Anda di halaman 1dari 104

KARYA ILMIAH AKHIR

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA

Tn.S DENGAN DIAGNOSIS ASMA BRONCHIAL DI RUANGAN IGD

RUMAH SAKIT IBNU SINA YW-UMI

MAKASSAR

Disusun Oleh :

RESKI IDA HASTUTI, S.Kep


20.04.011

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA

Tn.S DENGAN DIAGNOSIS ASMA BRONCHIAL DI RUANGAN IGD

RUMAH SAKIT IBNU SINA YW-UMI

MAKASSAR

KARYA ILMIAH AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan

Pada STIKes Panakkukang Makassar Program Studi Ners

Disusun Oleh :

RESKI IDA HASTUTI,

S.Kep
20.04.011

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022

ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWt, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya yang tak terhingga sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini yang

berjudul: “Manajemen Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Tn.S

Dengan Asma Bronchial Di Ruangan IGD Rumah Sakit Ibnu Sina YW-

UMI Makassar”.

Dalam melakukan penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini penulis telah

mendapatkan banyak masukan, bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak yang sangat berguna dan bermanfaat baik secara langsung maupun

tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan besar hati

penulis ingin mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya dan sebesar-

besarnya kepada :

1. Bapak H. Sumardi Makka, SKM., M.Kes, selaku Ketua Yayasan Perawat

Sulawesi Selatan.

2. Bapak Dr. Ns. Makkasau Plasay, S.Kep.,M.Kes selaku Ketua STIKES

Panakkukang Makassar.

3. Ibu Ns. Suriyani.,S.Kep.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi Profesi

Ners STIKES Panakkukang Makassar.

4. Bapak Ns. Muh. Zukri Malik.,S.Kep.,M.Kep, selaku pembimbing yang

sangat baik dalam memberikan bimbingan dan arahan untuk

menyelesaikan penyusunan karya ilmiah akhir ini.

v
5. Bapak Ns. Muh Yusuf Tahir, S.Kep., M.Kes., M.Kep selaku penguji I

yang telah memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan

karya ilmiah akhir ini.

6. Bapak Ns. Sulqifli S.Kep selaku penguji II telah memberikan masukan

kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir ini.

7. Civitas Akademika STIKES Panakkukang Makassar yang telah

memberikan semangat dalam menyelesaikan penyusunan karya ilmiah

akhir ini.

8. Pihak Rumah Sakit Ibnu Sina YW-UMI Makassar terkhususnya ruang

Instalasi Gawat Darurat sebagai tempat pengambilan kasus untuk

penyusunan karya ilmiah akhir ini.

9. Teristimewah untuk Bapak Mama tercinta Abbas Abd Jabbar dan Hj.

Gusnawati, yang selalu memberikan semangat dan dukungan baik

moril ataupun materil kepada saya dan selalu memberikan nasehat

serta doa restu yang sangat bermanfaat bagi saya.

10. Teman – teman Angkatan 23 Akademi Keperawatan Muhammadiyah

Makassar yang telah memberikan semangat dan dukungan selama

penyusunan karya ilmiah akhir ini.

11. Teman – teman Konversi STIKES Panakkukang Makassar Angkatan

2018 yang telah memberikan semangat dalam menyelesaikan karya

ilmiah akhir ini.

12. Teman – teman Mahasiswa Profesi Ners STIKES Panakkukang

Makassar Angkatan 2020 yang telah memberikan semangat dalam

menyelesaikan penyusunan karya ilmiah akhir ini.

vi
Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam

melakukan penyusunan karya ilmiah akhir ini masih jauh dari kata

sempurna, oleh karena itu masukan berupa saran dan kritik yang

membangun dari para pembaca akan sangat membantu. Semoga

karya ilmiah akhir ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan pihak – pihak

yang terkait.

Makassar, 30 Januari 2022

Reski Ida Hastuti

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................... v

DAFTAR ISI............................................................................................ .

viii DAFTAR TABEL

.................................................................................... . xi DAFTAR

GAMBAR ................................................................................ . xii

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................

xiii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Tujuan Umum.............................................................................. 4

C. Tujuan Khusus ............................................................................ 5

D. Manfaat Penulisan ...................................................................... 6

E. Sistematika Penulisan ................................................................. 7

BAB II TINJAUAN KASUS KELOLAAN

a. Tinjauan Teori.............................................................................. 8

1). Konsep dasar Medis ............................................................. 8

1.1. Pengertian...................................................................... 8

1.2. Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan ........................... 9

1.3. Etiologi ........................................................................... 14

1.4. Patofisiologi.................................................................... 14

1.5. Penatalaksanaan Medik................................................. 16

viii
2). Konsep Asuhan Keperawatan............................................... 18

2.1. Pengkajian ..................................................................... 18

2.2. Diagnosis Keperawatan ................................................. 25

2.3. Intervensi Keperawatan ................................................. 26

2.4. Implementasi Keperawatan............................................ 35

2.5. Evaluasi Keperawatan ................................................... 35

b. Tinjauan Kasus............................................................................ 36

1). Pengkajian ............................................................................. 36

2). Klasifikasi Data....................................................................... 44

3). Analisa Data........................................................................... 45

4). Diagnosis Keperawatan ......................................................... 50

5). Intervensi Keperawatan ......................................................... 50

6). Implementasi Keperawatan.................................................... 55

7). Evaluasi Keperawatan ........................................................... 61

BAB III PEMBAHASAN KASUS KELOLAAN

a. Pengkajian.................................................................................. .

64 b. Diagnosis Keperawatan...............................................................

69 c. Intervensi Keperawatan

............................................................... 73 d. Implementasi

Keperawatan ......................................................... 77 e. Evaluasi

Keperawatan ................................................................. 78

ix
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ . 80

B. Saran ......................................................................................... . 82

DAFTAR PUSTAKA

PENYIMPANGAN KDM

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Intervensi Keperawatan .......................................................... 34

Tabel 1.2 Primary Survey ........................................................................ 38

Tabel 1.3 Klasifikasi Data ........................................................................ 45

Tabel 1.4 Analisa Data ............................................................................ 49

Tabel 1.5 Intervensi Keperawatan .......................................................... 56

Tabel 1.6 Implementasi Keperawatan...................................................... 60

Tabel 1.7 Evaluasi Keperawatan ............................................................. 63

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan ................................. 9

Gambar 2.2 Bronkus ................................................................................ 11

Gambar 2.3 Paru Paru ............................................................................. 12

Gambar 2.4 Alveoli ................................................................................. . 13

xii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : Pathway Asma Bronchial

LAMPIRAN 2: Lembar Konsultasi Bimbingan Karya Ilmiah Akhir

LAMPIRAN 3: Format Saran Perbaikan KIA

LAMPIRAN 4 : Riwayat Hidup Penulis

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Asma bronkial adalah obstruksi jalan napas yang bersifat

reversible. Ditandai dengan serangan intermitten bronkus yang

disebabkan oleh rangsangan alergi (Manurung, 2016).

Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang

mempunyai ciri bronkopasme periodik (kontraksi spasme pada saluran

napas) terutama pada percabangan trakeobronkial yang dapat

diakibatkan oleh berbagai stimulus seperti faktor biokemikal, endokrin,

infeksi, otonomik, dan psikologi. Asma adalah suatu penyakit yang

disebabkan oleh keadaan saluran nafas yang sangat peka terhadap

berbagai rangsangan, baik dari dalam maupun luar tubuh. Akibat dari

kepekaan yang berlebihan ini terjadilah penyempitan saluran nafas

secara menyeluruh. Asma merupakan penyakit obstruksi kronik saluran

napas yang bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan

pengobatan (Tarwoto, 2016).

Menurut Global Initiative For Asthma (GINA, 2018) asma

merupakan penyakit heterogen yang ditandai dengan adanya

peradangan saluran napas kronis diikuti dengan gejala pernapasan

seperti mengi, sesak napas dan batuk yang bervariasi dari waktu ke

1
2

waktu dengan intensitas yang berbeda dan bersamaan dengan

keterbatasan aliran udara saat ekspirasi.

Menurut data WHO, prevalensi asma bronchial di seluruh

seluruh dunia adalah sebesar 8-10% pada orang dewasa dan dalam

10 tahun terakhir meningkat menjadi 50%. Setiap tahun mortalitas

asma bronchial meningkat diseluruh dunia dari 0,8% per 100.000

pada tahun 2016, menjadi 1,2% per 100.000 pada tahun 2017 dan

meningkat lagi menjadi 2,1% per 100.000 pada tahun 2018. Selain itu

WHO juga memperkirakan akan terus bertambah 180.000 setiap

tahun (Oktaviani, 2021).

Di Indonesia berdasarkan hasil survey, prevalensi penderita

Asma di Indonesia tahun 2018 berjumlah 1.017. 290 orang, dimana

Asma menempati sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di

yang mencapai 14.62 jiwa (Oktaviani, 2021).

Berdasarkan prevalensi Asma di Sulawesi Selatan berdasarkan

diagnosis dokter pada semua umur sebanyak 2,54% dari 33.693 jiwa

dan tertinggi di Kabupaten Jeneponto sebanyak (3,9%) dari 2069

jiwa. Sedangkan proporsi kekambuhan berdasarkan penduduk

semua umur sebanyak 60,6% atau 836 jiwa. Prevalensi Asma di Kota

Makassar berdasarkan diagnosis dokter pada semua umur sebanyak

2,99% dari 8611 jiwa (RISKESDAS, 2018).

Penyakit Asma dapat menimbulkan masalah pada jalan napas

yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. sesorang yang

menderita asma ditandai dengan merasa cepat lelah, frekuensi napas


3

cepat, suara napas mengi atau wheezing, dada terasa berat, serta

adanya keterbatasan aliran meningkatkan konsentrasi oksigen dalam

tubuh (Wardani, 2021). Sesak napas pada Asma merupakan salah

satu kegawatan yang ditandai dengan penurunan aliran udara

ekspirasi dan apabila tidak ditangani akan menyebabkan gagal napas

dalam buku ( Kimberly,2011). Masalah utama pada Asma Bronkhial

terdapat penurunan arus puncak ekspirasi yaitu ketidakmampuan

mendasar dalam mencapai angka aliran udara normal pernapasan

saat ekspirasi yang menyebabkan Respiratory Rate meningkat.

Munculnya masalah pola napas tidak efektif pada Asma Bronkhial

terjadi ketika saluran pernapasan menyempit dan sesak napas yang

diikuti dengan penggunaan otot bantu napas dan adanya suara napas

tambahan wheezing yang disebabkan oleh radang saluran

pernapasan dan bronkokontriksi (Sari, 2021).

Asma ditandai dengan gejala episodic berulang berupa mengi,

batuk, sesak napas, dan rasa berat. Serangan asma bervariasi dari

ringan sampai berat dan mengancam kehidupan. Salah satu faktor

yang menyebabkan kekambuhan pada pasien asma adalah fakor

emosional, pada saat serangan pasien akan mengalami sesak napas

dengan frekuensi napas bisa sampai 30x/menit. Kondisi ini

merupakan kondisi kegawatan yang dapat mengancam nyawa pasien

(Heneberger, 2011).

Oleh karena itu intervensi utama yang dapat dlakukan untuk

mengurangi obstruksi saluran napas yaitu manajemen jalan napas


4

dimana tujuannya yaitu inspirasi atau ekspirasi dapat memberikan

ventilasi yang adekuat yang ditandai dengan kriteria hasil: (1) ventilasi

semenit meningkat, (2) kapasitas vital meningkat, (3) Diameter thorak

anterior/posterior meningkat, (4) Tekanan ekspirasi meningkat, (5)

Tekanan insprasi meningkat, (6) Dipsnea menurun, (7) Penggunaan

oto bantu napas menurun, (8) pernapasan cuping hidung menurun,

(9) Penapasan pursed lip, (10) Frekuensi napas membaik, dan (11)

Kedalaman napas membaik (PPNI, 2019).

Berdasarkan latar belakang dan data yang didapatkan penulis

tertarik untuk menggambarkan dan mendokumentasikan asuhan

keperawatan dalam sebuah karya ilmiah akhir dengan judul : Asuhan

Keperawatan Gawat Darurat Pada Tn.”S” Dengan Asma Bronkhial Di

Ruang IGD Rumah Sakit Ibnu Sina YW-UMI Makassar.

B. TUJUAN UMUM

Adapun tujuan yang dicapai yaitu untuk memberikan gambaran

tentang asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien dengan

diagnosis Asma Bronkhial di ruangan IGD Rumah Sakit Ibnu Sina

YW-UMI Makassar.
5

C. TUJUAN KHUSUS

Adapun tujuan khususnya antara lain sebagai berikut :

1. Menjelaskan konsep dasar teori dari Asma Bronkhial yang terdiri

dari pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, dan

penatalaksanaan ,medik.

2. Mendapat gambaran dan pengalaman nyata dalam melakukan

pengkajian keperawatan kegawatdaruratan pada Tn.S dengan

Asma Bronkhial di ruangan IGD Rumah Sakit Ibnu Sina YW-UMI

Makassar.

3. Mendapat gambaran dan pengalaman nyata dalam perumusan

diagnosis keperawatan kegawatdaruratan pada Tn.S dengan

Asma Bronkhial di ruangan IGD Rumah Sakit Ibnu Sina YW-UMI

Makassar.

4. Mendapat gambaran dan pengalaman nyata dalam melakukan

penyusunan intervensi keperawatan kegawatdaruratan pada

Tn.S dengan Asma Bronkhial di ruangan IGD Rumah Sakit Ibnu

Sina YW-UMI Makassar.

5. Mendapat gambaran dan pengalaman nyata dalam melakukan

implementasi keperawatan kegawatdaruratan pada Tn.S dengan

Asma Bronkhial di ruangan IGD Rumah Sakit Ibnu Sina YW-UMI

Makassar.

6. Mendapat gambaran dan pengalaman nyata dalam melaukan

evaluasi keperawatan kegawatdaruratan pada Tn.S dengan Asma


6

Bronkhial di ruangan IGD Rumah Sakit Ibnu Sina YW-UMI

Makassar.

D. MANFAAT PENULISAN

1. Bagi Institusi Pendidikan

Digunakan sebagai sumber informasi dan acuan dalam

pengembangan wawasan dalam menerapkan asuhan

keperawatan khususnya pada pasien dengan kasus Asma

Bronkhial

2. Bagi Pelayanan Masyarakat

Dapat digunakan sebagai masukan bagi perawat untuk

melaksanakan asuhan keperawatan yang benar dalam rangka

peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan khususnya

pada pasien dengan kasus Asma Bronkhial

3. Bagi Klien

Dapat dijadikan sebagai acuan untuk meningkat kesehatan yang

optimal khususnya pada pasien dengan kasus Asma Bronkhial

4. Bagi Penulis

Dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman nyata

dalam memberikan asuhan keperawatan kegawatdraruratan

serta menerapakan ilmu yang diperoleh selama mengukiti

pendidikan.
7

E. SISTEMATIKA PENULISAN

1. Tempat, waktu dan pengambilan kasus

Pengambilan kasus dilakukan pada Tanggal 06 Januari 2022,

pukul 00.49 WITA di ruangan IGD Rumah Sakit Ibnu Sina YW-

UMI Makassar.

2. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan wawancara pada klien

dan anggota keluarga klien.


BAB II

TINJAUAN KASUS KELOLAAN

a. Tinjauan Teori

1) Konsep dasar Medis

1.1. Pengertian

Asma Bronchial adalah penyakit inflamasi kronik pada

jalan napas dikarakteristikkan dengan hipersensitivitas,

produksi mucus dan edema mukosa. Inflamasi ini

berkembang menjadi episode gejala asma bronchial yang

meliputi batuk, nyeri dada, mengi dan dipsnea (Suddarth,

2017).

Asma Bronchial adalah penyakit obstruksi saluran

pernapasan akibat penyempitan saluran napas yang

sifatnya reversible (penyempitan dapat hilan dengan

sendirinya) yang ditandai oleh episode obstruksi

pernapasan diantara dua interval asimtomatik (Djojodibroto,

2017).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan

bahwa Asma Bronchial adalah penyakit saluran pernapasan

yang terjadi karena adanya penyempitan saluran napas

yang mengakibatkan sesak dimana fase inspirasi lebih

pendek daripada fase ekspirasi dan diikuti dengan bunyi

mengi (wheezing).

8
9

1.2. Anatomi Fisiologi

2.1 Gambar Anatomi Fisiologi Sistem Penapasan

http://eprints.umm.ac.id/42593/3/jiptummpp-gdl-zaenabqubr-

48792-3-babii.pdf

1.2.1. Hidung

Hidung merupakan organ pertama dalam sistem

respirasi yang terdiri dari bagian eksternal (terlihat) dan

bagian internal. Di hidung bagian eksternal terdapat

rangka penunjang berupa tulang dan hyaline kartilago

yang terbungkus oleh otot dan kulit. Struktur interior

dari bagian eksternal hidung memiliki tiga fungsi : (1)

menghangatkan, melembabkan dan menyaring udara

yang masuk. (2) mendeteksi stimulasi olfaktori (indra

pembau), dan (3) memodifikasi getaran suara yang

melalui bilik resonansi yang besar dab bergema.

Rongga hidung sebagai bagian internal digambarkan


1

sebagai ruang yang paling besar pada anterior

tengkorak (inferior pada tulang hidung, superior pada

rongga mulut) rongga hidung dibatasi oleh otot dan

mukosa.

1.2.2. Faring

Faring atau tenggorokan adalah saluran berbentuk

corong dengan panjang 13 cm. dinding faring disusun

oleh otot rangka dan dibatasi oleh membrane mukosa.

Otot rangka yang terelaksasi membuat faring dalam

posisi tetap sedangkan apabila otot rangka kontraksi

maka sedang terjadi proses menelan. Faring berfungsi

sebagai saluran untuk udara dan makanan,

menyediakan ruang resonansi untuk suara saat

berbicara dan tempat bagi tongsil yang berperan pada

reaksi imun terhadap benda asing (Derrickson, 2014).

1.2.3. Laring

Laring tersusun atas 9 bagian jaringan kartilago, 3

bagian tunggal dan 3 bagian berpasangan. 3 bagian

berpasangan adalah kartilago arytenoid, cuneiform,

dan corniculate. Arytenoid adalah bagian paling

signifikan dimana jaringan ini mempengaruhi

pergerakan membrane mukosa. 3 bagian lain yang

merupakan bagian tunggal adalah tiroid, epiglotis dan

cricoid. Tiroid dan cricoid berfungsi untuk melindungi


1

pita suara. Epiglotis melindungi saluran udara yan

mengalihkan makanan dan minuman agar melewati

esophagus.

1.2.4. Trakea

Trakea atau batang tenggorokan saluran tubuler yang

dilewati udara dari laring menuju paru-paru. Trakea

juga dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia sehingga

dapat menjebak zat lain selain udara yang masuk dan

akan didorong keatas melewati esophagus untuk

ditelan atau dikeluarkan lewat dahak.

1.2.5. Bronkus

2.2 Gambar Bronkus

https://materiipa.com/organ-organ-pernapasan/bronkus

setelah laring, trakea terbagi menjadi 2 cabang utama,

yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri, dimana cabang

ini memasuki paru kiri dan kanan pula. Di dalam

masing-masing paru, bronus terus bercabang dan

semakin menyempit, pendek, dan semakin banyak

pula
1

cabangnya. Cabang terkecil disebut dengan bronchiole

(Nair, 2011)

1.2.6. Paru-paru

Paru-paru dibagi menjadi bagian-bagian yang disebut

dengan lobus. Terdapat 3 lobus pada paru-paru kanan

dan 2 lobus pada paru-paru sebelah kiri. Diantara

kedua paru terdapat ruang yang disebut cardiac notch

atau tempat jantung. Masing-masing paru memiliki dua

membrane pelindung tipis yang disebut paretal dan

visceral pleura. Parietal pleura membatasi dinding

thoraks sedangkan visceral pleura membatasi paru itu

sendiri.

2.3 Gambar Paru Paru

https://www.sridianti.com/biologi/perbedaan-paru-

paru-kanan-dan-kiri.html

Cabang-cabang bronkus terbagi hingga bagian terkecil

yaitu bronchiole. Bronchiole pada akhirnya akan

mengarah bronchiole terminal, dibagian akhir

bronchiole terminal terdapat sekumpulan alveolus,


1

kantung udara kecil tempat dimana terjadi pertukaran

gas.

2.4 Gambar Alveoli

https://sites.google.com/site/igotcells/respiratory-

system/11-alveoli

Respirasi mencakup dua proses yang berbeda namum

tetap berhubungan yaitu respirasi seluler dan respirasi

eksternal. Respirasi seluler mengacu pada proses

metabolisme intraseluler yang terjadi di mitokondria. Respirasi

eksternal adalah serangkaian proses yang terjadi saat

pertukaran gas dan karbondioksida antara lingkungan

eksternal dan sel-sel tubuh (Sherwood, 2014).

Terdapat empat proses utama dalam proses respirasi,

yaitu : (1) Ventilasi pulmonar bagaimana udara masuk dan

keluar dari paru-paru, (2) Respirasi eksternal dimana oksigen

berdifusi dari paru-paru ke sirkulasi darah dan karbondioksida

berdifusi dari darah ke paru-paru, (3) Transpor gas oksigen

dan karbondioksida dibawa dari paru-paru ke jaringan tubuh

atau
1

sebaliknya, dan (4) Respirasi internal oksigen dikirim ke sel

tubuh dan karbondioksida diambil dari sel tubuh (Nair, 2011).

1.3. Etiologi

Menurut (Putri, 2014) etiologi asma di bagi atas :

1.3.1. Asma ekstrinsik/alergi

Asma yang disebabkan oleh allergen yang diketahui

masanya sudah terdapat semenjak anak-anak, seperti

alergi terhadap protein, serbuk sari, bulu halus,

binatang dan debu.

1.3.2. Asma Intrinsik/idiopatik

Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas,

tetapi adanya faktor-faktor non spesifik seperti flu,

latihan fisik atau emosi sering memicu serangan asma.

Asma ini sering muncul/timbul sesudah usia 40 tahun

setelah menderita infeksi sinus/cabang trakeobonchial.

1.3.2. Asma campuran

Asma yang terjadi karena adanya komponen ekstrinsik

dan intrinsik

1.4. Patofisiologi

Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos

bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab

yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap

benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma

tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut :


1

seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk

membentuk sejumlah antibody IgE abnormal dalam jumlah

besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi

dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini

terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada

interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus

dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka

antibody IgE orang tersebut meningkat, alergen bereaksi

dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan

menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam

zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi

lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik

eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-

faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding

bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam

lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus

sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi

sangat meningkat.

Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang

selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena

peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa

menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah

tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah


1

akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi

berat terutama selama ekspirasi.

Pada penderita asma biasanya dapat melakukan

inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali

melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea.

Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi

sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran

mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa

menyebabkan barrel chest (Nurarif, 2015)

1.5. Penatalaksanaan Medik

Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :

1) Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.

2) Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat

mencetuskan serangan asma

3) Memberikan penerangan kepada penderita ataupun

keluarganya mengenai penyakit asma, baik

pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya

sehingga penderita mengerti tujuan penngobatan yang

diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat

yang merawatnnya.

Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:

1) Pengobatan non farmakologik :

a) Menghindari faktor pencetus

b) Pemberian cairan
1

c) Fisioterapi

d) Beri O2 bila perlu.

2) Pengobatan farmakologik :

Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas.

Terbagi dalam 2 golongan :

a) Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)

Nama obat :

- Orsiprenalin (Alupent)

- Fenoterol (berotec)

- Terbutalin (bricasma)

Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia

dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan.

Yang berupa semprotan : MDI (Metered dose inhaler).

Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup

(Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau

cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serta

Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol

(partikel-partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya

dihirup.

b) Santin (teofilin)

Nama obat :

- Aminofilin (Amicam supp)

- Aminofilin (Euphilin Retard)

- Teofilin (Amilex)
1

Efek dari teofilin sama dengan obat golongan

simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda.

Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya

saling memperkuat. Cara pemakaian : Bentuk suntikan

teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut,

dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh

darah. Karena sering merangsang lambung bentuk

tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah

makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai

sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat

ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang

cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus.

Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu

hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau

lambungnya kering).

2) Konsep Asuhan Keperawatan

2.1. Pengkajian Primer

Primary survey menyediakan evaluasi yang sistematis,

pendeteksian dan manajemen segera terhadap komplikasi

yang diakibatkan oleh penyakit yang mengancam kehidupan.

Tujuan primary survey adalah untuk mengidentifikasi dan

memperbaiki dengan segera masalah yang mengancam

kehidupan. Prioritas yang dilakukan pada primry survey

antara lain (Fulde, 2013) :


1

2.1.1. Airway

Kaji kepatenan jalan napas, observasi adanya lidah

jatuh, adanya benda asing pada jalan napas (bekas

muntahan, darah, dan secret yang tertahan), adanya

edema pada mulut, faring, laring, disfagia, suara

stridor, gurgling, atau wheezing yang mendadak

adanya masalah jalan napas.

2.1.2. Breathing

Kaji keefektifan pola napas, respiratory rate,

abnormalitas pernapasan, pola napas bunyi napas

tambahan, penggunaan otot bantu napas, pernapasan

cuping hidung dan saturasi oksigen.

2.1.3. Circulation

Kaji Heart Rate, tekanan darah, kekuatan nadi,

capillary refill time, akral, suhu tubuh, warna kulit,

kelembabab kulit, dan perdarahan eksternal jika ada.

2.1.4. Disability

Kaji tingkat kesadaran dengan GCS (Glasgow Coma

Scale), respon nyeri, respon verbal dan reaksi pupil.

2.1.5. Exposure

Pengkajian terhadap suhu serta adanya injury atau

kelainan lainnya, serta kondisi lingkungan yang ada

disekitar pasien.
2

2.2. Pengkajian Sekunder

Pengkajian sekunder merupakan pemeriksaan secara

lengkap yang dilakukan secara head to toe dari depan

hingga belakang. Pengkajian sekunder hanya dilakukan

setelah kondisi pasien mulai membaik, dalam artian tidak

mengalami syok atau tanda-tanda syok mulai membaik. Hal-

hal yang perlu dikaji pada pasien asma antara lain :

1.2.1. Anamnesis

Anamnesis pada penderita asma sangat

penting, berguna untuk mengumpulkan berbagai

informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi

pengobatan. Gejala asma sangat bervariasi baik antar

individu maupun pada diri individu itu sendiri (pada

saat berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali

sampai kepada sesak yang hebat yang disertai

gangguan kesadaran.

Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya

pada waktu serangan. Pada serangan asma bronkial

yang ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan

dan gejala tak ada yang khas. Keluhan yang paling

umum ialah : Napas berbunyi, sesak, batuk, yang

timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera

dengan spontan atau dengan pengobatan, meskipun

ada yang berlangsung terus untuk waktu yang lama.


2

Anamnesis juga harus meliputi riwayat SAMPLE

yang disa didapatkan dai pasien dan keluarga (ENA,

2012).

S : Sign/symptoms (tanda dan gejala)

A : Alergi (alergi makanan, obat-obatan, cuaca)

M : Medicine (obat-obatan yang dikonsumsi)

P : Past Medical History (riwayat penyakit pasien)

L : Last Oral Intake (makanan yang dikonsumsi terakhir

sebelum ke rumah sakit)

E : Event prior to the illnessor injury (kejadian sebelum

sakit)

1.2.2. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)

a) Kepala

Lakukan inspeksi dan palpasi secara keseluruhan

apakah trdapat laserasi, kontusio, ruam, nyeri

tekan serta adanya nyeri kepala.

b) Wajah

Inspeksi adanya kesimetrisan kiri dan kanan, dan

pucat

c) Mata

Inspeksi ukuran pupil apakah isokor atau anisokor

serta bagaimana refleks terhadap cahaya, apakah


2

konjungtiva anemis, adanya kemerahan, nyeri

serta adanya perdarahan subconjungtival.

d) Hidung

Inspeksi apakah ada penggunaan pernapasan

cuping hidung, penumpukan mucus dan palpasi

apakah terdapat nyeri tekan atau tidak.

e) Telinga

Periksa adanya nyeri tekan, menurunnya atau

hilangnya fungsi pendengaran.

f) Mulut dan faring

Inspeksi mukosa bibir, warna, kelembaban, posisi

lidah, dan apakah ada nyeri tekan.

g) Leher

Kaji adanya keluhan disfagia (kesulitan menelan),

deviasi trakea, dan palpasi adanya nyeri.

h) Thoraks

Inspeksi dinding dada, apakah simetris atau tidak,

kaji frekuensi dan kedalaman pernapasan, apakah

menggunakan otot bantu pernapasan dan kelainan

bentuk dada. Palpasi taktil fremitus dan ekspansi

dada, selain itu periksa adanya abnormalitas

seperti massa atau krepitus tulang dada. Perkusi

untuk mengetahui hipersonor dan keredupan.

Auskultasi dilakukan pada seluruh lapang paru,


2

baik secara anterior maupun posterior pada pasien

dengan asma bronchial biasanya didapatkan bunyi

napas (ronchi, mengi, wheezing) dibagian dinding

dada sisi apeks paru.

i) Abdomen

Kaji apakah ada distensi abdomen,auskultasi

bising usus, perkusi abdomen untuk mendapatkan

nyeri tekan lepas. Palpasi untuk mengetahui

apakah ada kekauan dan nyeri tekan pada

abdomen.

j) Ekstremitas

Kaji apakah ada edema pada ekstremitas, apakah

ada nyeri tekan

k) Neurologis

Pemeriksaan meliputi pemeriksaan tingkat

kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, pemeriksaan

motoric dan sensorik

2.2.3. Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan laboratorium (sputum)

- Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast

cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.

- Creole yang merupakan fragmen dari epitel

bronkus.
2

- Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada

sputum, umumnya bersifat mukoid dengan

viskositas yang tinggi dan kadang terdapat

mucus plug.

b) Pemeriksaan darah

- Analisa gas darah pada umumnya normal akan

tetapi dapat pula terjadi hipoksemia,

hiperkapnia, atau asidosis.

- Kadang pada darah terdapat peningkatan dari

SGOT dan LDH.

- Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang

di atas 15.000/mm3 dimana menandakan

terdapatnya suatu infeksi.

- Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi

peningkatan dari IgE pada waktu serangan dan

menurun pada waktu bebas dari serangan.

c) Pemeriksaan radiologi

Gambaran radiologi pada asma pada

umumnya normal. Pada waktu serangan

menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru

yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan

rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.

Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan

yang didapat adalah sebagai berikut :


2

- Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-

bercak di hilus akan bertambah.

- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD),

maka gambaran radiolusen akan semakin

bertambah.

- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat

gambaran infiltrate pada paru

- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis

lokal.

- Bila terjadi pneumonia mediastinum,

pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka

dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada

paru-paru (Nurarif, 2015)

2.3. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan kegawatdaruratan yang dapat

muncul pada pasien dengan Asma Bronchial dalam buku

SDKI adalah sebagai berikut :

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan

sekresi yang tertahan.

b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan

upaya napas (kelemahan otot bantu napas).

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

perubahan membrane alveolus-kapiler


2

d. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan

peningkatan tekanan darah.

e. Risiko cedera yang ditandai dengan faktor risiko internal

hipoksia jaringan (PPNI T. P., 2016).

2.4. Intervensi Keperawatan

Diagnosis Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil (SLKI) Keperawatan
(SDKI) (SIKI)
Bersihan Jalan Bersihan Jalan Napas Manajemen Jalan
Nafas tidak Efektif Setelah dilakukan Napas Tindakan
Definisi : tindakan keperawatan Observasi :
Ketidakmampuan untuk selama 1x6 jam 1. Monitor pola na
membersihkan sekresi diharapkan pasien (frek, kedalaman,
atau obstruksi dari mampu membersihkan usaha napas)
saluran pernafasan secret atau obstruksi jalan 2. Monitor bunyi na
untuk mempertahankan napas untuk tambahan (gurg
kebersihan jalan mempertahankan kepatenan mengi, wheez
nafas. jalan napas. Dengan kriteria ronkhi kering)
Penyebab : hasil : 3. Monitor jum
Fisiologis - Batuk efektif sputum
- Spasme jalan meningkat Terapeutik :
napas - Produksi sputum 4. Pertahankan
- Hipersekresi menurun kepatenan jalan
jalan napas - Mengi menurun napas dengan
- Disfungsi - Wheezing menurun head tilt dan chin
neuromuskuler - Dispnea menurun (jaw thrust jika
- Ortopnea menurun
- Sianosis menurun
- Gelisah menurun
2

- Benda asing - Frekuensi napas dicurigai traima


dalam jalan membaik servikal)
napas - Pola napas 5. Posisikan semi
- Sekresi yang membaik fowler atau fowler
tertahan 6. Berikan minum
- Hiperplasia hangat
dinding jalan 7. Lakukan
napas fisioterapi dada,
- Proses infeksi jika perlu
- Respon alergi 8. Lakukan
- Efek agen penghisapan
farmakologis lendir kurang dari
(anastesi) 15 detik
Situasional 9. Berikan oksigen,
- Merokok aktif jika perlu
- Merokok pasif Edukasi :
- Terpajan 10. Ajarkan teknik
polutan batuk efektif
Gejala dan Tanda Kolaborasi :
Mayor 11. Kolabaorasi
Subjektif pemberian
Tidak tersedia bronkodilator,
Objektif ekspektoran,
- Batuk tidak mukolitik, jika
efektif perlu
- Tidak mampu
batuk
- Sputum
berlebih
- Mengi,
wheezing,
ronkhi kering
2

Gejala dan Tanda


Minor
Subjektif
- Dispnea
- Sulit bicara
- Ortopnea
Objektif
- Gelisah
- Sianosis
- Bunyi napas
menurun
- Frekuensi napas
berubah
- Pola napas
berubah

Pola Nafas tidak Pola Napas Pemberian Obat


efektif Setelah dilakukan Inhalasi
Definisi : Inspirasi atau tindakan keperawatan Tindakan
ekspirasi yang tidak selama 1x6 jam Observasi :
memberkan ventilasi diharapkan ekspirasi/inspirasi 1. Identifikasi
yang adekuat dapat memberikan kemungkinan aler
Penyebab ventilasi yang adekuat. interaksi dan
- Depresi pusat Dengan Kriteria Hasil : kontraindikasi oba
pernapasan - Ventilasi semenit 2. Verifikasi order
- Hambatan upaya meningkat sesuai indikasi
napas (mis. - Tekanan ekspirasi 3. Periksa tanggal
Nyeri saat meningkat kadaluwarsa
bernapas, kelemahan - Tekanan inspirasi obat
otot pernapasan) meningkat
- Dyspnea menurun
2

- Deformitas - Penggunaan otot 4. Monitor tanda


dinding dada bantu napas vital dan hasil
- Deformitas menurun laboratorium
tulang dada - Ortopnea menurun sebelum
- Gangguan - Pernapasan pursed pemberian obat,
neuromuskular lip menurun jika perlu
- Gangguan - Pernapasan cuping 5. Monitor efek
neurologis (EEG hidung menurun terapeutik obat
positif, cedera - Frekuensi napas Terapeutik :
kepala, membaik 6. Lakukan prinsip
gangguan - Kedalaman napas enam benar
kejang) membaik (pasien, obat,
- Imaturitas - Ekskursi dada waktu, dosis,
neurologis membaik rute dan
- Penurunan dokumentasi)
energi 7. Kocok inhaler
- Obesitas selama 2-3 detik
- Posisi tubuh sebelum
yang digunakan
menghambat 8. Lepaskan
ekspansi paru penutup inhaler
- Sindrom dan pegang
hipoventilasi terbalik
- Kerusakan 9. Posisikan di
inervasi dalam mulut
diafragma(saraf mengarah ke
C5 keatas) tenggorokan
- Cedera medula dengan bibir
spinalis ditutup rapat.
- Efek agen Edukasi :
farmakologis 10.Anjurkan
- Kecemasan bernapas lambat
3

Gejala dan Tanda


Mayor
Subjektif
Dispsnea
Objektif
- Penggunaan otot menahan napas
bantu napas selama 10 detik
- Fase ekspirasi 12.Anjurkan
memanjang ekspirasi lambat
- Pola napas melalui hidung
abnormal atau bibir
(takipnea, mengkerut
bradipnea, 13.Ajarkan pasien
hiperventilasi, dan keluarga
kussmaul, dan tentang cara
cheyne-stokes) pemberian obat
Gejala dan Tanda 14. Jelaskan jenis
Minor obat, alasan
Subjektif pemberian,
Ortopnea tindakan yang
Objektif diharapkan dan
- Pernapasan efek samping
pursed lip obat
- Pernapasan
cuping hidung
- Diameter thorax
anterior posterio
meningkat
- Ventilasi semenit
menurun
- Kapasitas vital
menurun
3

- Tekanan
ekspirasi
menurun
- Tekanan insprasi
menurun
- Ekskursi dada
berubah

Gangguan Pertukaran Gas Pemantauan


Pertukaran gas Definisi : Setelah dilakukan tindakan Respirasi
Kelebihan atau keperawatan selama 1x6 jam Tindakan
kekurangan dalam diharapkan oksigen atau Observasi :
oksigenasi dan eliminasi 1. Monitor
atau pengeluaran karbondioksida pada frekuensi, ira
karbondioksida di membrane alveolus kapiler kedalaman dan up
dalam membran dalam batas normal napas
kapiler alveoli Penyebab Dengan Kriteria Hasil : 2. Monitor pola
: - Tingkat kesadaran napas (bradipnea,
- Ketidakseimban gan meingkat takipnea,
ventilasi- perfusi - Dyspnea menurun hiperventilasi,
- Perubahan - Bunyi napas kusmaul cheyne-
membrane alveolus- tambahan Stokes, biot dan
kapiler menurun ataksik.
Gejala dan Tanda - Pusing menurun 3. Monitor
Mayor - Penglihatan kabur kemampuan
Subjektif menurun batuk efektif
Dispnea - Diaforesis 4. Monitor adanya
Objektif menurun sputum
- Gelisah menurun 5. Monitor ada
sumbatan jalan na
3

- PCO2 - Napas cuping 6. Palpasi


meningkat/men hidung menurun kesimetrisan
urun - PCO2 membaik ekspansi paru
- PO2 menurun - PO2 membaik 7. Monitor saturasi
- Takikardia - Takikardia oksigen
- pH arteri membaik 8. Monitor nilai
meningkat/men urun - pH arteri membaik AGD
- Bunyi napas - Sianosis menurun 9. Monitor hasil x- r
tambahan - Pola napas thoraks
Gejala dan Tanda membaik Terapeutik :
Minor - Warna kulit 10.Atur interval
Subjektif membaik pemantauan respi
- Pusing sesuai kondisi
- Penglihatan pasien.
Kabur 11.Dokumentasikan
Objektif hasil
- Sianosis pemantauan
- Diaphoresis Edukasi :
- Gelisah 12.Jelaskan tujuan
- Napas cuping prosedur pemanta
hidung 13.Informasikan
- Pola napas hasil
abnormal pemantauan, jika
(cepat/lambat, perlu.
regular/ireguler,
dalam/dangkal)
- Pucat kebiruan
- Kesadaran
menurun

Perfusi perifer tidak Perfusi Perifer Pemantauan Tanda


efektif Vital
3

Defisini : Setelah dilakukan Tindakan


Penurunan sirkulasi tindkan keperawatan Observasi :
darah pada level selama 1x6 jam 1. Monitor tekanan
kapiler yang dapat diharapkan darah
mengganggu keadekuatan aliran 2. Monitor nadi
metabolisme tubuh. darah pembuluh darah (frekuensi,
Penyebab : distal untuk kekuatan dan
- Hiperglikemia mempertahankan irama).
- Penurunan jaringan. 3. Monitor
konsentrasi Dengan Kriteria Hasil : pernapasan
hemoglobin Denyut nadi perifer (kedalaman dan
- Peningkatan meningkat frekuensi).
tekanan darah Warna kulit pucat 4. Monitor suhu
- Keurangan menurun tubuh.
volume cairan Pengisian kapiler Terapeutik :
- Penuruna aliran membaik 5. Dokumentasikan
arteri atau vena Akral membaik hasil
- Kurang terpapar Turgor kulit pemantauan.
informasi membaik Edukasi :
tentang faktor Tekanan darah 6. Jelaskan tujuan
pemberat sistolik membaik dan prosedur
- Kurang terpapar Tekanan darah tindakan
informasi diastolic membaik 7. Informasikan
tentang proses hasil
penyakit pemantauan,
- Kurang aktivitas jika perlu
fisik
Gejala dan tanda
mayor :
Subjektif : tidak
tersedia
Objektif :
3

- Pengisian
kapiler >3 detik
- Nadi perifer
tidak teraba
- Akral dingin
- Warna kulit
pucat
- Turgor kulit
menurun
Gejala dan Tanda
Minor
Subjektif :
- Parastesia
- Nyeri
ekstremitas
(klaudikasi
intemitten)
Tabel. 1.1 Intervensi Keperawatan (Teori)

2.5. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan atau implementasi merupakan

tindakan yang harus dilakukan oleh seorang perawat sesuai

dengan apa yang direncanakan. Implementasi pada klien

dengan Asma Bronchial meliputi, manajemen jalan napas,

pemberian obat inhalasi, pemantauan respirasi, dan

pemantauan tanda vital (Doenges, 2000).


3

2.6. Evaluasi

Evaluasi adalah hasil yang didapatkan dengan

menyebutkan item-item atau perilaku yang diamati dan

dipantau, untuk menentukan pencapaian hasil dalam jangka

waktu yang telah ditentukan (Doenges, 2000)/ Evaluasi

bertujuan untuk menilai hasil akhir dari seluruh intervensi

keperawatan yang telah dilakukan, dengan cara yang

berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga

kesehatan lainnya, dituliskan dalam catatan perkembangan

yang berfungsi untuk mendokumentasian keadaan klien, baik

berupa keberhasilan maupun ketidakberhasilan berdasarkan

masalah yang ada.

Evaluasi ini dapat bersifat formatif yaitu evaluasi yang

dilakukan secara terus menerus, untuk menilai hasil tindakan

yang dilakukan, yang juga disebut tujuan jangka pendek. Dan

dapat pula bersifat sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan

sekaligus pada akhir dari semua tindakan keperawatan, yang

disebut dengan mengevaluasi pencapaian tujuan jangka

panjang.
3

b. Tinjauan Kasus

1) Pengkajian

a) Identitas Pasien

Nama Initial : Tn. S Jenis

Kelamin : Laki Laki Tgl

Lahir/Umur : 24/09/1989

Alamat : Jl Biring Romang Utara

Diagnosa Medis : Asma Bronchial

Tanggal Pengkajian : 06/01/2022

Tanggal MRS : 06/01/2022

Nomor Rekam Medik : 18 43 22

Alasan Masuk : Sesak, nyeri ulu hati, nyeri

sampai menyebar ke bagian dada dirasakan sudah 3 hari,

memberat tadi pagi sempat di bawah oleh keluarganya ke RS

setelah itu membaik dan pulang, pasien mengatakan merasa

sesak napas sesak kembali memberat ± 3 jam yang lalu,

mual (+), muntah (-), batuk berlendir (+) dari 1 hari yang lalu,

demam (-) dan sulit tidur.


3

PRIMARY SURVEY

AIRWAY TRAUMA SCORE

1. Pengkajian Jalan Napas A. Frekuensi Pernapasan

Bebas Tersumbat √ 10-25 4

Trachea ditengah : Ya √ Tidak √ 25-35 3

Resusitasi : Tidak dilakukan > 35 2

Re evaluasi : Tidak dilakukan <10 1

2. Masalah Keperawatan : Bersihan Jalan 0 0

Napas Tidak Efektif


BREATHING B. Usaha Bernapas

1. Fungsi Pernapasan √ Normal 1

Dada simetris : Ya Dangkal 0

Sesak Napas : Ya

Respirasi : 26x/i C. Tekanan Darah

Krepitasi : Tidak ada <89 4

Suara Napas : Wheezing 70-89 3

Saturasi Oksigen : 98% 50-69 2

Masalah Keperawatan : Pola Napas Tidak 1-49 1

Efektif 0 0

CIRCULATION D. Pengisian Kapiler

1. Keadaan Sirkulasi √ <2 detik 2

Tensi : 124/79 mmHg >2 detik 1

Nadi : 96x/menit Tidak ada 0

Suhu axilla : 36,2 0C


3

Temperatur kulit : Hangat E. Glassgow Coma Scale (GCS)

Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah √ 14-15 5

DISABILITY 11-13 4

1. Penilaian Neurologis 8-10 3

Alert : Kesadaran Compos mentis 5-7 2

Verbal Respon : Ya 3-4 1

Pain Respon : Ya

Unresponsible : - TOTAL TRAUMA SCORE : 14

2. Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah REAKSI PUPIL

keperawatan Kanan Kiri

EXPOSURE Ukuran Ukuran

1. Penilaian Hipotermia/Hipertemia : Tidak ada (mm) (mm)

peningkatan suhu dan penurunan suhu (36,2 Cepat 2,5 mm 2,5 mm

2. Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Kontriksi - -

keperawatan Lambat - -

Dilatasi - -

Tak - -

bereaksi

PENILAIAN NYERI :
Nyeri : Tidak √ Ya, Lokasi : Epigastrium Intensitas : 0-10 (5)
Jenis : Akut Kronis

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tabel. 1.2. Primary Survey


3

PENGKAJIAN SEKUNDER

A. RIWAYAT KESEHATAN

S : Sign/Sympton (Tanda dan gejala)

Pasien nampak sesak napas dan batuk

A : Allergies (Alergi)

Pasien memiliki alergi terhadap dingin

M : Medications (Pengobatan)

a. Infus RL

b. Ranitidine 50 mg/IV

c. Inhalasi Combivent 2 x 1/hari

P : Past Medical History (Riwayat penyakit)

Pasien memiliki riwayat asma

L : Last oral intake (Makanan yang di komsumsi terakhir)

Pasien makan tadi pagi ±2 jam sebelum di bawa ke RS,

terakhir pasien mengkomsumsi nasi dengan sayur dan

lauk pauk.

E : Event prior to the illnessor injury (kejadian sebelum

injuri/sakit)

Keluhan sesak napas dirasakan sudah 3 hari, dan

memberat tadi pagi sempat di bawah oleh keluarganya ke

RS setelah itu membaik dan pulang ± 3 jam yang lalu

pasien mendadak merasa sesak kembali memberat dan


4

nyeri pada ulu hati menyebar ke bagian dada dan sulit

tidur.

RIWAYAT DAN MEKANISME TRAUMA

O: Onset ( seberapa cepat efek dari suatu interaksi terjadi) :

Pasien merasa nyeri ulu hati sejak 3 hari yang lalu

P : Provokatif (penyebab ) :

Nyeri terasa berat jika tarik napas

Q : Quality (kualitas ) :

Nyeri dirasakan seperti tertekan

R : Radiation (paparan) :

Pasien merasakan nyeri menjalar sampai ke bagian dada

S : Severity (tingkat keparahan) :

Skala nyeri yang dirasakan pasien 5 (menggunakan Numeric

Rating Scale)

T : Timing (waktu) : < 5 menit

B. TANDA-TANDA VITAL

RR : 26x/i

TD : 124/79 mmHg

Nadi : 112x/menit

Suhu : 36,2 0C
4

C. PEMERIKSAAN FISIK (HEAD TO TOE)

1. Kepala

a. Kulit kepala

Inspeksi : distribusi rambut merata, kepala nampak bersih

dan tidak ada hematoma

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

b. Wajah : Nampak pucat, berkeringat berlebih dan pasien

nampak meringis

c. Mata

Inspeksi : Konjungtiva pucat, sclera putih, respon

terhadap cahaya baik, dan ukuran pupil kanan/kiri (2,5

mm/2,5 mm).

Palpasi : Tidak ada benjolan pada mata dan tidak ada

nyeri tekan.

d. Telinga

Inspeksi : Posisi daun telinga simetris, tidak ada lesi, dan

tidak ada serumen.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

e. Hidung

Inspeksi : Terdapat pernapasan cuping hidung dan tidak

ada polip

Palpasi :Tidak ada nyeri tekan

f. Mulut dan gigi :

Mukosa bibir kering, bibir hitam, terdapat gigi berlubang


4

g. Leher :

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada

peningkatan JVP.

h. Dada

Paru-paru

- Inspeksi : Ekspansi dada simetris, bentuk dada

normal

- Palpasi : getaran vocal fremitus antara dinding

kanan dan dinding kiri sama, tidak ada krepitus tulang

dada

- Perkusi : Terdengar sonor pada kedua sisi dada

- Auskultasi : Terdengar bunyi napas tambahan yaitu

wheezing pada apeks paru

i. Abdomen

- Inspeksi : Tidak distensi abdomen

- Palpasi : Tidak ada benjolan pada abdomen

- Perkusi : Terdengar bunyi timpani

- Auskultasi : Peristaltic usus 15x/menit

j. Genetalia

Tidak dikaji

k. Ekstremitas

Atas

Inspeksi : Tidak ada pembengkakan pada ektremitas

atas, terpasang infus RL 18 Tpm pada tangan sebelah kiri.


4

Bawah

Inspeksi : Tidak ada luka atau pembengkakan pada kedua

ektermitas bawah

D. Terapi medikasi

1. IVFD RL 18 tpm

2. Ranitidine 50 mg/IV

3. Inhalasi Combivent 2 x 1/hari

2) Klasifikasi Data

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

1. Pasien mengeluh 1. Pasien nampak sesak

sesak napas sejak 3 hari yang lalu 2. Pasien nampak batuk berdahak

dan sesak semakin berat ± 3. Pasien nampak lelah

3 jam lalu sebelum masuk RS 4. Pasien nampak

2. Pasien mengatakan batuk dan menggunakan pernafasan

berlendir sejak 1 hari yang lalu. cuping hidup

3. Pasien mengatakan memiliki 5. Mukosa bibir kering

riwayat asma dan alergi suhu 6. Terdengar suara napas tambahan

dingin (wheezing) pada apeks paru

4. Pasien mengatakan mual 7. Pasien nampak meringis


4

5. Pasien mengatakan 8. Nampak berkeringat

nyeri pada ulu hati dan berlebih

menyebar kebagian 9. TTV :

dada RR : 26x/i

6. Pasien mengatakan TD : 124/79 mmHg

sulit tidur Nadi : 112x/menit

Suhu : 36,2 0C

Pengkajian Nyeri :

O: Onset ( seberapa cepat

efek dari suatu interaksi

terjadi) :

Pasien merasa nyeri ulu

hati sejak 3 hari yang lalu

P : Provokatif (penyebab )

Nyeri terasa berat jika tarik

napas

Q : Quality (kualitas )

Nyeri dirasakan seperti

tertekan

R : Radiation (paparan) :

Pasien merasakan nyeri

menjalar sampai ke bagian

dada
4

S : Severity (tingkat

keparahan) :

Skala nyeri yang dirasakan

pasien 5 (dengan

menggunakan NRS)

T : Timing (waktu) : < 5

menit

Tabel. 1.3. Klasifikasi Data

3) Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH

DS : Faktor pencetus Bersihan Jalan

- Pasien (allergen, stress, Napas Tidak

mengeluh sesak aktivitas berlebih) Efektif

napas sejak 3 hari D.0149

yang lalu Reaksi antigen-

- Pasien mengatakan antibody

batuk dan
Produksi substansi
berlendir sejak 1 hari
vasoaktif
yang lalu

DO :
Terganggunya
- Pasien nampak
system respirasi
sesak

Sekresi mukosa ↑
4

- Pasien nampak

batuk berdahak Produksi mucus

- Terdengar suara

napas tambahan Penyempitan saluran

(wheezing) pernapasan

Bunyi wheezing

Bersihan Jalan

Napas Tidak Efektif

DS : Faktor pencetus Pola Napas Tidak

- Pasien mengeluh (allergen, stress, Efektif

sesak napas sejak aktivitas berlebih) D.0005

3 hari yang lalu dan

sesak semakin berat ± Reaksi antigen-

3 jam lalu sebelum antibody

masuk RS
Produksi substansi
- Pasien mengatakan
vasoaktif
memiliki riwayat

asma dan alergi suhu


Terganggunya
dingin
system respirasi
DO :
4

- Pasien nampak Kontraksi otot polos

lelah meningkat

- Pasien nampak

menggunakan Bronkospasme

pernafasan cuping

hidup Saluran napas

- Mukosa bibir menyempit

kering

- Tanda tanda vital Ventilasi terganggu

RR : 26x/i

TD : 124/79 mm Nadi Dispneu, takipneu,

: 112x/men Suhu : penggunaan otot bantu

36,2 0C SPO2 : 98% napas

Pola Napas Tidak

Efektif

DS : Faktor pencetus Nyeri Akut

- Pasien mengatakan (allergen, stress, D.0077

nyeri pada ulu hati dan aktivitas berlebih)


4

menyebar Stimulan nervus

kebagian dada vagus

- Pasien

mengatakan mual Refleks enteric

- Pasien dinding lambung

mengatakan sulit

tidur Hormone gastrin

DO :

- Pasien nampak Stimulan sel

meringis parietal

- Nampak

berkeringat Peningkatan asam

berlebih lambung

- Nadi : 112x/menit

- Pengkajian Nyeri : Iritasi mukosa

O: Onset ( seberapa lambung

cepat efek dari suatu

interaksi terjadi) : Peradangan

Pasien merasa nyeri mukosa lambung

ulu hati sejak 3 hari

yang lalu Nyeri

P : Provokatif

(penyebab ) :
4

Nyeri terasa berat jika

tarik napas

Q : Quality (kualitas )

Nyeri dirasakan

seperti tertekan

R : Radiation

(paparan) :

Pasien merasakan

nyeri menjalar sampai

ke bagian dada

S : Severity (tingkat

keparahan) :

Skala nyeri yang

dirasakan pasien 5

(dengan

menggunakan NRS)

T : Timing (waktu) : <

5 menit

Tabel. 1.4 Analisa Data


5

4) Diagnosis Keperawatan

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan

sekresi yang tertahan.

b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan

upaya napas (kelemahan otot bantu napas).

c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis

(inflamasi).

5) Perencanaan Keperawatan

Diagnosis Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil (SLKI) Keperawatan (SIKI)
(SDKI)
Bersihan jalan nafas Bersihan Jalan Manajemen Jalan
tidak efektif berhubungan
Napas Napas
dengan sekresi yang
Setelah dilakukan Observasi :
tertahan. Yang ditandai
dengan : tindakan
1. Monitor pola napas
DS : keperawatan selama
2. Monitor bunyi na
- Pasien mengeluh 1x6 jam diharapkan
tambahan
sesak napas pasien mampu
3. Monitor spu
sejak 3 hari membersihkan secret atau
(jumlah, warna, aroma)
yang lalu obstruksi jalan napas
Terapeutik :
- Pasien mengatakan untuk mempertahankan
4. Posisikan semi fowler
batuk dan kepatenan jalan
fowler
napas. Dengan
5. Berikan minuman
kriteria hasil :
5

berlendir sejak - Batuk efektif hangat

1 hari yang lalu meningkat Edukasi :

DO : - Produksi sputum 6. Ajarkan tehnik batuk

- Pasien nampak menurun efektif

sesak - Wheezing

- Pasien nampak menurun

batuk berdahak - Dispnea


Kolaborasi :
- Terdengar suara menurun
7. Kolaborasi
napas - Frekuensi napas
pemberian
tambahan membaik
bronkodilator
(wheezing) - Pola napas

membaik

Pola Nafas tidak Pola Napas Pemberian Obat


Inhalasi
efektif berhubungan Setelah dilakukan
Tindakan
dengan hambatan upaya tindakan
Observasi :
napas. Yang ditandai keperawatan selama
1. Identifikasi
dengan : 1x6 jam diharapkan kemungkinan
DS : ekspirasi/inspirasi dapat alergi, interaksi
- Pasien memberikan ventilasi kontraindikasi obat
mengeluh sesak yang adekuat. 2. Periksa tanggal
napas sejak 3 hari Dengan Kriteria kadaluwarsa obat

yang lalu dan sesak Hasil : Terapeutik :

semakin berat ±
5

3 jam lalu - Dyspnea 3. Lakukan prinsip

sebelum masuk menurun enam benar

RS - Penggunaan otot (pasien, obat,

- Pasien bantu napas waktu, dosis, rute

mengatakan menurun dan dokumentasi)

memiliki riwayat - Pernapasan

asma dan alergi cuping hidung Edukasi :

suhu dingin menurun 4. Anjurkan bernapas

DO : - Frekuensi napas lambat dan dalam

- Pasien membaik selama

nampak lelah - Kedalaman penggunaan

- Pasien napas membaik nebulizer

nampak 5. Jelaskan jenis

menggunaka obat, alasan

n pernafasan pemberian,

cuping hidup tindakan yang

- Mukosa bibir diharapkan dan

kering efek samping obat

- Tanda tanda

vital

RR : 26x/i

TD : 124/79 mmH

Nadi : 112x/menit

Suhu : 36,2 0C
5

Nyeri akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri

berhubungan agen Setelah dilakukan Tindakan

cedera fisiologis tindakan Observasi :

(inflamasi). Yang keperawatan 1. Identifikasi lokasi,

ditandai dengan : diharapkan tingkat karakteristik,

DS : nyeri menurun. frekuensi, kualitas,

- Pasien Dengan kriteria hasil : intensitas nyeri

mengatakan - Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala

nyeri pada ulu menurun nyeri

hati dan - Meringis 3. Identifikasi faktor

menyebar menurun yang memperberat

kebagian dada - Diaphoresis dan memperingan

- Pasien menurun nyeri

mengatakan - Frekuensi nadi Terapeutik :

mual membaik 4. Berikan teknik

- Pasien - Pola napas nonfarmakologis

mengatakan membaik untuk mengurangi

sulit tidur - Tekanan darah rasa nyeri

DO : membaik Edukasi :

- Pasien nampak - Pola tidur 5. Ajarkan teknik

meringis membaik relaksasi napas

- Nampak dalam untuk

berkeringat mengurangi rasa

berlebih nyeri.
5

- Nadi :
112x/menit Manajemen Mual

- Pengkajian Tindakan

Nyeri : Observasi :

O: Onset ( seberapa 1. Identifikasi dampak

cepat efek dari suatu mual terhadap

interaksi terjadi) : kualitas hidup (mis.

Pasien merasa nyeri nafsu makan,

ulu hati sejak 3 hari aktivitas, kinerja,

yang lalu tanggung jawab

P : Provokatif peran dan tidur).

(penyebab ) : Edukasi :

Nyeri terasa berat 2. Anjurkan istirahat dan

jika tarik napas tidur yang cukup.

Q : Quality (kualitas Kolaborasi :

) 3. Kolaborasi

Nyeri dirasakan pemberian antiemetik

seperti tertekan

R : Radiation

(paparan) :

Pasien merasakan

nyeri menjalar

sampai ke bagian

dada
5

S : Severity (tingkat

keparahan) :

Skala nyeri yang

dirasakan pasien 5

(dengan

menggunakan NRS)

T : Timing (waktu) :

< 5 menit

Tabel. 1.5. Tabel Intervensi Keperawatan (Askep)

6) Implementasi Keperawatan

HARI/TANGGAL JAM Implementasi

Kamis 00.50 1. Memonitor pola napas

06 Januari 2022 Hasil :

Pola nafas klien cepat, RR :

26x/menit

00.55 2. Memonitor bunyi napas

tambahan

Hasil :

Terdapat bunyi nafas tambahan yaitu

wheezing

01.00 3. Memonitor jumlah sputum

Hasil :
5

Pasien mengatan sputum

berwarna putih dan tidak berbau

01.10 4. Memberikan posisi semi fowler atau

fowler

Hasil :

Pasien mengatakan sesak

berkurang jika duduk

01.10 5. Memberikan minuman hangat

Hasil :

Keluarga memberikan air minum hangat

pada klien

01.45 6. Mengajarkan pasien tehnik

batuk efektif

Hasil :

Klien dapat mengetahui tehnik batuk

efektif

01.20 7. Pemberian obat bronkodilator


Hasil :
Nebulizer dengan Combivent 2x

Kamis 01.20 1. Mengidentifikasi kemungkinan

06 Januari 2022 alergi, interaksi dan kontraindikasi obat

terhadap pasien.

Hasil :
5

Pasien mengatakan tidak

memiliki riwayat alergi terhadap

obat

01.25 2. Memeriksa tanggal kadaluarsa

obat sebelum memberikan kepada

pasien

Hasil :

Obat kadaluawarsa pada tanggal

18 oktober 2023

01.30 3. Melakukan prinsip 6 benar

(pasien,obat,

dosis,waktu,rute,dokumentasi) Hasil :

Pasien dipanggil dengan namanya

dengan benar obat, waktu, rute dan

pendokumentasian

Pasien : Tn “S”

Obat : Bronkodilator

Dosis : 2,5 ml

Waktu : saat terjadinya serangan asma

Rute : inhalasi

01.35 4. Menganjurkan ekspirasi lambat


5

melalui hidung atau dengan bibir

mengkerut

Hasil :

Klien dapat melakukan ekspirasi lambat

melalui hidung atau bibir mengkerut

01.40 5. Mengajarkan pasien dan

keluarga tentang cara pemberian obat

Hasil :

Klien dan keluarga klien dapat memahami

terkait dengan pemberian obat yang benar

pada klien

Kamis 00.50 Manajemen Nyeri

06 Januari 2022 1. Mengidentifikasi lokasi,

karakteristik, frekuensi, kualitas, intensitas

nyeri yang dirasakan pasien

Hasil :

Pasien mengatakan nyeri pada ulu hati

menyebar kebagian dada, nyeri seperti

tertekan dirasakan selam < 5 menit


5

00.55 2. Mengidentifikasi skala nyeri

Hasil :

Pasien mengatakan setelah latihan teknik

relaksasi napas dalam skala nyeri

menurun dari

5 ke 3

01.00 3. Mengidentifikasi faktor yang

memperberat dan memperingan nyeri

Hasil :

Pasien mengatakan nyeri semakin

berat jika tarik napas

01.10 4. Memberikan teknik

nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

Hasil :

Diberikan latihan teknik relaksasi napas

dalam

01.15 5. Mengajarkan teknik relaksasi

napas dalam untuk mengurangi rasa

nyeri

Hasil :

Klien nampak melakukan relaksasi

napas dalam
6

Manajemen Mual

00.50 1. Mengidentifikasi dampak mual terhadap

kualitas hidup pasien. Hasil : Pasien

mengatakan sulit tidur karena mual

yang dirasakan

2. Menganjurkan pasien istirahat dan tidur

00.02 yang cukup.

Hasil : pasien mengerti

3. Pemberian obat antiemetic

00.02 Hasil : injeksi ranitidine 50 mg/IV

Tabel. 1.6. Tabel Implementasi


6

7) Evaluasi

HARI/TGL JAM EVALUASI

Jumat 05.49 S:

07/01/2022 - Pasien mengatakan sesak

berkurang jika duduk

- Pasien mengatakan masih batuk

- Pasien mengatan dahaknya sudah

berkurang

O:

- Pasien nampak rileks

- Pasien masih nampak batuk

- Sputum nampak berwarna putih kental

- Terdengar suara napas

tambahan (wheezing)

A : Bersihan Jalan Napas Tidak

Efektif Teratasi

- Batuk efektif meningkat

- Produksi sputum menurun

- Wheezing menurun

- Dispnea menurun

- Frekuensi napas membaik


6

Pola napas membaik

P : Pertahankan Intervensi

Jumat 06.00 S:

07/01/2022 - Klien mengatakan sesak

berkurang jika duduk

O:

- Klien nampak rileks

- P : 24 x/menit

A : Masalah Pola Napas Tidak Efektif teratasi

- Dyspnea menurun

- Penggunaan otot bantu napas menurun

- Pernapasan cuping hidung menurun

- Frekuensi napas membaik

- Kedalaman napas membaik

P : Pertahankan intervensi

Jumat 06.00 S:

07/01/2022 - Pasien mengatakan nyeri pada ulu hati

sudah berkurang

- Pasien mengatakan setelah latihan

teknik relaksasi napas


6

dalam skala nyeri menurun dari 5

ke 3

- Pasien mengatakan

O:

- Pasien nampak melakukan

relaksasi napas dalam

- Pasien nampak rileks

- Nadi 98x/menit

- tekanan darah 120/70 mmHg

- peranapasan 24x/menit

A : Masalah Nyeri Akut teratasi

- Keluhan nyeri menurun

- Meringis menurun

- Diaphoresis menurun

- Frekuensi nadi membaik

- Pola napas membaik

- Tekanan darah membaik

- Pola tidur membaik

P : Pertahankan Intervensi

Tabel. 1.7. Tabel Evaluasi


BAB III

PEMBAHASAN KASUS KELOLAAN

Pada bab ini akan dibahas antara tinjauan teori dan tinjauan kasus

yang telah dilakukan di ruangan IGD Rumah Sakit Ibnu Sina YW-UMI

Makassar dalam pelaksanaan praktek keperawatan kegawatdaruratan

pada Tn.S dengan diagnosis medis Asma Bronchial untuk mengatasi

masalah keperawatan yang dialami pasien dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan yang meliputi : pengkajian, diagnosis

keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan

evaluasi keperawatan.

a. Pengkajian

1. Pengkajian Primer

Primary survey menyediakan evaluasi yang sistematis,

pendeteksian dan manajemen segera terhadap komplikasi yang

diakibatkan oleh penyakit yang mengancam kehidupan. Tujuan

primary survey adalah untuk mengidentifikasi dan memperbaiki

dengan segera masalah yang mengancam kehidupan. Prioritas

yang dilakukan pada primry survey antara lain (Fulde, 2013) :

a) Airway

Pada teori dapat dilihat terdapat sekresi mucus yang kental yang

menyebabkan karena seseorang menghirup alergen maka

antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi

dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan

64
6

menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,

diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang

merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan

bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan

menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhioulus kecil.

Pengkajian pada pasien Asma dilakukan sesuai dengan tanda

gejala mayor dan minor bersihan jalan napas tidak efektif

dimana data mayornya yaitu subjektif tidak tersedia dan data

objektifnya batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, mengi,

wheezing atau ronchi kering, sedangkan tanda gejala minor data

sibjektif dyspnea, sulit bicara, ortopnea. Data objektif gelisah,

sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah dan

pola napas berubah (PPNI T. P., 2016). Berdasarkan hasil

pengkajian pada Tn.S dengan Asma Bronchial, pasien

mengatakan batuk berlendir sejak sehari yang lalu, sesak,

terdengar bunyi napas tambahan (wheezing).

b) Breathing

Secara konsep pasien dengan Asma mengalami hipersensitif

dan hiperaktif terhadap rangsangan dari luar, seperti debu, bulu

binatang, asap dan bahan lain penyebab alergi karena terjadi

kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan

sukar bernafas, terutama saat ekspirasi sehingga nampak

pederita bernapas pendek, menggunakan otot bantu napas dan

pernapasan cuping hidung karena saluran napas menjadi


6

sempit. Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada

Tn.S terdapat pasien mengeluh sesak sejak 3 hari yang lalu dan

memberat sejak 3 jam yang lalu, Pasien mengatakan memiliki

riwayat asma dan alergi suhu dingin, nampak menggunakan otot

bantu napas, frekuensi napas 26x/menit dan pernapasan cuping

hidung

c) Circulation

Menurut (Jauhar, 2013) komplikasi yang dapat terjadi pada

pasien dengan pola napas tidak efektif adalah hipoksemia dan

hipoksia. Hipoksemia merupakan penurunan konsentrasi

oksigen dalam arteri (PaO2), keadaan ini disebabkan oleh

gangguan ventilasi, perfusi, dan difusi. Pada keadaan

hipoksemia tubuh akan melakukan kompensasi, sehingga

menyebabkan suplai oksigen keseluruh tubuh menjadi

berkurang dan dapat mengakibatkan takikardi, meningkatkan

pernapasan dan meningkatkan tekanan darah. Hipoksia

merupakan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak

adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat

defisiensi oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya

penggunaan oksigen pada tingkat seluler. Hipoksia dapat terjadi

setelah 4-6 menit ventilasi berhenti spontan, penyebabnya yaitu,

menurunnya hemoglobin, berkurangnya konstrasi oksigen,

ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen menurunnya

perfudi jaringan seperi syok dan gangguan ventalasi. Tanda

tanda
6

hipoksia diantaranya kelelahan, kecemasan, menurunnya

kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan cepat

dan dalam, sianosis, sesak dan jarih tabuh (clubbing fugu). Dari

hasil pengkajian pada Tn.S didapatkan data pasien mengalami

takikardi dengam frekuensi nadi 112x/menit.

d) Disability

Penilaian disabilitas melibatkan evaluasi fungsi sistem saraf

pusat. Pada pengkajian primer disability dikaji dengan

menggunakan skala AVPU : Alert yaitu respon suara dengan

tepat (memenuhi perintah yang diberikan), V : Vocalises tidak

sesuai atau mengeluarkan suara yang tidak dimegerti, P :

responds to pain olnly (dinilai semua keempat tungkai jika

ekstremitas awal yang digunakan untuk mengkaji gagal untuk

merespon), dan U : Unresponsible (tidak merespon jika diberi

rangsangan nyeri maupun stimulus verbal). Kaji tingkat

kesadaran dengan GCS (Glasgow Coma Scale), respon nyeri,

respon verbal dan reaksi pupil. Hasil pengkajian disability pada

Tn.S menggunakan skala GCS didapatkan tingkat kesadaran

composmentis dengan GCS 15, refleks pupil isokor dengan

diameter 2,5 mm/2,5 mm. tidak dilakukan pengkajian AVPU

karena pasien mampu memberi respon yang tepat dan

mematuhi perintah, tidak mengeluarkan suara yang tidak

dimengerti, dan peka terhadap rangsangan nyeri.


6

e) Exposure

Berdasarkan konsep teori faktor pencetus terjadinya asma

karena adanya allergen, stress dan cuaca sehingga Antigen

yang terikat IgE pada permukaan sel mast atau basophil,

mengeluarkan mediator histamine, platelet, dan bradikinim

sehingga terjadi peningkatan permeabilitas dan mengakibatkan

edema mukosa, sekresi produktif dan kontriksi otot polos

meningkat, infeksi saluran pernapasan dan peningkatan suhu

tubuh atau hipertemi. Berdasarakan hasil pengkajian yang

didapatkan pada Tn.S tidak ada peningkatan suhu tubuh yaitu

36,2oC

2. Pengkajian Sekunder

Pengkajian sekunder merupakan pemeriksaan secara lengkap

yang dilakukan secara head to toe dari depan hingga belakang.

Pengkajian sekunder hanya dilakukan setelah kondisi pasien mulai

membaik, dalam artian tidak mengalami syok atau tanda-tanda

syok mulai membaik. Pengkajian sekunder meliputi pengkajian

SAMPLE yang bisa didapatkan dari pasien dan keluarga (ENA,

2012). S : Sign/symptoms (tanda dan gejala), A : Alergi (alergi

makanan, obat-obatan, cuaca), M : Medicine (obat-obatan yang

dikonsumsi), P : Past Medical History (riwayat penyakit pasien), L :

Last Oral Intake (makanan yang dikonsumsi terakhir sebelum ke

rumah sakit) dan E : Event prior to the illnessor injury (kejadian

sebelum sakit). Berdasarkan hasil pengkajian sekunder Tn.S


6

dengan Asma bronchial didapatkan data berdasarkan pengkajian

SAMPLE pasien nampak sesak dan batuk, pasien mengatakan

memiliki riwayat alergi terhadap suhu dingin, telah diberikan terapi

ranitidine 50 mg/IV, terpasang IVFD RL, dan nebulizer 2 kali,

pasien mengatakan memiliki riwayat asma, Pasien makan tadi pagi

±2 jam sebelum di bawa ke RS, terakhir pasien mengkomsumsi

nasi dengan sayur dan lauk pauk, pasien mengeluhan sesak

napas dirasakan sudah 3 hari, dan memberat tadi pagi sempat di

bawah oleh keluarganya ke RS setelah itu membaik dan pulang ±

3 jam yang lalu pasien mendadak merasa sesak kembali

memberat dan nyeri pada ulu hati menyebar ke bagian dada dan

sulit tidur, sedangkan pada hasil pengakajian head to toe tidak

ditemukan kelainan.

b. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan kegawatdaruratan yang dapat muncul

pada pasien dengan Asma Bronchial dalam buku SDKI adalah sebagai

berikut :

1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi

yang tertahan.

Bersihan jalan napas tidak efektif merupakan ketidakmampuan

membersihkan secret atau obstruksi jalan napas untuk

mempertahankan jalan napas paten. Kondisi klinis yang terkait

bersihan jalan napas tidak efektif terdiri dari gejala tanda mayor

dan minor. Pengkajian pada pasien Asma dilakukan sesuai

dengan
7

tanda gejala mayor dan minor bersihan jalan napas tidak efektif

dimana data mayornya yaitu subjektif tidak tersedia dan data

objektifnya batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, mengi,

wheezing atau ronchi kering, sedangkan tanda gejala minor

data sibjektif dyspnea, sulit bicara, ortopnea. Data objektif gelisah,

sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah dan pola

napas berubah (PPNI T. P., 2016). Penulis menegakkan

diagnosis keperawatan tersebut karena sesuai dengan tanda dan

gejala mayor yang di peroleh saat pengkajian, yakni : pasien

mengatakan batuk dan berlendir dialami sejak sehari yang lalu,

pasien nampak sesak, terdengar suara napas tambahan

(wheezing) dan perubahan frekuensi napas.

2) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya

napas (kelemahan otot bantu napas).

Pola napas tidak efektif adalah inspirasi atau ekspirasi yang tidak

memberikan ventilasi yang adekuat (PPNI T. P., 2016). Asma

bronchial merupakan suatu penyakit dengan ciri meningkatkan

respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan

manifestasi adanya penyempitan jalan napas yang luas dan

derajatnya berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari

prngobatan. Dalam perumusan diagnosis keperawatan pola napas

tidak efektif harus meliputi tanda dan gejala mayor maupun minor

yang meliputi : Penggunaan otot bantu napas, fase ekspirasi

memanjang, pola napas abnormal (takipnea, bradipnea,


7

hiperventilasi, kussmaul, dan cheyne-stokes), pernapasan pursed

lip, pernapasan cuping hidung, kapasitas vital menurun, tekanan

ekspirasi menurun, tekanan insprasi menurun dan ekskursi dada

berubah. Dari hasil pengkajian didapatkan data sesuai dengan

batasan karakteristik yaitu : pasien mengeluh sesak napas, pasien

nampak menggunakan pernafasan cuping hidup, menggunakan

otot bantu pernapasan dan mukosa bibir kering.

3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

membrane alveolus-kapiler

Gangguan pertukaran gas adalah kelebihan atau kekurangan

oksigenasi eliminasi karbondioksida pada membrane alveolus

kapiler (PPNI T. P., 2016). Tanda dan gejala pada gangguan

pertukaran gas terdapat gejala tanda mayor dan gejala tanda minor

diantaranya : dyspnea, pusing, penglihatan kabur, penurunan atau

peningkatan PCO2, PO2 menurun, takikardi, pH arteri meningkat

atau menurun, bunyi napas tambahan, sianosis, diaphoresis,

gelisah, napas cuping hidung, pola napas abnormal, warna kulit

abnormal dan kesadaran menurun. Dari hasil pengkajian yang

dilakukan pada Tn. S didapatkan beberapa data seperti takikardi,

pernapasan cuping hidung, bunyi napas tambahan (wheezing),

dan pernapasan abnormal (cepat), namun penulis tidak

menegakkan diagnosis gangguan pertukaran gas karena tidak

adanya data pendukung seperti hasil pemeriksaan Analisa Gas

Darah.
7

4) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan

tekanan darah.

Perfusi perifer tidak efektif adalah penurunan sirkulasi darah pada

level kapiler yan dapat mengganggu metabolisme tubuh (PPNI T.

P., 2016). Hipoksemia merupakan penurunan konsentrasi oksigen

dalam arteri (PaO2), keadaan ini disebabkan oleh gangguan

ventilasi, perfusi, dan difusi. Pada keadaan hipoksemia tubuh akan

melakukan kompensasi, sehingga menyebabkan suplai oksigen

keseluruh tubuh menjadi berkurang dan dapat mengakibatkan

takikardi, meningkatkan pernapasan dan meningkatkan tekanan

darah. Manifestasi klinis dari perfusi perifer tidak efektif dapat

dilihat dari gejala dan tanda mayor maupun minor diantaranya

pengisian kapiler >3 detik, nadiperifer menurun atau tidak teraba,

akral teraba dingin, turgor kulit menurun, pasien dengan gangguan

perfusi perifer biasanya mengeluh nyeri pada ekstremitas

(klaudikasi intermitten), terdapat edema, penyembuhan luka

lambat, nilai ankle brachial >0.90 dan bruit femoral.

Dari hasil pengkajian pada Tn.S dengan asma tidak terdapat data-

data yang menunjang untuk ditegakkannya suatu diagnosis

keperawatan perfusi perifer tidak efektif seperti pengisian kapiler

>3 detik, nadi perifer tidak teraba, akral dingin dan turgor kulit

menurun.

5) Risiko cedera yang ditandai dengan faktor risiko internal hipoksia

jaringan
7

Risiko cedera adalah kondisi dimana pasien berisiko dapat

mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang dapat menyebabkan

seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam kondisi baik

(PPNI T. P., 2016), salah satu faktor risikonya adalah hipoksia

jaringan. Hipoksia dapat terjadi setelah 4-6 menit ventilasi berhenti

spontan, penyebabnya yaitu, menurunnya hemoglobin,

berkurangnya konstrasi oksigen, ketidakmampuan jaringan

mengikat oksigen menurunnya perfusi jaringan seperi syok dan

gangguan ventalasi. Tanda tanda hipoksia diantaranya kelelahan,

kecemasan, menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi

meningkat, pernapasan cepat dan dalam, sianosis, sesak dan jarih

tabuh (clubbing fugu). Berdasarkan hasil pengakjian yang

dilakukan pada Tn. S tidak terdapat tanda-tanda pasien mengalami

hipoksia.

c. Intervensi Keperawatan

1) Bersihan jalan napas tidak efektif

Intervensi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan yang

dirumuskan oleh Standar Intevensi Keperawatan Indonesia (SIKI)

yaitu manajemen jalan napas diantaranya : Monitor pola napas,

monitor bunyi napas tambahan, monitor sputum (jumlah, warna,

aroma), pertahankan kepatenan jalan napas dengan head tilt dan

chin lift (jaw thrust jika dicurigai traima servikal), lakukan fisioterapi

dada, jika perlu, lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik,

berikan oksigen, jika perlu, posisikan semi fowler atau fowler,


7

berikan minuman hangat , ajarkan tehnik batuk efektif dan

kolaborasi pemberian bronkodilator.

Sedangkan berdasarkan tinjauan kasus penyusunan intervensi

yang dilakukan untuk memaksimalkan kepatenan jalan napas

adalah monitor pola napas, monitor bunyi napas tambahan,

monitor sputum (jumlah, warna, aroma), posisikan semi fowler atau

fowler, berikan minuman hangat, ajarkan tehnik batuk efektif dan

kolaborasi pemberian obat bronkodilator. Alasan penulis tidak

melakukan intevensi pertahankan kepatenan jalan napas dengan

head tilt dan chin lift (jaw thrust jika dicurigai traima servikal),

fisioterapi dada, penghisapan lendir dan pemberikan oksigen

adalah kondisi pasien dengan kesadaran penuh GCS 15 pasien

mampu mempertahankan kepatenan jalan napas tanpa dilakukan

head tilt dan chin lift, fisioterapi dada tidak dilakukan di karenakan,

Berdasarkan hasil penelitian (Adiyati, 2018) menjelaskan bahwa

postural drainase merupakan pemberian posisi terapeutik pada

pasien untuk memungkin sekresi pada paru-paru mengalir

berdasarkan gravitasi ke dalam bronkus mayor dan trakea.

Postural drainase menggunakan posisi yang khusus untuk

mengalirkan secret dengan menggunakan pengaruh gravitasi.

Sedangkan pada batuk efektif merupakan metode batuk dengan

benar, dimana pasien dapat menghemat energi sehingga tidak

mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal.

Sejalan dengan hasil penelitian (Wartini, 2021) penerapan latihan

batuk efektif berhasil


7

dilakukan dengan indikasi yaitu frekuensi pernapasan menurun,

tingkat saturasi oksigen naik, suara napas tambahan mulai

berkurang, tidak ada retraksi dinding dada dan suhu tubuh normal.

2) Pola napas tidak efektif

Intervensi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan yang

dirumuskan oleh Standar Intevensi Keperawatan Indonesia (SIKI)

yaitu pemberian obat inhalasi, tujuannya adalah setelah

diberikan obat inhalasi proses ekspirasi dan isnpirasi kembali

dapat memberikan ventilasi yang adekuat. Didukung dengan teori

bahwa pemberian nebulizer pada pasien asma bronkial

menimbulkan medikasi langsung pada tempat / sasaran

aksinya (seperti paru), pengiriman obat ke paru sangat cepat,

sehingga aksinya lebih cepat daripada rute lainnya seperti

subkutan atau oral, serta dosis yang rendahdapat menurunkan

absorbsi sistemik dan efek samping sistemik. Sejalan dengan

hasil penelitian (Rahmatang, 2019) menjelaskan bahwa pemberian

tindakan nebulizer pada pasien asma bronkhial efisien dalam

mengencerkan dahak dan memperlebar saluran pernapasan

sehingga mempertahankan kepatenan jalan napas dan

mengurangi sesak. Seperti halnya penelitian yang dilakukan

(Lestari, 2018) penggunaan nebulizer yang memberikan

keefektifan lebih besar terhadap frekuensi nafas dan peningkatan

faal paru (FEV1) pada pasien asma bronkial didapatkan bahwa

kelompok perlakuan nebulizer terapi combivent memberikan


7

efektifitas yang lebih besar dalam menurunkan obstruksi jalan


nafas

(frekuensi nafas dan faal paru / FEV1) pada pasien asma bronkial.

3) Nyeri akut

Berdasarkan konsep teori pada pasien asma jarang ditemui pasien

mengeluh nyeri, terkecuali pada pasien asma dengan penyakit

penyerta lainnya. Sedangkan dari hasil pengakajian Tn.S

ditemukan pasien mengeluh nyeri pada bagian epigastrium

menyebar ke bagian dada, nyeri seperti tertekan, semakin

memberat jika bernapas, nyeri skala 5 menggunakan Numeric

Rating Scale, dirasakan < 5 menit. Dari data tersebut penulis

menegakkandiagnosis keperawatan nyeri akut dan menyusun dua

intervensi yaitu manajemen nyeri untuk mengatasi nyeri yang

dirasakan pasien diantaranya identifikasi lokasi, karakteristik,

frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri,

identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri,

berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri,

ajarkan teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi rasa nyeri.

Sedangkan untuk mengatasi mual yang dirasakan penulis

mengambil intervensi manajemen mual, diantaranya Identifikasi

dampak mual terhadap kualitas hidup (mis. nafsu makan, aktivitas,

kinerja, tanggung jawab peran dan tidur), Anjurkan istirahat dan

tidur yang cukup dan kolaborasi pemberian antiemetic.


7

d. Implementasi Keperawatan

Implementasi atau penanganan utama kegawatdaruratan pada

diagnosis bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien asma

bronchial (1) memonitor pola napas, (2) memonitor bunyi napas

tambahan, (3) memonitor sputum (jumlah, warna, aroma), (4)

memposisikan semi fowler atau fowler, (5) memberikan minuman

hangat dan (6) mengajarkan tehnik batuk efektif.

Implementasi atau penanganan utama kegawatdaruratan pada

diagnosis pola napas tidak efektif pada pasien dengan asma bronchial

adalah pemberian obat inhalasi : (1) Mengidentifikasi kemungkinan

alergi, interaksi dan kontraindikasi obat, (2) memeriksa tanggal

kadaluarsa obat, (3) melakukan prinsip 6 benar (pasien,obat,

dosis,waktu,rute,dokumentasi), (4) menganjurkan ekspirasi lambat

melalui hidung atau dengan bibir mengkerut dan (5) mengajarkan

pasien dan keluarga tentang cara pemberian obat.

4. Implementasi atau penanganan utama kegawatdaruratan pada

diagnosis nyeri akut adalah mengidentifikasi lokasi, karakteristik,

frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, mengidentifikasi skala nyeri,

mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri,

memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri,

mengajarkan teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi rasa nyeri

dan untuk penanganan mual adalah mengidentifikasi dampak mual

terhadap kualitas hidup (mis. nafsu makan, aktivitas, kinerja, tanggung


7

jawab peran dan tidur), menganjurkan istirahat dan tidur yang cukup

dan pemberian obat antiemetic.

e. Evaluasi

Evaluasi keperawatan antara teori dan kasus mengacu pada

tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan. Selama dilakukan observasi

selama 1x6 jam masalah bersihan jalan napas tidak efektif teratasi

data subjektif pasien mengatakan sesak berkurang jika duduk, pasien

mengatakan masih batuk, pasien mengatan dahaknya sudah

berkurang. Data objektif pasien nampak rileks, pasien masih nampak

batuk, sputum nampak berwarna putih kental dan respiratory rate

24x/menit yang ditandai dengan kriteria hasil : Batuk efektif

meningkat, produksi sputum menurun, dispnea menurun, frekuensi

napas membaik dan pola napas membaik.

Evaluasi keperawatan antara teori dan kasus mengacu pada

tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan. Selama dilakukan observasi

selama 1x6 jam masalah pola napas tidak efektif teratasi dengan

subjektif pasien mengatakan sesak berkurang jika duduk, data objektif

pasien nampak rileks dan frekuensi napas 24x/menit yang dtandai

dengan kriteria hasil : dyspnea menurun, penggunaan otot bantu napas

menurun, pernapasan cuping hidung menurun, frekuensi napas

membaik dan edalaman napas membaik.

Evaluasi keperawatan antara teori dan kasus mengacu pada

tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan. Selama dilakukan observasi

selama 1x6 jam masalah nyeri akut teratasi dengan data subjektif
7

Pasien mengatakan nyeri pada ulu hati sudah berkurang dan pasien

mengatakan setelah melakukan latihan teknik relaksasi napas dalam

skala nyeri menurun dari 5 ke 3, data objektif pasien nampak

melakukan relaksasi napas dalam, pasien nampak rileks, frekuensi

nadi

98x/menit dan tekanan darah 120/70 mmHg yang ditandai dengan

kriteria hasil : keluhan nyeri menurun, meringis menurun, frekuensi

nadi membaik dan tekanan darah membaik.


BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah penulis membahas asuhan keperawatan

kegawatdaruratan pada gangguan system respirasi padaTn.S dengan

kasus Asma Bronchial di ruangan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah

Sakit Ibnu Sina YW-UMI Makassar maka dapat disimpulkan :

1. Dari hasil pengkajian yang didapatkan pada pasien Tn.S terdapat

sesak, frekuensi napas 26x/menit, batuk berlendir dan terdapat

suara napas tambahan yaitu wheezing, pernapasan cuping hidung,

penggunaan ootot bantu napas, mukosa bibir kering, pasien juga

mengeluh nyeri ulu hati yang menyebar ke bagian dada, nyeri

seperti tertekan, nyeri semakin memberat jika bernapas dengan

skala nyeri

5 dengan durasi < 5 menit.

2. Dari hasil pengkajian Tn.S terdapat tiga diagnosis keperawatan

yang muncul sesuai data yag didapatkan saat pengkajian antara lain

a) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi

yang tertahan.

b) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya

napas (kelemahan otot bantu napas).

c) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis

(inflamasi).
80
8

3. Dalam penyusunan intervensi keperawatan yang disusun

berdasarkan standar teori yang ada yang disesuaikan dengan

kondisi dan kebutuhan pasien, bagaimana mencapai tujuan

keperawatan sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan pada

pasien yaitu, sesak berkurang, jalan napas paten dan keluhan nyeri

tidak ada.

4. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan disesuaikan dengan

kondisi dan masalah yang ada pada pasien sehinggatujuan yang

diberikan lebih efektif serta dapat mencapai tujuan yang diharapkan

dari hasil yang optimal.

5. Dalam evaluasi hasil yang telah dicapai khususnya pada system

respirasi diperhatikan secara detail sehingga dapat memudahkan

dalam menentukan intervensi selanjutnya.

6. Dokumentasi keperawatan dilaksanakan setiap tahap proses

keperawatan sehingga dapat digunakan sebagai bukti

pertanggungjawaban terhadap asuhan keperawatan yang telah

diberikan.
8

B. SARAN

Dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan keperawatan maka

penulis memberikan saran yakni :

1. Akademik/Institusi Pendidikan

Bagi institusi pendidikan diharapkan agar dapat memodifikasi

pengkajian gawat darurat dengan system terbaru sehingga proses

keperawatan dari pengkajian hingga evaluasi terarah.

2. Pelayanan Masyarakat

Bagi pelayanan masyarakat atau perawat diharapkan agar tetap

mempertahankan pemberian asuhan keperawatan

kegawatdaruratan yang komprehensif, berkolaborasi dengan tim

kesehatan lain serta melibatkan keluarga dalam memenuhi

kebutuhan pasien.

3. Bagi Klien

Bagi klien diharapkan tetap tetap berpartisipasi dan bersungguh-

sungguh dalam menjalankan perawatan/terapi, serta tetap

mematuhi protokol kesehatan dan menghindari faktor-faktor

pencetus untuk meminimalisir penyakit terkhusus pada pasien

dengan gangguan system pernapasan

4. Bagi Penulis

Bagi penulis diharapkan lebih memperbanyak sumber referensi,

lebih meningkatkan ilmu pengetahuan dalam memberikan asuhan

keperawatan khususnya pada pasien gawat darurat.


8

DAFTAR PUSTAKA

Derrickson, G. J. (2014). Dasar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: EGC.

Djojodibroto, D. (2017). Respirology (Respiratory Madicine) Edisi 2.

Jakarta:

EGC.

Doenges, M. E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokemntasian Perawatan Pasien. Indonesia :

Kedokteran EGC.

ENA. (2012). Emergency Nursing cCare Competention. Emergency

Nursing Association.

Fulde, G. (2013). Emergency Medicine The Principles Of Pactice Sixth

Edition. Australia: ELSEVIER.

GINA. (2018). Global Initiative For Asthma.

Heneberger. (2011). Mortality by Cause for 8 region of the world : Global

Burden of Disease Vol 349 No.5. Journal Of The American

Association .

Jauhar, T. B. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi

Perawat Profesional. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Manurung, N. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respirat or .

Jakarta: Trans Info Media.

Nair, I. P. (2011). Fundamentals of Anatomy and Physiology For Nursing

and Healthcare Students. Jakarta: Wiley Blackwell.


8

Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis NANDA dan NIC NOC. Yogyakarta : MediaAction.

Oktaviani, K. (2021). Diaphragm Breathing Exercise Influence On Bronchial

Asthma Attacks In Bengkulu City. Jurnal Vokasi Keperawatan (JVK)

Volume 4 No 2 Desember Program Study Of Nursing Universitas

Bengkulu, 394.

PPNI, S. D. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta

Selatan: DPP PPNI .

PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta

Selatan: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta

Selatan: DPP PPNI.

Putri, A. S. (2014). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan

Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sari, S. W. (2021). Asuhan Keperawatan Pasien Asma Bronkhial Dalam

Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi. Fakultas Ilmu Kesehatan, 1-3.

Sherwood, L. (2014). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Jak art :


a
Kedokteran EGC.

Suddarth, B. &. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:

EGC.

Tarwoto & Wartonah. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses

Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.


8

Wardani, R. W. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Asma Bronhial


dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigen. Universitas Kusuma
Husada Surakarta, 2-3.
86

PENYIMPANAN KDM
Faktor ekstrinsik:
- Alergen: debu, spora, bulu binatang Faktor intrinsik:
- Iritan: bahan kimia, polusi udara - Stress/emosi
- Obat-obatan - Infeksi saluran napas atas Aktivitas berlebihan

Reaksi antigen-antibody

Produksi substansi vasoaktif (histamin, bradikinin, anafilaktosin)


B1 (Breath) B2 (Blood) B3 (Brain) B4 (Bledder) B5 (Bowel) B6 (Bone)

Kontraksi otot Permeabilitas Sekresi mukosa ↑


kapiler meningkat
polos meningkat
Kompensasi O2 ke jaringan Perfusi ke ginjal ↓ Sekresi mukus ↑ Suplay O2 ke
Produksi mukus ↑ tubuh menurun Penurunan GFR Produksi sputum Kelemahan otot,
otak menurun
bronkospasme Oedema mukosa sianosis, dyspnoe
suplayO2 ke Hipoksia
Penyempitan seluruh tubuh Produksi urin ↓ Akumulasi sekret
Difusi gas di saluran napas berkurang Kesadaran (oliguria, anuri)
Saluran napas Intoleransi
alveoli terganggu menurun, gelisah aktifitas
menyempit Bau mulut ≠ sedap
Wheezing , batuk
Takikardi, tensi
tak efektif, meningkat Kesiapan
Ventilasi Pertukaran O2 dan ketidakmampuan Resiko Nafsu makan ↓
Cidera Peningkatan
terganggu CO2 terganggu untuk Eliminasi Urine
mengeluarkan Perfusi Perifer
sekresi jalan napas Deficit Nutrsi
Dyspnoe, Tidak Efektif
Hipoksemia,
tachipnoe, SpO2 ↑
penggunaan otot
bantu napas Bersihan Jalan
Gangguan Napas Tidak
Pertukaran Efektif
Pola Napas Gas
Tidak Efektif
8
7
88
89
90

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama Lengkap : Reski Ida Hastuti, S.Kep

Tempat dan Tanggal Lahir : Soppeng, 26 Juni 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Pernikahan : Belum Menikah

Alamat : BTP Blok No. 16

No.HP : 082347869590

Email : reskiida9412@gmail.com

Pendidikan :

SD : SDN Palowewu Tahun 2001-2006

SLTP : SMPN 2 Angata Tahun 2007-2009

SMK : SMKN 1 Benua Tahun 2010-2013

DIII : AKPER Muhammadiyah Makassar Tahun 2013-2016

S1 : Stikes Panakkukang Makassar Tahun 2018-2020

Anda mungkin juga menyukai