Anda di halaman 1dari 13

RESUME

FARMAKOTERAPI II
“HIPERTENSI”

Nama : Ari Anggoro


Bp : 1701109
Kelas : VI B/ 2017B
Dosen : Sri Oktavia, M.Farm, Apt

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI


(STIFARM)
PADANG
2020
TUGAS HIPERTENSI

1. Apa pengertian dari Hipertensi?


Jawab:

Derajat Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit


darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang berada
diatas batas normal atau optimal yaitu 120 mmHg untuk sistolik dan 80
mmHg untuk diastolik. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease
karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum
memeriksakan tekanan darahnya.

2. Jelaskan Klasifikasi Hipertensi!


Jawab:

Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu

1) Hipertensi primer atau esensial yang penyebabnya tidak diketahui


2) Hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit
endokrin, penyakit jantung, dan gangguan anak ginjal (adrenal).

3. Jelaskan Etiologi Hipertensi!

Pada kebanyakan pasien, hipertensi disebabkan oleh etiologi


patofisiologis yang tidak diketahui (hipertensi esensial atau primer). Bentuk
hipertensi ini tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dikendalikan. Sebagian kecil
pasien memiliki penyebab spesifik hipertensi (hipertensi sekunder). Ada
banyak penyebab sekunder potensial yang merupakan kondisi medis
bersamaan atau diinduksi secara endogen. Jika penyebabnya dapat
diidentifikasi, hipertensi pada pasien ini dapat dikurangi atau berpotensi
disembuhkan.

a. Hipertensi essensial (idiopatik)


 hipertensi tanpa kelainan dasar patologis yang jelas
 Lebih dari 90%
 Penyebab : faktor genetik dan lingkungan.
 Faktor genetik : kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stress,
reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokontriktor, resistensi insulin
dll.
 Faktor lingkungan : diet, kebiasaan merokok, stress emosi, obesitas dll.

b. Hipertensi sekunder
Meliputi 5-10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder
dari penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat
meningkatkan tekanan darah.

4. Sebutkan Faktor Resiko Hipertensi!


Jawab:
a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
 Usia
 Jenis kelamin
 Keturunan (genetik)
b. Faktor risiko yang dapat diubah
 Kegemukan (obesitas)
 Psikososial dan stress
 Merokok
 Olahraga
 Konsumsi alkohol berlebih
 Komsumsi garam berlebihan
 Hiperlipidemia/Hiperkolestrolemia

5. Jelaskan Patofisiologi Hipertensi!


Jawab:
Patofisiologi terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE).
ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah.
Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya
oleh hormon renin akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang
terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II.
Renin disintesis dan disimpan dalam bentuk inaktif yang disebut
prorenin dalam sel-sel jukstaglomerular (sel JG) pada ginjal. Sel JG
merupakan modifikasi dari sel-sel otot polos yang terletak pada dinding
arteriol aferen tepat di proksimal glomeruli. Bila tekanan arteri menurun,
reaksi intrinsik dalam ginjal itu sendiri menyebabkan banyak molekul protein
dalam sel JG terurai dan melepaskan renin. Angiotensin II adalah
vasokonstriktor yang sangat kuat dan memiliki efek-efek lain yang juga
mempengaruhi sirkulasi. Selama angiotensin II ada dalam darah, maka
angiotensin II mempunyai dua pengaruh utama yang dapat meningkatkan
tekanan arteri. Pengaruh pertama, yaitu vasokonstriksi, timbul dengan cepat.
Vasokonstriksi terjadi terutama pada arteriol dan sedikit lemah pada vena.
Cara kedua dimana angiotensin II meningkatkan tekanan arteri adalah dengan
bekerja pada ginjal untuk menurunkan ekskresi garam dan air.

6. Sebutkan nama alat untuk mengukur tekanan darah!

Jawab:
Sfigmomanometer

7. Kapan seorang pasien dinyatakan menderita hipertensi?

Jawab:
Seorang pasien dinyatakan menderita hipertensi adalah ketika tekanan
darah sistole besar dari 160 mmHg dan tekanan darah diastole sama atau
besar dari 90 mmHg secara konsisten dalam beberapa waktu.
8. Bagaimana penatalaksanaan non farmakologi untuk penderita
hipertensi?
Jawab:
Terapi non-farmakologi dilakukan pada penderita hipertensi dengan
mengendalikan faktor resiko dan memperbaiki pola hidup. Menurut JNC 7
dan beberapa panduan lain modifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan
cara:
a. Menurunkan berat badan pada penderita obesitas.
Penurunan berat badan dapat mengurangi tekanan darah sistolik 5-20
mmHg/penurunan 10kg. Rekomendasi ukuran pinggang >94 cm untuk pria
dan <80 cm untuk wanita indeks massa tubuh <25 kg/m. Rekomendasi
penurunan berat badan meliputi pengurangan asupan kalori dan juga
meningkatkan aktivitas fisik.
b. Adopsi pola makan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension)
dapat menurunkan tekanan darah sistolik 8-4 mmHg. Memperbanyak
makan buah, sayur-sayuran, dan produk susu rendah lemak dengan
kandungan lemak jenuh dan total lebih sedikit, kaya potassium dan
calcium.
c. Restriksi garam harian dapat menurunkan tekanan darah sistolik 2-8
mmHg. Konsumsi sodium chloride =6 g/hari (100mmol sodium/hari).
Rekomendasikan makan rendah garam sebagai bagian pola makan sehat.
d. Aktivitas fisik dapat menurunkan dapat menurunkan tekana darah sistolik
4-9 mmHg. Lakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang atau setiap
hari pada 1 minggu (total harian dapat diakumulasikan, misalnya 3 sesi @
10menit)
e. Pembatasan konsumsi alkohol dapat menurunkan tekanan darah sitoli 2-
4mmHg.
f. Berhenti merokok untuk mengurangi resiko kardiovaskuler secara
keseluruhan.
Dengan memperbaiki gaya hidup biasanya cukup membantu untuk pasien
prehipertensi, namun hal ini tidak akan cukup untuk pasien dengan pasien
hipertensi yang disertai faktor resiko kardiovaskular atau adanya kerusakan
organ terkait hipertensi

9. Buatlah algoritma penatalaksanaan hipertensi dan JELASKAN


algoritma tersebut dengan bahasa sendiri sesuai pemahaman sendiri!
Jawab:
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa untuk pengobatan hipertensi
dibagi atas 2 kelompok besar yang dimana untuk pengobatan berdasarkan
hipertensi yang tidak ditandai oleh penyakit lain dan hipertensi yang
ditandai dengan penyakit lain.
A. Hipertensi yang tidak disertai penyakit lain.

1. Hipertensi tahap 1

Dimana hipertensi tahap ini ditandai dengan tekanan darah sistole


berkisar 140-159 mmHg atau tekanan darah diastolenya berkisar
antara 90-99mmHg.

Hipertensi tahap 1 ini dapat diobati dengan menggunakan


pengobatan terapi tunggal, yaitu obat-obat golongan:
 ACE Inhibitor [A-1]
 ARB [A-2]
 CCB [A-1] or thiazide-type diuretic [A-1]
 Kombinasi kedua obat tersebut [B-2].
2. Hipertensi Tahap 2

Dimana hipertensi tahap ini ditandai dengan tekanan darah sistole


sama atau besar dari 160 mmHg atau tekanan darah diastolenya
sama atau besar dari 100 mmHg.

Hipertensi tahap 2 ini dapat diobati dengan menggunakan


pengobatan dengan kombinasi obat yang direkomendasikan,yaitu:
 ACE Inhibitor/ ARB dengan thiazide-type diuretic [B-2]; or
 ACE Inhibitor/ ARB dengan CCB [A-2]

B. Hipertensi yang ditandai dengan penyakit lain.


1. Gagal jantung dengan berkurangnya fraksi ejeksi.

Untuk hipertensi ini bisa digunakan farmakoterapi standar dengan


Diuretik dengan ACE Inhibitor/ ARB. Kemudian tambahkan obat-obat
golongan β-Blocker. Bisa juga dengan terapi tambahan antagonis
Aldosteron
2. Infark miokard

Untuk hipertensi ini bisa digunakan farmakoterapi standar

β-Blocker dengan tambahan ACE inhibitor/ ARB


3. Penyakit pembuluh darah koroner

Untuk hipertensi ini bisa digunakan farmakoterapi standar β-Blocker


dengan tambahan ACE inhibitor/ ARB dengan farmakoterapi tambahan
CCB dan Diuretik tiazid.
4. Diabetes melitus
Untuk hipertensi ini bisa digunakan farmakoterapi standar.

 ACE Inhibitor/ ARB, CCB

Tambahan:
 Diuretik Tiazid, β-Blocker

5. Gagal ginjal kronis ACE

Untuk hipertensi ini bisa digunakan farmakoterapi standar.

 Inhibitor/ ARB
6. Pencegahan Stroke berulang
Untuk hipertensi ini bisa digunakan farmakoterapi standar

 Diuretik tiazid/ Diuretik tiazid dengan ACE Inhibitor

10. Jelaskan masing-masing obat antihipertensi beserta dosis penggunaan,


dosis sediaan yang beredar dan efek samping yang sering muncul dari
penggunaan masing-masing obat tersebut!

Jawab:
A. DIURETIK
 Thiazid
Golongan untuk menangani hipertensi. Efektif pada pasien dengan
fungsi ginjal yang kurang baik (GFR > 30 ml/menit).
 Diuretik Hemat Kalium
 Memiliki efek antihipertensi yang lemah bila digunakan dalam dosis
tunggal, namun memberikan efek hipotensi aditif bila dikombinasi
dengan diuretik thiazid atau loop. Obat ini dapat mengatasi
kekurangan kalium dan natrium.
 Antagonis Aldosteron
 merupakan diuretik hemat kalium dengan onset aksi yang lama
(hingga 6 minggu)
 Mekanisme kerja diuretik diuresis

• Pengurangan volume plasma dan stroke volume

• Penurunan curah jantung

• Thiazid mobilisasi natrium dan air pada arteriol, sehinnga terjadi


penurunan resistensi vascular perifer

• Diuretik + AH lain Efek hipotensi, dimana obat AH lain yang


menginduksi retensi natrium dan air dilawan oleh obat diuretik.

• ES thiazid hypokalemia, hipomagnesemia, hiperkalsemia,


hiperurisemia, hiperglikemia, dan disfungsi seksual

• ES Diuretik hemat kalium hyperkalemia (terutama pada gangguan


ginjal kronik atau pemberian bersama ACEi, ARB, AINS atau
suplemen kalium secara bersamaan).

B. ACE Inhibitor
 Menghambat perubahan Angiotensin I → Angiotensin II
 Angiotensin II → vasokonstriktor poten, merangsang sekresi
aldosteron, sekresi antidiuretik, konstriksi arteriol efferen dari
glomerulus.
 Efek lain ACEi memblok degradasi bradikinin → bradikinin
meningkat → penurunan tekanan darah
 ACEi juga merangsang sintesis zat-zat vasodilator, ex. PGE2,
prostasiklin.
 Terapi dimulai dengan dosis rendah
 ACE inhibitor diekskresikan melalui urin
 Efek samping yang umum terjadi : batuk kering, hiperkalemia.
 ACEi memiliki waktu paruh obat yang panjang kecuali kaptopril à
Digunakan sekali sehari kecuali kaptopril yaitu 2-3 kali.
 ACE inhibitor KI untuk ibu hamil à masalah pada neonatal, termasuk
gagal ginjal dan kematian ganjil (Trimester 2 dan 3)
C. ANGIOTENSIN II RESEPTOR (ARB) BLOKER
 Angiotensin II → RAAS, jalur alternatif ex.chymase
 ARB bekerja pada AT1, dengan menahan langsung reseptor tersebut,
menyebabkan efek vasodilatasi dan perbaikan jaringan
 Obat golongan ARB: Kandesartan, Losartan, irbesartan, valsartan,
telmisartan, eprosartan, olmesartan.
 Kurva dosis-respon linar → Bila dikombinasi dengan diuretik,
menunjukkan peningkatan efikasi yang signifikan
 Diekskresikan melalui urin
 Efek samping ARB paling rendah dibanding AH yang lain.
 ES yang terjadi →insufisiensi ginjal, hiperkalemia dam hipotensi
ortostatik
 Seperti ACEi, dikontraindikasikan pada kehamilan, insufisiensi
ginjal, angioedema.
D. Β-BLOKER
 Digolongkan menjadi 3 kategori:
1. Kardioselektif → afinitas pada reseptor β1 > β2.
Contoh obatnya: Atenolol, bisoprolol, metoprolol. Pada dosis
tinggi efek kardioselektif hilang
2. Nonkardioselektif, contoh obatnya : Propanolol, nadolol,
sotalol, timolol
3. ISA (Intrinsic Sympathommetic activity), contoh obatnya:
acebutolol, pindolol,carteolol,pentobutolol.
 Golongan obat β-bloker memiliki perbedaan first pass metabolisme ,
waktu paruh, kelarutan dalam lemak dan rute eliminasi.
 Propanolol dan metoprolol mengalami first pass metabolisme →
dosis bervariasi tiap individu
 Atenolol dan nadolol : t1/2 panjang, ekskresi lewat ginjal
 Penghentian tiba-tiba berisiko rebound hypertension, infark miokard,
angina tidak stabil, kematian
 Terapi dihentikan dengan tapering dose selama 1-2 minggu
E. CALCIUM CHANEL BLOKER (CCB)
 Bekerja dengan menghambat influx kalsium sepanjang membran sel
 Berefek vasodilatasi koroner dan perifer
 CCB terdiri dari 2 sub kelas :
1. Dihidropiridin (nifedipin, amlodipin, isradipin, felodipin, nicardipin)
2. Nondihidropiridin (verapamil, diltiazem)
 Nondihidropiridin menurunkan denyut jantung memperlambat
konduksi nodus AV.
 Bersifat inotropik dan kronotropik negatif →
memperparah pasien dengan gagal jantung
 Kombinasi dengan β-bloker sebaiknya memilih
dihidropiridin → menurunkan risiko heart block.
Golongan Obat beserta Obat dan Dosis untuk Hipertensi.
REFERENSI:

Dipiro J.T., Talbert R.L., Yee G.C., Matzke G.R., Wells B.G. and Posey L.M., 2011,
Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 8th ed., Mc Graw Hill,
United State of America.
DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015,
Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education
Companies, Inggris.
Purnomo, H. 2009. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Yang Paling Mematikan.
Yogyakarta: Buana Pustaka.

Nuraima, A. 2012. Faktor risiko hipertensi pada masyarakat di Desa Kabongan Kidul
kabupaten Rembang [Laporan Penelitian]. Semarang: Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai