DISUSUN:
CHRISANT D. TARIGAN
NPM. 2315002
DOSEN:
Prof.Dr. Erika Revida Saragih, MS
PENDAHULUAN
Latar belakang
Di Indonesia, hipertensi juga merupakan masalah Kesehatan yang perlu diperhatikan oleh dokter yang
bekerja pada pelayanan Kesehatan primer, karena angkaprevalensinya yang tinggi dan akibat jangka
Panjang yang ditimbulkannya. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan nama penyakit darah tinggi
adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan tekanan darah di atas ambang batas normal yaitu
120/80mmHg. Batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg.
Bila tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi (batasan tersebut untuk orang
dewasa di atas 18 tahun). Penyakit ini disebut sebagai the silent killer karena penyakit mematikan ini
sering sekali tidak menunjukkan gejala atau tersembunyi. Hipertensi tidak secara langsung membunuh
penderita, tetapi melalui timbulnya berbagai penyakit serius. Dengan kata lain, komplikasi dari
hipertensi itulah yang sebenarnya banyak mengakibatkan kematian pada penderitanya. Hipertensi baru
disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung, coroner, ginjal,
gangguan organ, gangguan fungsi kognitif ataupun stoke. Hipertensi pada dasarnya akan mengurangi
harapan hidup pada para penderitanya.
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu hipertensi primer yang tidak
diketahui penyebabnya atau idiopatik dan hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh
penyakit lain. Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90% dari seluruh pasien hipertensi dan 10%
lainnya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Hanya 50% dari golongan hipertensi sekunder dapat
diketahui penyebabnya dan dari golongan ini hanya beberapa pasien yang dapat diperbaiki
kelainannya. Oleh karena itu upaya penanganan hipertensi primer lebih mendapatkan prioritas. Banyak
penelitian dilakukan terhadap hipertensi primer, baik mengenai pathogenesis maupun tentang
pengobatannya. Menurut WHO (1978), batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah
140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau di atas 160/95
dinyatakan sebagai hipertensi. Tekanan darah diantara normotensi dan hipertensi disebut borderline
hypertension. Batasan tersebut tidak membedakan jenis kelamin
danusia, sedangkan batasan hipertensi yang memperhatikan perbedaan usia dan jeniskelamin
diajukan oleh Kaplan (1985) sebagai berikut : pria yang berusia < 45 tahun dinyatakan hipertensi jika
tekanan darah pada waktu berbaring 130/90 mmHg atau lebih, sedangkan yang berusia > 45 tahun
dinyatakan hipertensi jika tekanan darahnya145/95 mmHg atau lebih. Wanita yang mempunyai tekanan
darah 160/95 mmHg atau lebih dinyatakan hipertensi.
Dewasa ini masyarakat sudah tidak asing lagi mendengar kata Hipertensi. Hipertensi merupakan salah
satu penyakit yang umum dijumpai di masyarakat, dan merupakan penyakit yang terkait dengan sistem
kardiovaskuler. Hipertensi memang bukan penyakit menular,namun kita juga tidak bisa
menganggapnya sepele, selayaknya kita harus senantiasa waspada. Tekanan Darah tinggi atau
Hipertesi dan arterosclerosis (pengerasan arteri) adalah dua kondisi pokok yang mendasari banyak
bentuk penyakit kardiovaskular. Lebih jauh, tidak jarang tekanan darah tinggi juga menyebabkan
gangguan ginjal.
Sampai saat ini, usaha-usaha baik untuk mencegah maupun untuk mengobati penyakit hipertensi
belum berhasil sepenuhnya, hal ini dikarenakan banyak faktor penghambat yang
mempengaruhi.seperti kurangnya pengetahuan tentang hipertensi (pengertian, klasifikasi, tanda dan
gejala, sebab akibat, komplikasi) dan juga perawatannya. Saat ini,angka kematian karena hipertensi di
Indonesia sangat tinggi. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan
tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia.
Hipertensi merupakan gangguan system peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah
diatas normal, yaitu 140/90 mmHg. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007
menunjukkan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7% (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia). Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stoke. Sedangkan sisanya pada
janntung gagal ginjal, dan kebutaan. Sementara didunia Barat, hipertensi justru banyak menimbulkan
gagal ginjal, oleh karena perlu diadakan upaya-upaya untuk menekan angka peyakit hipertensi terlebih
bagi penderita hipertensi perlu diberikan perawatan dan pengobatan yang tepat agar
tidak menimbukankomplikasi yang semakin parah. Selain itu pentingnya pemberian asuhan
keperawatan pada pasien hipertensi juga sangat diperlukan untuk melakukan implementasi yang benar
pada pasien hipertensi.
BAB II
PERMASALAHAN/RUMUSAN MASALAH
Penyebab hipertensi atau tekanan darah tinggi masih belum bisa dipastikan padalebih dari 90% kasus
yang ada, tapi terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko Anda mengalami tekanan
darah tinggi. Faktor-faktor yang bisa meningkatkanresiko terkena tekanan darah tinggi primer adalah
sebagai berikut:
1. Kadar garam yang tinggi dalam makanan Anda
2. Kurang olahraga
3. Kelebihan berat badan
4. Riwayat kesehatan keluarga dengan tekanan darah tinggi
5. Merokok
6. Terlalu banyak mengonsumsi minuman keras
7. Stres
8. Risiko tekanan darah tinggi meningkat seiring bertambahnya usia.
Kondisi atau penyakit yang bisa menyebabkan hipertensi sekunder antara lain:
● Penyakit ginjal
● Hipertiroidisme
● Penyakit jantung bawaan
● Kelainan bawaan pada pembuluh darah
● Penyalahgunaan NAPZA
● Penggunaan obat-obat tertentu, seperti dekongestan, pil KB, atau kortikosteroid
● Sleep apnea
● Kecanduan alkohol
Hipertensi juga bisa dipicu oleh emosi. Contoh yang paling sering ditemukan adalah white coat
hypertension, yaitu hipertensi yang disebabkan oleh rasa takut atau cemas saat menjalani tes
kesehatan. Hipertensi ini hanya terjadi saat pemeriksaan di klinik atau rumah sakit oleh dokter,
perawat, atau tenaga kesehatan, dan akan kembali normal ketika pasien di rumah.
Gejala Hipertensi
Tekanan darah tinggi dikenal dengan istilah the silent killer atau penyakit yang membunuh secara
diam-diam. Hal ini karena sering kali hipertensi tidak menimbulkan gejala atau tidak disadari sampai
tekanan darah sudah sangat tinggi atau hipertensi sudah menimbulkan komplikasi.
Kondisi ini mana tekanan darah sudah sangat tinggi disebut krisis hipertensi, yaitu ketika tekanan
darah sudah mencapai 180/120 mmHg atau lebih.
Gejala yang dapat muncul ketika tekanan darah terlalu tinggi adalah:
Terkadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang harus segera
mendapatkan penanganan.
Banyak orang mengidap hipertensi atau tekanan darah tinggi tanpamenyadarinya karena penyakit ini
tidak memiliki gejala yang jelas.
a. Sasaran Primer
Sasaran primer meliputi individu yang sehat dan keluarga sebagai bagian dari masyarakat.
b. Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder meliputi para pemuka di masyarakat, baik pemuka informal seperti pemuka
adat, pemuka agama dan lain-lain maupun pemuka formal seperti petugas kesehatan, pejabat
pemerintahan dan lain-lain. Organisasi kemasyarakatan dan media massa.
c. Sasaran Tersier
Sasaran tersier meliputi paara pembuat kebijakan publik yang membuat peraturan perundang-
undangan di bidang kesehatan dan bidang di luar kesehatan yang berkaitan serta para
penyedia sumber daya (Maulana 2009).
Pengobatan Hipertensi
Pengobatan hipertensi akan disesuaikan dengan hasil pemeriksaan, penyebab hipertensi, dan kondisi
kesehatan pasien. Pengobatan untuk darah tinggi ini terdiri dari perbaikan gaya hidup dan pemberian
obat-obatan. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
● Menurunkan berat badan bila mengalami kelebihan berat badan (overweight) atau obesitas,
dan menjaga berat badan dalam batas ideal
● Mengonsumsi makanan sehat, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran
Pemberian obat-obatan
Selain melakukan perubahan gaya hidup, penderita hipertensi juga memerlukan obat untuk mengontrol
tekanan darahnya. Obat antihipertensi ini umumnya perlu dikonsumsi seumur hidup dengan dosis yang
secara berkala akan diturunkan atau dinaikkan sesuai kondisi pasien. Namun, perubahan dosis obat
darah tinggi harus berdasarkan pertimbangan dokter.
Beberapa jenis obat hipertensi yang sering diresepkan dokter adalah:
Perlu diingat bahwa konsumsi obat-obatan di atas harus di bawah pengawasan dokter. Jangan
menambah atau mengurangi dosis tanpa persetujuan dokter. Lakukan kontrol secara rutin ke dokter
agar efektivitas pengobatan bisa dipantau. Jika muncul efek samping, segera periksakan diri ke dokter.
Komplikasi Hipertensi
Tekanan darah tinggi yang tidak tertangani dalam jangka panjang bisa menyebabkan berbagai
komplikasi serius, seperti:
Pencegahan Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi bisa dicegah dengan menghindari faktor-faktor yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini. Caranya antara lain adalah sebagai berikut:
BAB III
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Penyuluhan
dilakukan dengan melibatkan semua komponen di Klinik Satu Hati, yaitu Penyuluhan Kesehatan
tentang bahaya. Hipertensi. Penyuluhan Kesehatan diikuti sejumlah 50 orang dengan alasan
penentuan lokasi karena ditemukan 10 orang pasien mengalami gejala hipertensi seperti sakit kepala,
gangguan penglihatan, mual dan muntah. Penyuluhan dilakukan selama satu kali dalam seminggu,
dalam melakukan penyuluhan pasien diberi pemahaman tentang pengenalan dan pemahaman tentang
penyakit hipertensi primer dan sekunder, serta cara mencegah dan menghidar diri dari hipertensi yang
disebabkan infeksi. Penyuluhan telah dilaksanakan, semua pasien telah memahami dan mengerti
tentang bagaimana gejala hipertensi serta upaya pencegahan melalui perilaku.
Klinik Satu Hati merupakan Salah Satu Faskes 1 di Kec.Deli Serdang . Pelaksanaan
penyuluhan bertempat di Klinik Satu Hati 1 x seminggu . Kegiatan penyampain materi terkait dengan
pencegahan hipertensi dan penanggulangannya. Hasil dari pelaksanaan peyuluhan adalah 5 orang
bertanya tentang tanda dan gejala tentang Hipertensi, dan 5 orang bertanya tentang hal-hal yang harus
dilakukan untuk mencegah Hipertensi.
Pasien berkesimpulan bahwa upaya untuk menghindari hal tersebut, pemeriksaan tekanan darah
sebaiknya dilakukan secara rutin setidaknya setiap 1 tahun sekali sejak usia 18 tahun, terutama pada
orang yang memiliki risiko untuk terkena hipertensi.
Jika pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah sistolik mencapai 130 mmHg ke atas, sebaiknya
konsultasikan dengan dokter meski Anda tidak merasakan gejala apa pun.
Apabila tekanan darah sistolik sudah mencapai 180 mmHg ke atas atau tekanan diastolik sudah
mencapai 120 mmHg ke atas, segera ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan.
BAB IV
Edukasi dan promosi kesehatan hipertensi ditekankan pada pentingnya kepatuhan terapi demi
tercapainya target tekanan darah.
Pada pasien hipertensi, tekankan betapa pentingnya kontrol tekanan darah. Menyampaikan pada
pasien bahwa terapi dilakukan jangka panjang dengan jadwal temu yang berkala. Menjelaskan bahwa
hal ini penting untuk memastikan terapi memadai dan komplikasi dapat dicegah seoptimal mungkin.
Minta kerja sama pasien dalam tata laksana dan berikan motivasi bahwa diagnosis hipertensi tidak
berarti pasien akan memiliki kualitas hidup yang buruk. Menjelaskan bahwa dengan manajemen yang
adekuat, pasien memiliki kemungkinan kesintasan yang baik.
SARAN
▪ Diet seimbang
▪ Istirahat cukup
▪ Kelola stres
Adapun upaya pengendalian hipertensi juga dapat dilakukan dengan program penyakit tidak menular
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia berupa PATUH yang merupakan akronim dari:
DAFTAR PUSTAKA
http://id.scribd.com/doc/50677147/Makalah-Hipertensi
Kemenkes RI, 2017. (2017). Mencegah dan Mengontrol Hipertensi Agar. Infodatin Hipertensi.
Kaplan, N. M., & Victor, R. G. (2014). Kaplan’s clinical hypertension: Eleventh edition. In Kaplan’s
Clinical Hypertension: Eleventh Edition.
Anshari, Z. (2020). Komplikasi Hipertensi Dalam Kaitannya Dengan Pengetahuan Pasien Terhadap
Hipertensi Dan Upaya Pencegahannya. Jurnal Penelitian Keperawatan Medik, 2(2). Ardiansyah, M.
(2012).
Sari, R. K., & PH, L. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi. Jurnal Ilmiah Permas, 6(4),
1–10. E., K. S. (2018). Hypertension and cardiovascular risk: General aspects. Pharmacol Res. 129 :
95–99. Retrieved from https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/?term=Kjeldsen+SE&cauthor_id=2