol dalam
menghambat reaksi enzimatik obligat berurutan sehingga kombinasi antimikroba ini
memberikan efek sinergi. Penemuanan kombinasi antimikroba ini merupakan
kemajuan penting dalam usaha meningkatkan efektivitas klinik antimikroba.
Kombinasi ini lebih dikenal dengan nama kotrimoksazol.
Farmakodinamik
a. Spektrum Antibakteri
Mikroba yang peka terhadap kombinasi antimikroba kotrimoksazol ialah: Str.
Pneumoniae, C. diphteriae, dan N. meningitis, 50-59% strain S. aureus, S.
epidermidis, Str. pyogenes, Str. viridans, Str. faecalis, E. coli, Pr. mirabilis, Pr.
morganii, Pr. rettgeri, Enterobacter, Aerobacter spesies, Salmonella, Shigella,
Serratia dan Alcaligenes spesies dan Klebsiella spesies. Juga beberapa strain
stafilokokus yang resisten terhadap Metisilin, Trimetropim atau Sulfametoksazol
sendiri, dan mikroba yang peka terhadap kombinasi antimikroba ini.Kedua
antimikroba memperlihatkan interaksi sinergistik (bekerja saling menguatkan).
Kombinasi antimikroba ini mungkin efektif walaupun mikroba telah resisten terhadap
Sulfonamid (golongan dari Sulfametoksazol) dan agak resisten terhadap Trimetropim.
Daya kerja yang sinergi akan maksimal bila mikroba peka terhadap kedua
antimikroba tersebut.

13

b. Mekanisme Kerja
Aktivitas kombinasi antimikroba kotrimoksazol berdasarkan atas kerjanya
pada dua tahap yang berurutan dalam reaksi enzimatik untuk membentuk Asam
tetrahidrofolat. Sulfometoksazol menghambat masuknya molekul PABA ke dalam
molekul Asam folat dan Trimetropim menghambat terjadinya reaksi reduksi dari
Asam

dihidrofolat

menjadi

Tetrahidrofolat.Trimetropim

menghambat

enzim

Dihidrofolat reduktase mikroba secara sangat selektif. Hal ini penting, karena enzim
tersebut juga terdapat pada sel manusia. Seperti tergambar pada diagram di bawah ini.

Farmakokinetik
Rasio kadar sulfametoksazol dan trimetoprim yang ingin dicapai dalam darah
adalah sekitar 20:1. Karena sifatnya yang lipofilik, trimetoprim mempunyai volume
distribusi yang lebih besar daripada sulfametoksazol. Dengan memberikan
sulfametoksazol 800 mg dan trimetoprim 160 mg per oral (rasio sulfametoksazol :
trimetoprim= 5:1) dapat diperoleh rasio kadar kedua obat tersebut dalam darah kurang
lebih 20:1.
Trimetoprim cepat didistribusi ke dalam jaringan dan kira-kira 40% terikat
pada protein plasma dengan adanya sulfametoksazol. Volume distribusi trimetoprim
hampir 9 kali lebih besar daripada sulfametoksazol. Obat masuk ke CSS dan saliva
dengan mudah. Masing-masing komponen juga ditemukan dalam kadar tinggi di
dalam empedu. Kira-kira 65% sulfametoksazol terikat pada protein plasma. Sampai
60% trimetoprim dan 25-50% sulfametoksazol diekskresi melalui urin dalam 24 jam
setelah pemberian. Dua pertiga dari sulfonamid tidak mengalami konjugasi. Metabolit
trimetoprim ditemukan juga di urin. Pada pasien uremia, kecepatan ekskresi dan kadar
urin kedua obat jelas menurun.
Efek Samping
Mual, diare; sakit kepala; hiperkalemia; ruam (sangat jarang termasuk sindrom
steven Johnson, nekrolisis epidermal toksik, fotosensitif)-hentikan pengobatan segera;
lebih jarang : muntah; sangat jarang: glositis, stomatitis, anorexia, kerusakan hati
14

(termasuk jaundis dan nekrosis hepar), pancreatitis, colitis berhubungan dengan


antibiotik, miokarditis, batuk dan sesak napas, infiltrate paru, meningitis aseptic,
depresi, kejang, neuropathy perifer, ataxia, tinnitus, vertigo, halusinasi, hipoglikemia,
gangguan darah (termasuk leukopeni, trombositopenia, anemia megaloblastik,
eosinofilia), hiponatremia, gangguan ginjal termasuk nefritis interstitialis, artralgia,
mialgia, vaskulitis dan lupus eritematosus sistemik (SLE).
Penggunaan Klinik
a. Infeksi Saluran Kemih
Infeksi ringan saluran kemih bagian bawah. Sediaan kombinasi antimikroba
Kotrimoksazol efektif untuk infeksi kronik dan berulang saluran kemih.
b. Infeksi Saluran Nafas
Antimikroba kombinasi Kotrimoksazol efektif untuk pengobatan otitis media
akut pada anak dan sinusitis maksilaris akut pada orang dewasa yang disebabkan
strain H. Influenzae dan Str. Pneumoniae yang masih sensitif.
c. Infeksi Saluran Cerna
Sediaan antimikroba kombinasi Kotrimoksazol ini berguna untuk pengobatan
Shigellosis karena beberapa strain mikroba penyebabnya telah resisten terhadap
Smpisilin. Namun akhir-akhir ini dilaporkan terjadinya resistensi mikroba terhadap
Sulfametoksazol. Obat ini juga efektif untuk demam Tifoid dan carrier S. Typhi dan
Salmonella spesies lain.
d. Infeksi oleh Pneumocystis carini
Dengan dosis tinggi efektif untuk infeksi yang berat oleh Pneumocystis carini
pada penderita AIDS. Dengan dosis rendah pada penderita Neutropeni.
e. Infeksi Genitalia
Digunakan untuk pengobatan Chancroid.
f. Infeksi lainnya

15

Infeksi oleh jamur Norkadia, untuk pengobatan Bruselosis. Juga untuk infeksi
berat pada anak.

Dosis
DEWASA sulfamethoxazole 800 mg dengan trimethoprim 160 mg tiap 12
jam, ditingkatkan sulfamethoxazole 1,2 g dengan trimethoprim 240 mg tiap 12 jam
pada infeksi berat; per oral, ANAK 6 minggu-5 bulan, sulfamethoxazole 100 mg
dengan trimethoprim 20 mg tiap 12 jam; 6 bulan 5 tahun, sulfamethoxazole 200 mg
dengan trimethoprim 40 mg tiap 12 jam; 6-12 tahun, sulfamethoxazole 400 mg
dengan trimethoprim 80 mg tiap 12 jam; infuse intravena, ANAK sulfamethoxazole
30 mg/kg sehari dengan trimethoprim 6 mg/kg sehari dibagi dalam 2 dosis terbagi.

Sediaan
Antimikroba kombinasi Kotrimoksazol tersedia dalam bentuk tablet oral,
mengandung 400 mg Sulfametoksazol dan 80 mg Trimetropim. Untuk anak tersedia
juga bentuk suspensi oral yang mengandung 100 mg Sulfametoksazol dan 20 mg
Trimetropim. Untuk pemberian intravena tersedia sediaan infus yang mengandung
400 mg Sulfametoksazol dan 80 mg Trimetropim per 5 ml.

Kontraindikasi
Kotrimoxazol sebaiknya tidak diberikan pada penderita :

Penderita dengan gangguan fungsi hati yang parah, insufisiensi ginjal, wanita
hamil, wanita menyusui, bayi prematur atau bayi berusia di bawah 2 bulan.

Penderita anemia megaloblastik yang terjadi karena kekurangan folat.

Penderita yang hipersensitif/alergi terhadap trimetoprim dan obat-obat


golongan sulfonamida.

Interaksi Obat

16

a. Trimetoprim
Anti aritmia

Meningkatkan risiko ventrikel aritmia (VT) saat trimetoprim


(cotrimoxazole)

Antibakterial

diberikan

bersama

amiodarone-

hindari

penggunaan bersama dengan cotrimoxazole


Konsentrasi plasma trimetoprim kemungkinan menurun oleh
rifampicin; konsentrasi kedua obat mungkin meningkat ketika

Antikoagulasi
Antidiabetik

trimetorpim diberikan dengan dapson


Trimetoprim mungkin meningkatkan efek antikoagulasi koumarin
Trimetoprim mungkin meningkatkan efek hipoglikemia dari
repaglinide- pabrik menyarankan untuk menghindari pemakaian

Antiepilepsi

bersama; trimetorpim jarang meningkatkan efek dari sulfonylurea


Trimetoprim meningkatkan konsentrasi plasma fenitoin (juga

Antimalaria

meningkatkan efek antifolat)


Meningkatkan efek anti folat saat trimetoprim diberikan bersama

Antiviral

pirimetamin
Trimetoprim (sebagai cotrimoksazole) meningkatkan konsentrasi
plasma lamivudine- hindari penggunaan bersamaan dengan

Glikosida

cotrimoxazole dosis tinggi


Trimetoprim mungkin meningkatkan konsentrasi plasma digoxin

jantung
siklosporin

Meningkatkan risiko kerusakan ginjal saat trimetoprim diberikan


bersama siklosporin, konsentrasi plasma siklosporin menurun

Sitotoksik

dengan pemberian trimetoprim intravena


Meningkatkan risiko kerusakan darah saat trimetoprim (juga
dengan

cotrimoxazole)

diberikan

bersama

azatriopin,

Diuretik

mercaptopurin atau metotreksate


Meningkatkan risiko hiperkalemia saat trimetoprim diberikan

Estrogen
Vaksin

dengan eplerenone
Mungkin mengurangi efek kontrasepsi estrogen
Menginaktifkan vaksin tifoid oral

b. Sulfametoxazole
Anastesi

Umum : sulfonamide meningkatkan efek thiopental

17

Lokal

meningkatkan

risiko

methemoglobinemia

saat

sulfonamide diberikan dengan prilokain


Anti aritmia

Meningkatkan risiko VT saat sulfametoksazole (sebagai


cotrimoksazole) diebrikan bersama amiodare- hindari pemberian

Antibakterial

bersama
Meningkatkan risiko kristaluria saat sulfonamide diberikan

Antikoagulasi
Antidiabetik
Antiepilepsi

bersama metheamine
Sulfonamide meningkatkan efek antikoagulasi koumarin
Sulfonamide jarang meningkatkan efek sulfonylurea
Sulfonamide mungkin meningkatkan konsentrasi plasma

Antimalaria

fenitoin
Meningkatkan efek anti folat saat diberikan bersamaan

Antipsikotik

pirimetamin
Hindari penggunaan bersama dengan clozapin (meningkatkan

Siklosporin

risiko agranulositosis)
Meningkatkan risiko

kerusakan

diberikan

siklosporin;

bersama

ginjal

saat

sulfonamide

sulfadiazine

mungkin

menurunkan konsentrasi plasma siklosporin


Meningkatkan risiko kerusakan darah saat sulfametoksazol

Sitotoksik

(cotrimoxazole) diberikan dengan azatriopin, mercaptopurin,


atau metotreksat; sulfonamide meningkatkan efek toksik dari
Estrogen
Potassium

metotreksat
Mungkin mengurangi efek kontrasepsi dari estrogen
Efek sulfonamide dihambat oleh portasium aminobenzoate

aminobenzoate
Vaksin

Menginaktifkan vaksin tifoid oral

Nama Dagang
Aditrim,

Bactoprim,

Bactricid,

bactrim,

Bactrizol,

Bimactrim,

Citoprim, Coprim, Cotrim, Decatrim, Dumotrim, Erphatrim, Etamoxul,


Fameprim, Fatibact, Fasiprim, Graprima, Gunametrim, Hufacid, Inatrim,
Infatrim,

Kaftrim,

Kemocid,

Kemotrim,

Lapikot,

Licoprima,

Maxtrim,

Meditrim, Megatrim, Meprotrin, Miratrim, Moxalas, Novatrim, Nufaprim,


Omegtrim, ottoprim, Pehatrim, Primadex, Primavon, Primazole, Ratrim,

18

Saltrim, Sanprima, Sisoprim, Septrin, Spectrem, Sulprim, Sultrimmix,


System, Toxaprim, Trimezol, Trimeta, Triminex, Trimoxul, Trizole, Ulfaprim,
Varfekto, Wiatrim, Xeparim, Yekaprim, Zecatrim, Zoltrim, Zultrop .

Harga Obat

P-drug

19

Tujuan:
antibiotik pada diare akut ec basil gram negatif dengan leukosit +++ pada anak usia 1
tahun
Obat

Efficacy

Safety

Kotrimoksazol Farmakodinamik:
Efektif untuk bakteri gram negatif.
Sulfometoksazol
menghambat
masuknya molekul PABA ke
dalam molekul Asam folat dan
Trimetropim
menghambat
terjadinya reaksi reduksi dari
Asam
dihidrofolat
menjadi
Tetrahidrofolat.
Farmakokinetik:

Trimetoprim cepat didistribusi


ke dalam jaringan dan 40%
terikat
protein
plasma,
sedangkan
sulfametoxazol
65% terikat pada protein
plasma. Obat masuk ke CSS
dan saliva dengan mudah.

Efek samping:
Gangguan
pencernaan
(mual, muntah,
anorexia), Reaksi
dermatologi
(rash, urticaria,
sindrom stevensjohnson),
Hematologi
(Trombositopeni,
anemia
megaloblastik),
Hepatic
(Hepatotoxic),
Renal
(kristaluria).

Suitability

Cost

Kontraindikasi:
Terlampir
alergi
sulfa,
gangguan fungsi hati
dan ginjal, wanita
hamil dan menyusui,
bayi prematur atau
bayi
berusia
di
bawah 2 bulan,
anemia
megaloblastik
karena kekurangan
folat.
Interaksi Obat:
tidak ada interaksi
pada obat yang
diresepkan.
Ketersediaan Obat:
tablet, suspensi oral,
intravena

Kesimpulan
untuk Kasus

++

SIPROFLOKSASIN
Siprofloksasin merupakan antibiotik golongan kuinolon. Anggota- anggota lama
kelompok senyawa antimikroba kuinolon, terutama asam naliksidat sudah tidak
terlalu efektif, karena penggunaan terapinya terbatas serta cepatnya perkembangan
resistensi bakteri. Berdasarkan hal tersebut , diperkenalkan senyawa yaitu 4-kuinolon
terflourinasi seperti ciprofloksasin dan ofloksasin
FARMAKODINAMIK
Mekanisme Kerja

20

Antibiotik kuinolon bekerja dengan menghambat sintesis DNA dengan menghambat


enzim topoisomerase II (DNA girase) dan topoisomnerase IV. Pada banyak gram
positif , topoisomerase IV merupakan aktivitas utama yang dihambat oleh kuinolon.
Sebaliknya pada banyak bakteri gram negatif (seperti E.coli) target utama kuinolon
adalah DNA girase. Inhibisi DNA girase mencegah relaksasi dari puntiran berlebihan
DNA yang dibutuhkan untuk transkripsi dan replikasi. Inhibisi topoisomerase IV
menganggu pemisahan DNA hasil replikasi replikasi untuk pembentukan sel baru.
Bentuk dobel heliks DNA harus dipisahkan menjadi 2 rantai DNA pada saat akan
berlangsung replikasi atau transkripsi. Pemisahan ini akan mengakibatkan
supercoiling (pembentukan gulungan DNA) positif yang berlebihan. Untuk mengatasi
ini , enzim DNA girase bakteri melakukan pengenalan supercoiling negative.
Spektrum Antibiotik
Senyawa florokuinolon merupakan senyawa bakterisida yang kuat terhadap
E.coli dan berbagai spesies Salmonella, Shigella, Enterobacter, Campylobacter, dan
Neisseria.
Konsentrasi hambat minimum florokuinolon untuk 90% galur-galur ini (MIC 90)
umumnya kurang dari 0,2 g/ml. Siprofloksasin lebih aktif daripada norflokassin
terhadap P.aeruginosa. Fluorokuinolon juga memiliki aktifitas baik terhadap
stafilokokus. Beberapa bakteri intraseluler dihambat dengan flourokuinolon termasuk
diantaranya adalah chlamydia, mycoplasma, legionella, brucella dan mycobacterium
(termasuk m. tuberculosis)
FARMAKOKINETIK
Senyawa kuinolon diabsobsi dengan baik setelah pemberian oral dan terdistribusi
secara luas dijaringan tubuh. Makanan tidak menganggu absobsi oral, namun dapat
menunda waktu tercapainya konsentrasi puncak dalam serum. Kadar puncak
flourokuinolon dalam serum dicapai dalam waktu 1 hingga 3 jam pada dosis oral 400
mg, dengan kadar puncak berkisar 1,1g/ml. Waktu paruh siprofloksasin dalam serum
berkisar dari 3 sampai 5 jam. Volume distribusi kuinolon tinggi , dengan konsentrasi
kuinolon di urin, feses, ginjal, paru, jaringan prostat dan empedu. Konsentrasi
kuinolon dalam cairan serebrospinal, tulang dan cairan prostat lebih rendah kadarnya

21

daripada di serum. Siprofloksasi, ofloksasi dan pefloksasi dapat ditemukan di Air


Susu Ibu.
Rute eliminasi berbeda antar senyawa kuinolon. Penyesuaian dosis untuk pasien
insufisiensi ginjal diperlukan pada pemakaian siprofloksasin, ofloksasin, enoksasin
dan norfloksasin. Pada pasien gagal hari, flourokuinolon selain travafloksasin,
grepafloksasin atau perfloksasin dapat digunakan

Efek samping
Kuinolon dan flourokuinolon umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Reaksi
merugikan yang paling umum terjadi gangguan saluran gastrointestinal, dengan 3 %
hingga 17% merasa mual,, muntah dan rasa tidak enak di perut yang ringan. Diare dan
colitis akibat diare jarang terjadi. Efek samping pada saluran saraf pusat sekitar 0,9
-11 % mengeluh nyeri kepala. Semua senyawa kuinolon dapat menyebabkan artropati
pada beberapa spesies hewan yang belum dewasa. Penggunaan kuinolon akan
meningkatkan resiko terjadinya tendinitis dan ruptur tendon. Untuk alasan tersebut
maka kuinolon pada anak

dan wanita hamil dikontraindikasikan. Artalgia dan

pembengkakan sendi pernah terjadi. Pada anak yang diberikan flourokuinolon.


Siprofloksasin , gepafloksasin , pefloksasin dan enoksasin menghambat metabolisme
teofilin dan toksisitas akibat peningkatan metilxantin dapat terjadi.
Indikasi pada kasus
Untuk travelers diarrhea yang sering disebabkan E.coli enterotoksigenik, kuinolon
memiliki efektivitas yang sama dengan trimethoprim-sulfametoksazol, menurunkan
durasi diare 1 sampai 3 hari. Pada pasien shigelosis siprofloksasin diberikan selama 5
hari. Pengobatan siprofloksasin dan ofloksaasin dapat menyembuhkan sebagian besar
demam enteric yang disebabkan salmonella typhi
Kontraindikasi

Hipersensitifitas terhadap kuinolon


Wanita hamil dan laktasi
Anak usia < 18 tahun atau saat masa pertumbuhan
22

Dosis dan cara pemberian


Anak : 5-10 mg/ KgBB/ hari terbagi dalam 2 dosis terbagi. Siprofloksasin
dapat diberikan bersama makan untuk menghindari rasa tidak nyaman pada GI
jangan diberikan bersama Fe, susu dan antasida. Jika dalam bentuk tablet
harus ditelan utuh
Sediaan
Tablet: 500 mg 250 mg, syrup , vial 200 mg/100 ml, kapsul 500 mg
Interaksi obat
1. Antacid
Pemberian

dengan

antasida

akan

menurunkan

efektifitas

dari

siprofloksasin
2. teofilin
ciprofloksasin dapat meningkatkan kadar teofilin dalam serum dan
meningkatkan

resiko

toksisitas.

Siprofloksaisn

akan

menghambat

metabolism teofilin dengan CYP 450


3. antikoagulan oral
dapat meningkatkan resiko perdarahan
4. kortikosteroid
pemberian dengan kortikosteroid akan meningkatkan resiko rupture tendon
dan tendinitis. Tendinitis dan rupture tendon paling sering terjadi di tendon
achilles
Daftar Harga Obat

23

P-drug
Tujuan:
antibiotik pada diare akut ec basil gram negatif dengan leukosit +++ pada anak usia 1
tahun
Obat

Efficacy

Kotrimoksazol Farmakodinamik:

Safety

Suitability

Cost

Efek samping:

Kontraindikasi:

Terlampir

Efektif untuk bakteri gram negatif. Hipersensitivitas Hipersensitivitas


Antibiotik

kuinolon

bekerja ,

Gangguan kuinolon,

dengan menghambat sintesis DNA pencernaan


dengan

menghambat

enzim (mual,

hamil dan laktasi,

muntah) anak usia < 18 tahun

topoisomerase II (DNA girase) tendinitis,

24

wanita

atau

saat

masa

dan topoisomnerase IV.

gangguan

pertumbuhan

Farmakokinetik:

pertumbuhan,

Interaksi Obat:

ruptur
diare,

tendon, Pemberian
siprofloksasin

pseudomembran sebaiknya diberiksan


kolitis

tidka

bersamaan

dengan zink karena


akan

menganggu

absobsi
siprofloksasin
Ketersediaan Obat:
tablet, suspensi oral,
intravena
Kesimpulan

+++

untuk Kasus

Cefixime
Efek samping

kontraindikasi

Bakterisida cefalosporin
generasi ketiga spektrum
luas untuk bakteri gram
negatif

Diare (16%), dispepsia,


sakit kepala, peningkatan
enzim transaminase,
demam, mual,
leukopenia,eosinofilia

Riwayat hipersensitifitas

farmakokinetik

Berikatan dengan satu atau


lebih penicillin-binding
protein, dan menghentikan
pembentukan dinding sel
bakteri dan pertumbuhan
bakteri

farmakodinamik

Bioaviabilitas : 40-50%
Waktu paruh : 3-4 jam
Eksresi : urin dan feses

METRONIDAZOLE

25

Metronidazole merupakan senyawa nitroimidazole yang merupakan terapi pilihan


pada pengobatan amebiasis extralumen. Senyawa ini membunuh protozoa dalam
bentuk tropozoit namun tidak membunuh kista E.histolytica dan sangat efektif dalam
memberantas infeksi jaringan usus serta diluar usus. Tinidazole merupakan senyawa
nitroimidazole yang memiliki cara kerja seperti metronidazole namun memiliki efek
toksik yang lebih rendah dibanding metronidazole. Regimen dosisnya juga lebih
mudah digunakan.
Farmakokinetik
Metronidazole dan Tinidazole dapat diserap dan tersebar merata pada seluruh jaringan
dengan difus sederhana. Metronidazole tersedia dalam sediaan oral, intravena,
intravaginal dan topical. Konsentrasi didalam sel dengan cepat dapat sebanding
dengan ekstraseluler. Puncak kadar plasma mencapai 0.25-4 jam yaitu sekitar 813ug/mL setelah dosis tunggal 500mg. Dosis dapat diulang setelah 6-8 jam. Ikatan
protein senyawa ini cukup rendah sekitar 10%-20%. Untuk metronidazole waktu
paruhnya mencapai 7.5 jam dan 12-14jam untuk tinidazole. Metronidazole dan
metabolitnya diekskresikan terutama di ginjal, sebgian besar adalah metabolitnya
(70%). Kadar obat pada plasma bergantung pada fungsi liver.
Farmakodinamik
Obat ini seara kimia dapat mempengaruhi bakteri anaerob termasuk bakteroides dan
clostridium serta beberapa protozoa. Obat ini dapat pula mempengaruhi bakteri gram
postif serta gram negative. Metronidazole merupakan prodrug, membutuhkan grup
nitro untuk bekerja dari organism yang sensitive. Organisme ini memiliki komponen
electron transport seperti ferredoxins protein Fe-S kecil yang dapat memberikan
electron bakteri pada metronidazole. Perpindahan electron ini dapat membunuh
kuman yang sensitive. Pemberian Oksigen menghambat kerja metronidazole karena
dapat bersaing dalam memperebutkan electron. Oleh karena itu oksigen dapat
menghambat kerja metronidazole serta mempercepat buangan senyawa tersebut.
Kegunaan secara klinis
Amebiasis

26

Senyawa ini merupakan obat pilihan untuk pengobatan terhadap infeksi E.histolytica.
Senyawa ini kuran gefektif terhadap parasit intralumen dan harus dibantu dengan
amebisid intralumen untuk memastikan eradikasi dari kuman tersebut.
Giardiasis
Metronidazole merupakan pengobatan pilihan untuk giardiasis. Dosis pada
pengobatan giardiasis lebih rendah daripada penggunaan untuk pengobatan amebiasis.
Efikasu setelah pengobatan pertama siktar 90%. Tinidazole memiliki efektivitas yang
serupa.
Trikomoniasis
Metronidazole merupakan terapi pilihan. Dosis tunggal 2g efektif pada terapi ini.
Pada beberapa kasus terdapat resistensi terhadap metronidazole, tinidazole dapat lebih
efektif untuk organism yang resisten terhadap metronidazole.
Efek samping
Mual, sakit kepala, mulut kering, ataupun rasa logam pada mulut pada umumnya
muncul. Pada kasus lainnya dapat terjadi muntah, diare, insomnia, kelemahan, pusing,
gangguan berkemih, vertigo, parastesi, dan neutropenia. Pada kasus yang jarang dapat
terjadi pancreatitis serta toxic pada system saraf pusat. Oleh karena itu pada pasien
dengan masalah pada system saraf pusat perlu perhatian khusus. Pada penggunaan
intravena jarang terjadi kejang dan neuropati perifer. Dosis harus disesuaikan pada
pasien dengan penurunan fungsi liver serta ginjal. Tinidazole memiliki efek yang
sama namun pada kenyataan efek tersebut lebih dapat ditoleransi. Metronidazole
dilaporkan dapat memperkuat efek antikoagulan tipe coumarin. Fenitoinn dan
fenobarbital dapat mempercepat eleminasi obat, sementara simetidin dapat
menurunkan bersihan plasma. Keracunan lithium dapat terjadi bila digunakan
bersamaan dengan metronidazole. Metronidazole dan metabolitnya merupakan agen
muatasi dari bakteri. Penggunaan kronis pada dosis besar dapat menimbulkan sel
tumor pada tikus. Data mengenai teratogenik belum jelas. Metronidazole sebaiknya
dihindari pada wanita hamil dan menyusui walaupun data mengenai abnormalitas
masih belum jelas pada manusia.
AMOKSISILIN

27

Struktur Kimia
Struktur dasar penisilin, seperti yang ada pada gambar, terdiri atas cincin
tiazolidin (A) dan cincin -lactam dan satu rantai samping. Inti penisilin merupakan
struktur yang diperlukan untuk aktifitas biologis, transformasi metabolik, atau
perubahan pada struktur molekul ini dapat menghilangkan sifat aktifitas antibakteri
yang signifikan. Struktur rantai samping menentukan daya antibakteri dan
karakteristik farmakologi dari masing-masing tipe penisilin.

Berikut jenis penisilin berdasarkan struktur kimianya. Amoksilin merupakan


derivat aminopenisilin.

28

29

Mekanisme kerja
Golongan -lactam menghambat pertumbuhan bakteri dengan

menganggu

reaksi transpetidase dari sintesis dinding sel bakteri. Dinding sel merupakan lapisan
yang kaku dari spesies bakteri dan menutupi membran sitoplasma, mempertahankan
bentuk sel dan integritas, dan mencegah lisisnya sel dari tekanan osmotik yang tinggi.
Dinding sel terdiri atas rantai kompleks polimer dari polisakarida dan polipeptida,
serta peptidoglikan (murein, mukopeptida). Polisakarida mengandung alternatif amino
sugar, N-acetylglucosamine dan N-acetylmuramic acid. Asam amino terikat pada gula
N-acetylmuramic acid.

Peptida ini berakhir pada

D-alanyl-D-alanine. Enzim

Penicillin-binding protein (PBP) memindahkan rantai alanin saat pembentukan a


cross-link dengan peptida terdekat. cross-link memberikan sifat rigiditas pada dinding
sel.antibiotik -lactam memiliki struktur analog dengan substrat D-Ala-D-Ala, secara
kovalen berikatan pada aktif site dari PBP. Proses ini menghambat reaksi
transpeptidase, menghentikan sintesis peptidoglikan, dan kemudian sel mati.
Mekanisme pasti kematian sel belum sepenuhnya dimengerti, tetapi proses autolisis
dan gangguan morfogrnik dinding sel terlibat. Golongan ini membunuh bakteri hanya
pada saat bakteri aktif tumbuh dan mensintesis dinding sel.

Spektrum Antibakteri
Ampisilin dan aminopenisilin lainnya bersifat bakteriosid terhadap bakteri gram
positif dan gram negatif. Meningokokus dan L. monocytogenes sensitif terhadap jenis
obat ini. Secara in vitro golongan pneumokokus memiliki level resistensi yang
berbeda terhadap ampisilin. Strain resistan-penisilin harus dipertimbangkan resistensiampisilin/amoksilin. H. influenzae dan golongan viridans streptokokus menunjukan
derajat resistensi yang bervariasi. Enterokokus dua kali lebih senstitid terhadap
penisilin dibandingkan penisilin G (MIC ampisilin 1,5g/ml). Meskipun strain N.
gonorrhoeae, E. coli, P. mirabilis, Salmonella, dan Shigella menjadi indikasi
penggunaan ampisilin di tahub 1960an, saat ini terjadi peningkatan angka
resistensi.Sekitar 30-50% E. coli, P. mirabilis,

dan enterobacter tidak sensitif.

Resistensi Salmonella (dimediasi plasmid) juga meningkat di berbagai belahan dunia.


Kebanyakan strain Shigella juga resisten. Pseudomonas, Klebsiella, Serratia,
Acinetobacter, and indole-positive Proteu juga resisten terhadap kelompok penisilin.
30

Penggunaan -lactamase inhibitor bersama asam klavulanat atau sulbaktam


memperluas spektrum aktifitas obat ini.
Farmakokinetik
Amoksilin tahan terhadap asam dan didesain untuk pengunaan oral. Diabsorbsi
lebih cepat dan lebih banyak pada saluran cerna dibandingkan ampisilin. Konsentrasi
plasma tertinggi amoksilin 2-2,5 kali lebih tinggi daripada ampisilin bila diberikan
dengan dosis oral yang sama; tercapai setelah 2 jam pemberian dan sekitar 4g/ml
ketika diberikan 250 mg. Makanan tidak mempengaruhi absorbsi. Insidensi efek
samoing diare karena amoksilin lebih sedikit daripada ampisilin.Waktu paruhnya
hampir sama dengan ampisilin, konsentrasi efektifitas pemberian oral pada amoksilin
dideteksi sekitar 2 kali lebih lama di plasma dibandingkan ampisilin. sekitar 20%
amoksilin terikat protein plasma. sebagian besar dieksresi melalui urin. Probenesid
menghambat eksresi obat.
Efek Samping
Reaksi alergi merupakan bentuk efek samping yang tersering dijumpai pada
golongan penisilin.Terjadinya reaksi alergi didahului adanya sensitisasi. Mereka yang
belum pernah diobati dengan penisilin dapat juga mengalami reaksi alergi. Hal ini
diduga sensitisasi akibat pencemaran lingkungan oleh penisilin. Reaksi alergi
penisilin terberat adalah anafilaksis. Reaksi alergi lain berupa angioedema, penyakit
serum,dan fenomena Arthus. Reaksi alergi ringan sampai sedang berupa kemerahan
kulit, dermatitis kontak, glositis, serta gangguan lain pada mukut, demam kadangkadang yang disertai mengigil.
Sediaan
Amoksisilin tersedia sebagai kapsul atau tablet berukuran 125, 250, dan 500 mg
dan sirup 125mg/5ml. Dosis sewasa 250-500mg tiga kali sehari, Dosis anak 20-40
mg/kgBB/hari, dibagi dalam 3 dosis.

Tabel P-drug (Amoksisilin)

31

Efikasi
Farmakodinamik:
bakteriosid terhadap
bakteri gram positif
dan gram negatif,
namun angka
resistensi
meningkat.

Safety

Suitability

Dapat
menimbulkan
reasksi alergi

Kontraindikasi
pada pasien alergi
golongan lactamase.

Probenesid dapat
menghambat
eksresi amoksisilin

Farmakokinetik:
Absorbsi saluran
cerna baik,
distribusi jaringan
sedang, eksresi
melalui ginjal

Tersedia untuk
pemberian oral
dalam bentuk tablet
125mg, 250mg,
dan 500mg, serta
sirup 125mg/5ml.

KESIMPULAN

32

cost
1 strip tablet
500mg (10 tablet)
Rp6500,00

Sirup 60ml
Rp4000,00

Tabel P drug
Tujuan:
antibiotik pada diare akut ec basil gram negatif dengan leukosit +++ pada anak usia 1
tahun
Nama obat

efficacy

safety

suitability

cost

kotrimoksazol ++

siprofloksasin

+++

amoksisilin

+++

+++

+++

metronidazol

cefixime

++

+++

Berdasarkan tabel diatas, maka pemilihan obat antibiotik yang kami pilih adalah
amoxicilin.

DAFTAR PUSTAKA
1. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran Indonesia, 2007.
33

2. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Pedoman Bagi Rumah Sakit


Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten / Kota. World Health Organization.
Jakarta : WHO Indonesia, 2008.
3. Buku Saku Lintas Diare. Departemen Kesehatan RI. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, 2011
4. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Farmakologi dan Terapi.
Edisi ke-5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2009. Halaman: 599-612.
5. Katzung, B.G. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi ke-1. Penerjemah dan
Editor: Bagian Farmakologi FK UNAIR. Jakarta:Salemba Medika.2001.
6. Hardman, Joel G, Et All. Dasar Farmakologi Terapi volume 2 Goodman &
Gilman. Jakarta. EGC.2012
7. http://kalgenlab.files.wordpress.com/2013/01/buku-dpho-2013-askeslampiran-ii-pdf.pdf diunduh tanggal 26 Januari 2013 pukul 18.30 WIB
8. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/druginfo/meds/a688016.html
9. http://www.drugs.com/drug-interactions/ciprofloxacin-with-medicort-672-01933-3042.html?professional=1

34

Anda mungkin juga menyukai