Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEGAWATDARURATAN

HIPERTENSI EMERGENCY DI RUANG ICU

RSUD KOTA SEMARANG

Disusun Oleh :

Nama: Ida Farida Komala

NIM : G3A015088

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2016
LAPORAN PENDAHULUAN
“HIPERTENSI EMERGENCY”

1.      Definisi
Hipertensi  adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas
normal. Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut jantung,
peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi dan peningkatan volume aliran
darah darah (Hani, 2010)
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung atau
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan pembuluh darah. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90
mmHg dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 dinyatakan sebagai hipertensi. Setiap
usia dan jenis kelamin memilki batasan masing – masing :
a.    Pada pria usia < 45 tahun, dinyatakan menderita hipertensi bila tekanan darah waktu
berbaring > 130/90 mmHg.
b.    Pada pria usia > 45 tahun, dinyatakan hipertensi bila tekan darahnya > 145/90 mmHg
c.    Pada wanita tekanan darah > 160/90 mmHg, dinyatakan hipertensi
(Sumber : Dewi dan Familia, 2010 : 18).
Hipertensi darurat (emergency hypertension) : kenaikan tekanan darah
mendadak (sistolik  ≥180 mm Hg dan / atau diastolik ≥120 mm Hg) dengan kerusakan
organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera,
dalam hitungan menit sampai jam. Tekanan darah yang sangat tinggi dan terdapat
kerusakan organ, sehingga tekanan darah harus diturunkan dengan segera (dalam menit
atau jam) agar dapat membatasi kerusakan yang terjadi. Tingginya tekanan darah untuk
dapat dikategorikan sebagai hipertensi darurat tidaklah mutlak, namun kebanyakan
referensi di Indonesia memakan patokan >220/140.

2.      Jenis Hipertensi
Dikenal juga keadaan yang disebut krisis hipertensi. Keadaan ini terbagi 2 jenis :
a)   Hipertensi emergensi, merupakan hipertensi gawat darurat, takanan darah melebihi
180/120 mmHg disertai salah satu ancaman gangguan fungsi organ, seperti otak,
jantung, paru, dan eklamsia atau lebih rendah dari 180/120mmHg, tetapi dengan salah
satu gejala gangguan organ atas yang sudah nyata timbul.
b)  Hipertensi urgensi : tekanan darah sangat tinggi (> 180/120mmHg) tetapi belum ada
gejala seperti diatas. TD tidak harus diturunkan dalam hitungan menit, tetapi dalam
hitungan jam bahkan hitungan hari dengan obat oral.
Sementara itu, hipertensi dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan penyebabnya :
a)   Hipertensi Primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (hipertensi
essensial). Hal ini ditandai dengan peningkatan kerja jantung akibat penyempitan
pembuluh darah tepi. Sebagian besar (90 – 95%) penderita termasuk hipertensi primer.
Hipertensi primer juga didapat terjadi karena adanya faktor keturunan, usia dan jenis
kelamin.
b)   Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan oleh penyakit sistemik
lainnya, misalnya seperti kelainan hormon, penyempitan pembuluh darah utama ginjal,
dan penyakit sistemik lainnya (Dewi dan Familia, 2010 : 22). Sekitar 5 – 10%
penderita hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit ginjal dan sekitar 1 – 2%
disebabkan oleh kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu misalnya pil KB
(Elsanti, 2009 : 114 ).

3.      Klasifikasi Hipertensi
Table 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1
140-159 mmHg 90-99 mmHg
(Hipertensi ringan)
Stadium 2 160-179 mmHg 100-109 mmHg
(Hipertensi sedang)
Stadium 3
180-209 mmHg 110-119 mmHg
(Hipertensi berat)
Stadium 4
210 mmHg atau lebih 120  Hg atau lebih
(Hipertensi maligna)

Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh kedalam


keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut menjadi
“Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi krisis
hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa penyebab
sebelumnya. Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi
menjadi kurang dari 1 %.

4.    Etiologi
Hipertensi emergensi merupakan spektrum klinis dari hipertensi dimana terjadi
kondisi peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol yang berakibat pada kerusakan
organ target yang progresif. Berbagai sistem organ yang menjadi organ target pada
hipertensi emergensi ini adalah sistem saraf yang dapat mengakibatkan hipertensi
ensefalopati, infark serebral, perdarahan subarakhnoid, perdarahan intrakranial; sistem
kardiovaskular yang dapat mengakibatkan infark miokard, disfungsi ventrikel kiri akut,
edema paru akut, diseksi aorta; dan sistem organ lainnya seperti gagal ginjal akut, retinopati,
eklamsia, dan anemia hemolitik mikroangiopatik.
Faktor Resiko Krisis Hipertensi
a. Penderita hipertensi tidak minum obat atau tidak  teratur minum obat.
b. Kehamilan
c. Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal.
d. Pengguna NAPZA
e. Penderita dengan rangsangan simpatis tinggi. (luka bakar, trauma kepala, penyakit
vaskular/ kolagen)

5.   Manifestasi Klinis
Gambaran klinis krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target yang terganggu,
diantaranya nyeri dada dan sesak nafas pada gangguan jantung dan diseksi aorta; mata kabur
dan edema papilla mata; sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan lateralisasi pada
gangguan otak; gagal ginjal akut pada gangguan ginjal; di samping sakit kepala dan nyeri
tengkuk pada kenaikan tekanan darah umumnya.
Gambaran klinik hipertensi darurat dapat dilihat pada table 2.
Tabel 2. Gambaran Klinik Hipertensi Darurat 5
Tekanan darah Funduskopi Status neurologi Jantung Ginjal Gastrointestinal
> 220/140 Perdarahan, Sakit kepala, Denyut jelas, Uremia, Mual, muntah
mmHg eksudat, kacau, gangguan membesar, proteinuria
edema papilla kesadaran, dekompensasi,
kejang. oliguria

Table 3. Hipertensi Emergensi (darurat)


Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak hanya dari
tingkatan TD aktual, tapi juga dari tingginya TD sebelumnya, cepatnya kenaikan TD,
bangsa, seks dan usia penderita. Penderita hipertensi kronis dapat mentolelir kenaikan TD
yang lebih tinggi dibanding dengan normotensi, sebagai contoh : pada penderita hipertensi
kronis, jarang terjadi hipertensi ensefalopati, gangguan ginjal dan kardiovaskular dan
kejadian ini dijumpai bila TD Diastolik > 140 mmHg. Sebaliknya pada penderita normotensi
ataupun pada penderita hipertensi baru dengan penghentian obat yang tiba-tiba, dapat timbul
hipertensi ensefalopati demikian juga pada eklampsi, hipertensi ensefalopati dapat timbul
walaupun TD 160/110 mmHg.

6.    Patofisiologi
Bentuk manapun dari hipertensi yang menetap, baik primer maupun sekunder, dapat
dengan mendadak mengalami percepatan kenaikan dengan tekanan diastolik meningkat
cepat sampai di atas 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam. Hal ini dapat menyebabkan
nekrosis arterial yang lama dan tersebar luas, serta hiperplasi intima arterial interlobuler
nefron-nefron. Perubahan patologis jelas terjadi terutama pada retina, otak dan ginjal. Pada
retina akan timbul perubahan eksudat, perdarahan dan udem papil. Gejala retinopati dapat
mendahului penemuan klinis kelainan ginjal dan merupakan gejala paling terpercaya dari
hipertensi maligna.
Otak mempunyai suatu mekanisme otoregulasi terhadap kenaikan ataupun penurunan
tekanan darah. Batas perubahan pada orang normal adalah sekitar 60-160 mmHg. Apabila
tekanan darah melampaui tonus pembuluh darah sehingga tidak mampu lagi menahan
kenaikan tekanan darah maka akan terjadi udem otak. Tekanan diastolik yang sangat tinggi
memungkinkan pecahnya pembuluh darah otak yang dapat mengakibatkan kerusakan otak
yang irreversible.
Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi akan menyebabkan
kenaikan after load, sehingga terjadi payah jantung. Sedangkan pada hipertensi kronis hal ini
akan terjadi lebih lambat karena ada mekanisme adaptasi. Penderita feokromositoma dengan
krisis hipertensi akan terjadi pengeluaran norefinefrin yang menetap atau berkala.

Gambar 1. Skema Patofisiologi Hipertensi Emergensi


Aliran darah ke otak pada penderita hipertensi kronis tidak mengalami perubahan bila
Mean Arterial Pressure ( MAP ) 120 mmHg – 160 mmHg, sedangkan pada penderita
hipertensi baru dengan MAP diantara 60 – 120 mmHg. Pada keadaan hiper kapnia,
autoregulasi menjadi lebih sempit dengan batas tertinggi 125 mmHg, sehingga perubahan
yang sedikit saja dari TD menyebabkan asidosis otak akan mempercepat timbulnya oedema
otak. Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:

a) Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi sehingga mengalirkan lebih
banyak cairan pada setiap detiknya.
b)   Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu
darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada
biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut,
dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara
yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika
arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau
hormon di dalam darah.
c)   Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat,
sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung
berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar dari sirkulasi maka
tekanan darah akan menurun.

7.      Penatalaksanaan Hipertensi emergency


Tujuan pengobatan pada keadaan darurat hipertensi ialah menurunkan tekanan
darah secepat dan seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan klinis penderita.
Pengobatan biasanya diberikan secara parenteral dan memerlukan pemantauan yang ketat
terhadap penurunan tekanan darah untuk menghindari keadaan yang merugikan atau
munculnya masalah baru.
Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat bekerja cepat,
mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan tekanan darah dengan cara yang
dapat diperhitungkan sebelumnya, mempunyai efek yang tidak tergantung kepada sikap
tubuh dan efek samping minimal.
Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak terburu-buru.
Penurunan  tekanan darah yang terburu-buru dapat menyebabkan iskemik pada otak dan
ginjal. Tekanan darah harus dikurangi 25% dalam waktu 1 menit sampai 2 jam dan
diturunkan lagi ke 160/100 dalam 2 sampai 6 jam. Medikasi yang diberikan sebaiknya per
parenteral (Infus drip, BUKAN INJEKSI). Obat yang cukup sering digunakan adalah
Nitroprusid IV dengan dosis 0,25 ug/kg/menit. Bila tidak ada, pengobatan oral dapat
diberikan sambil merujuk penderita ke Rumah Sakit. Pengobatan oral yang dapat diberikan
meliputi Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil 12,5-25 mg, Clonidin 75-100 ug, Propanolol 10-
40 mg. Penderita harus dirawat inap.

Tabel 4: Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi 3,5

Parameter Hipertensi Mendesak Hipertensi Darurat

Biasa Mendesak
Tekanan > 180/110 > 180/110 > 220/140
darah
(mmHg)
Gejala Sakit kepala, Sakit kepala hebat, Sesak napas, nyeri dada,
kecemasan; sesak napas nokturia, dysarthria,
sering kali tanpa kelemahan, kesadaran
gejala menurun
Pemeriksaan Tidak ada Kerusakan organ Ensefalopati, edema paru,
kerusakan organ target; muncul klinis insufisiensi ginjal, iskemia
target, tidak ada penyakit jantung
penyakit kardiovaskuler, stabil
kardiovaskular
Terapi Awasi 1-3 jam; Awasi 3-6 jam; obat Pasang jalur IV, periksa
memulai/teruskan oral berjangka kerja laboratorium standar, terapi
obat oral, naikkan  pendek obat IV
dosis
Rencana Periksa ulang dalam Periksa ulang dalam Rawat ruangan/ICU
3 hari 24 jam

Adapun obat hipertensi oral yang dapat dipakai untuk hipertensi mendesak
(urgency) dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5: Obat hipertensi oral 3,5

Obat Dosis Efek / Lama Kerja Perhatian khusus


Captopril 12,5 - 25 mg PO; 15-30 min/6-8 Hipotensi, gagal ginjal,
ulangiper 30 min ; SL, jam;              SL 10-20 stenosis arteri renalis
25 mg min/2-6 jam
Clonidine PO 75 - 150 ug, 30-60 min/8-16 jam Hipotensi, mengantuk,
ulangiper jam mulut kering
Propanolo 10 - 40 mg PO; ulangi 15-30 min/3-6 jam Bronkokonstriksi, blok
l setiap 30 min jantung, hipotensi ortostatik
Nifedipine 5 - 10  mg PO; ulangi 5 -15 min/4-6 jam Takikardi, hipotensi,
setiap 15 menit gangguan koroner
SL, Sublingual. PO, Peroral
Sedangkan untuk hipertensi darurat (emergency) lebih dianjurkan untuk
pemakaian parenteral, daftar obat hipertensi parenteral yang dapat dipakai dapat dilihat
pada tabel 6.
Tabel 6: Obat hipertensi parenteral 3,5

Obat Dosis Efek /Lama Perhatian khusus


Kerja
Sodium 0,25-10 mg / kg / langsung/2-3 Mual, muntah, penggunaan jangka
nitroprusside menit sebagai menit setelah panjang dapat menyebabkan keracunan
infus IV infus tiosianat, methemoglobinemia, asidosis,
keracunan sianida.
Selang infus lapis perak
Nitrogliserin 500-100 mg 2-5 min /5- Sakit kepala, takikardia, muntah, ,
sebagai infus IV 10 min methemoglobinemia; membutuhkan
sistem pengiriman khusus karena obat
mengikat pipa PVC
Nicardipine 5-15 mg / jam 1-5 min/15-30 Takikardi, mual, muntah, sakit kepala,
sebagai infus IV min peningkatan tekanan intrakranial;
hipotensi
Klonidin 150 ug, 6 amp per 30-60 min/ 24 Ensepalopati dengan gangguan koroner
250 cc Glukosa jam
5% mikrodrip
5-15 ug/kg/menit 1-5 min/ 15- 30 Takikardi, mual, muntah, sakit kepala,
Diltiazem sebagi infus IV min peningkatan tekanan intrakranial;
hipotensi

Pada hipertensi darurat (emergency) dengan komplikasi seperti hipertensi


emergensi dengan penyakit payah jantung, maka memerlukan pemilihan obat yang tepat
sehingga tidak memperparah keadaannya. Pemilihan obat untuk hipertensi dengan
komplikasi dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7: Obat yang dipilih untuk Hipertensi darurat dengan komplikasi 2,5
Komplikasi Obat Pilihan Target Tekanan Darah
Diseksi aorta Nitroprusside + esmolol SBP 110-120 sesegera
mungkin
AMI, iskemia Nitrogliserin, nitroprusside, Sekunder untuk bantuan
nicardipine iskemia
Edema paru Nitroprusside, nitrogliserin, labetalol 10% -15% dalam 1-2 jam
Gangguan Ginjal Fenoldopam, nitroprusside, labetalol 20% -25% dalam 2-3 jam
Kelebihan katekolamin Phentolamine, labetalol 10% -15% dalam 1-2 jam
Hipertensi ensefalopati Nitroprusside 20% -25% dalam 2-3 jam
Subarachnoid Nitroprusside, nimodipine, 20% -25% dalam 2-3 jam
hemorrhage nicardipine
Stroke Iskemik Nicardipine 0% -20% dalam 6-12 jam
AMI, infark miokard akut; SBP, tekanan sistolik bood.

Pemakaian obat-obat untuk krisis hipertensi


Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis
hipertensi tergantung dari apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau urgensi.
Jika hipertensi emergensi dan disertai dengan kerusakan organ sasaran maka
penderita dirawat diruangan intensive care unit, ( ICU ) dan diberi salah satu dari
obat anti hipertensi intravena ( IV ).
a. Sodium Nitroprusside : merupakan vasodelator direkuat baik arterial maupun
venous. Secara i. V mempunyai onsep of action yang cepat yaitu : 1 – 2 dosis 1
– 6 ug / kg / menit. Efek samping : mual, muntah, keringat, foto sensitif,
hipotensi.
b. Nitroglycerini : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi bila
dengan dosis tinggi sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of action 2 – 5
menit, duration of action 3 – 5 menit.  Dosis : 5 – 100 ug / menit, secara infus i.
V.  Efek samping : sakit kepala, mual, muntah, hipotensi.
c. Diazolxide : merupakan vasodilator arteri direk yang kuat diberikan secara i. V
bolus. Onset of action 1 – 2 menit, efek puncak pada 3 – 5 menit, duration of
action 4 – 12 jam.  Dosis permulaan : 50 mg bolus, dapat diulang dengan 25 –
75 mg setiap 5 menit sampai TD yang diinginkan.  Efek samping : hipotensi
dan shock, mual, muntah, distensi abdomen, hiperuricemia, aritmia, dll.
d. Hydralazine : merupakan vasodilator direk arteri.  Onset of action : oral 0,5 – 1
jam, i.v : 10 – 20 menit duration of action : 6 – 12 jam.  Dosis : 10 – 20 mg i.v
bolus : 10 – 40 mg i.m  Pemberiannya bersama dengan alpha agonist central
ataupun Beta Blocker untuk mengurangi refleks takhikardi dan diuretik untuk
mengurangi volume intravaskular.  Efeksamping : refleks takhikardi,
meningkatkan stroke volume dan cardiac out put, eksaserbasi angina, MCI akut
dll.
e. Enalapriat : merupakan vasodelator golongan ACE inhibitor. Onsep on action
15 – 60 menit. Dosis 0,625 – 1,25 mg tiap 6 jam i.v.
f. Phentolamine ( regitine ) : termasuk golongan alpha andrenergic blockers.
Terutama untuk mengatasi kelainan akibat kelebihan ketekholamin.  Dosis 5 –
20 mg secar i.v bolus atau i.m.  Onset of action 11 – 2 menit, duration of action
3 – 10 menit.
g. Trimethaphan camsylate : termasuk ganglion blocking agent dan menginhibisi
sistem simpatis dan parasimpatis.  Dosis : 1 – 4 mg / menit secara infus i.v.
Onset of action : 1 – 5 menit.  Duration of action : 10 menit.  Efek samping :
opstipasi, ileus, retensia urine, respiratori arrest, glaukoma, hipotensi, mulut
kering.
h. Labetalol : termasuk golongan beta dan alpha blocking agent.  Dosis : 20 – 80
mg secara i.v. bolus setiap 10 menit ; 2 mg / menit secara infus i.v.  Onset of
action 5 – 10 menit  Efek samping : hipotensi orthostatik, somnolen, hoyong,
sakit kepala, bradikardi, dll.  Juga tersedia dalam bentuk oral dengan onset of
action 2 jam, duration of action 10 jam dan efek samping hipotensi, respons
unpredictable dan komplikasi lebih sering dijumpai.
i. Methyldopa : termasuk golongan alpha agonist sentral dan menekan sistem
syaraf simpatis. Dosis : 250 – 500 mg secara infus i.v / 6 jam.  Onset of action :
30 – 60 menit, duration of action kira-kira 12 jam.  Efek samping : Coombs test
( + ) demam, gangguan gastrointestino, with drawal sindrome dll. Karena onset
of actionnya bisa takterduga dan kasiatnya tidak konsisten, obat ini kurang
disukai untuk terapi awal.
j. Clonidine : termasuk golongan alpha agonist sentral.  Dosis : 0,15 mg i.v
pelan-pelan dalam 10 cc dekstrose 5% atau i.m.150 ug dalam 100 cc dekstrose
dengan titrasi dosis.  Onset of action 5 –10 menit dan mencapai maksimal
setelah 1 jam atau beberapa jam.  Efek samping : rasa ngantuk, sedasi, hoyong,
mulut kering, rasa sakit pada parotis. Bila dihentikan secara tiba-tiba dapat
menimbulkan sindroma putus obat.

Pengobatan khusus krisis hipertensi


a. Ensefalopati Hipertensi
Pada Ensefalofati hipertensi biasanya ada keluhan serebral. Bisa terjadi dari
hipertensi esensial atau hipertensi maligna, feokromositoma dan eklamsia.
Biasanya tekanan darah naik dengan cepat, dengan keluhan : nyeri kepala,
mual-muntah, bingung dan gejala saraf fokal (nistagmus, gangguan
penglihatan, babinsky positif, reflek asimetris, dan parese terbatas) melanjut
menjadi stupor, koma, kejang-kejang dan akhirnya meninggal. Obat yang
dianjurkan : Natrium Nitroprusid, Diazoxide dan Trimetapan.
b. Gagal Jantung Kiri Akut
Biasanya terjadi pada penderita hipertensi sedang atau berat, sebagai akibat
dari bertambahnya beban pada ventrikel kiri. Udem paru akut akan membaik
bila tensi telah terkontrol.
Obat pilihan : Trimetapan dan Natrium nitroprusid. Pemberian Diuretik IV
akan mempercepat perbaikan
c. Feokromositoma
Katekolamin dalam jumlah berlebihan yang dikeluarkan oleh tumor akan
berakibat kenaikan tekanan darah. Gejala biasanya timbul mendadak : nyeri
kepala, palpitasi, keringat banyak dan tremor. Obat pilihan : Pentolamin 5-10
mg IV.
d. Deseksi Aorta Anerisma Akut
Awalnya terjadi robekan tunika intima, sehingga timbul hematom yang meluas.
Bila terjadi ruptur maka akan terjadi kematian. Gejala yang timbul biasanya
adalah nyeri dada tidaj khas yang menjalar ke punggung perut dan anggota
bawah. Auskultasi : didapatkan bising kelainan katup aorta atau cabangnya dan
perbedaan tekanan darah pada kedua lengan. Pengobatan dengan pembedahan,
dimana sebelumnya tekanan darah diturunkan terlebih dulu dengan obat pilihan
: Trimetapan atau Sodium Nitroprusid.
e. Toksemia Gravidarum
Gejala yang muncul adalah kejang-kejang dan kebingungan. Obat pilihan :
Hidralazin kemudian dilanjutkan dengan klonidin.
f. Perdarahan Intrakranial
Pengobatan hipertensi pada kasus ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena
penurunan tekanan yang cepat dapat menghilangkan spasme pembuluh darah
disekitar tempat perdarahan, yang justru akan menambah perdarahan.
Penurunan tekanan darah dilakukan sebanyak 10-15 % atau diastolik
dipertahankan sekitar 110-120 mmHg Obat pilihan : Trimetapan atau
Hidralazin.
                                                                       (Sumber : Dewi dan Familia, 2010
: 100).

8.      Pemeriksaan penunjang
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
b. Pemeriksaan retina
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal
dan jantung
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
f. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan
fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
g. Foto dada dan CT scan
9.      Komplikasi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung,
gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan
darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut.
Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya
memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun.
Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak
terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab
kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai
stroke dan gagal ginjal.
Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang mungkin
terjadi akibat hipertensi. Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang
mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina,
gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan
yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard.
Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya
mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat
terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara
(Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi
hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna. Risiko
penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi ditentukan tidak hanya tingginya
tekanan darah tetapi juga telah atau belum adanya kerusakan organ target serta
faktor risiko lain seperti merokok, dislipidemiadan diabetes melitus. (Tekanan
darah sistolik melebihi 140 mmHg pada individu berusia lebih dari 50 tahun,
merupakan faktor resiko kardiovaskular yang penting. Selain itu dimulai dari
tekanan darah 115/75 mmHg, kenaikan setiap 20/10 mmHg meningkatkan risiko
penyakit kardiovaskuler sebanyak dua kali (Anggraini, Waren, et. al, 2009).

10.   Diagnosis
Diagnosis hipertensi emergensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena
hasil terapi tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu
menunggu hasil pemeriksaan yang menyeluruh walaupun dengan data-data yang
minimal kita sudah dapat mendiagnosis suatu krisis hipertensi.
Anamnesis
Sewaktu penderita masuk, dilakukan anamnesa singkat. Hal yang penting
ditanyakan :
a. Riwayat hipertensi, lama dan beratnya.
b. Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.
c. Usia, sering pada usia 30 – 70 tahun.
d. Gejala sistem syaraf ( sakit kepala, pusing, perubahan mental, ansietas ).
e. Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah urine berkurang )
f. Gejala sistem kardiovascular ( adanya payah jantung, kongestif dan oedem
paru, nyeri dada ).
g. Riwayat penyakit glomerulonefrosis, pyelonefritis.
h. Riwayat kehamilan, tanda- tanda  eklampsi.
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hipertensi Emergency

A. PENGKAJIAN
Krisis Hipertensi (KH) biasanya secara klinis mudah dilihat tanda dan gejalanya.
Tanda dan Gejala
Tanda umum adalah:
a. Sakit kepala hebat
b. nyeri dada
c. pingsan
d. tachikardia > 100/menit
e. tachipnoe > 20/menit
f. Muka pucat
Tanda Ancaman Kehidupan
Gejala KH:
a. Sakit Kepala Hebat
b. nyeri dada
c. peningkatan tekanan vena
d. shock / Pingsan
Pengkajian
Pengkajian dengan pendekatan ABCD.
Airway
a. yakinkan kepatenan jalan napas
b. berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)
c. jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan bawa
segera mungkin ke ICU
Breathing
a. kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk
mempertahankan saturasi >92%.
b. Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask.
c. Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan menggunakan bag-
valve-mask ventilation
d. Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2
e. Kaji jumlah pernapasan / Auskultasi pernapasan
f. Lakukan pemeriksan system pernapasan
g. Dengarkan adanya bunyi krakles / Mengi yang mengindikasikan kongesti paru
Circulation
a. Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara gallop
b. Kaji peningkatan JVP
c. Monitoring tekanan darah
d. Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan:
1) Sinus tachikardi
2) Adanya Suara terdengar jelas pada S4 dan S3
3) right bundle branch block (RBBB)
4) right axis deviation (RAD)
e. Lakukan IV akses dekstrose 5%
f. Pasang Kateter
g. Lakukan pemeriksaan darah lengkap
h. Jika ada kemungkina KP berikan Nifedipin Sublingual
i. Jika pasien mengalami Syok berikan secara bolus Diazoksid,Nitroprusid

Disability
a. kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU
b. penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk kondisi ekstrim
dan membutuhkan pertolongan medis segera dan membutuhkan perawatan di
ICU.
Exposure
a. selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan KP
b. jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan
fisik
c. Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda gagal jantung kronik

1) Aktivitas / istirahat
Gejala :
a) Kelemahan
b) Letih
c) Napas pendek
d) Gaya hidup monoton
Tanda :
a). Frekuensi jantung meningkat
b). Perubahan irama jantung
c). Takipnea

2) Sirkulasi
Gejala  :  
Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /   katup, penyakit
serebrovaskuler
Tanda :
a) Kenaikan TD
b) Nadi : denyutan jelas
c) Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
d) Bunyi jantung : murmur
e) Distensi vena jugularis
f) Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin( vasokontriksi perifer ),  pengisian kapiler
mungkin lambat

3). Integritas Ego


Gejala  :
Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor
stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan ).
Tanda :
a) Letupan suasana hati
b) Gelisah
c) Penyempitan kontinue perhatian
d) Tangisan yang meledak
e) otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
f) Peningkatan pola bicara

4). Eliminasi
Gejala  :  
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi,  riwayat penyakit
ginjal )

5). Makanan / Cairan.


Gejala :
a) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
lemak dan kolesterol.
b) Mual
c) Muntah
d) Riwayat penggunaan diuretic
Tanda :
a) BB normal atau obesitas
b) Edema
c) Kongesti vena
d) Peningkatan JVP
e) Glikosuria

6). Neurosensori
Gejala :
a) Keluhan pusing / pening, sakit kepala
b) Episode kebas
c) Kelemahan pada satu sisi tubuh
d) Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
e) Episode epistaksis
Tanda :
a) Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori (
ingatan )
b) Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
c) Perubahan retinal optic

7). Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
a) nyeri hilang timbul pada tungkai
b) sakit kepala oksipital berat
c) nyeri abdomen

8). Pernapasan
Gejala :
a) Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
b) Takipnea
c) Ortopnea
d) Dispnea nocturnal proksimal
e) Batuk dengan atau tanpa sputum
f) Riwayat merokok
Tanda :
a) Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
b) Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
c) Sianosis

9). Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : Episode parestesia unilateral transien

10). Pembelajaran / Penyuluhan


Gejala :
a) Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,
penyakit serebrovaskuler, ginjal
b) Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
c) Penggunaan obat / alcohol

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
Tujuan : 
Tidak terjadi penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan   
keperawatan selama 3 x 24 jam.
Faktor yang berhubungan:
a. Respon fisiologis otot jantung
b. Peningkatan frekuensi
c. Dilatasi, hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup

NOC :
a. Cardiac Pump effectiveness
b. Circulation Status
c. Vital Sign Status
Kriteria Hasil:
a. Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)
b. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
c. Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
d. Tidak ada penurunan kesadaran

NIC :
Cardiac Care
a. Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi)
b. Catat adanya disritmia jantung
c. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
d. Monitor status kardiovaskuler
e. Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
f. Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
g. Monitor balance cairan
h. Monitor adanya perubahan tekanan darah
i. Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
j. Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
k. Monitor toleransi aktivitas pasien
l. Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
m. Anjurkan untuk menurunkan stress

Vital Sign Monitoring


a. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
b. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
c. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
d. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
e. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
f. Monitor kualitas dari nadi
g. Monitor adanya pulsus paradoksus
h. Monitor adanya pulsus alterans
i. Monitor jumlah dan irama jantung
j. Monitor bunyi jantung
k. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
l. Monitor suara paru
m. Monitor pola pernapasan abnormal
n. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
o. Monitor sianosis perifer
p. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
q. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler


serebral
Tujuan : Nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
a. Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala
b. Pasien tampak nyaman
c. TTV dalam batas normal
Intervensi :
1. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
2. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
3. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
4. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
5. Beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala seperti
kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, posisi nyaman, tehnik
relaksasi, bimbingan imajinasi dan distraksi
6. Hilangkan / minimalkan vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit
kepala misalnya mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk
7. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : analgesik, antiansietas
(lorazepam, ativan, diazepam, valium )

3.    Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan


adanya tahanan pembuluh darah 
Tujuan : Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam.
Kriteria hasil :
Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan
: TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-
nilai laboratorium dalam batas normal.
a. Haluaran urin 30 ml/ menit
b. Tanda-tanda vital stabil
Intervensi :
a.    Pertahankan tirah baring
b.    Tinggikan kepala tempat tidur
c.    Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau
tekanan arteri jika tersedia
d.    Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan
e.     Amati adanya hipotensi mendadak
f.     Ukur masukan dan pengeluaran
g.    Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai program
h.    Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai program

4.    Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac output


Tujuan : Tidak terjadi intoleransi aktifitas setelah dilakukan tindakan keperawatan 
selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
a. Meningkatkan energi untuk melakukan aktifitas sehari – hari
b. Menunjukkan penurunan gejala – gejala intoleransi aktifitas
Intervensi :
a.    Berikan dorongan untuk aktifitas / perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi.
Berikan bantuan sesuai kebutuhan
b.    Instruksikan pasien tentang penghematan energy
c.    Kaji respon pasien terhadap aktifitas
d.    Monitor adanya diaforesis, pusing
e.    Observasi TTV tiap 4 jam
f.    Berikan jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan waktu
istirahat yang tidak terganggu, berikan waktu istirahat sepanjang siang atau sore

5.    Gangguan pola tidur berhubungan adanya nyeri kepala


Tujuan : Tidak terjadi gangguan pola tidur setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
a. Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat 6 – 8 jam per hari
b. Tampak dapat istirahat dengan cukup
c. TTV dalam batas normal
Intervensi :
a.     Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman
b.     Beri kesempatan klien untuk istirahat / tidur
c.     Evaluasi tingkat stress
d.     Monitor keluhan nyeri kepala
e.     Lengkapi jadwal tidur secara teratur
f.     Berikan makanan kecil sore hari dan / susu hangat
g.    Lakukan masase punggung
h.    Putarkan musik yang lembut
i.     Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi

6.    Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan fisik


Tujuan : Perawatan diri klien terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1 x 24 jam.
Kriteria hasil :
a. Mampu melakukan aktifitas perawatan diri sesuai kemampuan
b. Dapat mendemonstrasikan tehnik untuk memenuhi kebutuhan    perawatan diri
Intervensi :
a.     Kaji kemampuan klien untuk melakukan kebutuhan perawatan diri
b.     Beri pasien waktu untuk mengerjakan tugas
c.     Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
d.     Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan klien / atas
keberhasilannya

7.    Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang


diderita klien
Tujuan: Kecemasan hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1 x 24 jam.
Kriteria hasil :
a. Klien mengatakan sudah tidak cemas lagi / cemas berkurang
b. Ekspresi wajah rileks
c. TTV dalam batas normal
Intervensi :
a.    Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku misalnya
kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam
rencana pengobatan
b.    Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka
rangsang, penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan untuk
menyelesaikan masalah.
c.    Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi
untuk mengatasinya.
d.    Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi
maksimum dalam rencana pengobatan.
e.    Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan hidup.
f.    Kaji tingkat kecemasan klien baik secara verbal maupun non verbal
g.    Observasi TTV tiap 4 jam.
h.    Dengarkan dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya
i.     Berikan support mental pada klien.
j.     Anjurkan pada keluarga untuk memberikan dukungan pada klien

8.    Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses


penyakit
Tujuan : Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
Kriteria hasil:
a. Pasien mengungkapkan pengetahuan akan hipertensi
b. Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai program
Intervensi :
a.    Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
b.    Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress
c.    Diskusikan tentang obat-obatan : nama,  dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek
samping atau efek toksik
d.    Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter
e.    Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter :
sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah.
f.    Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil
g.    Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat
h.    Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai program
i.     Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang
diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta
alcohol.
j.     Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan.
k.    Berikan support mental, konseling dan penyuluhan pada keluarga klien
DAFTAR PUSTAKA

Hani, Sharon EF, Colgan R.Hypertensive Urgencies and Emergencies. Prim Care Clin Office
Pract 2010;33:613-23.
Vaidya CK, Ouellette CK. Hypertensive Urgency and Emergency. Hospital Physician 2009:43-
50
Anggaraini, Ade Dian, et.al (2009). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang
Periode Januari sampai Juni 2008. Diakses 20 Februari
2011 :Http://yayanakhyar.wordpress.com
Baike (2010). Hubungan genetik terhadap penyakit kardiovaskuler. Diakses 20 februari
2011 : http://baike.baidu.com/view/2130696.htm
Depkes RI (2011). Epidemologi Penyakit Hipertensi. Diakses 12 April 2011: http:
//www.depkes.org.
Dewi, Sofia dan Digi Familia (2010). Hidup Bahagia dengan Hipertensi. A+Plus Books,
Yogyakarta
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2010). The 4th Scientific Meeting on
Hypertension. Diakses 20 Desember 2010 :  http://www.dinkesjatengprov.go.id
Elsanti, Salma (2009). Panduan Hidup Sehat : Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi, & Serangan
Jantung. Araska, Yogyakarta
Ganong, William F (2009). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai