Anda di halaman 1dari 25

MANAJEMEN NYERI

Kelompok 6 :
● HAFIZA HANIF (1701103)

● WIDYA ARI SANDI (1701104)

● ANJELI KHAIRUNNISA
(1701106)

● FAUZIAH (1701107)

● ARI ANGGORO (1701109)

● SINTA MARJUNI (1701111)

● EKA YUNIARA YOPA


(1701112)
Defenisi Prevalensi

Nyeri menurut IASP Sembilan dari 10 orang Amerika berusia 18 tahun atau lebih
dilaporkan menderita nyeri minimal sekali dalam satu bulan dan
(Internastio-
sebanyak 42% merasakannya setiap hari. Berdasarkan hasil
nal Assosiation for the Study of data yang diperoleh dari Word Health Organization (WHO)
Pain) adalah pengalaman (2015), jumlah pasien nyeri pembedahan meningkat dari tahun
ke tahun, pada tahun 2011 tercatat terdapat 140 juta pasien atau
sensorik
sekitar 1,9% di seluruh dunia, pada tahun 2012 3 terjadi
dan emosional yang peningkatan sebesar 148 juta pasien atau sekitar 2,1%.
tidak menyenangkan akibat Jumlah prevalensi nyeri secara keseluruhan belum pernah di
kerusakan jaringan atau yang teliti di Indonesia, namun diperkirakan nyeri kanker dialami oleh
cen- sekitar 12,7 juta orang atau sekitar 5% dari penduduk Indonesia
(WHO, 2014), angka kejadian nyeri rematik di Indonesia
derung merusak jaringan, atau mencapai 23,6-31,3%, sedangkan nyeri punggung bawah (LBP)
seperti yang dimaksud dengan sebanyak 40% penduduk dengan jumlah prevalensi pada laki-
kata kerusakan jaringan. laki sekitar 18,2% dan wanita 13,6%.
2
Gejala dan
Etiologi Tanda
Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan ke
1. Gejala Nyeri
dalam dua golongan yaitu : • pergerakan
1.) Penyebab yang tubuh :gelisah,
2.) Penyebab yang • ekspresi wajah: mondar-mandir,
berhubungan dengan fisik. berhubungan dengan
meringis, bergerak
Misalnya : trauma (baik psikis. melindungi
menggigit
trauma mekanik, termis, Misalnya : karena tubuh otot
adanya trauma Lidah,
kimiawi, maupun elektrik), mengatupkan tegang
psikologis
neoplasma, peradangan, gigi, membuka
gangguan sirkulasi darah. mata atau
mulut • interaksi
• suara merintih, sosial:menghindari
menghembuska percakapan kontak
sosial, fokus  fokus
n nafas
aktivitas untuk
mengurangi nyeri
1. anamnesis Gejala danTanda
2.  asesmen nyeri
a. asesmen nyeri menggunakan numerik
rating scale
digunakan untuk pasien dewasa dan anak
berusia lebih dari 3 tahun yang dapat 2. Tanda Nyeri
menggunakan angka untuk melambangkan
intensitas nyeri yang dirasakannya
 0 = tidak nyeri Dilakukan
 1 sampai 3 = nyeri ringan ( pasien dapat Penatalaksanaan
berkomunikasi dengan baik) pada Nyeri, meliputi:
 4 sampai 6 sama dengan  nyeri sedang
(pasien menyeringai, dapat menunjukkan
lokasi nyeri,  atau mendeskripsikan, kan
dapat mengikuti perintah dengan baik)
 7 sampai 9 = nyeri berat ( pasien terkadang
tidak mengikuti perintah tapi masih respon
terhadap tindakan dan menunjukkan lokasi
nyeri tapi tidak dapat mendeskripsikan dan
Gejala danTanda
b. asesmen nyeri menggunakan c. Asesmen nyeri
wong baker FACES pain Rating menggunakan Comfort
scale scale
digunakan untuk pasien dewasa  digunakan untuk pasien
dan anak berusia lebih dari 3 bayi anak dan dewasa di
tahun yang tidak dapat ruang kamar operasi atau
menggambarkan intensitas
ruang rawat inap yang
nyerinya dengan angka.
tidak dapat menggunakan
numerik rating scale atau
wong Baker  Faces scale

d. Pada pasien pengaruh


obat anestesi
e. Asesmen ulang
f. Derajat nyeri

3. Pemeriksaan fisik
A
A
Be
rd
as
a rk
an
D
ur
as
i

B
B
Klasifikasi Nyeri

Be
rd
as
ar
ka
n
A
sa
l
C
C

Be
rd
as
ar
ka
n
Lo
ka
si
7
A. Berdasarkan Durasi

1. Nyeri Akut
Nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau
intervensi bedah dan memiliki proses yang cepat dengan
intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) dan
berlangsung untuk waktu yang singkat (Andarmoyo, 2013).

Nyeri akut berdurasi singkat (kurang lebih 6 bulan) dan akan


menghilang tanpa pengobatan setelah area yang rusak pulih
kembali (Prasetyo, 2010).

2. Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang intermitten yang
menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung
lama dengan intensitas yang bervariasi dan biasanya
berlangsung lebih dari 6 bulan.
B. Berdasarkan Asal

1. Nyeri Nosiseptif
Nyeri yang disebabkan oleh aktivitas atau sensitifitas
nosiseptor perifer yang merupakan reseptor khusus yang
mengantarkan stimulus naxious (Andarmoyo, 2013).

Nyeri nosiseptor dapat terjadi karena adanya stimulus yang


mengenai kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat, dll
(Andarmoyo, 2013).

2. Nyeri Neuropatik
Merupakan hasil suatu cedera atau abnormalitas yang didapat
pada struktur saraf perifer maupun sentral, nyeri ini lebih sulit
di obati (Andarmoyo, 2013).
C. Berdasarkan Lokasi

1. Superficial atau kutaneus


Nyeri yang disebabkan stimulus kulit. Karakteristik dari nyeri
berlangsung sebentar dan berlokalisasi. Nyeri biasanya terasa
sebagai sensasi yang tajam. Contohnya tertusuk jarum suntik
dan luka potong kecil atau laserasi (Potter & Perry, 2006).

2. Viseral Dalam
Nyeri yang terjadi akibat stimulus organ- organ internal. Nyeri
ini bersifat difusi dan dapat menyebar ke beberapa arah.
Contohnya sensasi pukul (crushing) seperti angina pectoris
dan sensai terbakar seperti pada ulkus lambung (Potter &
Perry, 2006).
C. Berdasarkan Lokasi

3. Nyeri Alih
Merupakan fenoma umum dalam nyeri visceral karena banyak
organ tidak memiliki reseptor nyeri. Karakteristik nyeri dapat
terasa pada bagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri.
Dan dapat terasa dengan berbagai karakteristik, contohnya
nyeri pada infark miokard yang menyebabkan nyeri alih ke
rahang, lengan kiri, batu empedu, yang mengalihkan nyeri ke
selangkangan.

4. Radiasi Nyeri
Merupakan sensi nyeri yang meluas dari tempat awal cedera
ke bagian tubuh yang lain (Potter & Perry, 2006). Karakteristik
nyeri terasa seakan menyebar ke bagian tubuh bawah atau
sepanjang bagian tubuh. Contoh nyeri punggung bagian
bawah akibat diskusi intravertebral yang ruptur disertai nyeri
yang meradiasi sepanjang tungkai dan iritasi saraf skiatik.
P
A
T
O
F
I
S
I
O
L
O
G
I

12
TERAPI NON
FARMAKOLOGI DISTRAKSI

Distraksi adalah teknik untuk mengalihkan perhatian terhadap hal – hal lain
sehingga
lupa terhadap nyeri yang dirasakan.
Contoh :
 Membayangkan hal – hal yang menarik dan indah
 Membaca buku, Koran sesuai dengan keinginan
 Menonton TV
 Medengarkan musik, radio, dll

13
13
TERAPI NON
FARMAKOLOGI RELAKSASI

Teknik relaksasi memberi individu control diri ketika terjadi rasa tidak nyaman
atau nyeri, stres fisik dan emosi pada nyeri Sejumlah teknik relaksasi dapat dilaku-
kan untuk mengendalikan rasa nyeri ibu dengan meminimalkan aktivitas simpatik
dalam system saraf otonom.

Tahapan relaksasi nafas dalam adalah sebagai berikut :


 Ciptakan lingkungan yang tenang
 Usahakan tetap rileks dan tenang
 Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui hitungan
1,2,3
 Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstrimitas atas
dan bawah rileks
14
14
TERAPI NON
FARMAKOLOGI RELAKSASI

 Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali


 Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara
perlahan-lahan
 Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
 Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam
 Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
 Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
 Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.

15
15

TERAPI
FARMAKOLOGI

16
Obat non opiod (bukan narkotika)

Obat opiod (narkotika)


 Golongan salisilat
:  Golongan para-
asetosal(aspirin,caf aminofenol:
e- nol,naspro). Paracetamol Kodein(coditam)
Salisilamida (panadol,tempra) Morfin(MSTcontinus)
benorila Fentanil(fentanly)
Sufentanil(sufenta)
 Golongan
pirazolon :  Golongan
Antalgin (novalgin, antranilat :
analsik, metamiol,
asam mefenamat
metapiron).
(ponstan, mefinal).

17
17
ALGORITMA TERAPI

18
18
19
19
20
20
21
21
KESIMPULAN PENATALAKSANAAN

Jadi dari penjelasan yang telah dijelaskan dapat disimpulkan dalam


penatalaksaan manajemen nyeri yaitu:
• Dalam terapi ini disarankan untuk melakukan terapi non farmakologi terlebih
dahulu yaitu dengan cara distraksi dan relaksasi.
• Jika tidak dapat diatasi dengan terapi non farmakologi baru digunakan terapi
farmakologi dan dibarengi dengan terapi non formakolgi.
• Terapi farmakologi yang dianjurkan yaitu obat-obat golongan non opiat (non
narkotika) karena tidak menimbulkan efek ketergantungan terhadap obat.
• Kalau belum menimbulkan efek terapi yang diinginkan dengan obat golongan
non opiat baru digunakan obat golongan opian dengan dosis yang minimum.

22
22
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, S. 2013. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC

Joint Commision on accreditation of Healthcare Organization. Pain: current understansing of


asessment, management, and treatments. Nations Pharmaceutical Council, Inc: 2001

Potter, P.A., & Perry, A.G. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :Konsep Proses Dan Praktik
Volume 2. (Terjemahan Komalasari, & dkk). Jakarta : EGC.

Prasetyo. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Silbernagl, L. 2000. Pain in Color Atlas of Pathophysiology. Thieme New York. 320-321

Tamsuri, A. 2006. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC.

23
Daftar / Kehadiran Diskusi Online

HAFIZA HANIF  .

WIDYA ARI SANDI  .

ANJELI KHAIRUNNISA  .

FAUZIAH  .

ARI ANGGORO  .

SINTA MARJUNI  .

EKA YUNIARA YOPA  .


Thanks

Anda mungkin juga menyukai