Disusun oleh:
Anggun Restu Ayu G (170500053)
Lidiawati (170500073)
Melisa Sopta Juwita (170500077)
Rasnia Rusli (170500088)
Dosen Pendamping:
Rizal Fauzi M.Clin.,pharm
PENDAHULUAN
A. Definisi penyakit
Hipertensi didevinisikan dengan meningkatnya tekanan darah arteri
yang respersisten. The seven joint National Committee, mengklasifikasikan
tekanan darah pada orang dewasa.Penderita dengan tekanan darah diastolic
(TTDD) kurang dari 90 mmHg dan tekanan darah Sistolik (TDS) lebih besar
sama dengan 140 mmHg mengalami hipertensi sistolik terisolasi.Krisis
(hipertensi (tekanan darah diatas 180/120 mmHg dapat dikatagorikan sebagai
hipertensi darurat ( meningkatnya tekanan darah akut atau disertai kerusakan
organ ) atau hipertensi gawat (beberapa tekanan darah.
B. Etiologi
Berdasarkan etologinya hipertensi di klasifikasikan menjadi hipertensi
primer/essensial dengan insiden 80-95 %dimana pada hipertensi jenis ini tidak
ketahui penyebabnya. Selain itu terdapat pula hipertensi sekunder akibat
adanya suatu penyakit atau kelainan yang mendasari seperti stenosis arteri
renalis, penyakit parenkim ginjal, feokromositoma,hiperaldosteronis dan
sebagainya
C. Patofisiologi
Hipertensi merupakan penyakit heterogen yang dapat di sebapkan oleh
penyebap yang spesifik ( hipertensi skunder) atau mekanisme patofisiologis
yang tidak diketahui penyebapnya ( hipertensi primer atau esensial).
Hipertensi skunder bernilai kurang dari 10% kasus hipertensi, pada umumnya
kasus tersebut disebapkan oleh penyakit ginjal kronik atau renovascular.
Kondisi lain yang dapat menyebapkan hipertensi skunder antara lain
pheocrhromocytoma, sindrom cushing, hipertiroid, hiperparatiroid,
aldosterone primer, kehamilan, obstrutif sleep apnea , dan kerusakan aorta.
Beberapa obat yang dapat meningkatkan tekanan darah adalah kortikosteroid,
esterogen, AINS (anti inflamasi non steroid), amphetamine, sibutramine,
siklosporin, tecrotimus, erythropoletin, dan venlafaxine.
Tanpa Dengan
F. Penatalaksanaan Hipertensi
Penanganan hipertensi menurut JNC VII bertujuan untuk mengurangi angka
morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovakuler dan ginjal. fokus utama
dalam penatalaksanaan hipertensi adalah pencapaian tekanan sistolik target
<140/90 mmHg pada pasien dengan hipertensi dan diabetes atau penyakit
gagal ginjal
Target tekanan darah adalah <130/ 80 mmHg pencapaian tekana darah target
secara umum dapat dilakukan dengan dua cara sebagai berikut :
a . Non Farmakologis Terapi
Terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan kebiasaan merokok,
menurunkan berat badan berlebih, konsumsi alkohol berlebih, asupan
garam dan asupan lemak, latihan fisik serta meningkatkan konsumsi buah
dan sayur.
1. Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih: peningkatan berat
badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap tekanan darahnya.
Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat penting dalam prevensi
dan kontrol hipertensi
2. Meningkatkan aktifitas fisik: orang yang aktivitasnya rendah berisiko
terkena hipertensi 30-50% daripada yang aktif. Oleh karena itu,
aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak >3x/hari penting sebagai
pencegahan primer dari hipertensi.
3. Mengurangi asupan natrium
4. Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol: kafein dapat memacu
jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan
pada setiap detiknya. Sementara konsumsi alkohol lebih dari 2-3
gelas/hari dapat meningkatkan risiko hipertensi.
b. Terapi Farmakologi:
Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC
VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron
antagonis, beta blocker, calcium chanel blocker atau calcium antagonist,
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin II
Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/ blocker (ARB) diuretik
tiazid (misalnya bendroflumetiazid).
Contoh contoh obat anti hipertensi antaralain yaitu:
1. beta‐bloker, (misalnya propanolol, atenolol),
2. penghambat angiotensin converting enzymes (misalnya captopril,
enalapril),
3. antagonis angiotensin II (misalnya candesartan, losartan),
4. calcium channel blocker (misalnya amlodipin, nifedipin)
5. alpha‐blocker (misalnya doksasozin)
BAB II
A. Studi Kasus
Tn. ATN berusia 46 tahun dengan riwayat hipertensi dan melakukan
penyalahgunaan kokain sebelumnya (BB=70 kg dan TB=160 cm), dibawa ke ruang
gawat darurat karena mengeluhkan tiba-tiba sakit kepala parah dan diaphoresis tanpa
tanda/gejala neurologis atau kardiovaskular lainnya. Tn.TN memeriksa tekanan
darahnya di rumah sebesar 230/130 mmHg. Tekanan darah tersebut tidak segera
membaik meskipun telah mengkonsumsi klonidin oral 0,3 mg sebelumnya. Gejala ini
dimulai setelah dia mengonsumsi Libido-Max, suplemen yang dijual bebas untuk
disfungsi ereksi. Hal ini menyebabkan Tn. TN mengalami rebound hipertensi dan
membuat tekanan hipertensi resisten terhadap klonidin oral.
B. Pembahasan
Subjective:
Keluhan : Tn. ATN berusia 46 tahun dengan riwayat hipertensi dan melakukan
penyalahgunaan kokain sebelumnya (BB=70 kg dan TB=160 cm), dibawa ke ruang
gawat darurat karena mengeluhkan tiba-tiba sakit kepala parah dan diaphoresis tanpa
tanda/gejala neurologis atau kardiovaskular lainnya.
Assessment:
Problem medis Jurnal Pendukung/Evidence Based Medicine
1. Hipertensi
2. Obesitas, .
Planning/Rekomendasi terapi:
1. Hipertrigliseridema
▪ Monitoring efektifitas terapi: .
▪ Rencana edukasi:
2. Obesitas :
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, I. K., Andrajati, R., Setiadi, A. P., Sigit, J. I., Sukandar, E. Y. 2008. ISO
Farmakoterapi. PT. ISFI Penerbitan: Jakarta
Nuraini, B., febuari 2015. RISK FACTOR OF HYPERTENSION. Volume 4 Nomer 5.