Anda di halaman 1dari 6

Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal Special Issue Januari 2020

Case Report

PEMANTAUAN TERAPI OBAT PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)


DENGAN KOMPLIKASI DI RUANG RAWAT INAP ALAMANDA RUMAH SAKIT X

MONITORING OF MEDICINE THERAPY IN CHRONIFC KIDNEY DISEASE (CKD)


PATIENTS WITH COMPPLICATIONS IN ALAMANDDA HOSPITAL ALAMANDA
HOSPITAL X

Fetri Charya Munarsih1 *, Novi Dwi Jayanti Harefa2

1,2
Fakultas Farmasi, Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, Jakarta Utara, Indonesia, 14350

*E-mail: Fetri@royalprogress.com

Abstrak
Chronic Kidney Disease (CKD)/Gagal Ginjal Kronik merupakan penyakit dimana ginjal mengalami penurunan
hingga kehilangan fungsi dalam waktu bulan hingga tahun yang ditandai dengan fibrosis pada ginjal sehingga terjadi
perubahan struktur secara perlahan. Apoteker sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan memiliki peran penting
dalam pemantauan terapi obat (PTO). Metode yang dilakukan terhadap pasien di Rumah Sakit Mitra Kemayoran
ialah dengan melihat gejala penyakit, diagnosa, penanganan terhadap pasien, pemberian obat-obatan terhadap
pasien, pengaturan pola makan pasien, pengembangan penyakit pasien dan semua datanya dilakukan pemantauan
selama di Rumah Sakit.
Kata Kunci : Pemantauan Terapi Obat, Gagal Ginjal Kronik, DRP

Abstrack

Chronic Kidney Disease (CKD) / Chronic Renal Failure is a disease in which kidney function has decreased to lose
within months to a year marked by fibrosis in the kidney, so the structure changes slowly. Pharmacists as part of the
health care team has an important role in monitoring drug therapy (PTO). The method is performed on patients at
Mitra Kemayoran Hospital is to look at the symptoms, diagnosis, treatment of patients, administering medications to
the patient, the patient's diet regulation, the development of the patient's illness and all its data during the monitoring
conducted at the Hospital.
Keywords : Monitoring Drug Therapy, Chronic Renal Failure, DRP
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal Special Issue Januari 2020

PENDAHULUAN

Ginjal merupakan organ penting yang berfungsi menjaga komposisi darah dengan
mencegah menumpuknya limbah dan mengendalikan keseimbangan cairan dalam tubuh,
menjaga level elektrolit seperti sodium, potasium dan fosfat tetap stabil, serta memproduksi
hormon dan enzim yang membantu dalam mengendalikan tekanan darah, membuat sel darah
merah dan menjaga tulang tetap kuat. Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease/ CKD)
merupakan masalah kesehatan masyarakat global dengan prevalensi dan insidensi gagal ginjal
yang meningkat, prognosis yang buruk dan biaya yang tinggi[1].
Hasil systematic review dan metaanalysis yang mendapatkan prevalensi global CKD
sebesar 13,4%. Menurut hasil Global Burden of Disease tahun 2010, CKD merupakan penyebab
kematian peringkat ke-27 di dunia tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke-18 pada tahun
2010[2].
Prevalensi CKD meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan
kejadian penyakit diabetes melitus serta hipertensi. Sekitar 1 dari 10 populasi global mengalami
CKD pada stadium tertentu. Di Indonesia menurut laporan Indonesia Renal Registry (IRR) tahun
2011, gagal ginjal kronik disebabkan beberapa faktor resiko yang terdiri dari nefropati diabetik
(27%), dan hipertensi (34%), yang tidak diketahui (1%), faktor lain (6%), glomerulupati primer/
GNC (14%), nefropati obstruksi (8%) dan polikistik (1%). Faktor risiko kormobiditas yang ada
di Propinsi Jawa Tengah, nefropati diabetik (311), hipertensi (507), tidak diketahui (22),
glomerulupati primer (119), nefropati obstruksi (55) dan lain-lain[3].
Rumah Sakit Mitra Keluarga Kemayoran melayani pasien dengan CKD dan hemodialisa.
Pasien CKD dengan komplikasi yang dibahas dalam kasus ini adalah pasien di Ruang
Alamanda. Pemahaman terkait kasus gagal ginjal kronik penting untuk diketahui. Sebagai
seorang profesi yang mengutamakan keselamatan pasien (patient oriented) tentunya sangat
memegang peran penting dalam menentukan pilihan terapi atau pengobatan yang tepat bagi
pasien serta menganalisis drug related problems (DRP) terhadap pengobatan yang diberikan
pada pasien[4].
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal Special Issue Januari 2020

DATA PENGAMATAN
Tabel 1. Identitas Pasien

No. RM 598739
Nama Pasien Ny. Karlina
Tanggal Lahir 03-01-1976
Tanggal Masuk Rumah Sakit 02-05 -2019
Ruangan Alamanda (A)
Indikasi dirawat Perbaikan keadaan umum

Tindakan Hemodialisa rutin tiap selasa dan jumat


Status KU : sedang
TD : 180/90 mmHg
N : 75x/ menit
RR : 24x/menit

Suhu : 36.5oC
SpO2 : 97%
Diagnosa Hipertensi urgensi
Chronic Kidney Diseases (CKD)
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal Special Issue Januari 2020

Tabel 2. Daftar Pemberian Terapi

Pemberian obat per hari


Nama Obat Dosis Rute
6/5 7/5 8/5 9/5 10/5
Omeprazole 1 x 20mg IV     
Ondansentron 1 x 4mg IV     
Anemolat 1 x 5mg Oral     
Farsix 1 x 40 mg IV     
CaCO3 3 x 500mg Oral     
Amlodipine 1 x 10mg Oral     
Bisoprolol 1 x ½ tab Oral     
Farsobid 3 x 1 tab Oral     
Ambroxol 3 x 30mg Oral     
Vitrolenta 2 x 1tts Oral  
Clonidine 2 x 1tab Oral  
Komplax 3 x 10 cc Oral  
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal Special Issue Januari 2020

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pasien Ny. Karlina masuk ke Rumah Sakit pada tanggal 02 Mei. Pasien datang
dengan keluhan lemas, sesak, mual, muntah dan pandangan kabur. Berdasarkan hasil
pemeriksaan pasien didiagnosa CKD (Chronic Kidney Dissease). Perhitungan klirens
didapat hasil Cl Cr pada tanggal 07 Mei 2019 adalah 14,32 ml/menit/1,73 m 3, hasil
tersebut menunjukkan bahwa pasien menderita CKD stage. V. Profil pengobatan pasien :
Dari hasil pemantauan terapi obat terdapat Drug Related Problem yaitu : Pada pasien gagal ginjal
biasanya mengalami anemia, sehingga perlu asam folat untuk membantu pembentukan
eritropoetin (hormone yang membantu pembentukan sel darah merah). Pemberian asam folat
sebagai terapi anemia pada pasien CKD tidak tepat. Penanganan anemia pada pasien CKD non-
diabetik menggunakan eritropoetin[5].
Dosis pemberian eritropoetin alfa (epoetin) 50-100 unit/kgBB subcutan atau intravena 3 kali
seminggu. Sebelum memulai terapi eritropoetin, harus dipastikan kadar besi dalam darah 30-
50% dan ferritin pada kadar 200 - 500 mg/mL.
b. Farsix termasuk golongan Diuretic loop efektif pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal
dengan menghambat reabsorbsi NaCl dalam loop of Henle, pemberian diuretik loop dapat
meningkatkan ekskresi sodium dan air
c. Kalsium karbonat (CaCO3) yang dapat mengikat phospat di saluran cerna yang dapat
menurunkan absorbsi phospat dan konsentrasi serum phospat dalam darah. Pemberian
CaCO3 pada pasien CKD stage V kurang dosis yaitu dosis kurang adekuat perlu peningkatan
dosis. CaCO3 berfungsi sebagai pengikat fosfat pada pasien yang mengalami CKD stage V.
d. Keluhan mual pada pasien sudah mendapat terapi ondansentron, pengobatan kurang tepat.
Ondansentron merupakan obat untuk penanggulangan mual dan muntah akibat proses
kemoterapi dan pasca operasi[6].
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal Special Issue Januari 2020

DAFTAR RUJUKAN

1. Dipiro, Joseph T. , Robert L. Talbert, Gary C. Yee, Gary R. Matzke, Barbara G. Wells, and L. Michael
Posey, 2008, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th Edition, The McGraw-Hill
Companies, New York, pp. 705-815.

2. Estuningtyas., A. Azalia Arif. 2008. Obat Lokal. In Farmakologi dan Terapi. Edisi V. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 517-41.

3. Geoffrey B. Management of Diabetic Nephropathy. New York: Martin Dunitz; 2003 :16-18.

4. Gunawan, Sulistia Gan. Setiabudy, Rianto. Nafrialdi. Elysabeth. 2011. Farmakologi dan Terapi Edisi
5. Jakarta: FKUI.

5. Guyton, A.C., and Hall, J.E., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed, Jakarta: EGC, pp. 231-
237 dan 326-327.

6. Ho, K. M., and Power, B.M., 2010, Benefits and risks of furosemide in acute kidney injury, Journal
of the Association of Anaesthesia of Great Britain and Ireland, Vol. 65, pp. 283-293.

Anda mungkin juga menyukai