7 Tatalaksana
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:
1. Target tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu berisiko tinggi
(diabetes, gagal ginjal proteinuria) < 130/80 mmHg
2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler
3. Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria
4.
Berikut ini merupakan bagan algoritma penanganan hipertensi menurut JNC
VII, 2003
Rekomendasi
Penurunan
Darah Sistolik
berat 5-20 mmHg/10 kg
buah,
sayuran
makanan
Menurunkan
garam
lemak
asupan Pada
dan
yang
pasien
rendah
dengan 2-8 mmHg
pada
dengan
asites/edema
hipertensi
Tekanan
dan
berat.
yang
dikonsumsi
dan
menghindari
makanan
yang
tinggi natrium.
2. Diet Garam Rendah II
(600-800
Diet
ini
mg
Na)
diberikan
kepada
pasien
edema/asites,
dan
berat.
Dianjurkan
menghindari makanan
dengan
kandungan
natrium
tinggi.
Diperbolehkan
menggunakan garam
dalam
pemasakan
(1000-1200
mg
Na)
Diet
ini
diberikan
Pada
masakannya
boleh
ditambahkan
garam
dapur
sebanyak
sendok
teh
(4g).
Namun
tetap
menghindari
jenis
makanan
yang
mengandung natrium
tinggi.
Tertutama
Latihan fisik
aerobic
jalan
Menurunkan
alcohol berlebih
Stop merokok
Apabila dengan perubahan lifestyle tidak tercapai target tekanan darah
yang diinginkan (tekanan darah < 140/90 mmHg pada pasien tanpa riwayat
diabetes/ penyakit ginjal kronis dan tekanan darah <130/80 mmHg pada seseorang
dengan diabetes/penyakit ginjal kronis), maka selanjutnya kita mulai terapi inisial
dengan
obat
anti
pengelompokkan
hipertensi
pasien
oral.
berdasarkan
Untuk
keperluan
pertimbangan
pengobatan,
khusus
ada
(special
Gagal jantung
Pasca infark miokardium
Risiko penyakit pembuluh darah koroner tinggi
Diabetes melitus
Populasi minoritas
Obesitas dan sindrom metabolik
Hipertrofi ventrikel kanan
Penyakit arteri perifer
Hipertensi pada usia lanjut
Hipotensi postural
Demensia
Hipertensi pada perempuan
Hipertesi pada anak dan dewasa muda
Hipertensi urgensi dan emergensi
Pada pasien hipertensi tanpa
kondisi
medis
yang
memaksa,
Ant)
Beta Blocker (BB)
Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB)
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-I)
Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 Receptor Antagonist atau Blocker
(ARB)
Masing-masing obat antihipertensi memiliki efektivitas dan keamanan dalam
Faktor sosio-ekonomi
Profil faktor risiko kardiovaskuler
penyakit lain
Bukti ilmiah kemampuan obat antihipertensi yang akan digunakan dalam
menurunkan risiko kardiovaskuler
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap dan
target tekanan darah tinggi dicapai secara progresif dalam beberapa minggu.
Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang
atau yang memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan
memulai terapi dengan 1 jenis obat antihipertensi atau dengan kombinasi
tergantung tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi. Jika terapi dimulai
dengan 1 jenis obat dalam dosis rendah dan kemudian tekanan darah belum
mencapai target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan dosis obat
tersebut atau berpindah ke antihipertensi lain dengan dosis rendah. Efek samping
umumnya bisa dihindarkan dengan dosis rendah baik tunggal maupun kombinasi.
Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai
target tekanan darah tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan
dan menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang semakin bertambah.
Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien
hipertensi adalah:
CCB dan BB
CCB dan ACEI atau ARB
CCB dan diuretika
AB dan BB
Kadang diperlukan 3 atau 4 kombinasi obat
Diuretika
Angiotensin
II Receptor
Blocker
Blocker
Calcium
Channel
Blocker
Blocker
Angiotensin
Converting
Enzyme
Inhibitor
TDS (mmHg)
TDD (mmHg)
Perbaikan Pola
Hidup
tanpa Indikasi
dengan Indikasi
Memaksa
Memaksa
Tekanan Darah
Normal
Prehipertensi
< 120
120-139
dan < 80
atau 80-89
Dianjurkan
Ya
Obat-obatan untuk
indikasi yang
Hipertensi derajat
140-159
atau 9- 99
Ya
Hipertensi derajat
2
160
atau 100
Ya
Diuretika jenis
memaksa
Obat-obatan untuk
Thiazide untuk
indikasi yang
sebagian besar
memaksa Obat
kasus, dapat
antihipertensi lain
dipertimbangkan
(diuretika, ACE-I,
CCB, atau
sesuai kebutuhan
kombinasi
Kombinasi 2 obat
untuk sebagian
besar kasus
umumnya diuretika
jenis Thiazide dan
ACE-I atau ARB
atau BB atau CCB
g.
terbukti sangat
pemberian
diuretik
loop.
Pada situasi seperti ini pengontrolan tekanan darah sangat penting untuk
mencegah terjadinya progresifitas menjadi disfungsi ventrikel kiri.
BB
merupakan
KELAS IIa :
Penggunaan ACEI pada pasien simtomatik PAP ekstremitas bawah beralasan
untuk menurunkan kejadian kardiovaskular.
KELAS IIb :
Penggunaan ACEI pada pasien asimtomatik PAP ekstremitas bawah dapat
dipertimbangkan
untuk
menurunkan
kejadian
kardiovaskular.
sama,
kecuali
pada
hipertensi
sekunder
efektif.
terapi
obat.
gangguan
fungsi
ginjal).
mmHg).
dilakukan
sesuai
dengan
konsensus
InaSH.
kecuali terdapat hipertensi berat dan menetap yaitu sistolik > 220 mmHg
atau diastolik > 120 mmHg dengan tanda-tanda ensefalopati atau disertai
kerusakan
target
organ
lain.
diteruskan pada fase awal stroke, pemberian obat antihipertensi yang baru
ditunda sampai dengan 7-10 hari pasca awal serangan stroke.
Batas penurunan tekanan darah sebanyak-banyaknya 20-25% dari tekanan
darah
arterial
rerata(MAP=mean
arterial
pressure).(MAP=Tekanan
sistolik
160
mmHg
dan
diastolik
90
mmHg.
Bila tekanan darah sistolik > 230 mmHg atau tekanan diastolik > 140
mmHg: berikan nicardipin/diltiazem/nimodipin DRIP dan dititrasi
dosisnya sampai dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan
darah diastolik 90 mmHg (dosis dan cara pemberian lihat tabel jenis-jenis
obat
untuk
terapi
emergensi).
Indikasi pengobatan :
Bila tekanan darah sistolik 130 mmHg dan /atau tekanan darah
diastolik
180
mmHg.
Pengelolaan
-
Non Farmakologis :
Perubahan gaya hidup, antara lain : menurunkan berat badan,
meningkatkan
aktifitas fisik, menghentikan merokok dan alkohol, serta mengurangi
konsumsi
garam.
- Farmakologis :
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih obat antihipertensi :
Pengaruh terhadap profil lipid
Pengaruh terhadap metabolisme glukosa
Pengaruh terhadap resistensi insulin
Pengaruh
terhadap
huipoglikemia
terselubung.
perubahan gaya hidup sampai 3 bulan. Bial gagal mencapai target dapat
ditambahkan terapi farmakologis.
Diabetisis dengan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan
darah diastolik > 90 mmHg, disamping perubahan gaya hidup, dapat diberikan
terapi farmakologis secara langsung.
Diberikan terapi kombinasi apabila target terapi tidak dapat dicapai
dengan
monoterapi.
Catatan :
- ACEI,ARB, dan CCB golongan non-dihidropiridin dapat memperbaiki
mikroalbuminuria.
- ACEI dapat memperbaiki kinerja kardiovaskular.
- Diuretik (HCT) dosis rendah jangka panjang , TIDAK terbukti memperburuk
toleransi glukosa.
- Pengobatan hipertensi harus diteruskan walaupun sasaran sudah tercapai.
- Bila tekanan darah terkendali, setelah satu tahun dapat dicoba
menurunkandosis secara bertahap.
- Pada orang tua, tekanan darah diturunkan secara bertahap.
2.11.6 Penanggulangan Hipertensi pada Kehamilan
Tekanan darah > 160/100 mmHg HARUS diturunkan untuk
melindungi ibu terhadap risiko stroke atau untuk memungkinkan perpanjangan
masa kehamilan, sehingga memperbaiki kematangan fetus. Obat yang dapat
diberikan ialah : METHYL DOPA dan NIFEDIPINE.
Obat-obat YANG TIDAK BOLEH DIBERIKAN saat kehamilan
adalah ACEI (berkaitan dengan kemungkinan kelainan perkembangan fetus)
dan ARB yang kemungkinan mempunyai efek sama seperti penyekat ACEI.
Diuretik juga TIDAK digunakan mengingat efek pengurangan volume plasma
yang
dapat
mengganggu
kesehatan
janin
terapi
definitif
ialah
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2.15
Otak
Jantung
Mata
Paru-paru
Ginjal
Sistemik
: Stroke
: Aterosklerosis, penyakit jantung koroner, gagal jantung
: Kebutaan (pecahnya pembuluh darah pada mata)
: Edema paru
: Penyakit ginjal kronik
:Penyakit arteri perifer atau penyakit oklusi arteri perifer
Prognosis
Hipertensi dapat dikendalikan dengan baik dengan pengobatan yang tepat.
BAB III
KESIMPULAN
Hipertensi atau tekanan darah tinggi diderita oleh hampir semua golongan
masyarakat di seluruh dunia. Batasan hipertensi ditetapkan dan dikenal dengan
ketetapan JNC VII (The Seventh Report of The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of Hight Blood Pressure). Menurut
criteria JNC VII, pasien dengan hipertensi dibagi menjadi normal, pre hipertensi,
hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2.
Menurut perkiraan, sekitar 30% penduduk dunia tidak terdiagnosis adanya
hipertensi (underdiagnosed condition). Hal ini disebabkan tidak adanya gejala atau
dengan gejala ringan bagi mereka yang menderita hipertensi. Sedangkan, hipertensi
ini sudah dipastikan dapat merusak organ tubuh seperti jantung (70% penderita
hipertensi akan merusak jantung), ginjal, otak, mata, serta organ tubuh lainnya
sehingga hipertensi disebut sebagai silent killer. Deteksi dini penting dilakukan untuk
mencegah timbulnya berbagai komplikasi. Apabila sudah di diagnosis dengan
hipertensi, seorang pasien harus diedukasi dengan baik mengenai pengaturan pola
hidup yang benar selain dari terapi dengan medikamentosa.
DAFTAR PUSTAKA
1. The Seventh Repot of the Joint national Comitte on Prevention, detection,
evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. 2004