Anda di halaman 1dari 70

KARYA ILMIAH AKHIR

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA NY. R DENGAN

DIAGNOSA ILEUS OBSTRUKTIF DENGAN TINDAKAN LAPARATOMI DI

RUANG INTENSIVE CARE UNIT

RS. IBNU SINA YW- UMI MAKASSAR

Oleh :

MIFTHA KHARISMA, S.Kep

NIM: 20.04.045

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN SEKOLAH TINGGI

ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

MAKASSAR

2022
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA NY. R DENGAN

DIAGNOSA ILEUS OBSTRUKTIF DENGAN TINDAKAN LAPARATOMI DI

RUANG INTENSIVE CARE UNIT

RS. IBNU SINA YW- UMI MAKASSAR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Pada


Program Studi Ners STIKes Panakkukang Makassar

Oleh :

MIFTHA KHARISMA, S.Kep

NIM: 20.04.045

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN SEKOLAH TINGGI

ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

MAKASSAR

2022

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

senantiasa melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya yang tak terhingga

atas segala keberanian, kelancaran, kekuatan, kesabaran dan segala

ketenangan yang engkau berikan. Terima kasih Ya Rabb atas kasih

sayangmu yang selalu terpancar sehingga penulis dapat menyelesaikan

Karya Ilmiah Akhir yang berjudul “Manajemen Asuhan Keperawatan

Kegawatdaruratan Pada Ny. R Dengan Kasus Ileus Obstruktif Dengan

Tindakan Laparatomi Di Ruangan Intensive Care Unit Rs Ibnu Sina Yw

Umi Makassar”. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah

Sallalahu Alaihi Wassalam Berbagai hambatan dan kesulitan ditemui oleh

penulis dalam proses penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini, namun berkat

usaha dan kerja keras serta bimbingan dan arahan dari berbagai pihak pada

akhirnya Karya Ilmiah Akhir ini dapat diselesaikan. Dengan kerendahan hati

penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini

masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu masukan dan berupa saran

dan kritik yang membangun dari para penguji maupun pembaca akan sangat

membantu. Semoga Karya Ilmiah Akhir ini ini dapat terlaksana dengan

sebaik-baiknya dan tepat waktu.

v
Pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

dan penghargaan kepada keluarga terkhusus orang tau tercinta, Ibunda A.

Surahmah M. dan Ayahanda tercinta Haris Ibrahim, S.E serta seluruh

keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan yang tiada hentinya

memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Ilmiah

Akhir ini.

Penyelesaian Karya Ilmiah Akhir ini semata-mata bukanlah hasil usaha

penulis sendiri, melainkan dari bantuan, bimbingan, motivasi dan semangat

serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada

1. Ibu Saenab Dasong, SKM., M.Kes selaku ketua Yayasan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Stikes Panakkukang Makassar.

2. Bapak Dr. Ns. Makkasau, M.Kes, selaku ketua Stikes Panakkukang

Makassar sekaligus selaku pembimbing Karya Ilmiah Akhir

3. Bapak Ns. Muh. Zukri Malik, S.Kep., M.Kep selaku penguji pertama

Karya Ilmiah Akhir sekaligus selaku ketua prodi S1 Keperawatan Stikes

Panakkukang Makassar

4. Ibu Mardiyah Muhammad Tabil S.Kep., Ns selaku penguji kedua

Karya Ilmiah Akhir

5. Ibu Ns. Suriyani, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Prodi Profesi Ners

Stikes Panakkukang Makassar.

vi
6. Para ibu/bapak panitia Karya Ilmiah Akhir yang dari awal hingga detik ini

telah memberikan arahan dan memfasilitasi dalam penyelesaian Karya

Ilmiah Akhir ini.

7. Para dosen Stikes Panakkukang Makasaar yang telah memberikan ilmu

yang bermanfaat selama proses studi serta segenap staf akademik, tata

usaha di Stikes panakkukang Makassar yang banyak membantu peneliti

dalam berbagai urursan administrasi selama perkuliahan hingga

penyelesaian Karya Ilmiah Akhir ini.

8. Untuk sahabat-sahabat dan orang yang senantiasa memberikan

motivasi, semangat, support dan meluangkan waktunya dalam

penyelesaian Karya Ilmiah Akhir ini.

9. Teman-teman mahasiswa profesi Ners angkatan 2020 yang tidak bisa

saya sebutkan satu persatu, kebersamaan dengan kalian semua adalah

kenangan terindah dalam hidup saya yang tak pernah terlupakan.

10. Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebut namanya satu persatu atas

bantuan dan dukungan yang telah diberikan dalam penyusunan Karya

Ilmiah Akhir Ini.

Makassar, 30 Maret 2022

Penulis

MIFTHA KHARISMA S.Kep

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................. iii

KATA PENGANTAR .......................................................................... iv

DAFTAR ISI ....................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Tujuan Umum .......................................................................... 5

C. Tujuan Khusus ......................................................................... 6

D. Manfaat penulisan .................................................................... 6

E. Sistematika penulisan .............................................................. 7

BAB II TINJAUAN KASUS KELOLAN

A. TINJAUAN TEORI

1. Konsep Medis Ileus Obstruktif ......................... 8

a. Defenisi ....................................................................... 8

b. Anatomi ....................................................................... 9

c. Etiologi ......................................................................... 12

d. Patofisiologi ................................................................. 14

e. Manifestasi Klinis ......................................................... 16

viii
f. Penatalaksanaan ......................................................... 16

2. Konsep Asuhan Keperawatan ............................................ 18

a. Pengkajian Keperawatan ............................................. 18

b. Diagnosa Keperawatan ................................................ 20

c. Intervensi Keperawaan ................................................ 20

d. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan .................... 24

B. TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian B6 Keperawatan .............................................. 25

2. Klasifikasi data ................................................................... 37

3. Analisa data ....................................................................... 37

4. Diagnosa Keperawatan ...................................................... 39

5. Intervensi (Perencanaan Keperawatan) ............................. 40

6. Implementasi dan Evaluasi ................................................ 42

BAB III PEMBAHASAN

A. Pengkajian ................................................................................. 42

B. Diagnosa .................................................................................... 45

C. Perencanaan Keperawatan (Intervensi) ..................................... 46

D. Pelaksanaan (Implementasi) ...................................................... 47

E. Evaluasi ..................................................................................... 47

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................ 49

ix
B. Saran ......................................................................................... 50

Daftar Pustaka

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ileus obstruktif merupakan kegawatan dibidang bedah digestive

yang sering dilaporkan. Ileus Obstruktif adalah suatu penyumbatan

mekanis pada usus dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali

menutup atau menganggu jalannya isi usus. Gangguan saluran cerna ini

menduduki 20% dari seluruh kasus nyeri akut abdomen yang tidak

tergolong appendicitis akuta. Sekitar 60% penyebab obstruksi ileus

disebabkan oleh adhesi yang terjadi pasca operasi region abdominal dan

operasi di bidang obstetric ginekologik (Arief et al., 2020). Penyakit akut

abdomen biasanya menyerang system pencenaan. Sistem pencernaan

merupakan system organ yang menerima makanan, mencerna makanan

untuk dijadikan energy dan nutrisi, serta mengeluarkan sisa dari proses

tersebut. Penyakit yang menyerang system pencernaan akibat dari akut

abdomen salah satunya adalah ileus obstruktif. Ileus obstruktif

merupakan suatu keadaan yang menyebabkan isi usus sebagai akibat

adanya sumbatan atau hambatan mekanik (Obaid, 2016).

Ileus obstruktif (ileus mekanik) adalah suatu keadaan dimana isi

lumen saluran cerna tidak dapat disalurkan ke distal karena adanya

sumbatan atau hambatan mekanik (Wahyudi, 2020). Obstruksi usus

halus merupakan hambatan pasase usus yang terjadi pada usus halus

1
disebut sebagai obstruksi saluran cerna tinggi yang disertai pengeluaran

cairan dan elektrolit pada lumen usus melalui muntah (Zwari, 2016).

Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain

hernia inkarserata, adhesi atau perlekatan usus, invaginasi (intususepsi),

askariasis, volvulus ,tumor, batu empedu yang masuk ke ileus. Obstruksi

pada neonatal terjadi pada 1/1.500 kelahiran hidup. Hasil penelitian

Evans di Amerika Serikat menunjukkan hasil ada sekitar 3.000 bayi/tahun

yang dilahirkan dengan obstruksi. Di Indonesia jumlahnya tidak jauh

berbeda (Zwari, 2016).

Menurut Kasminata, penyebab ileus obstruksi

berkaitan pada kelompok usia yang terserang dan letak obstruksi, 50%

terjadi pada kelompok usia pertengahan dan tua akibat perlekatan oleh

pembedahan sebelumnya. Tumor ganas dan volvulus merupakan

penyebab tersering obstruksi usus besar pada usia pertengahan dan

orang tua, kanker kolon merupakan penyebab dari 90% ileus obstruksi

yang terjadi (Kerusakan et al., 2019).

Data World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa

selama lebih dari satu abad, perawatan bedah menjadi komponen

penting dari perawatan kesehatan diseluruh dunia. Diperkirakan setiap

tahun ada 230 juta tindakan bedah dilakukan diseluruh dunia. (Kerusakan

et al., 2019)

2
Berdasarkan tabulasi nasional Departemen Kesehatan Republik

Indonesia tindakan laparatomi mencapai 32% dari seluruh tindakan

bedah yang ada di Indonesia. Untuk laporan kasus laparatomi di RSUD

Ungaran pada tahun 2016 sebanyak 28 kasus, di tahun 2017 terdapat 26

kasus dan untuk di tahun 2018 terdapat 75 kasus, dan pada tahun 2019

ada 87 kasus (Iqbal Fahlevi et al., 2020).

Kejadian Ileus Obstruktif di tahun 2017 mencapai 16% dari populasi

dunia. Di Amerika Serikat insiden kejadian ileus obstruktif adalah 0,13%.

Selain itu laporan data dari Nepal menyebutkan persentase penderita

ileus obstruksi sebesar 5,32 % dari tahun 2016-2017. Setiap tahunnya 1

dari 1000 penduduk dari sehgala usia di diagnosis ileus. Di Amerika

diperkirakan 300.000-400.000 menderita ileus setiap tahunnya (Novita S.

D., 2016).

Menurut (Arliandi, 2016) penyebab terjadinta ileus obstruktif pada

usus halus antara lain hernia inkarserata sedangkan ileus paralitik sering

disebabkan oleh peritonitis. Keduanya membutuhkan tindakan operatif.

Ileus lebih sering terjadi pada obstruksi usus halus daripada usus besar.

Keduanya memiliki cara penanganan yang sedikit berbeda dengan tujuan

yang berbeda pula. Obstruksi usus halus yang dibiarakan dapat

menyebabkan gangguan vaskularisasi usus dan memicu iskemia,

nekrosis, perforasi dan kematian, sehingga penanganan obstruksi usus

halus lebih ditujukan pada dekompresi dan menghilangkan penyebab

3
untuk mencegah kematian. Ileus obstruktif sering disebabkan oleh hernia

inkarserata, adhesi atau perlengkatan usus, invaginasi (intususepsi),

askariasis volvulus,tumor, batu empedu yang masuk ke ileus (Wahyudi A.

S., 2020)

Pada pasien ileus obstruktif tindakan pembedahan merupakan cara

paling rasional. Berdasarakan data yang didapatkan World Health

Organization (2011), sebanyak 140 juta jiwa pasien di seluruh rumah

sakit di dunia telah menjalankankan tindakan operasi. Tindakan

pembedahan yang biasa dilakukan pada pasien ileus obstruktif yaitu

dengan laparatomi.

Laparatomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor

dengan melakukan penyayatan pada lapisan- lapisan dinding abdomen

untuk mendapatkan bagian organ yang mengalami masalah (hemoragi,

perforasi, kanker dan obstruksi). Laparatomi sendiri tidak berhenti pada

sekedar kasus bedah biasa, namun juga pada banyak kasus seperti

Hernia nguinalis , Kanker Lambung, Apendiksitis, perforasi, Kanker Colon

dan Rektum, Obstruksi Usus, Inflamasi Usus Kronis, Peritonitis,

Kolestisitis. (Sitepu et al., 2021)

Laparatomi pada ileus merupakan jenis pembedahan darurat

abdomen yang paling sering dilakukan di Negara-negara barat. Ileus

dapat terjadi pada setiap usia, perbandingan antara pria dan wanita

mempunyai kemungkinan yang sam untuk menderita penyakit ini. Namun

4
penyakit ini sering dijumpai pada dewasa muda antara umur 20-30 tahun

(Smeltzer, 2002)

Prevalensi tindakan operasi di Amerika Serikat pada tahun 2017

dari 27 juta orang yang menjalani tindakan operasi setiap pelayanan

kesehatan, pasien dengan infeksi pada daerah operasi abdomen akan

menjalani perawatan dua kali lebih lama di rumah sakit daripada yang

tidak mengalami infeksi. Hal ini dikarenakan kurangnya mobilisasi dini

yang dapat menimbulkan infeksi (Tuti, 2018).

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk

mengambil kasus tentang Ileus Obstruktif karena pada kasus kali ini

penulis berkesampatan untuk mengambil manajemen asuhan

Keperawatan Kritis pada pasien Ileus Obstruktif di ruangan ICU RSUP.

Ibnu Sina Makassar.

B. Tujuan Umum

Mengetahui asuhan keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi

keperawatan dan evaluasi keperawatan pada pasien ileus obstruktif

dengan tindakan laparatomi di ruang Intensive Care Unit Rs. Ibnu Sina

YW-UMI Makassar

5
C. Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengkajian keperawatan pada klien ileus obstruktif dengan

tindakan laparatomi di ruang Intensive Care Unit RS. Ibnu Sina YW-

UMI Makassar.

2. Mengetahui diagnosa keperawatan pada klien ileus obstruksi dengan

tindakan laparatomi di ruang Intensive Care Unit RS. Ibnu Sina YW-

UMI Makassar.

3. Mengetahui intervensi keperawatan pada pasien ileus obstruksi

dengan tindakan laparatomi di ruang Intensive Care Unit RS.Ibnu Sina

YW-UMI Makassar

4. Mengetahui implementasi keperawatan pada pasien ileus obstruksi

dengan tindakan laparatomi di ruang Intensive Care Unit RS. Ibnu Sina

Makassar.

5. Diketahuinya evaluasi pada pasien ileus obstruksi dengan tindakan

laparatomi di ruang Intensive Care Unit RS. Ibnu Sina YW-UMI

Makassar.

D. Manfaat Penulisan

a. Bagi Penulis

Dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam membuat asuhan

keperawatan Ileus Obstruktif dengan tindakan laparatomi.

b. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan

6
Dapat menjadi referensi dan tambahan informasi dalam peningkatan

dan mutu pendidikan.

c. Bagi Rumah Sakit

Dapat menjadi tambahan informasi dalam saran dan evaluasi.

d. Bagi Ilmuwan dan Masyarakat Lain

Memberi pengetahuan dan menambah referensi tentang asuhan

keperawatan Ileus Obstruktif dengan tindakan laparatomi.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran penulisan tugas akhir ini, maka penulis

memberikan sistematika penulisan :

a. Tempat, waktu pelaksanaan pengambilan kasus

Pengambilan kasus dilakukan pada tanggal 27 Desember 2021 di

ruangan Intensive Care Unit RS.Ibnu Sina YW-UMI Makassar.

b. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara atau

pengkajian pada klien dan keluarga pasien

7
BAB II

TINJAUAN KASUS KELOLAAN

A. Tinjauan Teori

1. Konsep dasar medis

a. Definisi

Usus halus dan usus besar merupakan bagian terpanjang pada

saluran cerna. Ketika terjadi gangguan akan berefek pada nutrisi dan

transport air yang mengakibatkan malabsorbsi, diare, proses infeksi,

dan inflamasi (Kumar, Abbas , & Aster , 2016). Ileus atau obstruksi

usus adalah suatu gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran

isi usus. Obstruksi Usus dapat akut dengan kronik, partial atau total,

intestinal obstruction terjadi ketika isi usus tidak dapat melewati

saluran gastrointestinal.

Obstruksi usus halus merupakan hambatan pasase usus yang

terjadi pada usus halus disebut sebagai obstruksi saluran cerna tinggi

yang disertai pengeluaran cairan dan elektrolit pada lumen usus

melalui muntah. Berdasarkan etiopatogenesis ileus obstruktif

diklasifikasikan dari obstruksi mekanik dan fungsional, dari luas

obstruksi dapat dibedakan obstruksi partial atau komplit, serta

berdasarkan jenis obstruksinya ileus obstruktif dibedakan menjadi

obstruksi sederhana, closed loop, dan strangulasi. Obstruksi

8
sederhana adalah obstruksi yang tidak disertai terjepitnya pembuluh

darah, closed loop obstruction terjadi jika kedua segmen usus terlibat

mengalami obstruksi, sedangkan pada obstruksi strangulasi disertai

terjepitnya pembuluh darah yang menyebabkan terjadinya iskemia,

ditandai dengan gejala umum yang berat (Warsinggih, 2018).

Klasifikasi berdasarkan lokasi obstruksinya dibedakan menjadi

ileus obstruksi letak tinggi yang mengenai usus halus dan letak rendah

mengenai usus besar atau keduanya. Pada obstruksi harus dibedakan

lagi antara lain obstruksi sebagian (partial), obstruksi total (complete)

Obstruksi sebagian memungkinkan cairan dan gas melewati titik

obstruksi, sedangkan obstruksi total menghambat perjalanan semua isi

usus. Tidak seperti obstruksi sederhana, strangulasi dapat

mengakibatkan iskemia, infark, dan perforasi.

Obstruksi usus halus lebih umum daripada obstruksi usus besar

dan merupakan indikasi paling sering dilakukan operasi. Ileus

obstruktif yang memerlukan pembedahan adalah komplikasi umum

setelah pembedahan sebelumnya, misalnya setelah kolektomi adalah

11% (Smith DA, Nehring SM, 2018: Vilz TO, 2017) .

b. Anatomi Usus Halus

1) Usus Halus

Usus halus berbentuk tubular dengan perkiraan panjang 6 meter

pada orang dewasa. Usus halus memiliki tiga bagian yaitu duodenum,

9
jejenum, dan ileum. Segmen duodenum yang paling proksimal, terletak

pada retroperitoneum yang berbatasan langsung dengan kepala dan

batas inferior dari tubuh pankreas. Duodenum dibatasi dari pylorus

lambung dan berakhir pada flexura duodenojejunalis, pars superior

duodenum terletak intraperitoneal sedangkan semua bagian lain

terletak di retroperitoneal sekunder. Jejunum dan ileum tidak dapat

dibedakan secara makroskopis, 40% proksimal segmen jejunoileal

diperkirakan sebagai jejunum dan 60% distal sebagai ileum.

Usus halus memiliki plica circulares yang dapat membantu

membedakan usus halus dan usus besar. Lipatan ini juga menjadi

lebih sedikit pada bagian distal dibandingkan dengan bagian proximal,

bagian lain yang membedakan jejunum dengan ileum adalah diameter

yang lebih besar, dinding lebih tebal, mesenterium lebih sedikit lemak,

dan vasa recta yang lebih panjang. Pada ileum terdapat kumpulan

besar folikel limfe yang khas (pada pars terminalis ilei) yang

merupakan bagian dari jaringan limfoid mukosa (MALT).

Duodenum memperoleh suplai darah dari truncus coeliacus dan

A. mesenterica superior. Jejunum dan ileum yang berada pada

intraperitoneal disuplai oleh A. mesenterica superior. Bermuara melalui

V. mesenterica superior. Drainase getah bening terjadi melalui

pembuluh limfatik mengalir sejajar dengan arteri melalui nodi

lymphodei mesenterici superior pada pangkal A. mesenterica superior

10
dan selanjutnya melalui truncus intestinales ke dalam ductus

thoracicus. Inervasi parasimpatis dan simpatis dari usus halus masing-

masing berasal dari N. vagus dan N. Splanchnicus. (Serin A, 2017)

2) Usus Besar

Usus besar memiliki panjang sekitar 1,5 m dan dibagi secara

anatomis ke dalam caecum dengan appendix vermiformis, colon

ascendens, colon transversum, colon descendent, colon sigmoideum,

rectum. Caecum, appendix vermiformis, colon transversum, dan colon

sigmoideum terletak intraperitoneal dan juga memiliki mesenterium

sendiri (caecum dan appendix vermiformis dapat terletak

retroperitoneal dan tidak memiliki mesenterium). Colon ascendens,

colon descendens, dan sebagian besar rectum adalah organ

retroperitoneal sekunder, rectum distale dan canalis analis merupakan

subperitoneal. Flexura coli sinistra terletak lebih cranial dibandingkan

flexura coli dextra, karena posisi hepar terletak disebelah kanan. Usus

besar memiliki perbedaan khas dibanding usus halus yaitu diameter

yang lebih besar, disertai taenia: taenia libera, taenia mesocolica, dan

taenia omentalis. Usus besar juga memiliki haustra dan plica

semilunares yang merupakan sakulasi dinding usus, serta appendices

epiploicae sebagai proyeksi lemak dari jaringan adipose tela

subserosa.

11
Vaskularisasi dari usus besar dilihat dari caecum dan appendix

vermiformis di vaskularisasi berasal dari A. ileocolica, colon ascendens

dan colon transversum diperdarahi oleh A. colica dextra dan A. colica

media, sedangkan colon descendens dan colon sigmoideum di

vaskularisasi oleh A. colica sinistra dan Aa. Sigmoidae. Flexura coli

sinistra merupakan batas untuk aliran neurovaskular karena alasan

perkembangan yang mengacu pada A. mesenterica superior

memperdarahi colon ascendens dan colon transversum sedangkan

colon descendens dan rectum bagian atas diperdarahi oleh A.

mesenterica inferior (Serin A, 2017)

c. Etiologi

Berbagai etiologi potensial dari obstruksi usus besar dan halus

yang diklasifikasikan dalam ekstrinsik, intrinsik, atau intraluminal.

Penyebab paling umum dari obstruksi usus halus di negara-negara

industri adalah dari faktor ekstrinsik yaitu adhesi pasca bedah. Adhesi

secara signifikan dapat menyebabkan kerutan usus yang kemudian

menyebabkan obstruksi. Diperkirakan setidaknya dua pertiga dari

pasien dengan operasi abdomen sebelumnya memiliki adhesi. Sumber

ekstrinsik umum lainnya termasuk kanker akan menyebabkan

kompresi usus halus yang menyebabkan obstruksi. Penyebab

ekstrinsik yang lebih jarang namun masih lazim terjadi adalah hernia

inguinalis dan umbilikalis. Hernia yang tidak bergejala atau

12
simptomatik pada akhirnya dapat menyebabkan obstruksi karena usus

halus menonjol melalui defek pada dinding perut dan terperangkap

didalamnya. Hernia yang tidak teridentifikasi atau tidak dapat direduksi

dapat berkembang menjadi obstruksi usus dan dianggap sebagai

kasus darurat bedah dengan usus yang tercekik atau terperangkap

dalam kantung hernia dan seiring waktu menjadi iskemik.

1) Ileus Obstruktif (Nurarif, 2015)

a) Perlekatan/Adhesi

Lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh

secara lambat atau pada jaringan parut setelah pembedahan

abdomen. 3 atau 4 hari pascaoperatif keadaan ini menghasilkan

perputaran lengkung usus.

b) Intusepsi

Salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain

yang ada dibawahnya akibat penyempitan lumen usus. Segmen

usus tertarik kedalam segmen berikutnya oleh gerakan

peristaltik yang memperlakukan segmen itu seperti usus. Paling

sering terjadi pada anak - anak dimana kelenjar limfe

mendorong dinding ileum kedalam dan terpijat disepanjang

bagian usus tersebut (ileocaecal) lewat coecum kedalam usus

besar (colon) dan bahkan sampai sejauh rectum dan anus.

c) Volvulus

13
Usus memutar dan kembali kekeadaan semula. Lumen usus

menjadi tersumbat. Gas dan cairan berkumpul dalam usus yang

terjebak.

d) Hernia

Protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding

dan otot abdomen. Aliran usus mungkin tersumbat total. Aliran

darah ke area tersebut dapat tersumbat juga.

e) Tumor

Tumor yang ada dalam dinding usus meluas ke lumen usus

atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding

usus. Lumen usus menjadi tersumbat sebagian; bila tumor tidak

diangkat mengakibatkan obstruksi lengkap

d. Patofisiologi

Ileus mengarah pada akumulasi cairan dan gas pada tekanan

intraluminal yang meningkat, disfungsi mikrosirkulasi dinding usus, dan

gangguan penghalang mukosa, selanjutnya dapat menyebabkan

pergeseran cairan, peritonitis transmigrasi, dan hipovolemia (Vilz TO,

2017).

Pada obstruksi mekanik peristaltic mula-mula diperkuat,

kemudian intermiten dan akhirnya hilang. Sekitar 6-8 liter cairan

diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari. Sebagian besar

cairan diabsorbsi sebelum mendekati kolon. Perubahan patofisiologi

14
utama pada obstruksi usus adalah adanya lumen usus yang

tersumbat, ini menjadi tempat perkembangan bakteri sehingga terjadi

akumulasi gas dan cairan (70% dari gas yang tertelan). Akumulasi gas

dan cairan dapat terjadi dibagian proksimal atau distal usus. Apabila

akumulasi terjadi di daerah distal mengakibatkan terjadi peningkatan

tekanan intra abdomen dan intra lumen. Hal ini dapat mengakibatkan

terjadinya peningkatan tekanan permeabilitas kapiler dan ekstravasasi

air dan elektrolit di peritoneal. Dengan peningkatan permeabilitas dan

ekstravasasi menimbulkan retensi cairan di usus dan rongga

peritoneum mengakibatkan terjadi penurunan sirkulasi dan volume

darah. Akumulasi gas darah dan cairan dibagian proksimal

mengakibatkankan kolapsnya usus sehingga terjadi distensi abdomen.

Terjadi penekanan pada vena mesenterika yang mengakibatkan

kegagalan oksigenasi dinding usus sehingga aliran darah ke usus

menurun, terjadilah iskemia dan nekrotik terjadi peningkatan

permeabilitas kapiler dan pelepasan bakteri dan toksin sehingga

terjadi perforasi. Dengan adanya perforasi akan menyebabkan bakteri

akan masuk ke dalam sirkulasi sehingga terjadi sepsis dan peritonitis

(Peri, 2017)

15
e. Manifestasi Klinis

Menurut (Mansjoer, 2001),manifestasi dari Ileus Obstruksi yaitu:

1. Muntah fekal.

2. Dehidrasi : haus terus-menerus,malaise umum, mengantuk serta

membrane mukosa menjadi pecah-pecah.

3. Konstipasi

4. Distensi abdomen.

5. BAB darah dan lendir tapi tidak ada feces dan flatus

f. Penatalaksanaan

Perawatan ileus obstruktif, manajemen awal harus selalu

mencakup penilaian jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi pasien.

Pemberian cairan intravena harus segera diberi untuk mengganti

defisit volume dan memperbaiki gangguan elektrolit atau asam-basa.

Pasien yang muntah harus menjalani pemasangan tabung

nasogastrik, akan memungkinkan dekompresi usus untuk meredakan

distensi proksimal terhadap obstruksi. Penyisipan tabung nasogastrik

juga akan membantu mengontrol emesis dan menurunkan risiko

aspirasi. Obat analgesik dapat dimulai segera setelah pemeriksaan

fisik awal. Pemberian obat analgesik terhadap nyeri sering

dikhawatirkan dapat menutupi manifestasi klinis dan menghambat

diagnosis, tetapi dengan pencitraan CT modern telah menghilangkan

kekhawatiran ini. Agen vagolitik seperti butylscopolamine memiliki efek

16
antiperistaltik dan tidak boleh diberikan kepada pasien dengan ileus

parsial. Jika ada bukti klinis atau laboratorium infeksi atau sepsis,

antibiotik harus diberikan lebih awal, sesuai rekomendasi dari

Surviving Sepsis Campaign (Vilz TO, 2017)

Manajemen pada akhirnya tergantung pada etiologi dan

keparahan obstruksi. Pasien yang stabil dengan obstruksi parsial akan

sembuh dengan dekompresi tabung nasogastrik dan tindakan suportif.

Hernia yang tidak dapat direduksi atau strangulasi membutuhkan

intervensi bedah darurat. Obstruksi total sering memerlukan intervensi

bedah segera atau darurat karena risiko iskemia yang meningkat.

Keadaan penyakit kronis seperti penyakit Crohn dan keganasan

memerlukan tindakan suportif awal dan periode manajemen non-

operatif yang lebih lama (Smith DA, 2018)

Pengobatan konservatif dibenarkan selama tidak ada indikasi

absolut untuk pembedahan seperti strangulasi, iskemia, tidak adanya

transit konten usus dan tidak ada bukti klinis abdomen akut. Untuk

ileus partial, tingkat keberhasilan pengobatan adalah 80%, sedangkan

kemungkinan reseksi usus akan dibutuhkan di bawah 5%. Jika ileus

obstruksi total (complete) dirawat secara konservatif, kemungkinan

reseksi usus akan dibutuhkan kira-kira 30% (Vilz TO, 2017)

Indikasi untuk operasi, jika faktor risiko berupa nyeri perut

selama 4 hari atau lebih, tanda peritoneum, protein C-reaktif > 75 mg /

17
L, leukosit > 10 500 μL, > 500 mL cairan bebas, mengurangi

peningkatan kontras dinding usus. Satu poin diberikan untuk setiap

kriteria yang dipenuhi. Skor 3 atau lebih hampir 70% sensitif dan lebih

dari 90% spesifik untuk bahaya strangulasi dan merupakan indikasi

untuk operasi darurat. Walaupun ileus usus kecil biasanya disebabkan

oleh adhesi dan hampir tiga perempat kasus dapat diobati secara

konservatif, ileus usus besar biasanya disebabkan oleh kanker dan

tiga perempat kasus memerlukan pembedahan segera. (Keenan JE,

2016)

2. Konsep Asuhan keperawatan

a. Pengkajian

1) Identitas Pasien

Nama, Usia, Jenis Kelamin, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat

dan Status Pernikahan

2) Riwayat Kesehatan

a) Keluhan utama

b) Riwayat penyakit sekarang

c) Riwayat penyakit dahulu

d) Riwayat penyakit keluarga

3) Pemeriksaan fisik (Head to toe)

4) Pengkajian 6B

a) B1 Breathing

18
I. Adanya sumbatan jalan napas karena penumpukan cairan dan

sputum akibat kehilangan reflek batuk.

II. Adanya tanda tanda lidah jatuh ke belakang.

III. Adanya suara napas tambahan dengan cara melakukan

auskultasi napas dalam

IV. Catat jumlah dan irama napas

b) B2 (Blood/Sirkulasi)

Kaji adanya tanda-tanda peningkatan TIK yaitu peningkatan

tekanan darah diserta peningkatan jumlah nadi.

c) B3 (Brain/Persarafan)

I. Kaji adanya keluhan nyeri kepala hebat, periksa adanya pupil

unilateral, observasi tingkat kesadaran.

II. Kaji status mental, tingkah laku, gaya bicara, ekspresi wajah

dan aktivitas motorik

III. Kaji fungsi intelektual, observasi adanya penurunan dalam

ingatan dan memori baik jangka pendek maupun jangka

panjang serta penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi.

IV. Kaji kemampuan bahasa, kaji adanya disfasia baik secara

reseptif maupun ekspresif, disartria dan apraksia.

V. Kaji lobus frontal, kaji adanya kerusakan fungsi kognitif dan efek

psikologis seperti kesulitan dalam pemahanan, mudah lupa,

kurang motivasi, frustasi dan depresi.

19
d) B4 (Bledder/Perkemihan)

Kaji adanya tanda-tanda inkontinesia uri akibat ketidakmampuan

untuk mengendalikan kandung kemih karena adanya kerusakan

kontrol motorik dan postural

e) B5 (Bowel)

Kaji adanya kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual,

muntah dan konstipasi.

f) B6 (Bone/Tulang dan integumen).

Kaji adanya kelumpuhan atau kelemahan, kaji adanya dekubitus

dan warna serta turgor kulit.

b. Diagnosa keperawatan

1) Nyeri Akut berhubungan dengan distensi abdomen

2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan agens pencedera

fisik

c. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
1 Nyeri akut Tujuan: 1. Pertahankan 1. Intervensi dini

berhubungan Setelah tirah baring pada kontrol nyeri

dengan agen dilakukan pada posisi memudahkan

pencedera tindakan yang nyaman pemulihan otot/

20
fisik keperawatan 2. kaji lokasi, berat jaringan dengan

1x2 jam dan type nyeri menurunkan

diharapkan (skala 0-10) tegangan otot dan

rasa nyeri 3. Pantau ttv memperbaiki

teratasi atau 4. Berikan tindakan sirkulasi

terkontrol kenyamanan 2. Faktor psikologis

5. Berikan periode dan nyeri dapat

istirahat meningkatlkan

terencana tegangan otot,

6. Auskultasi bising posisi tegak

usus meningkatkan

7. Berikan dan tekanan intra

anjurkan abdomen, yang

tindakan dapat membantu

alternative dalam berkemih

penghalang 3. Menurunkan

nyeri masalah yang

terjadi karena

mobilisasi

4. Menurunkan

menelan udara dan

21
distensi

2 Kekurangan Tujuan: 1. Awasi masukan 1. Memberikan

Volume Setelah dan keluaran, indikator langsung

Cairan dilakukan karakter dan keseimbangan

berhubungan tindakan jumlah feses, cairan, kehilangan

dengan mual, keperawatan perkirakan cairan, kehilangan

muntah, 1x3 jam kehilangan yang cairan paling besar

demam dan diharapkan tak terlihat terjadi pada

diforesis kebutuhan 2. Pantau tanda ileustomi, tetapi

cairan tanda vital dan secara umum tidak

terpenuhi observasi tingkat lebih dari 500-800

kesadaran dan ml/hari.

gejala syok 2. Menunjukkan

3. Observasi kulit status

kering berlebihan hidrasi/kemungkin

dan membrane an kebutuhan

mukosa untuk peningkatan

penurunan turgor penggantian cairan

kulit, pengisian 3. Memberikan

kapiler lambat informasi tentang

4. Observasi volume sirkulasi

22
abdomen umum dan tingkat

terhadap hidrasi

ketidaknyamanan 4. Edema dapat

distensi, nyeri terjadi karena

5. Auskultasi bising perpindahan

usus 1 jam cairan dengan

setelah makan penurunan kadar

laporkan tidak albumin

adanya bising serum/protein

usus 5. Indikator langsung

6. Pantau elektrolit, dari hidrasi /

Hb dan Ht perfusi organ dan

7. Siapkan untuk fungsi

pembedahan 6. Memberikan

sesuai indikasi pedoman untuk

penggantian cairan

23
d. Implementasi dan Evaluasi

Implementasi Evaluasi

1. Identifikasi lokasi, karakteristik, S :

durasi, frekuensi, kualitas, Keluarga pasien mengatakan

intensitas nyeri pasien masih nyeri pada daerah

Hasil : Nyeri dirasakan pada abdomen, nyeri yang dirasakan

daerah abdomen, nyeri yang terus menerus, dan seperti

dirasakan terus menerus, dan tertusuk-tusuk, nyeri memberat

seperti tertusuk-tusuk, nyeri pada saat bergerak.

memberat pada saat bergerak.

2. Identifikasi skala nyeri O:

Hasil : Skala nyeri 6 1. Pasien nampak sedikit tenang

3. Identifikasi respons nyeri non 2. Skala nyeri 3 NRS

verbal 3. Sesekali nampak ekspresi

Hasil : Klien Nampak Meringis meringis

4. Identifikasi factor yang

memperberat dan memperingan A : Masalah Nyeri belum teratasi

nyeri P : Lanjutkan intervensi

Hasil : Nyeri memberat pada saat - Identifikasi lokasi, karakteristik,

pasien bergerak durasi, frekuensi, kualitas dan

5. Mengukur TTV dan observasi intensitas nyeri

24
keadaan umum pasien - Identifikasi respon non verbal

- Identifikasi pengaruh nyeri

terhadap kualitas hidup

- Ajarkan teknik relaksasi nafas

dalam untuk mengurangi nyeri

- Kolaborasi pemberian obat

A. Tinjauan kasus

1. Pengkajian

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KRITIS

Tgl/ Jam : 27-12-2021/10.00 Tanggal MRS : 26-12-


2021
Ruangan : ICU Diagnosis Medis :Ileus
Obstruktif
Nama/Inisial : Ny. R No.RM : 22 57 84
Jenis Kelamin: Perempuan Suku/ Bangsa :
Bugis/Indonesia
IDENTITAS

Umur : 77 Tahun Status Perkawinan : Kawin


Agama : Islam Penanggung jawab : Tn. M
Pendidikan : Sarjana Hubungan : Suami
Pekerjaan : Pensiunan Pekerjaan :Pensiunan
Alamat : Palopo Alamat : Palopo
Keluhan utama saat MRS :
DAN

Pasien mengalami nyeri perut yang dirasakan sejak 3 hari yang lalu, ada
riwayat carcinoma ovarium

25
Keluhan utama saat pengkajian :
Nyeri Post Operasi

Riwayat penyakit saat ini :


Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 27 Desember 2021 diruang ICU
pasien dengan post op laparatomi, pasien mengeluh nyeri, nyeri yang
dirasakan seperti tertusuk-tusuk dan terus-menerus di daerah abdomen
dengan skala 4, nyeri bertambah pada saat bergerak, pasien mengeluh
sulit menggerakkan badannya, pasien takut menggerakkan badannya
karena ada luka post operasi, pasien nampak meringis, pasien nampak
gelisah, kebutuhan pasien dibantu dengan keluarga dan perawat,
gerakan pasien terbatas, luka nampak basah, nampak luka post operasi,
luka nampak kemerahan, TD : 118/84 mmHg, N : 104 x/m, P : 27 x/m

Riwayat penyakit sebelumnya :


Ada riwayat carcinoma ovarium

Riwayat penyakit keluarga :


Pasien memiliki Riwayat oprasi dan cemoterapi, tidak ada keluarga yang
memiliki Riwayat yang sama dengan pasien.

Jalan Nafas : ☑ Paten  Tidak Paten


Nafas : ☑ Spontan  Tidak Spontan
Obstruksi :  Lidah  Cairan  Benda Asing ☑ Tidak Ada
BREATHING

 Muntahan  Darah  Oedema


Gerakan dinding dada : ☑ Simetris  Asimetris
RR : 20 x/mnt
Irama Nafas :  Cepat  Dangkal ☑ Normal
Pola Nafas : ☑ Teratur Tidak Teratur
Jenis :  Dispnoe  Kusmaul  Cyene Stoke

26
 Lain… …
Sesak Nafas :  Ada ☑ Tidak Ada
Pernafasan Cuping hidung :  Ada ☑ Tidak Ada
Retraksi otot bantu nafas :  Ada ☑ Tidak Ada
Deviasi Trakea :  Ada ☑ Tidak Ada
Pernafasan : ☑ Pernafasan Dada  Pernafasan
Perut
Batuk :  Ya ☑ Tidak ada
Sputum: Ya , Warna : - Konsistensi : - Volume: .......... Bau: … …
☑ Tidak
Emfisema S/C :  Ada ☑ Tidak Ada
Suara Nafas :  Snoring  Gurgling 
Stridor Tidak ada
☑ Vesikuler  Stidor  Wheezing ☑
Ronchi
Alat bantu nafas :  OTT 🗌 ETT  Trakeostomi
 Ventilator, Keterangan: ... ... ...
Oksigenasi : ☑ Nasal kanul  Simpel mask Non RBT mask
 RBT Mask  Tidak ada
Penggunaan selang dada :  Ada ☑ Tidak Ada
Drainase : -
Trakeostomi :  Ada ☑ Tidak Ada
Kondisi trakeostomi : -
Lain-lain :-

Masalah Keperawatan : -
Nadi : ☑ Teraba  Tidak teraba ☑ N: 86 x/mnt
BLO
OD

Irama Jantung : normal

27
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Pucat : ☑Ya  Tidak
Sianosis :  Ya ☑ Tidak
CRT : ☑< 2 detik > 2 detik
Akral : ☑ Hangat  Dingin S: 36,8 C
Pendarahan : Ya, Lokasi .... , J
umlah ..... cc ☑Tidak
Turgor : ☑ Elastis  Lambat
Diaphoresis : Ya ☑Tidak
Riwayat Kehilangan cairan berlebihan :  Diare  Muntah  Luka bakar
☑Tidak
JVP :-
CVP :-
Suara jantung : reguler
IVFD : ☑ Ya  Tidak, Jenis cairan: NS
Lain-lain :-
Masalah Keperawatan : -
Kesadaran : ☑ Composmentis  Delirium  Somnolen  Apatis 
Koma
GCS :  Eye 4  Verbal 5  Motorik 6
Pupil : ☑ Isokor  Unisokor  Pinpoint  Midriasis
Refleks Cahaya : ☑ Ada  Tidak Ada
BRAIN

Refleks Muntah : 🗌Ada ☑ Tidak Ada


Refleks fisiologis :  Patela (+/-)  Lain-lain … …
Refleks patologis :  Babinzky (+/-) Kernig (+/-)  Lain-lain ... ...
Refleks pada bayi :  Refleks Rooting (+/-)  Refleks Moro (+/-)
(Khusus PICU/NICU)  Refleks Sucking (+/-) 
Bicara : ☑ Lancar  Cepat  Lambat

28
Tidur malam : 8 jam Tidur siang : 2 jam
Ansietas :  Ada ☑ Tidak ada
Nyeri : ☑ Ada  Tidak ada
a) O : Onset ( seberapa cepat efek dari suatu interaksi terjadi )
Nyeri akut
b) P : Provokatif ( penyebab )
di rasakan ketika daerah luka di tekan atau di gerakkan
c) Q : Quality ( kualitas )
Tertusuk-tusuk
d) R : Radiation/region ( paparan )
Area abdomen
e) S : Severity ( tingkat keparahan )
Skala 4 (NRS)
f) T :Timing/treatment
Terus menerus memberat pada saat bergerak
Lain-lain: … …
Masalah Keperawatan : Nyeri Akut
Nyeri pinggang :  Ada ☑ Tidak
BAK : ☑ Lancar  Inkontinensia Anuri
:  Ada ☑ Tidak ada
BLADDER

Nyeri BAK
Frekuensi BAK : Warna: kuning Pekat :  Ada ☑ Tidak ada
Kateter : ☑ Ada  Tidak ada, Urine output: 1000 cc
Lain-lain :……
Masalah Keperawatan : -

29
Keluhan :  Mual  Muntah  Sulit menelan
TB : 158 BB : 48 kg
Nafsu makan : ☑Baik 🗌Menurun
Makan : Frekuensi 1x/hr Jumlah : 1/2 porsi
Minum : Frekuensi 1-2 sendok/jam
NGT :-
BOWEL

Abdomen :  Distensi Supel ........


Peristaltik : <3 x/menit
BAB : ☑ Teratur  Tidak
Frekuensi BAB : 1x/hr Konsistensi: Cair Warna: kuning darah (-)/lendir(+)
Stoma :-
Lain-lain :
Masalah Keperawatan : -

Deformitas :  Ya ☑ Tidak  Lokasi -


Contusio :  Ya ☑ Tidak  Lokasi -
Abrasi :  Ya ☑ Tidak  Lokasi -
Penetrasi :  Ya ☑ Tidak  Lokasi -
Laserasi :  Ya ☑ Tidak  Lokasi -
Edema : ☑ Ya  Tidak  Lokasi cerebral
(Muskulo

 Ya ☑ Tidak  Lokasi -
skletal &

Luka Bakar :
Grade : - Luas: - %
Jika ada luka/ vulnus, kaji : -
Luas Luka :-
Warna dasar luka
Kedalaman :-
Aktivitas dan latihan : 0 1 ☑2 3 ☑4
Makan/minum : 0 1 2 ☑3 4
Mandi : 0 1 2 ☑3 ☑4
Toileting : 0 1 2 ☑3 ☑4

30
Berpakaian : 0 1 2 3 ☑4
Mobilisasi di tempat tidur : 0 1 2 3 ☑4
Berpindah : 0 1 2 3 ☑4
Ambulasi : 0 1 2 3 ☑4
Lain-lain: … …
Masalah Keperawatan : Hambatan Mobilitas fisik

31
(Fokus pemeriksaan pada daerah trauma/sesuai kasus non trauma)
1. Kepala :
Bentuk kepala mesechepal, rambut beruban tampak sedikit kotor,
tidak ada luka atau jejas, terdapat udema serebral.
2. Mata :
Simetris, konjungtiva anemis, pupil isokor, sklera tidak ikterus
3. Leher :
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid dan limfe, tidak ada
pembesaran vena jugularis, tidak ada kaku kuduk.
4. Hidung :
Terpasang NGT warna keruh, tidak ada secret di hidung, tidak ada
napas cuping hidung
5. Telinga :
Simetris, tidak ada nyeri tekan dan benjolan, tidak ada serumen
6. Mulut :
Mukosa bibir kering, mulut tampak simetris, tidak ada stomatitis, gigi
tampak kotor.
7. Dada :
• Paru-paru
Inspeksi :
Simetris, tidak ada lesi, tidak terdapat retraksi dinding dada, tidak
terdapat penggunaan otot bantu napas, RR : 20x/menit
Palpasi :
Ekspansi dinding dada seimbang
Auskultasi :
HEAD TO TOE

Tidak terdengar suara ronchi basah di basal paru kanan


Perkusi :
Sonor
• Jantung
Inspeksi :
32
Tidak terlihat ictus cordis pada region 2 sd 5 sinistra
Palpasi :
Teraba ictus cordis
Masalah Keperawatan : -
1. Pola Oksigenasi
• Sebelum sakit : pasien dapat bernafas secara normal tanpa alat
bantu pernafasan
• Saat dikaji : Tidak terdapat sesak, RR: 20x/menit tidak
menggunakan alat bantu nafas.
2. Pola Nutrisi
• Sebelum sakit : keluarga pasien mengatakan pasien sehari makan
bisa makan 3x menggunakan lauk pauk dan sayur,minum air putih
8-11 gelas per hari, minum teh pada waktu pagi hari.
• Saat dikaji : pasien makan sedikit tapi sering.
3. Pola Kebutuhan Istirahat Dan Tidur
PsikoSosialKultural

• Sebelum sakit : pasien dapat beristirahat dengan nyenyak, tidur


+/_ 5-6 jam
• Saat dikaji : pasien berbaring lemas diatas tempat tidur
(kesadaran composmentis).
4. Pola Eliminasi
• Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien BAB dan
BAK secara normal.
• Saat dikaji : pasien BAB 1x sehari, terpasang kateter Urin,
buang 3 jam 200 cc
5. Pola Aktivitas
• Sebelum sakit : pasien dapat beraktivitas tanpa bantuan orang
lain.
• Saat dikaji : pasien hanya berbaring ditempat tidur dan segala
keperluan dibantu oleh perawat dan keluarganya
6. Pola Berpakaian
• Sebelum sakit : pasien dapat berpakaian secara mandiri tanpa
bantuan orang lain.

33
• Saat dikaji : pasien dalam berpakaian dibantu oleh perawat.
7. Pola Menjaga Suhu Tubuh
• Sebelum sakit : pasien jika merasa dingin menggunakan
selimut/pakaian tebal serta minum air hangat, jika panas memakai
pakaian tipis dan menggunakan kipas angin
• Saat dikaji : pasien menggunakan pakaian dari ruang ICU dan
menggunakan selimut.
8. Pola Personal Hygiene
• Sebelum sakit : pasien mandi 2x sehari dan menggosok gigi 2x
sehari secara mandiri
• Saat dikaji : pasien hanya dimandikan 1x/hari pada pagi hari
menggunakan washlap
9. Pola Aman Dan Nyaman
• Sebelum sakit : pasien merasa aman dan nyaman berada di
diantara keluarganya dan mampu mengindari dari bahaya sekitar
• Saat dikaji : pasien tampak gelisah.
10. Pola Komunikasi
• Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien
berkomunikasi dengan baik.
• Saat dikaji : pasien hanya bicara seperlunya.
11. Pola Rekreasi
• Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien senang
berkumpul dengan keluarganya untuk berekreasi, dan berjalan
jalan ketika pagi hari di sekitar rumah.
• Saat dikaji : pasien hanya terbaring lemas ditempat tidur ,dan di
temani oleh keluarganya ketika jam besuk.
12. Pola Kebutuhan Bekerja
• Sebelum sakit : Pasien adalah seorang dokter

34
• Saat dikaji :-
13. Pola Kebutuhan Belajar
• Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan sudah mengetahui
peyakit yang diderita
• Saat dikaji : Keluarga pasien mengatakan sudah mengetahui
penyakit tersebut dari dokter dan perawat.
14. Pola Spiritual
• Sebelum sakit : keluarga pasien mengatakan pasien beribadah
sholat 5 waktu
• Saat dikaji : pasien hanya terbaring ditempat tidur dan tidak
sadarkan diri dan keluarga hanya berdoa untuk kesembuhannya.

Hasil laboratorium

Pemeriksaan darah lengkap tanggal 27/12/2021

Parameter Ket Hasil Unit Rujukan


WBC H 13,7 10^3/uL 4.00-10.00
Neu# H 11,2 10^3/uL 2.00-7.00
Lym# 1,5 10^3/uL 0.80-4.00
Mon# L 0.4 10^3/uL 0.12-0.80
Eos# 0.1 10^3/uL 0.02-0.50
Bas# 0.5 10^3/uL 0.00-0.10
Neu% H 77.8 % 50.0-70.0
Lym% L 14.0 % 20.0-40.0
Mon% 5.4 % 3.0-12.0
Eos% 2.6 % 0.5-5.0
Bas% 0.2 % 0.0-1.0

35
RBC 4,60 10^6/uL 4.00-5.50
HGB 12,6 g/dL 11.0-16.0
HCT 32,0 % 37.0-54.0
MCV 90,7 fL 80.0-100.0
MCH 27,4 Pg 27.0-34.0
MCHC 30,6 g/dL 32.0-36.0
RDW-CV 14,9 % 11.0-16.0
RDW-SD 53,4 fL 35.0-56.0
LT 123 10^3/uL 150-400
MPV 7,2 fL 6.5-12.0
PDW H 19,2 9.0-17.0
PCT 0.257 % 0.108-0.282

a. Hasil pemeriksaan dianostik

Ileus Obstruksi Letak Rendah :

1. Dilatasi di proximal sumbatan


2. Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi
abdomen
3. Air fluid level yang panjang-panjang di kolon
b. Terapi medis
a. IVFD terpasang NaCl 0.9% dan RL 28 tpm
b. Ceftriaxone drips dipgbag
c. Metronidazole infus
d. Injeksi Ranitidine 8 jam/iv
e. Injeksi Ceftriaxone 1gr/8 jam/iv

36
2. Klasifikasi data

Data Subjektif Data Objektif

- Keluarga pasien - Pasien Nampak meringis


mengatakan mengeluh - Nyeri skala 4 NRS
nyeri, nyeri bertambah - Pasien Nampak gelisah
saat beraktifitas, nyeri - Kebutuhan pasien dibantu
yang dirasakan seperti dengan keluarga dan perawat
tertusuk-tusuk di daerah - Pasien tampak hanya berbaring
abdomen. ditempat tidur
- Pasien mengeluh sulit - Gerakan pasien terbatas
menggerakkan badannya - Luka Nampak basah
- Pasien mengatakan takut - Nampak luka post op
menggerakkan badannya - Luka Nampak kemerahan
karena ada luka post
operasi
- Pengkajian status nyeri

P : Provokatif ( penyebab )
Di rasakan ketika daerah
luka di tekan atau di
gerakkan
Q : Quality ( kualitas )
Tertusuk-tusuk
R : Radiation/region
Area abdomen
S : Severity
Skala 4 (NRS)
T :Timing/treatment

37
Terus menerus memberat
pada saat bergerak

1. Analisa data

Data Masalah keperawatan


Ds:
- Keluarga pasien
mengatakan mengeluh
nyeri, nyeri bertambah
saat beraktifitas, nyeri
yang dirasakan seperti
tertusuk tusuk di daerah Nyeri akut
abdomen.
- Pengkajian status nyeri
P : Provokatif ( penyebab )
Di rasakan ketika daerah
luka di tekan atau di
gerakkan
Q : Quality ( kualitas )
Tertusuk-tusuk
R : Radiation/region
Area abdomen
S : Severity
Skala 4 (NRS)
T :Timing/treatment

38
Terus menerus memberat
pada saat bergerak

Do:
- Pasien nampak meringis
- Nyeri skala 4 NRS
- Pasien nampak gelisah

Ds :
- Pasien mengeluh sulit
menggerakkan badannya
- Pasien mengatakan takut
menggerakkan badannya Hambatan mobilitas fisik
karena ada luka post
operasi
DO :
- Kebutuhan pasien dibantu
dengan keluarga dan
perawat
- Pasien tampak hanya
berbaring ditempat tidur
- Gerakan pasien terbatas
Factor resiko :

- Luka nampak basah


- Nampak luka post op
Risiko infeksi
- Luka nampak kemerahan

39
2. Diagnosis keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (post op


laparatomi)
b. Hambatan mobilitas fisik ( post op laparatomi)
c. Resiko infeksi ( post op laparatomi)

40
3. Intervensi keperawatan

Diagnosa Tujuan Dan Intervensi Raional

Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan

Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


dengan agen pencedera tindakan keperawatan 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui
fisik ( post op selama 3x24 jam karakteristik, durasi, daerah yang mengalami
laparatomi) diharapkan Tingkat frekuensi, kualitas, nyeri, lama waktu yang
Ds: Nyeri pasien menurun intensitas nyeri dirasakan serta kualitas
- Keluarga pasien dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi skala nyeri 2. Mengetahui derajat
mengatakan 1. Keluhan nyeri dari nyeri yang dirasakan
mengeluh nyeri, cukup meningkat 3. Identifikasi respons 3. Melihat respon nyeri
nyeri bertambah menjadi menurun nyeri non verbal tanpa bantuan suara
saat beraktifitas, 2. Meringis dari cukup 4. Identifikasi factor yang 4. Mengetahui hal yang
nyeri yang meningkat menjadi memperberat dan menyebakan nyeri
- dirasakan seperti menurun memperingan nyeri memberat dan
tertusuk tusuk di mengurangi nyeri
daerah abdomen. 5. Monitor efek samping 5. Memonitor efek

41
Do: penggunaan analgetik samping analgetik jika
- Pasien nampak diberikan dosis tinggi
meringis 6. Berikan teknik 6. Membantu pasien
- Nyeri skala 4 NRS nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri tanpa
- Pasien nampak mengurangi rasa nyeri bantuan obat analgetik
gelisah 7. Kolaborasi pemberian 7. Berkolaborasi dengan
analgetik, jika perlu tenaga medis lainnya
untuk penentuan
analgetik

Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan Perawatan tirah baring


berhubungan dengan tindakan keperawatan 1. Balikkan pasien yang 1. Menurunkan resiko
Nyeri (post op selama 3x24 jam, pasien tidak dapat mobilisasi terjadinya trauma
Laparatomi) akan menunjukkan paling tidak setiap 2
Ds : mobilisasi dengan kriteria jam, sesuai dengan
- Pasien mengeluh hasil : jadwal yang spesifik
sulit mobilisasi 2. Monitor kondisi kulit 2. Memonitor adanya
menggerakkan 1. Penampilan posisi trauma pada kulit

42
badannya tubuh gangguan 3. Monitor komplikasi 3. Memonitor adanya
- Pasien sedang dari tirah baring komplikasi dari tirah
mengatakan takut 2. Berpindah dengan baring
menggerakkan mudah gangguan 4. Lakukan latihan ROM 4. Meminimalkan atrofi
badannya karena sedang pasif dan aktif otot, meningkatkan
ada luka post sirkulasi, membantu
operasi mencegah kontraktur.
DO :
- Kebutuhan pasien
dibantu dengan
keluarga dan
perawat
- Pasien tampak
hanya berbaring
ditempat tidur
- Gerakan pasien
terbatas
Resiko infeksi Setelah dilakukan Perlindungan Infeksi
Factor resiko : tindakan keperawatan, 1. Monitor adanya tanda 1. Memonitor tanda dan

43
- Luka nampak diharapkan resiko infeksi dan gejala infeksi gejala infeksi sistemik
basah dapat teratasi, dengan sistemik dan lokal dan local
- Nampak luka post kriteria: 2. Monitor kerentanan 2. Meonitor kerentanan
op pengetahuan kesehatan terhadap infeksi terhadap infeksi
- Luka nampak dan prilaku kontrol resiko 3. Berikan perawatan 3. Melalukan tindakan
kemerahan dan keselamatan kulit yang tepat ( yang perawatan kulit yang
kontrol resiko mengalami mengalami luka/edema
1. Memantau secara luka/edema)
mandiri faktor rasiko
2. Tidak ada tanda-
tanda infeksi

4. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

Tanggal Jam Implemantasi Evaluasi

27/12/2021 10.00 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, S :


durasi, frekuensi, kualitas, intensitas Keluarga pasien mengatakan pasien
nyeri masih nyeri pada daerah abdomen, nyeri

44
Hasil : Nyeri dirasakan pada daerah yang dirasakan terus menerus, dan
abdomen, nyeri yang dirasakan terus seperti tertusuk-tusuk, nyeri memberat
menerus, dan seperti tertusuk-tusuk, pada saat bergerak.
10.15 nyeri memberat pada saat bergerak.
2. Identifikasi skala nyeri O:
10.20 Hasil : Skala nyeri 4 - Pasien nampak sedikit tenang
3. Identifikasi respons nyeri non verbal - Skala nyeri 3 NRS
10.25 Hasil : Klien Nampak Meringis - Sesekali nampak ekspresi meringis
4. Identifikasi factor yang memperberat
dan memperingan nyeri A : Masalah Nyeri belum teratasi
Hasil : Nyeri memberat pada saat
07.00- pasien bergerak P : Lanjutkan intervensi
14.00 5. Berikan teknik nonfarmakologis untuk 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
mengurangi rasa nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Hasil : Pasien diajarkan teknik 2. Identifikasi skala nyeri
relaksasi napas dalam 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
4. Identifikasi factor yang memperberat
dan memperingan nyeri
5. Berikan teknik nonfarmakologis untuk

45
mengurangi rasa nyeri

27/12/2021 12.00 1. Balikkan pasien yang tidak dapat S:


mobilisasi paling tidak setiap 2 jam, Keluarga pasien mengatakan pasien tidak
sesuai dengan jadwal yang spesifik dapat berpindah tempat
Hasil : Perawat melakukan O:
pengubahan posisi pada pasien tiap - Pasien tampak hanya berbaring di
12.00 2 jam tempat tidur
2. Memonitor kondisi kulit - Aktivitas pasien nampak dibantu
Hasil : Tidak ada kemerahan perawat dan keluarga
12.00 ataupun oedem pada kulit pasien
3. Memonitor komplikasi dari tirah A : Masalah belum teratasi
baring
Hasil : Tidak ada tanda-tanda P : Lanjutkan intrvensi
komplikasi pada Perawatan tirah baring
27/12/2021 13.00 1. Monitor adanya tanda dan gejala S:
infeksi sistemik adan local -
Hasil : Tidak ada adanya tanda- O :
tanda infeksi namun luka Nampak - Tidak ada tanda-tanda terjadinya

46
13.05 basah infeksi
2. Monitor kerentanan terhadap infeksi - Luka nampak sering kali basah jika
Hasil : Luka Nampak basah dapat sudah diganti perban
memungkinkan terjadinya infeksi
A : Resiko infeksi belum terjadi
13.10 pada luka jika tidak di berikan
penaganan yang tepat P : Lanjutkan intervensi

3. Berikan perawatan kulit yang tepat ( 1. Monitor adanya tanda dan gejala
yang mengalami luka/edema) infeksi sistemik adan lokal
Hasil : diberikan perawatan luka 2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
3. Berikan perawatan kulit yang tepat (
yang mengalami luka/edema)

47
BAB III

PEMBAHASAN KASUS KELOLAAN

Ada beberapa kesenjangan antara teori dan kasus yang ditemukan

penulis dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. R menggunakan

pengkajian B6 untuk memberikan penanganan meliputi pengkajian Breathing,

Blood, Brain, Bladder, Bowel, Bone, dimana gangguan-gangguan yang ada

pada pengakajian B6 akan ditangani segera apabila belum teratasi maka

akan dilakukan pengkajian Head to Toe, pendekatan proses asuhan

keperawatan yang meliputi pengkajian, perencanaan, implementasi dan

evaluasi. Berikut ini akan membahas tentang perbedaan yang terjadi antara

teori dan kasus yang didapat dari asuhan keperawatan teori dan kasus yang

didapat dari asuhan pada pasien Ny. R.

A. Pengkajian 6B

Pada pasien kritis pengkajian meliputi:

1. B1 Breathing

Secara teori:

a. Adanya sumbatan jalan napas karena penumpukan cairan dan

sputum akibat kehilangan reflek batuk.

b. Adanya tanda tanda lidah jatuh ke belakang.

c. Adanya suara napas tambahan dengan cara melakukan

auskultasi suara napas

48
Analisis: Tidak ada kesenjangan antara teori dan fakta. Pada kasus

Ny. R tidak terdapat suara nafas tambahan. Artinya pada kasus

tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi kesenjangan antara teori

dan kasus walaupun tidak ada suara napas tambahan. Pada kasus

Ny. R ditemukan dari hasil pemeriksaan tanda-tanda vital terkait

pernapasan yaitu 20x/menit yang berarti dalam batas normal.

2. B2 (Blood/Sirkulasi)

Kaji adanya tanda-tanda peningkatan TIK yaitu peningkatan tekanan

darah diserta peningkatan jumlah nadi.

Analisis: hasil analisis penulis tidak menemukan kesenjangan antara

teori dengan kasus karen tidak ditemukan adanya gejala peningkatan

tekanan tekanan darah serta peningkatan nadi

3. B3 (Brain/Persarafan)

a. Kaji adanya keluhan nyeri kepala hebat, periksa adanya pupil

unilateral, observasi tingkat kesadaran.

b. Kaji status mental, tingkah laku, gaya bicara, ekspresi wajah dan

aktivitas motorik

c. Kaji fungsi intelektual, observasi adanya penurunan dalam

ingatan dan memori baik jangka pendek maupun jangka panjang

serta penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi.

d. Kaji kemampuan bahasa, kaji adanya disfasia baik secara

reseptif maupun ekspresif, disartria dan apraksia.

49
e. Kaji lobus frontal, kaji adanya kerusakan fungsi kognitif dan efek

psikologis seperti kesulitan dalam pemahanan, mudah lupa,

kurang motivasi, frustasi dan depresi.

Analisis: Dari hasi analisis penulis tidak menemukan adanya

kesenjangan antara teori dengan kasus yang terjadi. Saat dlakukan

pengkajian pasien tidak mengalami perubahan apapun terkait dengan

persarafan

4. B4 (Bledder/Perkemihan)

Kaji adanya tanda-tanda inkontinesia urin akibat ketidakmampuan

untuk mengendalikan kandung kemih karena adanya kerusakan

kontrol motorik dan postural

Analisis: Tidak adanya kesenjangan antara teori dan fakta. Pasien

mampu berkemih dengan sendirinya walaupun saat dikaji nampak

terpasang kateter urine.

5. B5 (Bowel)

Kaji adanya kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual, muntah

dan konstipasi.

Analisis: Dari hasil analisis tidak ditemukan adanya kesenjangan

antara teori dan fakta. Saat dilakukan pengkajian pada pasien dan

keluarga mengatakan sulit untuk menelan, terdapat penurunan nafsu

makan, terdapat mual hingga muntah saat mengonsumsi makanan

serta merasakan nyeri pada abdomen. Pasien tidak pernah BAB

50
selama dirawat disebabkan karena penyakitnya. Saat ini pasien

hanya terpasang selang NGT untuk mengeluarkan sisa-sisa

makanan yang terdapat dalam lambung serta diberikan stop intake

oral.

6. B6 (Bone/Tulang dan integumen).

Kaji adanya kelumpuhan atau kelemahan, kaji adanya dekubitus dan

warna serta turgor kulit.

Analisis: Tidak ada kelumpuhan atau kelemahan terhadap

ekstremitas serta turgor kulit nampak membaik

B. Diagnosa Keperawatan

Menurut teori diagnosa keperawatan yang lazim digunakan pada

pasien dengan kasus seperti diatas sebagai berikut :

a. Risiko hipovolemik berhubungan dengan gangguan absorpsi cairan

Adapun diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus nyata

pada pasien Ny. R ada tiga yaitu :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur

operasi post op laparatomi)

b. Hambatan mobilitas fisik b/d Nyeri ( post op laparatomi)

c. Resiko infeksi (prosedur infasive post op laparatomi)

51
Analisis: Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus yang terjadi

karena penulis tidak mengangkat diagnosa ini karena tidak ada data

yang ditemukan selama pengkajian dilakukan.

C. Intervensi Keperawatan

Perencanaan dalam proses keperawatan dimulai setelah tahap

pengumpulan data, pengkajian, dan menentukan diagnosa yang sesuai

dengan tanda dan gejala yang muncul. Perencanaan atau intervensi

merupakan kumpulan rencana-rencana keperawatan yang akan

diberikan kepada pasien. Perencanaan disusun berdasarkan prioritas

masalah yang disesuaikan dengan manifestasi klinis. Setelah masalah

ditetapkan, maka ditentukan tujuan keperawatan. Tujuan bisa

ditetapkan dalam jangka panjang maupun pendek, harus jelas, dapat

diukur, dan realitas. Setelah itu mendapat kriteria hasil yang menjadi

acuan intervensi berhasil atau tidak. Waktu perencanaan yang dibuat

harus disesuaikan dengan pencapaian kriteria hasil misalnya 1x6 jam.

Setelah rencana dibuat, selanjutnya dilakukan implementasi

keperawatan, yang mengacu pada rencana tindakan yang telah dibuat.

Perencanaan yang dibuat sesuai dengan Nanda,NOC, NIC sehingga

kesenjangan perencanaan antara kasus dan teori disesuaikan dengan

keluhan yang dirasakan pasien

52
D. Implementasi Keperawatan

Implementasi yang dilakukan berdasarkan perencanaan

sebelumnya, semua yang telah direncanakan harus dilakukan

diimplmentasi. Setelah dilakukan tindakan tersebut penulis melihat

respon pasien baik dari data subyektif maupun data objektif. Tindakan

semua telah dilakukan dan melihat respon atau kondisi pasien secara

umum atau biasa disebut evaluasi. Apabila masalah hanya teratasi

sebagian, intervensi bisa dilanjutkan atau dimodifikasi. Apabila

masalah sudah teratasi, intervensi dipertahankan atau dihentikan.

Implementasi hambatan mobilitas fisik yaitu, Monitor kondisi

kulit pasien, Monitor komplikasi dari tirah baring (misalnya, kehilangan

tonus otot, nyeri punggung, konstipasi, peningkatan stress, depresi,

kebingungan, perubahan siklus tidur, infeksi saluran kemih, kesulitan

untuk berkemih, pneumonia), Posisikan sesuai body alignment yang

tepat, Jaga kain linen tetap bersih, kering dan bebas kerutan,

Tinggikan teralis tempat tidur, dengan cara yang tepat, Berikan latihan

gerak aktif atau pasif, Bantu menjaga kebersihan , Aplikasikan aktivitas

sehari-hari.

E. Evaluasi Keperawatan

Menurut teori evaluasi adalah tujuan asuhan keperawatan yang

menentukan apakah tujuan ini telah terlaksana, setelah menerapkan

suatu rencana tindakan untuk meningkatkan kualitas keperawatan,

53
perawat harus mengevaluasi keberhasilan rencana penilaian atau

evaluasi diperoleh dari ungkapan secara subjektif oleh klien dan

objektif didapatkan langsung dari hasil pengamatan.

Evaluasi yang dilakukan pada Ny. R semua diagnosa belum

teratasi. Hal ini dibuktikan dengan hasil evaluasi pada tanggal 27

Desember 2021, dimana hasil evaluasi dari ketiga diagnosa yang

ditegakkan yaitu :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

b. Hambatan mobilitas fisik b/d Nyeri ( post op laparatomi)

c. Resiko infeksi

54
BAB IV

PENUTUP

B. Kesimpulan

Setelah penulis menguraikan pembahasan kasus Ny. R dengan

diagnosa Ileus Obstruktif dengan laparatomi di ruangan Intensive Care

Unit RS. Ibnu Sina YW-UMI Makassar, Maka :

1. Pengkajian

Pada pengkajian kasus didapatkan pasien mengalami nyeri pada

perut dengan skala 4, nyeri dirasakan saat bergerak dengan durasi

menetap. Sesuai hasil pengkajian ditemukan beberapa masalah yang

terjadi pada pasien antara lain :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

b. Hambatan mobilitas fisik b/d Nyeri ( post op laparatomi)

c. Resiko infeksi

2. Intervensi yang diberikan pada Ny. R dengan diagnosa Ileus

Obstruktif adalah mengatasi nyeri yang timbul dengan pemberian

intervensi manajemen nyeri dan risiko kekurangan volume cairan

dengan memonitor jumlah cairan

3. Implementasi diberikan kepada pasien sesuai dengan perencanaan

yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan kebutuhan pasien.

55
4. Evaluasi dari tindakan yang telah diberikan meliputi menilai

karakteristik nyeri, durasi dan intesitas nyeri. Menilai apakah ada

tanda-tanda syok atau kecukupan cairan setelah tindakan diberikan

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran

sebagai berikut :

1. Untuk Rumah Sakit

Diharapkan kepada pihak rumah sakit agar dapat mempertahankan

hasil waktu tanggap yang cepat dan tepat, serta lebih meningkatkan

lagi pelayanan khususnya di bidang keperawatan kritis di ruang

Intensive Care Unit

2. Untuk perawat

Diharapkan kepada perawat agar lebih meningkatkan ilmu

pengetahuan dan meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan

asuhan keperawatan khusunya dengan kasus Ileus Obstruktif dan

menjadikan Karya Ilmiah Akhir ini sebagai bahan evaluasi untuk lebih

meningkatkan potensi diri sehingga tercapai pelayanan optimal kepada

pasien.

3. Untuk institusi pendidikan

Diharapkan kepada institusi pendidikan agar lebih meningkatkan ilmu

pengetahuan yang bersumber pada textbook, penelitian - penelitian

56
terbaru (jurnal) mengenai asuhan keperawatan dengan diagnose Ileus

Obstruktif dengan tindakan Laparatomi dengan harapan dapat

memberikan asuhan keperawatan secara tepat yang sesuai kebutuhan

dan karakteristik pasien, agar lebih mudah menganalisa kasus.

57
DAFTAR PUSTAKA

Arief, M., Made Wirka, I., & Setyawati, T. (2020). Ileus Obstruktif: Case
Report. Jurnal Medical Profession (MedPro), 2(1), 41–44.

Behman R, S. V. (2018).

Iqbal Fahlevi, Z., Musta’in, M., & Kholid, A. (2020). Pengelolaan Nyeri Akut
Pada Tn.S Dengan Post Laparatomi Indikasi Ileus Obstruktif Di Ruang
Cempaka Rsud Ungaran. Jurnal Keperawatan.
http://repository2.unw.ac.id/id/eprint/1183

Kerusakan, P., Kulit, I., Tn, P., Laparatomi, P., Indikasi, A., Obstruktif, I., &
Ruang, D. I. (2019). BOUGENVILE RSUD UNGARAN Oleh : IKA
KHIRFIYAH.

Keenan JE, T. R. (2016). Trials Of Nonoperative management exceeding 3


days are associated with in creased morbidity in patiens undergoing
surgery for uncomplicated adhesive small bowel obstruction. trauma
Acute Care Surg, 1367-1372.

Kumar, V., Abbas , A., & Aster , J. (2016). Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi
9. Singapore: Singapore: Arrangement with Elsevier..

Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Ausculapius.

Novita, S. D. (2016). Gambaran Ileus Obstruktif Pada Anak Di RSUD Arifin


Achmad Provinsi Riau. Journal Of Medicine, 53.

Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda


NIC-NOC jilid 2. Yogyakarta
.
Obaid, K. J. (2016). Intensinal Obstruction : Etiology, Correlation Between Pre
Operative and Operative Diagnosis. International Juernal Of Public
Health Research Special Issue, 41-49.

Sitepu, S. desi E. U., Sitepu, A. L., Simarmata, P. C., Anggrareni, R. F., &
Sipayung, S. T. (2021). Pengaruh Pemberian Mobilisasi Dini Terhadap
Pemulihan Peristaltik Usus Pada Pasien Post Operasi Laparatomi Di
Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam. Jurnal Keperawatan Dan
Fisioterapi (Jkf), 4(1), 57–63. https://doi.org/10.35451/jkf.v4i1.827
Serin A, S. B. (2017). Karakteristik Penderita Ileus Obstruksi Yang Rawat
Inap Di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam. Jurnal Kedokteran
Methodist, 10.
Sjamsuhidajat, R., & De Jong Wim. (2014). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:
EGC.

Smeltzer, S. C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: Edisi


8 vol. 2.

Smith DA, N. S. (2018). Bowel Obstruction.

Tuti, H. D. (2018). Pengetahuan Mobilisasi Pada Pasien Pasca Operasi.


Jurnal Kesehatan Aeromedika, 84.

Vilz TO, S. B. (2017). Deutsches Arzteblatt International. Ileus In Adult, 29-30.

Wahyudi, A. S. (2020). Angka Kejadian Ileus Obstruktif Pada Pemeriksaan


BNO 3. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada , 145-151.

Warsinggih. (2018). Sistem trauma abdomen masalah dan penanganannya.


Makassar: Masagena Press. Hal 70-72.

Zwari. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Obstruksi Usus.


RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : MIFTHA KHARISMA


Tempat Tanggal Lahir : Makassar, 06 Agustus 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam

Status Pernikahan : Belum Menikah

Alamat : Jl. Toddopuli x baru no. 23

No.Hp 081245562180
Alamat E-Mail : mithaamelya10@gmail.com
Pendidikan Formal :

Tingkat Tahun Tahun


Nama
Pendidikan Mulai Selesai
SD SDN 168 Kessing 2004 2010
SMP SMP Negeri 40 Makassar 2010 2013
SMA SMK Pratidina Makassar 2013 2016
S1 STIKES Panakkukang 2016 2020
Makassar

Makassar, April 2022

Miftha Kharisma, S.Kep

Anda mungkin juga menyukai