Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI URGENCY
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Hipertensi merupakan masalah kesehatan public utama di seluruh dunia
dan merupakan faktor risiko penyakit kardiovskular tersering, serta belum
terkontrol optimal diseluruh dunia.Namun, hipertensi dapat dicegah dan
penanganan dengan efektif dapat menurunkan risiko stroke dan serangan
jantung. Hipertensi berdasarkan criteria JNC 2, didefinisikan sebagai kondisi
dimana tekanan darah sistolik lebih dari atau sama 140 mmHg atau tekanan
darah diastolic lebih daari atau sama dengan 90 mmHg .hipertensi
mengakbatkan pada ½ penyakit janrung koroner dan sekitar 2/3 penyakit
sarebrovaskular.
Banyak masalah penyakit kardiovaskular sekarang terjadi di negara
berpendapatan rendah sampai menangah.Negara-negara ini berjuang
menghadapi penyakit kardiovaskular terkait kemiskinan dan infeksi seperti
penyakit jantung rematik, fibrosis endomiokardial, infeksi human
imundeficiency virus (HIV), perikarditis tuberkolosis, dan penyakit
chagas.Kombinasis dan keterbatasan ekonomi, sumber daya, dan tumpang
tindih beberapa penyakit membebani kemampuan untuk menangani faktor
risiko tidak menular dan penyakit terkait.
Delapan puluh persen kematian kardiovaskuler seluruh dunia terjadi di
negara penghasilan rendah sampai menengah dan dalam perbandingan dengan
negara penghasilan tinggi, kematian ini (stroke dan infark miokard akut) terjadi
diusia lebih muda, berdampak pada keluarga dan tenaga kerja. Diperkirakan
bentuk tidak menular dari penyakit kardiovaskular akan menjadi penyebab
utama kematian dan disabilitas seluruh dunia pada tahun 2020. Secara
signifikan, hipertensi sebagai keadaan yang mendahului penyakit
kardiovaskular yang bisa dimodifikasi menyebab kematian lebih banyak
dibandingkan yang lain, termasuk merokok, obesitas, dan gangguan lipid. (Pikir
dkk, 2015)
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi Hipertensi Urgency?
2. Apa jenis – jenis Hipertensi?
3. Bagaimana Klasifikasi Hipertensi?
4. Apa etiologi Hipertensi?
5. Apa manifestasi klinisk Hipertensi Urgency?
6. Bagaimana patofisiologi Hipertensi Urgency?
7. Bagaimana penatalaksanaan Hipertensi Urgency?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengatahui tentang Hipertensi Urgency
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui definisi Hiperetnsi Urgency
2. Untuk mengetahui jenis – jenis Hipertensi
3. Untuk mengetahui klasifikasi Hipertensi
4. Untuk mengetahui etiologic Hipertensi
5. Untuk mengetahui manifestasi klinik Hipertensi Urgency
6. Untuk mengetahui patofisiologi Hipertensi Urgency
7. Untuk mengetahuii penatalaksanaan Hipertensi Urgency.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita
yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang
peningkatan tekanan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg
dan peningkatan diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmHg melebihi
140/90 mmHg, saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi
(Wikipedia, 2010).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat
melebihi batas normal. Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan
kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh
darah tepi dan peningkatan volume aliran darah darah (Hani, 2010).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung
atau pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan pembuluh
darah. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memberikan batasan tekanan
darah normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau diatas 160/95
dinyatakan sebagai hipertensi.
Setiap usia dan jenis kelamin memilki batasan masing – masing (Dewi
dan Familia, 2010).
a. Pada pria usia < 45 tahun, dinyatakan menderita hipertensi bila tekanan
darah waktu berbaring > 130/90 mmHg.
b. Pada pria usia > 45 tahun, dinyatakan hipertensi bila tekan darahnya >
145/90 mmHg.
c. Pada wanita tekanan darah > 160/90 mmHg, dinyatakan hipertensi.
Hipertensi darurat (emergency hypertension) : kenaikan tekanan darah
mendadak (sistolik ≥180 mm Hg dan / atau diastolik ≥120 mm Hg) dengan
kerusakan organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus
diturunkan segera, dalam hitungan menit sampai jam. Tekanan darah yang
sangat tinggi dan terdapat kerusakan organ, sehingga tekanan darah harus
diturunkan dengan segera (dalam menit atau jam) agar dapat membatasi
kerusakan yang terjadi. Tingginya tekanan darah untuk dapat dikategorikan
sebagai hipertensi darurat tidaklah mutlak, namun kebanyakan referensi di
Indonesia memakan patokan >220/140.

2.2 JENIS HIPERTENSI


Dikenal juga keadaan yang disebut krisis hipertensi. Keadaan ini terbagi 2
jenis:
1. Hipertensi emergensi
Merupakan hipertensi gawat darurat, takanan darah melebihi
180/120 mmHg disertai salah satu ancaman gangguan fungsi organ, seperti
otak, jantung, paru, dan eklamsia atau lebih rendah dari 180/120mmHg,
tetapi dengan salah satu gejala gangguan organ atas yang sudah nyata
timbul.
2. Hipertensi urgensi
Tekanan darah sangat tinggi (> 180/120mmHg) tetapi belum ada
gejala seperti diatas. TD tidak harus diturunkan dalam hitungan menit,
tetapi dalam hitungan jam bahkan hitungan hari dengan obat oral.

Sementara itu, hipertensi dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan penyebabnya:


1. Hipertensi Primer
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (hipertensi essensial).
Hal ini ditandai dengan peningkatan kerja jantung akibat penyempitan
pembuluh darah tepi. Sebagian besar (90 – 95%) penderita termasuk
hipertensi primer. Hipertensi primer juga didapat terjadi karena adanya
faktor keturunan, usia dan jenis kelamin.
2. Hipertensi sekunder
Merupakan hipertensi yang disebabkan oleh penyakit sistemik
lainnya, misalnya seperti kelainan hormon, penyempitan pembuluh darah
utama ginjal, dan penyakit sistemik lainnya (Dewi dan Familia, 2010 : 22).
Sekitar 5 – 10% penderita hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit
ginjal dan sekitar 1 – 2% disebabkan oleh kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu misalnya pil KB (Elsanti, 2009).

2.3 KLASIFIKASI HIPERTENSI

Tekanan Darah Tekanan Darah


Kategori
Sistolik Diastolik
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1
140-159 mmHg 90-99 mmHg
(Hipertensi ringan)
Stadium 2
160-179 mmHg 100-109 mmHg
(Hipertensi sedang)
Stadium 3
180-209 mmHg 110-119 mmHg
(Hipertensi berat)
Stadium 4
210 mmHg atau lebih 120 Hg atau lebih
(Hipertensi maligna)

Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh


kedalam keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita
hipertensi berlanjut menjadi “Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia
sekitar 30-70 tahun. Tetapi krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita
dengan tekanan darah normal tanpa penyebab sebelumnya. Pengobatan yang
baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi menjadi kurang dari
1 %.

2.4 ETIOLOGI
Hipertensi emergensi merupakan spektrum klinis dari hipertensi dimana
terjadi kondisi peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol yang berakibat
pada kerusakan organ target yang progresif. Berbagai sistem organ yang
menjadi organ target pada hipertensi emergensi ini adalah sistem saraf yang
dapat mengakibatkan hipertensi ensefalopati, infark serebral, perdarahan
subarakhnoid, perdarahan intrakranial; sistem kardiovaskular yang dapat
mengakibatkan infark miokard, disfungsi ventrikel kiri akut, edema paru akut,
diseksi aorta; dan sistem organ lainnya seperti gagal ginjal akut, retinopati,
eklamsia, dan anemia hemolitik mikroangiopatik.
Faktor resiko krisis hipertensi.
1. Penderita hipertensi tidak minum obat atau tidak teratur minum obat.
2. Kehamilan
3. Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal.
4. Pengguna NAPZA
5. Penderita dengan rangsangan simpatis tinggi. (luka bakar, trauma kepala,
penyakit vaskular/ kolagen)

2.5 MANIFESTASI KLINIK


Gambaran klinis krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target
yang terganggu, diantaranya nyeri dada dan sesak nafas pada gangguan jantung
dan diseksi aorta; mata kabur dan edema papilla mata; sakit kepala hebat,
gangguan kesadaran dan lateralisasi pada gangguan otak; gagal ginjal akut
pada gangguan ginjal; di samping sakit kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikan
tekanan darah umumnya.
Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak
hanya dari tingkatan TD aktual, tapi juga dari tingginya TD sebelumnya,
cepatnya kenaikan TD, bangsa, seks dan usia penderita. Penderita hipertensi
kronis dapat mentolelir kenaikan TD yang lebih tinggi dibanding dengan
normotensi, sebagai contoh : pada penderita hipertensi kronis, jarang terjadi
hipertensi ensefalopati, gangguan ginjal dan kardiovaskular dan kejadian ini
dijumpai bila TD Diastolik > 140 mmHg. Sebaliknya pada penderita
normotensi ataupun pada penderita hipertensi baru dengan penghentian obat
yang tiba-tiba, dapat timbul hipertensi ensefalopati demikian juga pada
eklampsi, hipertensi ensefalopati dapat timbul walaupun TD 160/110 mmHg.
2.6 PATOFISIOLOGI
Bentuk manapun dari hipertensi yang menetap, baik primer maupun
sekunder, dapat dengan mendadak mengalami percepatan kenaikan dengan
tekanan diastolik meningkat cepat sampai di atas 130 mmHg dan menetap lebih
dari 6 jam. Hal ini dapat menyebabkan nekrosis arterial yang lama dan tersebar
luas, serta hiperplasi intima arterial interlobuler nefron-nefron. Perubahan
patologis jelas terjadi terutama pada retina, otak dan ginjal. Pada retina akan
timbul perubahan eksudat, perdarahan dan udem papil. Gejala retinopati dapat
mendahului penemuan klinis kelainan ginjal dan merupakan gejala paling
terpercaya dari hipertensi maligna.
Otak mempunyai suatu mekanisme otoregulasi terhadap kenaikan
ataupun penurunan tekanan darah. Batas perubahan pada orang normal adalah
sekitar 60-160 mmHg. Apabila tekanan darah melampaui tonus pembuluh
darah sehingga tidak mampu lagi menahan kenaikan tekanan darah maka akan
terjadi udem otak. Tekanan diastolik yang sangat tinggi memungkinkan
pecahnya pembuluh darah otak yang dapat mengakibatkan kerusakan otak
yang irreversible.
Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi akan
menyebabkan kenaikan after load, sehingga terjadi payah jantung. Sedangkan
pada hipertensi kronis hal ini akan terjadi lebih lambat karena ada mekanisme
adaptasi. Penderita feokromositoma dengan krisis hipertensi akan terjadi
pengeluaran norefinefrin yang menetap atau berkala.

2.7 PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan pada keadaan darurat hipertensi ialah menurunkan
tekanan darah secepat dan seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan
klinis penderita. Pengobatan biasanya diberikan secara parenteral dan
memerlukan pemantauan yang ketat terhadap penurunan tekanan darah untuk
menghindari keadaan yang merugikan atau munculnya masalah baru.
Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat
bekerja cepat, mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan
tekanan darah dengan cara yang dapat diperhitungkan sebelumnya, mempunyai
efek yang tidak tergantung kepada sikap tubuh dan efek samping minimal.
Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak
terburu-buru. Penurunan tekanan darah yang terburu-buru dapat menyebabkan
iskemik pada otak dan ginjal. Tekanan darah harus dikurangi 25% dalam waktu
1 menit sampai 2 jam dan diturunkan lagi ke 160/100 dalam 2 sampai 6 jam.
Medikasi yang diberikan sebaiknya per parenteral (Infus drip, BUKAN
INJEKSI). Obat yang cukup sering digunakan adalah Nitroprusid IV dengan
dosis 0,25 ug/kg/menit. Bila tidak ada, pengobatan oral dapat diberikan sambil
merujuk penderita ke Rumah Sakit. Pengobatan oral yang dapat diberikan
meliputi Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil 12,5-25 mg, Clonidin 75-100 ug,
Propanolol 10-40 mg. Penderita harus dirawat inap.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI URGENCY
3.1 PENGKAJIAN
a. Identitas
1) Pasien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat,
Pendidikan,agama
2) Penanggung jawab : nama, jenis kelamin, alamat, Pendidikan, agama,
hubungan dengan pasien
b. Pengkajian Primer
1) Airway
Kaji
 Bersihan jalan nafas
 Ada/tidaknya jalan nafas
 Distress pernafasan
 Tanda – tanda perdarahan di jalan afas, muntahan, edema, laring
2) Breathing
Kaji
 Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada
 Suara nafas melalui hidung atau mulut
 Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
3) Circulation
Kaji
 Denyut nadi karotis
 Tekanan darah
 Warna kulit, kelembaban kulit
 Tanda – tanda peradarahan eksternal dan internal
4) Disability
Kaji
 Tingkat kesadaran
 Gerakan ekstremitas
 GCS
 Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya
c. Data dasar pengkajian
1) Aktivitas/ istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung coroner,
penyakit serebrovaskuler
Tanda : kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna
kulit, suhu dingin
3) Integritas ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
factor stress multiple
Tanda : letupan suasana hati, gelisah, tangisan yang meledak,
peningkatan pola bicara
4) Makanan/ cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, lemak dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
5) Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
6) Neurosensory
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, gangguan penglihatan,
episode epitaksis.
Tanda : perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman,
perubahan retinal optic
7) Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala : angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital
berat, nyeri abdomen
8) Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea,
dispnea, batuk dengan taau tanpa sputum, riwayat merokok
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi
napas tambahan, sianosis.
9) Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : episode parastesia unilateral transien, hipotensi postural

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Penurunan curah jantung
 Penyebab
1) Perubahan irama jantung
2) Perubahan frekuensi jantung
3) Perubahan kontraktilitas
4) Perubahan preload
5) Perubahan aftrerload
 Tanda dan gejala
Subjektif Objektif
Mayor  Palpitasi  Bradikardia/
 Lelah takikardia
 Dispnea  Gambaran EKG
 Paroxysmal nocturnal aritmia atau
dyspnea (PND) gangguan konduksi
 Edema
 Distensi vena
jugularis
 CVP meningkat
 Hepatomegaly
 Nadi perifer teraba
lemah
 Oliguria
 Sianosis
Minor  Cemas  pulmonary artery
 gelisah wedge pressure
menurun
 pulmonary vascular
resistance
meningkat/ menurun

2. Nyeri akut
 Penyebab
1) Agen pencedera fisiologis (iskemia)
 Tanda dan gejala
Subjektif Objektif
Mayor  Mengeluh nyeri  Tampak meringis
 Gelisah
 Frekuensi nadi
meningkat
 Sulit tidur
Minor -  Tekanan darah
meningkat
 Pola nafas berubah
 Nafsu makan
berubah
 Proses berfikir
terganggu

3. Intoleransi aktifitas
 Penyebab
1) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2) Tirah baring
3) Kelemahan
 Tanda dan gejala
Subjektif Objektif
Mayor  Mengeluh lelah  Frekuensi jantung
meningkat
MInor  Dipsnea saat/ setelah  Gambaran EKG
aktivitas menunjukkan aritmia
 Merasa tidak saat/ setelah aktivitas
nyaman setelah  Gambaran EKG
beraktivitas menunjukkan iskemia
 Merasa lemah

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Penurunan curah jantung
 Kriteria hasil
1) Kekuatan nadi perifer meningkat
2) Palpitasi menurun
3) Bradikardia menurun
4) Takikardia menurun
5) Gambaran EKG aritmia menurun
6) Lelah menurun
7) Dipsnea menurun
8) Oliguria menurun
9) Sianosis menurun
10) Ortopnea menurun
11) Tekanan darah membaik
 Intervensi
 Observasi
1) Monitor tekanan darah
2) Monitor intake dan output cairan
3) Monitor saturasi oksigen
4) Monitor EKG 12 sadapan
5) Monitor tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktivitas
6) Monitor tekanan darah dan nadi sebelum pemberian obat
 Terapeutik
1) Posisikan semifowler atau fowler dengan kaki kebawah atau
posisi nyaman
2) Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress
3) Berikan dukungan emosional dan spiritual
4) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >
94%
 Edukasi
1) Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
2) Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
3) Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output
cairan harian
 Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
2. Nyeri akut
 Kriteria hasil
1) Keluhan nyeri menurun
2) Gelisah menurun
3) Kesulitan tidur menurun
4) Frekuensi nadi membaik
5) Pola nafas membaik
6) Tekanan darah membaikfokus membaik
7) Pola tidur membaik
 Intervensi
 Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respon nyeri non verbal
4) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan
nyeri
5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
7) Monitor efek samping penggunaan analgetik
 Terapeutik
1) Berikan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri.
 Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5) Ajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
 Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
3. Intoleransi aktivitas
 Kriteria hasil
1) Frekuensi nadi meningkat
2) Saturasi oksigen meningkat
3) Sianosis menurun
4) Tekanan darah membaik
5) Nadi membaik
6) Frekuensi nafas membaik
 Intervensi
 Observasi
1) Monitor kelelahan fisik dan emosional
2) Monitor pola dan jam tidur
3) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas.
 Terapeutik
1) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
2) Lakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif
3) Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
 Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
2) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
 Kolaborasi
1) Kolaborasi dnegan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan.
DAFTAR PUSTAKA

Budi. (2015). Hipertensi Manajemen Komprehensif. AUP Airlangga University


Press. Surabaya
Haryanto, A., & Rini, S. (2015). Keperawatan Medikal Bedah 1. Ar-Ruzz Media.
Yogyakarta.
Manurung, N (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. KDT.
Jakarta
Mansjoer,(2000). Kapita Selekta Kedokteran, Ed.3, Medica Aesculaps. FKUI.
Jakarta
PPNI, (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta
PPNI, (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta
PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai