Anda di halaman 1dari 114

LAPORAN ANALISIS PRAKTEK RESIDENSI MANAJEMEN

KEPERAWATAN

ANALISIS PRAKTIK RESIDENSI MANAJEMEN


KEPERAWATAN DI RSUD HAJI MAKASSAR
PROVINSI SULAWESI SELATAN

OLEH:

FIRMANSYAH
NIM : P4200216031

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDIN
MAKASAR
2017

1
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan analisis Praktek Residensi Manajemen Keperawatan

Di RSUD Haji Makassar

ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Supervisor Institusi dan
Co-Supervisor

Makasar, Desember 2017

Supervisor

Dr.Elly, S L.Sjattar, S.K.,M.Kes

Co-Supervisor

Silvia Malasari,S.Kep, Ns.,MN

2
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan analisis Praktek Residensi Manajemen Keperawatan

di RSUD Haji Makassar

ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Supervisor Institusi,


Co-Supervisor, Supervisor Lahan

Makasar, Desember 2017

Supervisor

Dr.Elly L.Sjattar, S.Kp.,M.Kes

Co-Supervisor

Slivia Malasari S.Kep, Ns.,MN

Supervisor Lahan

Adam, S.Kep.Ns.,M.Kep

3
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan

Rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan kegiatan residensi keperawatan dan

laporan kegiatan residensi Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas

Hasanudin di RSUD Haji Makassar.

Penulisan laporan analisis ini merupakan tugas akhir kegiatan residensi yang

telah dilaksanakan sejak tanggal 03 Oktober 2017 s.d 06 Januari 2018. Kegiatan

residensi ini dapat berjalan baik atas arahan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk

itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Dr.Ariyanti Saleh,S.Kp.,M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Hasanudin.

2. Dr. Elly L. Sjattar, S.Kp, M.Kes, selaku ketua Program Studi Magister Ilmu

Keperawatan FK Unhas

3. Dr. Elly L. Sjattar, S.Kp, M.Kes, sebagai supervisor yang telah memberikan

arahan dan bimbingan selama praktik residensi dari awal sampai akhir, sehingga

residensi dapat berjalan baik.

4. Silvia Malasari, S.Kep.,Ns.,MN, sebagai co-supervisor dalam kegiatan residensi

manajemen keperawatan yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan

bimbingan, arahan, koreksi dan saran sehingga kegiatan residensi dan laporan ini

dapat terselesaikan tepat waktu.

4
5. Dr.Abdul Haris Nawawi,M.Kes, yang merupakan direktur RSUD Haji Makassar

yang menerima dengan tangan terbuka dan mendukung penuh kegiatan residensi

di RSUD Haji Makassar

6. Sangnging Sado, S.Kep.Ns, M,Kes selaku kepala bidang keperawatan RSUD

Haji Makassar, yang telah memberikan masukan dan data terkait manajemen

pelayanan keperawatan di rumah sakit.

7. Adam, S.Kep.Ns.,M.Kep, selaku supervisor lahan yang begitu banyak membantu

program kegiatan reidensi ini, memberikan arahan terkait masalah manajemen

keperawatan di rumah sakit Haji dan mendukung penuh semua program kegiatan

yang dilaksanakan. Demikian halnya jajaran manajamen, rekan-rekan perawat

yang berpartisipasi dalam program residensi demi meningkatkan mutu

manajemen pelayanan keperawatan di RSUD Haji Makassar.

8. Keluarga dan semua teman-teman, khususnya kelas manajemen PSMIK angkatan

VII, yang selalu berbagi informasi, saling memotivasi dan mendukung demi

terselesaikannya kegiatan ini tepat waktu.

Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan dan keterbatasan dalam

penulisan laporan ini. Oleh karena itu penulis masih mengharapkan kritik dan saran

untuk perbaikannya.

Akhirnya, penulis mengharapkan semoga laporan ini dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak, khususnya dalam bidang keperawatan, dan bagi

masyarakat luas pada umumnya. Kepada pembaca yang meluangkan waktunya untuk

membaca laporan ini, temukan hikmah dan manfaat moga laporan ini membawa

5
kabaikan bagi kita semua, dan semoga amal baik semua pihak yang telah membantu

penulis mendapat berkat yang berlimpah dari Allah SWT.

Makassar, Desember 2017

Penulis

6
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii

HALAMAN KEASLIAN ......................................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................................ v

KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xi

DAFTAR SKEMA .................................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Tujuan ...................................................................................................... 4

C. Manfaat .................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 7

A. Manajemen Keperawatan......................................................................... 7

B. Kepemimpinan Dalam Keperawatan .................................................13

C. Struktur Organisasi..............................................................................21

D. Komite Keperawatan ..........................................................................25

7
E. Konsep Kepala Ruangan......................................................................26

F. Etis dan Moral Pemimpin dalam keperawata.......................................32

BAB III PERENCANAAN....................................................................................... 40

A. Waktu Pelaksanaan ............................................................................... 40

A.........................................................................................................

Pembimbing Residensi .................................................................................. 40

B......................................................................................................... Profil

Rumah Sakit .................................................................................................. 40

C......................................................................................................... Struktur

Organisasi ...................................................................................................... 49

D......................................................................................................... Hasil

Pengkajian ..................................................................................................... 50

BAB IV IMPLEMENTASI ...................................................................................... 84

BAB V EVALUASI ................................................................................................. 91

A. Evaluasi Kegiatan Workshop caring and character building ............... 91

B. Evaluasi Kegiatan Pendampingan caring and charcter building........... 93

BAB VI PEMBAHASAN ........................................................................................ 95

BAB VII PENUTUP ................................................................................................ 102

A. Kesimpulan ............................................................................................ 102

B. Saran ....................................................................................................... 103

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

8
BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan proses pelayanan kesehatan individu secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. rumah sakit di

Indonesia terus mengalami perkembangan baik jumlah, jenis maupun kelas rumah

sakit sesuai dengan kondisi atau masalah kesehatan masyarakat, letak geografis,

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peraturan serta kebijakan yang

ditetapkan. Rumah sakit memiliki peranan penting dalam mempercepat peningkatan

derajat kesehatan masyarakat secara berkesinambungan. [ CITATION Azw10 \l 1033 ]

Dalam perkembangan rumah sakit seringkali kehilangan citranya sebagai

tempat yang tidak aman dan nyaman sehingga berpengaruh pada peningkatan mutu

serta tidak optimalnya dalam pencapaian efisiensi rumah sakit sehingga dalam rangka

perbaikan mutu dibutuhkan peningkatan kualitas dari segi manajemen sebuah rumah

sakit melalui berbagai pendekatan dan melihat dari fungsi fungsi manajemen.

[ CITATION Ayu15 \l 1033 ]

9
UU No.44 Tahun 2009 Pasal 24 menyatakan bahwa dalam penyelenggaraan

pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan

rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan

rumah sakit. Klasifikasi rumah sakit umum terdiri atas rumah sakit umum kelas A,

rumah sakit umum kelas B, rumah sakit umum kelas C, rumah sakit umum kelas D.

Klasifikasi rumah sakit khusus terdiri atas rumah sakit umum kelas A, rumah sakit

umum kelas B, rumah sakit umum kelas C.

Manajemen pelayanan keperawatan merupakan bagian yang fundamental dan

terpenting dari keseluruhan manajemen pelayanan keperawatan yang ada dirumah

sakit yang menjadi barometer peningkatan kinerja pelayanan kesehatan. Keperawatan

yang merupakan gerbang utama pemberi layanan keperawatan di rumah sakit wajib

memberikan pelayanan yang prima,efisien,dan professional kepada masyarakat.

Sebagai salah satu tenaga kesehatan yang memiliki peranan terpenting di rumah sakit,

perawat selalu dituntut untuk mampu mengembangkan ilmu pengetahuan sesuai

dengan tuntutan masyarakat yang menjadi fokus utama pelayanan keperawatan yang

bersifat profesionalisme. [ CITATION Hub14 \l 1033 ]

Berdasarkan hal tersebut, maka program studi magister ilmu keperawatan

Universitas Hasanuddin peminatan kepemimpinan dan manajemen keperawatan

menyelenggrakan program residensi yang bertujuan untuk mengaplikasikan

pengalaman dalam kaitannya dengan ilmu manajemen keperawatan dalam rangka

peningkatan pemahaman terkait konsep manajemen dan kepemimpinan pada tatanan

10
pelayanan keperawatan di rumah sakit. Hal ini dilakukan melalui pengindentifikasian

masalah pelayanan keperawatan melalui pendekatan Problem Solving For Better

Nursing Service (PSBNS) atau Fish Bone Analisys dan diharapkan mampu berperan

sebagai Change Agent dengan menerapkan suatu teori keperawatan

Program residensi dilaksanakan di RSUD Haji dengan beberapa

pertimbangan diantaranya RSUD Haji Makassar telah memiliki surat izin

pelayanan Rumah Sakit yang tertuang dalam surat keputusan Nomor:

07375/Yankes-2/V/2010 ttg penyelenggaraan pelayanan RSUD Haji makassar

berlaku 5 tahun (27 mei 2010 s/d 27 mei 2015) dan Pada Tgl 27 Agustus 2010

telah terbit SK penetapan Menteri Kesehatan RI ttg Status klas B dengan No:

1226/Menkes/SK/VIII/2010 ttg peningkatan pelayanan RSUD Haji makassar ke

klas B non pendidikan.

RSUD Haji Makassar berada dibawah naungan SKPD Daerah provinsi

Sul-Sel yang tertuang dalam SK gubernur Sul-Sel No: 6 thn 2011 tentang

perubahan kedua atas peraturan daerah No 9 thn 2008 tentang organisasi dan tata

kerja inspektorat badan perencanaan pembangunan daerah, lembaga teknis

daerah, dan lembaga lain Provinsi Sul-Sel, (BAB XV A pasal 127 c susunan

organisasi Rumah Sakit umum daerah haji ). Perkembangan dibidang pelayanan

mutu telah lulus akreditasi kedua (12 pelayanan) dengan nomor: Kars

sert/31/VII/2011 dengan lulus tingkat Lanjutan. RSUD Haji telah menerima

sertifikat ISO No ID.10/1526 dari lembaga Administrasi sistem mutu

LLSSM.012-IDM dari ISO 9001:2008 tertanggal 22 maret 2010. Telah

11
menerima sertifikat SMM terintegrasi ISO 9001:2008, ISO 14001:2004 dan

OHSAS 18001:2007 , tertanggal 5 Maret 2013- 5 Maret 2014 dan tahun 2013

telah menerapkan Badan layanan Umum (BLU).

Berdasarkan hasil observasi dan studi awal melalui pengkajian dan

laporan residensi mahasiswa yang telah melaksanakan praktek residensi di

RSUD Haji didapatkan bahwa pelaksanaan MPKP sudah berjalan,SOP dan SAK

serta asuhan keperawatan telah dilaksanakan,program pendidikan dan pelatihan

telah dilaksanakan,pendokumentasian rencana harian dan bulanan, distribusi

tenaga keperawatan sesuai dengan kebutuhan telah terlaksana namun

pelaksanaannya belum optimal hal ini dikarenakan adanya kendala dari perawat

dirumah sakit yaitu komitmen yang masih kurang dalam menjalangkan fungsi

dan tanggung jawabnya sebagai seorang perawat serta komunikasi antar perawat

dan pasien yang masih kurang santun dalam pelayanan.

Dari analisis referensi dan pengkajian awal di RSUD Haji Makassar

maka perlunya peningkatan pengelolaan manaejemen ruangan dan manajemen

keperawatan secara konperehensif. Hal ini yang menjadi alasan utama sehingga

diperlukan analisis lebih dalam ditingkat manajerial bidang keperawatan dan

tingkat ruangan sehingga akan mempengaruhi mutu dan kualitas layanan

keperawatan kepada pasien.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

12
Setelah menyelesaikan kegiatan residensi, mahasiswa mampu menerapkan

konsep dan prinsip kepemimpinan dan manajemen keperawatan pada unit

pelayanan kesehatan di rumah sakit dalam upaya meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan rumah sakit khususnya manajemen pelayanan

keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan yang terkait

dengan kepemimpinan dan manajemen keperawatan berdasarkan analisis

situasi nyata di RSUD Haji Makassar .

b. Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah manajemen

keperawatanbersama pihak di RSUD Haji Makassar

c. Menyusun tujuan dan rencana alternatif pemenuhan kebutuhan dan

penyelesaian masalah yang telah ditetapkan.

d. Mengusulkan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah

yang bersifat teknis operasional bagi RSUD Haji Makassar

e. Melaksanakan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah

yang disepakati bersama unit terkait di RSUD Haji Makassar

f. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada aspek masukan, proses, hasil

dan dampak pada manajemen keperawatan.

g. Merencanakan tindak lanjut dari hasil yang dicapai berupa upaya

mempertahankan dan memperbaiki hasil melalui kerja sama dengan unit

terkait di RSUD Haji Makassar.

13
A. Manfaat

1. Bagi Program Studi Magister Ilmu Keperawatan peminatan

Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin, manfaat residensi adalah peningkatan kualitas

proses belajar mengajar yang melibatkan mahasiswa secara aktif dalam

kegiatan administrasi dan manajemen secara nyata di rumah sakit.

2. Bagi RSUD Haji Makassar, diharapkan dapat membantu rumah sakit atau

Instansi pelayanan kesehatanuntuk menyelesaikan masalah yang bersifat

teknis operasional, sehingga diharapkan dapat membantu rumah sakit

untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan diantaranya mutu

pelayanan keperawatan.

3. Bagi Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Keperawatan, kegiatan

residensi dapat memperluas wawasan dan menambah pengalaman dalam

mengaplikasikan kepemimpinan dan manajemen keperawatan secara

nyata di rumah sakit.

14
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Manajemen Keperawatan

1. Defenisi Manajemen Keperawatan

Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk kordinasi dan

integrasi dengan sumber – sumber keperawatan dengan mengaplikasikan

proses manajemen dalam rangka mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan

keperawatan dalam pelayanan keperawatan yang berkualitas. (Huber,2000).

Kelly dan Heidental (2004) mengemukakan bahwa manajemen

keperawatan didefinisikan sebagai suatu proses dari perencanaan,

pengorganisasian,kepemimpinan serta pengawasan dalam mencapai tujuan.

Proses tercapainya manajemen dibagi menjadi beberapa tahap diantaranya

perencanaan, pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan serta

pengendalian. (Marquis dan Houston,2010)

Manajemen keperawatan juga didefinisikan sebagai suatu kelompok

dari perawat manajer yang berfungsi mengatur organisasi dan usaha

keperawatan yang bertujuan untuk menjadikan sebuah proses yang unggul

dimana perawat manajer menjalankan peran dan tanggung jawabnya.

(Swanburg,2000)

15
Manajemen keperawatan merupakan konsep yang bersifat

memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana dalam mengelola kegiatan

keperawatan. Lingkup manajemen keperawatan terdiri dari manajemen

pelayanan keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan. Manajemen

pelayanan keperawatan merupakan pelayanan di rumah sakit yang dikelola

oleh bidang keperawatan melalui tingkatan manajerial baik tingkat tinggi,

menengah dan bawah. Keberhasilan pelayanan keperawatan sangat

bergantung pada manajer keperawatan dalam menjalankan peran dan

fungsinya. (Suyanto,2009)

Manajemen keperawatan merupakan rangkaian kerja dari setiap

perawat untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas kepada

pasien. Tugas manajer keperawatan dalam mengelola bidang keperawatan

adalah merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi bagian

keuangan, peralatan serta Sumber daya manusia yang efektif dan produktif

untuk memberikan pengobatan yang efektif dan ekonomis kepada pasien.

(Gillies,2000)

2. Prinsip – prinsip Manajemen Keperawatan

Dalam melaksanakan proses manajemen keperawatan maka seorang

manajer keperawatan harus memiliki dasar atau prinsip. Swanburg (2000)

mengemukakan bahwa prinsip – prinsip manajemen keperawatan dapat

dikelompokkan diantaranya

a) Manajemen keperawatan merupakan suatu perencanaan

16
b) Manajemen keperawatan merupakan penggunaan waktu yang efektif

dan efisien

c) Manajemen keperawatan meliputi pembuatan keputusan

d) Pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan

tanggung jawab manajer keperawatan

e) Manajemen keperawatan merupakan proses menerjemahkan masalah

dalam mencapai tujuan sosial

f) Manajemen keperawatan menyangkut tentang proses

pengorganisasian

g) Manajemen keperawatan merupakan komponen suatu fungsi, posisi

atau tingkat sosial serta disiplin ilmu

h) Manajemen keperawatan merupakan bagian yang aktif dari divisi

keperawatan, dari lembaga serta lembaga dimana organisasi itu

berfungsi

i) Memiliki budaya organisasi yang mencerminkan nilai nilai

kepercayaan

j) Manajemen keperawatan bersifat mengarahkan dan memimpin

k) Manajemen keperawatan harus mampu memotivasi

l) Manajemen keperawatan terbentuk dari komunikasi yang efektif

m) Manajemen keperawatan diakhiri dengan pengendalian dan

pengevaluasian.

17
3. Fungsi fungsi manajemen

Manajemen keperawatan membutuhkan peran dari orang yang terlibat

didalam proses tersebut, untuk bisa menjalankan dengan baik maka

diperlukan fungsi – fungsi yang jelas mengenai manajemen. Berikut

penjelasan lima fungsi manajemen Fayol dikutip dalam Dalimunthe.R.F

(2003) yaitu:

a. Perencanaan (planning) berupa penentuan langkah-langkah yang

memungkinkan organisasi mencapai tujuan-tujuannya.

b. Pengorganisasian dan (organizing), dalam arti mobilisasi bahan materiil

dan sumber daya manusia guna melaksanakan rencana.

c. Memerintah (Commanding) dengan memberi arahan kepada bawahan agar

dapat menunaikan tugas pekerjaan mereka

d. Pengkoordinasian (Coordinating) dengan memastikan sumber-sumber

daya dan kegiatan organisasi berlangsung secara harmonis dalam

mencapai tujuannya.

e. Pengendalian (Controlling) dengan memantau rencana untuk

membuktikan apakah rencana itu sudah dilaskanakan sebagaimana

mestinya.

Selain hal-hal pokok diatas, masih ada beberapa ajaran Fayol lainnya yaitu :

18
a. Keterampilan yang dibutuhkan oleh manajer tergantung kepada tempat

pada tingkatan organisasi, yang rendah lebih membutuhkan

keterampilan dan kemampuan teknis dibandingkan dengan keterampilan

manajerial pada manajer tingkat atas.

b. Kemampuan dan ketrampilan manajemen harus diajarkan dan

dipelajari,

c. Kernampuan dan keterampilan manajemen dapat diterapkan pada

segala bentuk dan jenis organisasi.

d. Prinsip-prinsip manajemen lebih baik daripada hukum manajemen,

karena hokum bersifat kaku, sedang prinsip bersifat lebih luwes,

sehingga dapat disesuaikan pada keadaan yang dihadapi.

e. Ada 14 macam prinsip manajemen dari Fayol, yaitu :

1. Pembagian kerja (Division of labor), yaitu sernakin mengkhusus

manusia dalam pekerjaannya, semakin efisien kerjanya

2. Otoritas dan tanggung jawab (Authority and Responsibility)

diperoleh melalui perintah dan untuk dapat memberi perintah

haruslah dengan wewenang formil. Walaupun demikian wewenang

pribadi dapat mernaksa kepatuhan orang lain.

3. Disiplin (discipline), dalam arti kepatuhan anggota organisasi

terhadap aturan dan kesempatan. Kepemimpinan yang baik berperan

penting bagi kepatuhan ini dan juga kesepakatan yang ad ii, seperti

19
penghargaan terhadap prestasi serta penerapan sangsi hukum secara

adil terhadap yang menyimpang.

4. Kesatuan komando (Unity of commad), yang berarti setiap karyawan

hanya menerima perintah kerja dari satu orang dan apabila perintah

itu datangnya dari dua orang atasan atau lebih akan timbul

pertentangan perintah dan kerancuan wewenang yang harus dipatuhi.

5. Kesatuan pengarahan (unity of Direction), dalam arti sekelompok

kegiatan yang mempunyai tujuan yang sarna yang harus dipimpin

oleh seorang manajer dengan satu rencana kerja.

6. Menomorduakan kepentingan perorangan terhadap terhadap

kepentingan umum (Subordination of Individual interest to general

interes), yaitu kepentingan perorangan dikalahkan terhadap

kepentingan organisasi sebagai satu keseluruhan.

7. Renumerasi Personil (Renumeration of personnel), dalam arti

imbalan yang adil bagi karyawan dan pengusaha.

8. Sentralsiasi (Centralisation), dalam arti bahwa tanggung jawab akhir

terletak pada atasan dengan tetap memberi wewenang memutuskan

kepada bawahan sesuai kebutuhan, sehingga kemungkinan adanya

desentralisasi.

9. Rantai Skalar (Scalar Chain), dalam arti adanya garis kewenangan

yang tersusun dari tingkat atas sampai ke tingkat terendah seperti

tergambar pada bagan organisasi.

20
10. Tata-tertib (Order), dalam arti terbitnya penempatan barang

dan orang pada tempat dan waktu yang tepat.

11. Keadilan (Equity), yaitu adanya sikap persaudaraan keadilan para

manajer terhadap bawahannya.

12. Stabilitas masa jabatan (Stability of Penure of Personal) dalam

arti tidak banyak pergantian karyawan yang ke luar masuk

organisasi.

13. Inisiatif (Initiative), dengan memberi kebebasan kepada bawahan

untuk berprakarsa dalam menyelesaikan pekerjaannya walaupun

akan terjadi kesalahan-kesalahan.

14. Semangat Korps (Esprit de Corps), dalam arti meningkatkan

semangat berkelompok dan bersatu dengan lebih banyak

menggunakan komunikasi langsung daripada komunikasi formal

dan tertulis.

B. Kepemimpinan dalam keperawatan

Hakikat dari kepemimpinan merupakan suatu rangkaian proses mempengaruhi

orang lain dalam melakukan suatu aktifitas dalam mencapai suatu tujuan tertentu,

selain itu pemimpin juga harus menjadi inspirator dalam menghimpun kerja sama

dalam suatu kelompok dalam tercapainya tujuan yang telah dirancang. Dalam

penerapannya di masyarakat ataupun di suatu instansi kerja akan terdapat banyak

21
variasi yang dilakukan oleh pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya dalam

mencapai keinginannya. [ CITATION Sua101 \l 1033 ]

Kepemimpinan merupakan suatu cabang ilmu yang variatif. Kepemimpinan

mudah didefinisikan namun dalam praktiknya sangat susah hal ini dikarenakan

karena kepemimpinan berkaitan erat dengan pengaruh yang pada hakikatnya

sangat dibutuhkan keahlian dalam mempengaruhi seseorang, selain itu pengaruh

kepemimpinan salah satunya harus mampu memberikan usaha yang membangun

atau konstruktif dalam melakukan usaha yang bersifat kooperatif untuk mencapai

tujuan (Kartono,2011 yang dikutip dari Kandow,dkk.2011)

a. Konsep Kepemimpinan Secara Umum

Memberikan sebuah defenisi tentang kepemimpinan bukan sesuatu hal

yang mudah hal ini dikarenakan karena kepemimpinan itu bersifat

universal dan berlaku untuk semua pihak secara universal (Kaswan.2013)

Ada beberapa defenisi mengenai kepemimpinan secara umum yang

dikemukakan oleh beberapa ahli

1) Suatu proses dimana seorang individu memiliki kemampuan untuk

mempengaruhi individu lain dalam rangka mencapai tujuan bersama

(Peter Northouse dalam Rowe dan Guerrero,2011:1 yang dikutip dari

Kaswan.2013)

2) Suatu pengaruh interpersonal yang menyebabkan sekelompok orang

melakukan sesuatu hal yang dikehendaki oleh seorang pemimpin atau

22
manajer dalam suatu organisasi (wood.2000:314 yang dikutip dari

Kaswan.2013)

3) Hubungan secara interpersonal dimana orang lain melakukan instruksi

karena keinginan pribadi bukan melalui paksaan (Merton dalam Hughes

dkk,2012:4 yang dikutip dari Kaswan.2013)

Defenisi mengenai kepemimpinan juga dikemukakan dalam karya

Marquis & Huston.(2013) yang menyatakan bahwa kata kepemipinan tidak

dikenal pada bahasa inggris sampai pada abad pertengahan abad ke -19

selain relative baru dalam istilah bahasa inggris, kepemimpinan memiliki

banyak defenisi Chapin (1924) menjelaskan secara teknis kepemimpinan

merupakan suatu titik polarisasi dalam bekerjasama secara kelompok selain

itu De Pree (1987) menjelaskan bahwa kepemimpinan bukan merupakan

satu bagian keilmuwan atau mata pelajaran namun kepemimpinan

merupakan suatu pendekatan seni yang harus dirasakan, dialami, dan

dibentuk sehingga dapat disimpulkan keseruhan mengenai satu proses

kepemimpinan (Marquis & Huston.2013)

b. Gaya Kepemimpinan

Gaya didefinisikan sebagai satu cara atau tekhnik penampilan karakter

secara individu. Menurut Follet (1940) gaya adalah hak istimewa individu

dari ahli dengan hasil akhir yang dicapai tanpa menimbulkan isu

sampingan. Gillies (1970) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dapat

dipahami sesuai dengan perilaku pemimpin itu sendiri, perilaku sesorang

23
bersumber dari pengalaman pengalaman dalam kehidupannya oleh sebab

itu kepribadian yang dimiliki oleh seseorang akan sangat mempengaruhi

perilaku dan gaya saat memimpin, gaya kepemimpinan sangat bervariasi

tergantung dari cara pandang setiap pakar kepemimpinan itu sendiri.

(Nursalam.2014)

1) Gaya kepemimpinan menurut Tannebau dan Warrant H.Schmitdt

Menurut kedua pakar tersebut, gaya kepemimpinan dijelaskan melalui

dua titik vital kepemimpinan yaitu berfokus pada atasan dan

kepemimpinan yang berfokus pada bawahan yang dipengaruhi oleh

factor manajer, factor bawahan atau karyawan dan faktor situasi

(Nursalam.2014)

2) Gaya kepemimpinan menurut Likert

Likert mengelompokkan gaya kepemimpinan menjadi empat bagian

a. Sistem otoriter eksploitatitf

Pemimpin dengan gaya yang sangat otoriter memiliki tingkat

kepercayaan yang sangat rendah terhadap bawahannya serta

memberikan motivasi ke bawahannya tanpa melalui cara persuasive

atau dengan menggunakan ancaman. (Nursalam.2014)

b. Sistem benevolent – authoritative

Dalam gaya kepemimpinan ini pemimpin mempercayai bawahanya

sampai pada batas tertentu, memberikan motivasi dalam bentuk

ancaman ataupun hukuman. Pemimpin memperhatikan ide

24
bawahannya dan memberikan delegasi wewenang meskipun dalam

pengambila keputusan masih melakukan pengawasan yang ketat

(Nursalam.2014)

c. Sistem konsultatif

Dalam gaya kepemimpinan ini pemimpin memberikan kepercayaan

sangat besar kepada bawahannya dan memberikan balasan berupa

insentif untuk dapat memotivasi bawahannya namun terkadang

memberikan juga ancaman (Nursalam.2014)

d. Sistem partisipatif

Pemimpin mempercayakan sepenuhnya kepada bawahannya, serta

selalu menggunakan ide dari bawahan dan menggunakan insentif

ekonomi dalam memotivasi pekerjanya (Nursalam.2014)

3) Gaya kepemimpinan menurut teori x dan y

Teori ini dikemukakan oleh ahli Mc Gregor dalam bukunya the human

side enterprise dalam bukunya menjelaskan bahwa perilaku seserang

dalam berorganisasi dikelompokkan dalam dua elemen utama yaitu

teori x dan teori y. Teori ini x menerangkan bahwa bawahan itu tidak

menyukai karyawan, kurang memiliki ambisi, tidak memiliki rasa

tanggung jawab, cenderung menolak suatu perubahan, dan memilih

untuk dipimpin daripada menjadi pemimpin. Sebaliknya teori y

menerangkan bahwa seorang bawahan itu senang dalam bekerja,

memiliki rasa tanggung jawab, memiliki kemandirian, mampu

25
mengawasi diri, memiliki sikap imajinatif, dan kreatif.

(Nursalam.2014)

4) Gaya kepemimpinan menurut Robert House

Berdasarkan teori yang didasarkan pada motivasi dan pengharapan

sehingga teori ini kemukakan menjadi empat sudut pandang yakni,

direktif yaitu pemimpin selalu berpatokan pada hasil yang dicapainya,

suportif yaitu seorang pemimpin akan selalu mendekatkan diri pada

bawahannya dan memiliki sikap ramah terhadap bawahannya

(Nursalam.2014)

5) Gaya kepemimpinan menurut hersey dan Blanchard

Dalam gaya kepemimpinan ini kedua pakar teori ini membagi menjadi

4 ciri gaya kepemimpinan yaitu, instruksi , konsultasi, partisipasi, dan

delegasi. (Nursalam.2014)

6) Gaya kepemimpinan menurut Lippits dan K.White

Dalam gaya kepemimpinan ini lipits dan white membagi tiga gaya

kepemimpinan yang di kembangkan di universitas Lowa yaitu otoriter,

demokratis, dan Laissez faire. (Nursalam.2014)

7) Gaya kepemimpinan menurut Gillies

Menurut gillies, Gaya kepemimpinan dibagi berdasarkan wewenang

dan kekuasaan menjadi empat yaitu otoriter yang berorientasi pada

kekuatan dan kekuasaan, demokratis menggunakan iden untuk

kemajuan kelompok atau golongan, partisipatif yang merupakan

26
kolaborasi antara otoriter dan demokrasi, bebas tindak yang merupakan

gaya pimpinan ofisial dimana staf atau karyawan yang menetukan

sendiri kegiatan tanpa pengarahan. ((Nursalam.2014)

c. Teori teori Kepemimpinan

Seperti halnya cabang – cabang ilmu lain, kepemimpinan keperawatan juga

memiliki dasar teori yang bersumber dari pemikiran pemikiran ahli,

meskipun teori teori pada dasarnya variatif dan kompleks tetapi tujuannya

sama untuk untuk memperbaiki atau mengubah dalam mencapai tujuan

dari organisasi. Ada beberapa teori dalam manajemen keperawatan

diantaranya .(Nursalam.2014)

1) Teori Bakat (Trait Teory)

Teori bakat menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin

( pemimpin dilahirkan bukan didapatkan) serta mereka mempunyai

sesuatu yang tidak dimiliki oleh orang lain (Marquis & Huston). Teori

bakat mengabaikan dampak yang diakibatkan dari apa dan siapa yang

mengasuh tetapi dalam teori ini menyatakan bahwa kepemimpinan

dibawa sejak lahir. (Nursalam.2014)

2) Teori perilaku

Teori ini lebih menekankan tentang bagaimana seorang pemimpin

dalam menjalankan fungsinya sebagai manajer.teori ini sering disebut

sebagai suatu gaya manajer dalam suatu organisasi, gaya

27
kepemimpinan memiliki substansi pada pola perilaku yang bersumber

dari pengalamannya selama bertahun – tahun (Nursalam.2014)

3) Teori kontingensi dan situasional

Tori kepemimpinan ini menekankan bahwa seorang pemimpin yang

baik adalah yang memilkik kemampuan untuk mengkombinasikan

antara factor bawahan , perilaku dan situasi. Tannebaun dan scmidh

(1983) memberikan pandangan bahwa kolaborasi antara tipikal otoriter

dan demokratis dibutuhkan untuk menjadi seorang manajer, unsur

utama dari seorang pemimpin adalah yang mampu memberikan

motivasi pada bawahannya. Fielder (1967) menegaskan bahwa seorang

pemimpin harus ideal dan mampu melihat situasi serta menekankan

bahwa hubungan yang baik antara seorang pemimpin dan karyawannya

merupakan faktor terpenting untuk menilai kualitas seorang pemimpin

(Nursalam.2014)

4) Teori kontemporer (Kepemimpinan dan Manajemen)

Dalam teori ini menitiberatkan pada empat elemen penting dalam suatu

pengelolaan yakni pemimpin, staf atau atasan, pekerjaan dan

lingkungan. Teori ini menekankan bahwa dalam pelaksanaan

manajemen pemimpin harus menggunakan empat elemen ini dalam

mencapai tujuan yang diinginkan.(Nursalam.2014)

28
5) Teori Z

Teori ini dikembangkan oleh Ouchi (1981) teori ini merupakan hasil

pengembangan dari teori Y yang dicetus oleh Mc Gregor (1460) dalam

teori ini elemen pentig adalah bagaimana prinsip dalam pengambilan

suatu keputusan serta penempatan pegawai sesuai keahliannya.

( Nursalam.2014)

C. Struktur organisasi

1. Defenisi Strukur organisasi

Struktur organisasi merupakan cara tugas pekerjaan yang dibagi,

dikelompokkan serta dikordinasikan dalam bentuk formal. pengorganisasian

dilakukan setelah perencanaan untuk menetapkan, menggolongkan, dan

mengatur setiap kegiatan, menetapkan tugas dan wewenang sampai proses

pendelegasian kepada staf dalam rangka mencapai tujuan. (Robbins and

Judge,2000)

Struktur organisasi informal menggambarkan hubungan pribadi dan

sosial yang tidak muncul di bagan organisasi. Ini membantu anggota untuk

memenuhi tujuan pribadi mereka dan memberikan kepuasan sosial. Struktur

ini juga memiliki jaringan komunikasi, yang dapat mendistribusikan informasi

secara lebih luas dan cepat dibandingkan dengan sistem komunikasi formal.

Struktur organisasi informal yang penting untuk manajemen, sehingga

pengawas harus menyadari keberadaannya, mempelajari teknik operasi, dan

29
menggunakannya untuk memenuhi tujuan organisasi (Marquis& Huston,

2010).

Pengorganisasian merupakan proses memobilisasi sumber daya manusia dan

materil dari suatu lembaga untuk mencapai tujuan dalam berorganisasi, dapat

juga digunakan untuk mengidentifikasi antara hubungan yang satu dengan

hubungan yang lain. Struktur organisasi dapat dilihat secara statis dan dinamis,

secara statis merupakan wadah kegiatan sekelompok orang dalam mencapai

tujuan sedangkan secara dinamis merupakan suatu aktifitas dari tata hubungan

kerja yang teratur dan sistematis untuk mencapai tujuan tertentu. (Suarli dan

Bahtiar, 2009)

2. Jenis Struktur Organisasi

Dalam sruktur organisasi formal yang jelas, peran dan fungsi

ditetapkan serta diatur secara sistematis, orang yang berbeda memiliki peran

yang berbeda, dan peringkat serta hirarki menjadi jelas, dan disajikan dalam

bentuk diagram yang disebut bagan organisasi.Bagan organisasi adalah

gambar struktur organisasi yang ditunjukkan oleh kotak-kotak atau garis-garis

yang disusun menurut kedudukannya yang masing-masing memuat fungsi

tertentu dan satu sama lain dihubungkan dengan garis-garis saluran perintah

dan pelaporan. Ada tiga jenis bagan organisasi: vertikal, horisontal, dan

matriks.

30
a. Struktur vertical

Karakteristik struktur vertikal digambarkan dalam bagan organisasi yang

mencerminkan rantai komando, menunjukkan tugas-tugas departemen

dan bagaimana mereka cocok satu sama lain, dan memberikan arahan dan

logika bagi organisasi. Ini menunjukkan manajemen tingkat tinggi di

bagian atas dengan garis formal kewenangan turun dalam hirarki.

Rancangan formal ini sering menghasilkan kemotonan, mengisolasikan

pekerja, adanya hambatan komunikasi ke atas karena kedekatan rantai

komando (Marquis& Huston, 2010).

Gambar 2.1 Struktur organisasi vertikal

b. Struktur horizontal

Struktur horizontal menunjukkan manajemen tingkat tinggi di sebelah kiri

dengan posisi yang lebih rendah ke kanan. Menunjukkan panjang relatif

garis formal otoritas, membantu menyederhanakan memahami jalur

kewenangan dan tanggung jawab. Struktur horizontal berbasis tim,

31
pertukaran informasi secara terbuka, proses pembuatan keputusan

terdesentralisasi, karyawan-karyawan diberdayakan. Kekurangan struktur

ini, kekuatan dalam rantai komando menjadi berkurang (Marquis&

Huston, 2010).

Gambar 2.2 Struktur organisasi horizontal

c. Struktur matriks

Struktur organisasi matriks dirancang untuk fokus pada produk dan

fungsi, struktur ini memiliki rantai komando vertikal dan horizontal yang

formal.

32
Gambar 2.3 Struktur Organisasi Matriks

Karena hanya menunjukkan hubungan formal, apa yang dapat

diungkapkan dari bagan organisasi tentang institusi menjadi terbatas.

Bagan tidak menunjukkan struktur informal suatu organisasi. Bagan

organisasi juga terbatas dalam kemampuannya menggambarkan setiap

derajat kewenangan posisi garis, dan tidak menegaskan tanggung jawab

dan tanggung gugat.

D. Komite keperawatan

a. Defenisi

Komite keperawatan merupakan suatu organisasi yang anggotanya terdiri

dari perawat di rumah sakit yang memiliki otoritas untuk mengatur

individu sendiri dalam meningkatkan profesionalisme kerja.komite

keperawatan merupakan himpunan non struktural yang berasal dari

33
struktur formal rumah sakit yang berfungsi untuk menghimpun,

merumuskan dan mengkomunikasikan ide dan issu perawat sehingga

menjadikan perawat memperoleh pengetahuan yang kompleks,

keterampilan, dan ide dari staf profesionalisme keperawatan.

(Swansburg,2000)

Menurut Permenkes No.49 Tahun 2013, komite keperawatan

merupakan himpunan atau organisasi non struktural rumah sakit dengan

anggotanya dari tenaga keperawatan di rumah sakit.

E. Konsep Kepala Ruangan

a. Peran Kepala Ruangan

Kepala ruangan diberikan tugas dan tanggung jawab untuk mampu

mempekerjakan, mengembangkan dan mengevaluasi staf atau bawahanya.

Kepala ruangan diberikan tanggung jawab untuk mengatur dan

memngembangkan stabilitas anggaran tahunan pada unit yang dipimpinnya

dan diberikan hak dan kewenangan untuk mengatur sesuai dengan kapasitas

dan tanggung jawabnya, memantau pekerjaan dan kualitas perawatan,

menghadapi masalah pada tenaga kerjanya, dan mampu mengefektifkan

pemakaian biaya yang dianggarkan (Potter & perry 2010)

Kepala ruangan yang berada dalam sebuah ruang perawatan harus

mampu berkordinasi pada kegiatan unit yang menjadi tanggung jawabnya dan

mampu melakukan evaluasi terhadap penampilan staf perawatnya dengan

tujuan untuk mempertahankan kualitas pelayanan dalam pemberian asuhan

34
keperawatan yang dipilih dan diatur sesuai dengan kondisi jumlah pasien dan

kategori pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh staf perawat tersebut

(Potter & Perry 2010)

b. Fungsi kepala ruangan

Fungsi kepala ruangan yang dikemukakan oleh Marquis & Houston (2010)

1) Perencanaan

Fungsi perencanaan diawali dengan filosofi, tujuan, sasaran,

kebijaksanaan, peraturan, pembuatan sebuah perencanaan dalam skala

jangka panjang dan skala jangka pendek untuk mewujudkan visi dan

tujuan dari organisasi tersebut serta mempersiapkan pengelolaan dan

merencanakan perubahab

2) Pengorganisasian

Mencakup pembentukan strukutur untuk membentuk suatu

perencanaan, merancanng metode pemberian asuhan keperawatan

kepada pasien dengan tepat, membagi secara berkelompok kegiatan

untuk mencapai tujuan unit yang ingin dicapai, serta menjalankan peran

dan fungsi organisasi dengan tetap berlandaskan pada wewenang

dengan kekuatan yang tepat.

3) Ketenagaan

Ketenagaan dalam keperawatan diatur dan dimulai dari proses

rekrutment pegawai, wawancara,menyeleksi,orientasi pada staf baru,

35
penjadwalan dan pengaturan dinas, pengembangan staf keperawatan ,

sosialisasi isasi staf dan sosialisasi staf.

4) Pengarahan

Meliputi tanggung jawab dalam mengelola tenaga dan sumber daya

manusia seperti memberikan motivasi, manajemen konflik, prinsip

pendelegasian, melaksanakan komunikasi serta menfasilitasi

kolaborasi.

5) Pengawasan

Meliputi gaya dan penampilan kerja, pengawasan umum, pengawasan

dalam bentuk etik dan aspek legal perawat terhadap pasien, dan

pengawasan yang bersifat professional

c. Tugas kepala ruangan

Uraian tugas yang dijalankan oleh seorang kepala ruangan menurut

Depkes 1994 yaitu :

A. Melakasanakan fungsi perencanaan meliputi :

a. melaksanakan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan kategori

dan jumlah kebutuhan

b. merencanakan kebutuhan jumlah peralatan keperawatan

c. Merencanakan dan melakukan pengaturan jumlah kegiatan dalam

perencanaan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan pasien

B. Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan meliputi :

36
1. Mengatur dan mengkordinir semua ruang lingkup pelayanan

keperawatan

2. Menyusun dan mengatur jadwal shift tenaga perawatan dan tenaga

kesehatan lainnya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan

(harian, mingguan, bulanan)

3. Melaksanakan program orientasi terhadap semua perawat yang

bekerja diunit ruang perawatannya

4. Selalu member motivasi dan pengarahan kepada perawat agar bisa

melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan yang diharapkan

5. Mengatur rangkaian kegiatan yang ada dalam suatu ruangan dengan

cara bekerja sama dengan pihak pihak yang terkait dengan

perawatan rawat inap

6. Kepala ruangan harus mampu mengenali jenis dan kegunaan barang

barang serta merencanakan pengadaan barang sesuai dengan

kebutuhan pasien

7. Mengatur dan menyusun permintaan rutin terkait dengan kebutuhan

alat dan obat serta kebutuhan lain yang dianggap perlu untuk

pelayanan pasien

8. Mengatur pemeliharaan alat dalam ruangan agar alat tersebut selalu

siap jika dubutuhkan

9. Mempertanggung jawabkan segala hal terkait dengan inventaris

peralatan

37
10. Melaksanakan program orientasi kepada pasien ataupun

keluarganya terkait dengan aturan yang ditetapkan di rumah sakit,

tata tertib yang ditetapkan, fasilitas dan prosedur penggunaanya

11. Mendampingi dokter saat melakukan kunjungan ke pasien serta

mencatatat terapi pengobatannya

12. Mengelompokkan pasien dan penempatannya di ruang rawat inap

sesuai dengan skala prioritas berdasarkan tingkat kegawatan,

infeksi dan non infeksi demi kemudahan dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan

13. Mengadakan pendekatan kepada pasien diruang rawat inap untuk

mengetahui keadaan pasien sehingga bisa membantu memecahkan

masalah pasien tersebut

14. Menjaga sikap dan perasaan kepada pasien agar merasa aman

merasa terlindungi selama perawatan berlangsung

15. Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarganya

dalam batas wewenangnya

16. Memelihara dan mengembangkan sistem pendokumentasian

pelayanan asuhan keperawatan dan kegiatan yang dilakukan secara

baik dan benar

17. Menjalin kerjasama yang baik antar kepala ruangan lain , kepala

seksi, kepala bidang, kepala instansi, dan kepala UPF di RS

38
18. Menciptakan dan memelihara suasana hubungan kerja yang baik

antara pasien dan keluarga pasien

19. Memotivasi pekerja yang bukan tenaga keperawatan serta

memelihara kebersihan dan ruangan

20. Mengawasi pengisian formulir sensus harian pasien

21. Mengawasi permintaan makanan dari pasien serta memeriksa dan

melihat pengkajiannya

22. Memelihara dan menjaga buku catatan medis pasien

23. Membuat laporan harian terkait dengan pelaksananaan asuhan

keperawatan di ruangan

C. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penelitian

meliputi :

1. Memberikan pengawasan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan

yang telah ditentukan serta member penilaian terhadap upaya

peningkatan keterampilan dalam bidang keperawatan

2. Melaksanakan dan memberikan penilaian terhadap pelaksanaan

pekerjaan pegawai keperawatan ataupun tenaga kesehatan lain yang

berada dibawah tanggung jawabnya untuk kepentingan kenaikan

pangkat ataupun untuk kepentingan melanjutkan pendidikan

3. Melakukan pengawasan terhadap penggunaan obat – obatan dan

peralatan secara efektif dan pasien

39
4. Melakukan pengawasan terhadap sistem pencatatan dan pelaporan

terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan di ruang rawat inap

F. Konsep etis dan moral pemimpin dalam keperawatan

Kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi orang lain dalam

mencapai tujuan(Anwar, 2013). Kepemimpinan dapat juga didefenisikan sebagai

suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau sekelompok orang untuk

mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan dalam situasi tertentu. Dalam

konteks organisasi kepemimpinan utamanya menekankan pada fungsi pengarahan

yang meliputi memberitahu, menunjuk dan memotivasi bawahan, fungsi

manajemen ini sangat terkait dengan faktor manusia dalam suatu organisasi, yang

mencakup interaksi antar manusia dan berfokus pada kemampuan seseorang

dalam mempengaruhi orang lain(Triwibowo, 2013).

Di dalam keperawatan kepemimpinan merupakan penggunaan

keterampilan seorang pemimpin (perawat) dalam mempengaruhi perawat-perawat

lain yang berada di bawah pengawasannya untuk pembagian tugas dan tanggung

jawab dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan sehingga tujuan

keperawatan tercapai. Semua perawat mempunyai potensi yang berbeda dalam

kepemimpinan, namun keterampilan ini dapat dipelajari sehingga selalu dapat

diterapkan dan ditingkatkan(Triwibowo, 2013).Pemimpin perawat yang efektif

adalah mereka yang melibatkan orang lain untuk bekerjasama secara efektif dalam

mencapai tujuan bersama. Contoh menetapkan tujuan yaitu menyediakan

40
perawatan klien yang unggul seperti merancang prosedur untuk menghemat biaya

perawatan(Whitehead, Weiss, & Tappen, 2007).

Lansdale (2002) dikutip dalam Whitehead, Weiss dan Tappen (2007)

menjelaskan bahwa inti dari kepemimpinan yaitu kemampuan untuk

mempengaruhi orang lain. Pemimpin yang efektif memungkinkan anggotanya

untuk bergerak ke arah yang sama untuk mecapai tujuan yang sama dengan

kecepatan yang sama, bukan karena mereka dipaksa tetapi karena mereka ingin.

Tiga tugas utama pemimpin dalam perawatan kesehatan yaitu: mengembangkan

makna arah dan tujuan, membangun komitmen kelompok dan tujuan akhir yang

ingin dicapai, dan menghadapi berbagai tantangan yang muncul dalam pengaturan

perawatan kesehatan.

Menjadi pemimpin sejati berarti belajar tentang siapa anda dan apa yang

anda perjuangkan, dan kemudian memiliki keberanian untuk bertindak. Pemimpin

harus menunjukkan kepercayaan dan komitmen pada apa yang mereka percayai

dan apa yang mereka lakukan. Kepemimpinan yang sukses terdiri dari tiga elemen

penting, yaitu pikiran, hati/perasaan, dan moral(Daft & Lane, 2008).

Pemimpin menghadapi berbagai dilema yang mengharuskan mereka

memilih antara serangkaian nilai dan prioritas yang saling bertolak belakang, dan

pemimpin yang baik mampu mengenali dan menghadapinya dengan komitmen

untuk melakukan hal yang benar, bukan hanya hal yang diperlukan. Istilah

bertindak benar terdengar sederhana, namun diperlukan keberanian moral untuk

41
melakukan tindakan benar tersebut. Apa pun kasus yang dihadapi pemimpin harus

menciptakan teladan moral yang akan menjadi model bagi keseluruhan anggota

kelompok atau organisasi. Pemimpin harus memiliki serangkaian etika yang teguh,

prinsip yang benar atau suatu sistem nilai moral (Hughes, Curphy, & Ginnet,

2012).

Draf dan Lane (2008) menuliskan bahwa moral kepemimpinanadalah

bagaimana pemimpin membedakan tindakan yang benar atau salah dan melakukan

yang benar, jujur, baik, dan berperilaku yang benar dalam kegiatannya. Pemimpin

memiliki pengaruh besar atas orang lain, dan kepemimpinan moral memberi

kehidupan yang baik kepada orang lain dan meningkatkan kehidupannya.

Kepemimpinan bermoral mendapatkan pelajaran dari orang lain dalam rangka

meningkatkan diri.

Gardner dan Burns dikutip dalam Hughes et al (2012) menekankan

pentingnya dimensi moral dalam kepemimpinan. Gardner menjelaskan bahwa

pemimpin pada akhirnya harus dinilai berdasarkan kerangka nilai, bukan hanya

dari keefektivan mereka. Dalam hal ini Gardner mempertanyakan hubungan antara

seorang pemimpin dengan pengikutnya dari segi moral, hal ini didasarkan pada

prinsip bahwa pemimpin harus selalu memperlakukan orang lain sebagai tujuan,

bukan sebagai objek ataupun hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Burns

memiliki pandangan yang lebih ekstrim mengenai dimensi moral dalam

42
kepemimpinan, dengan menyatakan bahwa pemimpin yang tidak berperilaku etis

tidak memperagakan kepemimpinan sejati.

Pemimpin yang tidak beretika cenderung untuk melakukan segala cara

untuk mencapai keberhasilan, tetapi mereka menyalahkan orang lain bila ada yang

salah dan pada umumnya mereka memperlakukan orang lain dengan kasar dan

tidak hormat. Mereka melihat pengikut hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Sedangkan pemimpin beretika lebih menghargai pengikut dan bersedia untuk

melayani orang lain (Daft & Lane, 2008). Hal ini sejalan dengan Hughes et al

(2012) yang menuliskan bahwa pemimpin sejati memiliki keyakinan etis teguh

yang memandu mereka dalam berperilaku, tetapi tujuannya tidak semata-mata

untuk menghindari berbuat salah melainkan berusaha untuk senantiasa berbuat

benar termasuk memperlakukan orang lain dengan rasa hormat dan bermartabat.

Pemimpin sejati berperilaku demikian karena keyakinan pribadi, dan bukan demi

memperoleh status, penghargaan, atau keuntungan lainnya.

Moral kepemimpinan bukan berarti mengabaikan keuntungan dan kerugian

dari organisasi, tetapi lebih menekankan pada pentingnya nilai-nilai moral dalam

organisasi, makna manusia ( pengikut dan konsumen) , kualitas dan tujuan.

Berikut ini beberapa langkah untuk bertindak sebagai pemimpin yang bermoral

berdasarkan Draf dan Lane (2008), yaitu :

1. Mengembangkan, mengartikulasi dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip moral

yang tinggi.

43
2. Fokus pada apa yang benar bagi organisasi dan semua orang yang terlibat.

3. Menetapkan contoh apa yang anda ingin orang lain lakukan.

4. Jujur pada diri sendiri dan orang lain

5. Mengusir rasa takut dan menghilangkan sikap undiscussibles.

6. Menetapkan dan mengkomunikasikan kebijakan etika.

7. Mengembangkan dasar tidak adanya toleransi terhadap pelanggaran etika.

8. Memberikan reward untuk perilaku etik.

9. Memperlakukan setiap orang dengan adil, bermartabat, dan dengan rasa

hormat.

10. Melakukan hal yang benar dalam kehidupan pribadi dan kehidupan

profesional meskipun tidak ada yang melihat.

Keberanian moral terlihat pada individu yang ketika mereka menghadapi

dilema etik mampu untuk mengeksplorasi suatu tindakan berdasarkan nilai-nilai

etika mereka, kemudian menindaklanjuti dengan keputusan yang tepat terlepas

dari konsekuensi dari tindakan tersebut yang mungkin hadir(Murray, 2010).

Dave dan Lane (2008) menuliskan beberapa defenisi keberanian , yaitu:

1. Keberanian merupakan kemampuan untuk melangkah maju melalui ketakutan.

Keberanian bukan berari tidak merasa takut dan ragu, tetapi kemampuan

untuk bertindak diantara ketakutan dan keraguan tersebut. JohnMcCain

seorang Senator dari US mengatakan bahwa rasa takut merupakan

44
kesempatan untuk membuktikan keberanian, bukan untuk menjadi

pengecut.

2. Keberanian berarti menerima tanggung jawab.Pemimpin membuat

perbedaan nyata di dunia ketika mereka bersedia untuk melangkah dan

mengambil tanggung jawab pribadi. Beberapa orang hanya membiarkan

kehidupan terjadi pada mereka; pemimpin membuat sesuatu terjadi. Pemimpin

yang berani menciptakan peluang untuk membuat perbedaan dalam organisasi

dan komunitas mereka.

3. Keberanian sering juga didefenisikan sebagai ketidaksesuaian. Keberanian

kepemimpinan berarti akan melawan arus, melanggar tradisi, mengurangi

batas, dan memulai perubahan. Pemimpin bersedia mengambil resiko untuk

hasil yang lebih besar, untuk tujuan etika, dan mendorong/memotivasi orang

lain untuk melakukan hal yang sama.

4. Keberanian berarti keluar dari zona kenyamanan. Untuk mengambil

kesempatan dan membuktikan sesuatu berarti pemimpin harus berani keluar

dari zona nyaman mereka.

5. Keberanian berarti meminta apa yang anda inginkan dan mengatakan apa

yang anda pikirkan. Pemimpin harus berbicara untuk mempengaruhi orang

lain. Keberanian berarti mengatakan apa yang anda pikirkan meskipun anda

tau orang lain mungkin tidak setuju dengan anda bahkan mencemooh anda.

Keberanian juga berarti meminta apa yang anada inginkan dan menetapkan

batasan-batasan. Ini merupakan kemampuan untuk mengatakan tidak untuk

45
tuntutan yang tidak masuk akal dari orang lain, serta kemampuan untuk

meminta apa yang anda inginkan untuk mencapai visi.

6. Keberanian berarti berjuang untuk apa yang anda percaya. Keberanian berarti

berjuang untuk hasil akhir yang dihargai dan bermanfaat bagi semua anggota.

Penerapan Moral leadership membutuhkan keberanian personal.

Untuk praktek kepemimpinan moral pemimpin harus mengenal/memahami

dirinya sendiri, memahami kekuatan, kelemahan dan tahu apa yang mereka

perjuangkan.

Semua orang memiliki potensi untuk hidup dan bertindak dengan

berani, jika orang tersebut mampu untuk mendorong ketakutannya sendiri.

Ada sejumlah cara orang untuk membuka keberanian dalam diri setiap

individu(Daft & Lane, 2008), yaitu:

1. Komitmen dengan apa yang mereka percayai. Courage akan datang

dengan mudah ketika kita berjuang untuk hal yang benar-benar kita

percaya.

2. Menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Pemimpin yang benar-

benar peduli tentang orang-orang yang bekerjadengan mereka akan

mengambil resiko untuk membantu orang-orang tersebut tumbuh dan

berhasil. Memiliki dukungan dari orang lain juga merupakan sumber

keberanian, dan pemimpin yang baik adalah mereka yang tidak takut

untuk bersandar pada orang lain ketika mereka perlu. Menjadi bagian

46
dari tim organisasi yang mendukung dan peduli, atau memiliki keluarga

yang penuh kasih dan mendukung di rumah dapat mengurngi rasa takut

dan meningkatkan keberanian untuk mengambil resiko.

3. Menyambut kegagalan sebagai bagian alami dari kehidupan. Banyak

orang yang ingin sukses tanpa menghadapi kesulitan, masalah atau

perjuangan. Kegagalan dapat memainkan peran kreatif dalam kerja dan

dalam kehidupan karena melalui kegagalan kita mendapatkan pelajaran

yang berharga. Pemimpin dapat mendefenisikan kegagalan jauh dari

asosiasi negatif dan melihatnya sebagai langkah awal yang penting

menuju kesuksesan. Setiap orang yang berani keluar dari zona

nyamannya dan setiap kali gagal dan mencoba lagi maka orang tersebut

membangun kekuatan psikologis dan keberanian.

4. Memanfaatkan Frustasi dan kemarahan.

Aultman (2008) dikutip dalam Murray (2010) menuliskan bahwa

ada beberapa strategi untuk mengembangkan keberanian moral,

diantaranya yaitu mengadakan dialog terbuka tentang prinsip-prinsip

etika dan sistem, studi kasus, peran pemodelan oleh eksemplar nyata, dan

latihan.

47
BAB III

PERENCANAAN

A. Waktu pelaksanaan

Kegiatan residensi yang bertempat di RSUD Haji Makassar ini dilaksanakan

pada hari senin sampai rabu pukul 08.00 – 14.00 WITA mulai tanggal…..

B. Pembimbing residensi

1. Pembimbing Akademik

Pembimbing akademik ditetapkan oleh Ketua Program Studi PSMIK Unhas

dalam pelaksanaan residensi ini yaitu :

a. Supervisor utama : Dr.Elly L.Sjattar S.Kp.,M.Kes

b. Co. Supervisor : Silvia Malasari,S.Kep.,Ns.,MN

2. Pembimbing Lahan

3. Pembimbing lahan dalam pelaksanaan residensi ini yang ditetapkan oleh

Ka.Diklat RSUD Haji Makassar adalah Adam, S.Kep.Ns.,M.Kep

C. Profil Rumah Sakit

1. Gambaran Lokasi Rumah Sakit

48
RSUD Haji Makassar adalah bekas lokasi RS Kusta Jongaya, latar

belakang pendiriannya untuk mendukung kelancaran kegiatan pelayanan

calon jemaah haji wilayah makassar, dan sekitarnya termasuk seluruh

lapisan masyarakat di Sul-Sel. Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar

terletak diujung selatan Kota Makassar, tepatnya di Jalan Dg. Ngeppe no. 14

Kelurahan Jongaya, Kecamatan Tamalate. Berdiri di atas tanah seluas 1,06

Hektar milik pemerintah daerah Sulawesi Selatan pada tanggal 16 Juli 1992

yang diresmikan oleh Bapak Presiden RI.

Pada Tanggal 13 Desember 1993 DEPKES menetapkan RSU Haji

sebagai RSU milik PEMDA Provinsi Sul-Sel dengan Tipe C

(Kep.No.762/XII/1993). Direktur sementara RSU Haji Makassar dirangkap

oleh Ka. Kanwil Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan Dr. H. Udhin

Muhammad Muslaini. Tgl 31 Desember 1992 Direktur RSU Haji dijabat

oleh Dr. H. Sofyan Muhammad, Msi. Tgl 26 Agustus 2001 Direktur RSU

Haji dijabat oleh Dr. Hj. Magdaniar Moein, M. Kes. Tgl 28 Februari 2007

Direktur RSU Haji dijabat oleh Drg. Haris Nawawi, Juli 2008 – Tahun 2015

Direktur RSUD Haji dijabat oleh drg.Nurhasnah Palinrungi, M.Kes. Tahun

2015-sekarang Direktur RSUD Haji dijabat oleh dr. Arman Bausat,

Sp.B.Sp.OT (K) SPINE.

Pada Tanggal 27 Agustus 2010 terbit SK penetapan Menteri Kesehatan

RI ttg Status klas B dengan No: 1226/Menkes/SK/VIII/2010 ttg peningkatan

pelayanan RSUD Haji makassar ke klas B non pendidikan. RSUD Haji

49
Makassar telah memiliki surat izin pelayanan Rumah Sakit yang tertuang

dalam surat keputusan Nomor: 07375/Yankes-2/V/2010 ttg penyelenggaraan

pelayanan RSUD Haji makassar berlaku 5 tahun (27 mei 2010 s/d 27 mei

2015).

RSUD Haji Makassar dibawah naungan SKPD Daerah Prov. Sul-Sel

yang tertuang dalam SK gubernur Sul-Sel No: 6 thn 2011 ttg perubahan

kedua atas peraturan daerah No 9 thn 2008 ttg organisasi dan tata kerja

inspektorat badan perencanaan pembangunan daerah, lembaga teknis daerah,

dan lembaga lain prov. sul-sel, (BAB XV A pasal 127 c susunan organisasi

Rumah Sakit umum daerah haji ). Perkembangan dibidang pelayanan mutu

telah lulus akreditasi kedua (12 pelayanan) dengan nomor: Kars

sert/31/VII/2011 dengan lulus tingkat Lanjutan. RSUD Haji telah menerima

sertifikat ISO No ID.10/1526 dari lembaga Administrasi sistem mutu

LLSSM.012-IDM dari ISO 9001:2008 tertanggal 22 maret 2010. Telah

menerima sertifikat SMM terintegrasi ISO 9001:2008, ISO 14001:2004 dan

OHSAS 18001:2007 , tertanggal 5 Maret 2013- 5 Maret 2014 dan tahun 2013

telah menerapkan Badan layanan Umum (BLU).

2. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar

a. Visi

Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar memiliki visi

”Menjadi Rumah Sakit Terpercaya,Terbaik dan Pilihan Utama di

Sulawesi Selatan”.

50
b. Misi

Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar memiliki Misi rumah

sakit Haji Makassar yaitu :

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna dan rujukan yang

mengutamakan mutu pelayanan.

2. Meningkatkan mutu pelayanan manajemen yang ramah dan

bersahabat.

3. Meningkatkan kualitas pelayanan melalui pengembangan sumber

daya manusia (SDM).

4. Meningkatkan cakupan pelayanan untuk meningkatkan pendapatan

rumah sakit.

5. Meningkatkan kesejahteraan karyawan dan staf sebagai aset yang

berharga bagi rumah sakit.

6. Mengembangkan dan meningkatkan sarana, prasarana rumah sakit.

c. Falsafah

Adapun falsafah dari pendirian RSUD Haji Makassar adalah sebagai

Rumah Sakit penyelenggara pelayanan kesehatan paripurna yang

professional berlandaskan perikemanusiaan, adil dan merata serta dijiwai

oleh Keimanan dan Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. RSUD

Haji Makassar memiliki motto Kesembuhan Anda Adalah Kebahagiaan

Kami, Kebahagiaan Anda Adalah Kebanggaan Kami dan budaya kerja

“MADANI”, M= Mutu tujuanku, A= Amanah tanggung jawab kerjaku,

51
D= Disiplin spirit kerjaku, A=Amanah janji transaksiku, N= Nyaman

suasana kerjaku dan I= Ikhlas mengawali baktiku.

3. Sumber Daya Manusia

Dalam mendukung pelayanan kesehatan pada masyarakat Rumah Sakit

Umum Daerah Haji Makassar memiliki sumber daya manusia yaitu tenaga

medis, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan lainnya dan tenaga non

kesehatan, dengan jumlah tenaga sebagai berikut :

Tabel 3.1 Distribusi Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit Umum


Daerah Haji Makassar
Jumlah
No Jenis Tenaga
Orang
A. Tenaga medis  
1 Dokter Umum 11
2 Dokter Spesialis 19
3 Dokter Gigi 14
B. Tenaga Keperawatan
1 Perawat 237
2 Apoteker 6
3 Asisten apoteker 17
4 Laboran 16
5 Operator RO 7
6 Gizi 21
7 Bidan 17
8 Fisioterapi 5
9 Perawat gigi 6
C. Tenaga Non Medis 63
  TOTAL 395
Sumber : Data Sekunder, Oktober 2017

52
Tabel 3.2 Distribusi perawat dan Bidan di Rumah Sakit Umum Daerah

Haji Makassar Oktober 2016


No. RUANGAN Jumlah
Orang
1 Al-Fajar 18
2 Ad-Dhuha 13
3 Al-Kautsar 12
4 Ar-Raodah lantai 1 12
5 Ar-Raodah lantai 2 13
6 Ar-Raodah lantai 3 12
7 Ar-Rahman 12
8 Rinra Sujiwa Sayang 1 15
9 Rinra Sujiwa Sayang 2 18
10 UGD 24
11 ICU 15
12 OKB 15
13 Perinatologi 12
14 Az-Zahra Lantai 1 16
15 Az-Zahra Lantai 2 12
16 Polklinik 23
  TOTAL 242
Sumber : Data Primer, Oktober 2017

4. Jenis Pelayanan Kesehatan

a. Instalasi Rawat Jalan

1. Poliklinik Anak

2. Poliklinik Bedah

3. Poliklinik Gigi

53
4. Poliklinik Interna

5. Poliklinik Kulit

6. Poliklinik Saraf

7. Poliklinik Mata

8. Poliklinik Paru

9. Poliklinik THT

b. Instalasi Gawat Darurat

c. Instalasi Rawat Inap

1. Ruang Al-Fajar

2. Ruang Ad-Dhuha

3. Ruang Al-Kautsar

4. Ruang Ar-Raodah Lantai 1

5. Ruang Ar-Raodah Lantai 2

6. Ruang Ar-Raodah Lantai 3

7. Ruang Ar-Rahman

8. Ruang Rinra Sujiwa Sayang 1

9. Ruang Rinra Sujiwa Sayang 2

10. Ruang Rawat Perinatologi

11. Ruang Rawat Nifas

12. Ruang Rawat ICU/OKB

d. Sarana Penunjang Medik

1. Pelayanan Radiologi

54
2. Pelayanan Laboratorium

3. Farmasi

e. Pelayanan Non Medis

f. Instalasi Gizi

Tabel 3.3 Distribusi Kapasitas Tempat Tidur di Rumah Sakit Umum

Daerah Haji Makassar Oktober 2016


No. RUANGAN Jumlah
Tempat Tidur
1 Al-Fajar 35
2 Ad-Dhuha 18
3 Al-Kautsar 18
4 Ar-Raodah lantai 1 8
5 Ar-Raodah lantai 2 20
6 Ar-Raodah lantai 3 10
7 Ar-Rahman 20
8 Rinra Sujiwa Sayang 1 30
9 Rinra Sujiwa Sayang 2 30
10 UGD 13
11 ICU 20
12 Perinatologi 17
13 Nifas 17
  TOTAL 256
Sumber : Data Primer, Oktober 2017

55
Tabel 3.4 Indikator Kinerja di Rumah Sakit Umum Daerah Haji

Makassar Tahun 2010-2015

No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Ideal


1 BOR (%) 69,79 71,22 70,36 72,9 60 60 65-85
2 BTO (Kali) 56 53 61 64 58 57 40-50
3 TOI (Hari) 2 2 1 1 2 2 1-3
4 LOS (Hari) 4 4 4 4 4 4 6-9
5 GDR (‰) 22,16 29 27,37 24,14 23,51 24,35 <45
6 NDR (‰) 7,66 7,04 10,54 9,73 9,48 8,03 <25
7 TT 204 201 209 223 319 296 -
Sumber : Bagian Rekam Medik, Oktober 2017

Tabel 3.5 Daftar 10 Besar Penyakit Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum
Daerah Haji Makassar Tahun 2014-2015

Jumlah
No Jenis Penyakit
2014 2015
1 Demam Thyfoid dan Parathyfoid 1856 107
2 Diare & Gastroenteritis 756 87
3 Dyspepsia 422 61
4 Pneumonia 281 29
5 Tuberkolosis paru lainnya 257 24
6 Penyakit sistem kemih lainnya 237 23
Bronkhitis, Emfisema dan Penyakit
7 226 22
Paru Obstruktif kronik lainnya
8 Amebiasis lainnya 180 21
9 Infark serebral 163 14
10 Gagal Jantung 150 13
Jumlah 4528 401
Sumber : Bagian Rekam Medik, Oktober 2017

56
A. Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar dapat
dilihat sebagai berikut:

Gambar 2.4 Struktur Organisasi RSUD Haji Makaassar

57
B. Hasil Pengkajian

Pengkajian dilakukan sejak tanggal 18-29 Oktober 2017 pada 13

ruangan. Data dikumpulkan melalui wawancara, dan lembar observasi kepada 13

Kepala Ruangan. Wawancara juga dilakukan kepada Kepala bidang keperawatan

Kepala seksi keperawatan, kepala instalasi rawat inap,perawat pelaksana,pasien

di semua ruangan untuk mengkaji masalah terkait dengan manajemen pelayanan

keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar.

A. Tabel 3.6 Hasil Pengkajian Kepala Bidang Keperawatan

Telah Telah
No dilakukan dilakukan, Belum
Uraian kegiatan dalam tupoksi
. secara masih perlu dilakukan
optimal dioptimalkan
A. PERENCANAAN
1. Menyusun rencana strategis bidang √
keperawatan
2. Menyusun kebijakan RS terkait program √
pendidikan pasien dan keluarga

3. Melakukan pembentukan PKRS,SOP/SAK


terkait Patient safety
3. Merencanakan pengembangan SDM
keperawatan :
a. Pemetaan jenjang karir perawat √
berdasarkan level perawat klinik
b. Merencanakan sistem pelatihan √
berkelanjutan bagi perawat dan bidan
4 Menyusun instrumen monitoring evaluasi
terhadap pelaksanaan :
a. Pelayanan keperawatan di semua unit √
b. Proses pengendalian dan pencegahan √
infeksi diintegrasikan dengan
keseluruhan program rumah sakit
dalam peningkatan mutu dan

58
Telah Telah
No dilakukan dilakukan, Belum
Uraian kegiatan dalam tupoksi
. secara masih perlu dilakukan
optimal dioptimalkan
keselamatan pasien
c. Pendokumentasian asuhan √
keperawatan
B PENGORGANISASIAN
1. Proses kepemimpinan sesuai struktur yang √
ada
2 Program pelatihan perawat berdasarkan √
kebijakan prinsip PPI
3 Tanggung jawab dan wewenang √
berdasarkan struktur organisasi
4 Bentuk koordinasi dengan kepala ruangan √
5 Perawat memiliki kompetensi terkait √
patient safety
C KETENAGAAN
1 Pelaksanaan sistem perekrutan perawat √
baru
2 kebutuhan ketenagaan di ruangan √
3 peraturan mutasi tenaga perawat √
4 pedoman dan peraturan penjadwalan shif √
di ruangan
D PENGARAHAN
1 Bentuk komunikasi antara kepala bidang, √
sub seksi, kepala ruangan
2 Mengarahkan perawat diruangan untuk √
bekerja sesuai standar
3 Kegiatan supervisi yang dilakukan pada √
semua ruangan
4 Bentuk tindak lanjut dari hasil supervisi √
yang telah dilakukan
E PENGENDALIAN
1 program pengendalian mutu pelayanan
keperawatan :
a. Patient Safety (ketepatan identifikasi √
pasien, peningkatan komunikasi yang
efektif (SBAR dan TBAK),
peningkatan keamanan obat yang
perlu di waspadai, kepastian tepat-
lokasi, tepat-prosedur, tepat pasien

59
Telah Telah
No dilakukan dilakukan, Belum
Uraian kegiatan dalam tupoksi
. secara masih perlu dilakukan
optimal dioptimalkan
operasi, pengurangan risiko infeksi
terkait pelayanan kesehatan,
pengurangan risiko jatuh
b. Discharge Planning
c. Pusat pelayanan √ √
d. Time lines √
e. Efesiensi √
f. Keadilan √

2 Bentuk evaluasi pelaksanaan program √


pengendalian mutu pelayanan keperawatan
3 Sistem informasi manajemen keperawatan √
berbasis IT yang diterapkan

Pembahasan :

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala bidang keperawatan dapat

diketahui bahwa 80 % fungsi perencanaan telah berjalan secara optimal namun yang

belum optimal terlihat pada perencanaan pelatihan bagi perawat dan bidan, sementara

dibagian pengorganisasian secara umum telah berjalan secara optimal pada berbagai

fungsi, pada fungsi ketenagaan telah berjalan 60 % optimal dan adapun yang masih

perlu dioptimalkan adalah sistem perekrutan harus lebih optimal dengan melihat

kompentensi dan kebutuhan perawat sehingga kebutuhan perawat di tiap ruangan

terpenuhi, dibagian fungsi pengarahan terlihat supervisi yang belum optimal di tiap

ruangan sementara pada bagian fungsi pengendalian yang menjadi masalah belum

adanya sistem discharge planning bagi pasien serta sistem manajemen berbasis IT

yang belum optimal

60
B. Tabel 3.7 Hasil pengkajian kepala Pengembangan Keperawatan

Telah Telah
No dilakukan dilakukan, Belum
Uraian kegiatan dalam tupoksi
. secara masih perlu dilakukan
optimal dioptimalkan
A. PERENCANAAN
1. Meminta informasi dan pengarahan dari √
kepala bidangdalam menjalanknan tugas
2. Menyusun rencana strategis seksi √
pengembangan keperawatan
3. Merencanakan pengembangan SDM
keperawatan :
a. Kebutuhan tenaga keperawatan baik √
jumlah maupun kualifikasi tenaga
keperawatan. √
b. Merencanakan sistem pelatihan
berkelanjutan sesuai kompetensi dan
spesifikasi klinisbagi perawat dan bidan
4. Melibatkan kepala ruangan dan kepala √
instalasi dalam menyusun kebutuhan
tenaga
B PENGORGANISASIAN
1. Sistem komando dan koordinasi √
berdasarkan struktur organisasi
2 Koordinasi dengan bidang lain √
3 Pelaksanaan tugas dan wewenang √
berdasarkan tupoksi masing – masing.
4 Bentuk koordinasi dengan komite √
keperawatan, kepala instalasi dan kepala
ruangan
5 Metode pemberian askep diruangan √
C PENGARAHAN
1 Memberikan bimbingan dan pembinaan √
asuhan keperawatan sesuai standar melalui
kepala instalasi, kepala ruangan
2 Memberi bimbingan terhadap penerapan √
potap/SOP pelayanan keperawatan melalui
kepala instalasi dan kepala ruangan
3 Menerapakan standar pendokumentasian √
asuhan keperawatan.
4 Melaksanakan sebagian tugas dari kepala √

61
Telah Telah
No dilakukan dilakukan, Belum
Uraian kegiatan dalam tupoksi
. secara masih perlu dilakukan
optimal dioptimalkan
bidang
E PENGAWASAN, PENGENDALIAN, DAN PENILAIAN
1. Melaksanakan pengawasan dan √
pengendalian terhadap pemberian asuhan
keperawatan dengan berkoordinasi dengan
kepala instalasi dan kepala ruangan sesuai
standar asuhan keperawatan.
2. Melakukan pengendalian mutu serta
kemapuan profesi tenga keperawatan
a. Patient Safety √
b. Discharge Planning √
c. Pusat Pelayanan √
d. Time Lines √
e. Efesiensi √
f. Keadilan √
g. Kinerja √
Sumber data primer Oktober 2017

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan kepala seksi

pengembangan keperawatan RSUD Haji Makassar berdasarkan fungsi

manajemen.berdasarkan tabel analisis dapat disimpulkan bahwa 80 % fungsi

perencanaan telah dilakukan secara optimal dan 20 % masih perlu dioptimalkan, oleh

karena itu dapat dirumuskan masalah bahwa pada fungsi perencanaan terkendala pada

aspek pelatihan berkelanjutan yang harus lebih dioptimalkan. Pada fungsi

pengorganisasian 80% sudah berjalan secara maksimal namun pada bagian

manajemen asuhan keperawatan diruangan kepala bagian pengembangan mengatakan

bahwa pelaksanaan pemberian dan pelaporan asuhan keperawatan tidak sesuai

dengan SOP yang disepakati.pada fungsi pengarahan secara umum telah optimal

62
dilakukan oleh kepala pengembangan keperawatan. Sedangkan pada bagian

pengendalian,pengawasan,dan penilaian 40 % belum optimal terkait dengan

pelaksanaan patient safety, dan pelaksanaan discharge planning yang belum optimal

karena komitmen perawat pelaksana dalam menjalankan SOP yang tidak maksimal.

Berdasarkan analisa diatas maka dapat disimpulkan kebutuhan pada level kepapa

bagian pengembangan yaitu :

1. Pelaksanaan pelatihan berkelanjutan bagi perawat sesuai dengan kompetensi

dan spesifikasi klinis

2. Perlunya peningkatan komitmen perawat terkait pelaksanaan patient safety

3. Pelaksanaan pendokumentasian discharge planning secara optimal

C. Tabel 3.8 Hasil Pengkajian dengan Kepala monitoring dan Evaluasi

Telah Telah
No dilakukan dilakukan, Belum
Uraian kegiatan dalam tupoksi
. secara masih perlu dilakukan
optimal dioptimalkan
A. PERENCANAAN
1. Meminta informasi dan pengarahan dari √
kepala bidang dalam menjalanknan tugas
2 Menyusun rencana strategis kepala seksi √
monitoring dan evaluasi keperawatan
3. Melibatkan kepala seksi pengembangan √
dan kepala instalasi dalam menyusun
rencana strategis
4 Menyusun instrumen monitoring evaluasi
terhadap pelaksanaan :
a. Pelayanan keperawatan di semua unit √
b. Proses pengendalian dan pencegahan √
infeksi diintegrasikan dengan
keseluruhan program rumah sakit

63
Telah Telah
No dilakukan dilakukan, Belum
Uraian kegiatan dalam tupoksi
. secara masih perlu dilakukan
optimal dioptimalkan
dalam peningkatan mutu dan
keselamatan pasien
c. Pendokumentasian asuhan √
keperawatan
d. menyusun SOP pelayanan √
keperawatan sesuai dengan kebutuhan
pelayanan
B PENGORGANISASIAN
1. Sistem komando dan koordinasi √
berdasarkan struktur organisasi
2 Koordinasi dengan bidang lain √
3 Pelaksanaan tugas dan wewenang √
berdasarkan tupoksi masing – masing.
4 Bentuk koordinasi dengan komite √
keperawatan, seksi pengembangan dan
kepala instalasi keperawatan dan kepala
ruangan.
C PENGGERAKAN
1 Memberikan bimbingan dan pembinaan √
asuhan keperawatan sesuai standar melalui
kepala instalasi, kepala ruangan
2 Memberi bimbingan terhadap penerapan √
potap/SOP pelayanan keperawatan melalui
kepala instalasi dan kepala ruangan
3 Menerapakan standar pendokumentasian √
asuhan keperawatan.
4. Mewakilaitugas dan wewengan kepala √
bidang keperawatan
D PENGAWASAN, PENGENDALIAN, DAN PENILAIAN
1 Melaksanakan pengawasan dan √
pengendalian terhadap pemberian asuhan
keperawatan dengan berkoordinasi dengan
kepala instalasi dan kepala ruangan sesuai
standar asuhan keperawatan.
2. melaksanakan pengawasan dan √
pengendalian terhadap penerapan
protap/SOP pelayanan keperawatan
3. melakukan penilaian mutu asuhan √

64
Telah Telah
No dilakukan dilakukan, Belum
Uraian kegiatan dalam tupoksi
. secara masih perlu dilakukan
optimal dioptimalkan
keperawatan apakah anda berkoordinasi
dengan tim keperawatan/komite
4 Melakukan pengendalian mutu serta
kemapuan profesi tenga keperawatan
a. Patient Safety √
b. Discharge Planning √
c. Pusat Pelayanan √
d. Time Lines √
e. Efesiensi √
5 Indikator mutu dan Bentuk evaluasi √
pelaksanaan program pengendalian mutu
pelayanan keperawatan
Sumber data primer, Oktober 2017

Berikut interpretasi hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala seksi

monitoring dan evaluasi RSUD Haji Makassar berdasarkan fungsi manajemen .

berdasarkan tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi perencanaan 80 %

telah dilakukan secara optimal, sedangkan yang menjadi kebutuhan di bagian

perencanaan adalah pengembangan sarana dan prasarana keperawatan yang belum

optimal karena masih dalam tahap renovasi rumah sakit, serta pengendalian dan

pencegahan infeksi yang masih perlu ditingkatkan pelaksanaan, dalam hal

pengorganisasian dan pengembangan telah optimal dalam pelaksanaannya sesuai

dengan indikator yang telah dibuat, sementara dibagian pengawasan dan

pengendalian 70 % sudah berjalan secara optimal, dan 30 % masih perlu

dioptimalkan utamanya dalam pelaksanaan patient safety dan discharge planning

serta evaluasi pengendalian mutu yang harus lebih dioptimalkan.

65
Berdasarkan analiis diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada bagian

seksi monitoring dan evaluasi keperawatan yang menjadi kebutuhan yang mendasar

yaitu :

1. Upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan

2. Pengembangan sarana dan prasarana keperawatan

3. Peningkatan pengendalian mutu keperawatan terkait pelaksanaan patient

safety dan pelaksanaan discharge planning

4. Penguatan komitmen perawat dalam menjalankan fungsi dan tanggung

jawabnya sesuai dengan tupoksiya

5. Komunikasi dan bahasa antara perawat dengan pasien

66
D. Tabel 3.9 Hasil Pengkajian kepala ruangan (Metode FGD)

KEPALA RUANGAN

Rinra Sujiwa 1

Rinra Sujiwa 2

 
Raodah Lt.1

Raodah Lt.2

Raodah Lt.3

Perinatologi
Ar-Rahman
Al-Kautsar
Ad-Dhuha
Al-fajar

UGD

ICU

Nifas

%
No. Uraian
A Fungsi Perencanaan                            
1 Dalam melaksanakan tugas 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 : 100
dan rencana kerja sesuai
dengan tupoksi yang telah
disusun
2 Merencanakan program 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 : 100
edukasi pasien sesuai
dengan SPO dalam
mencapai sasaran
keselamatan pasien
3 Merencanakan program 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 : 100
keselamatan kerja
perawat,model pelayanan
askep,serta pembuatan
jadwal shift
4 Menyusun perencanaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 : 100
permintaan rutin untuk
kebutuhan alat, obat dan
bahan lainnya yang
diperlukan dalam ruangan

67
KEPALA RUANGAN

Rinra Sujiwa 1

Rinra Sujiwa 2

 
Raodah Lt.1

Raodah Lt.2

Raodah Lt.3

Perinatologi
Ar-Rahman
Al-Kautsar
Ad-Dhuha
Al-fajar

UGD

ICU

Nifas

%
No. Uraian
B Fungsi Pengorganisasian                            
1 Mempunyai uraian tugas 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 : 100
yang menjadi acuan anda
dalam bekerja
2 Ada upaya untuk 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 : 61,5
mendukung pelaksanaan 2 :46,1
edukasi pasien serta perawat
mengetahui prosesnya
3 Perawat memiliki 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 : 23,1
kompetensi terkait patient 2 :76,9
safety
4 Upaya yang dilakukan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 : 100
kepala ruangan dalam
pengembangan kompetensi
staf dalam mencapai sasaran
keselamatan pasien

5 Proses 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 : 100
pengumpulan,verifikasi,dan
evaluasi kredensial perawat
6 Perawat mengetahui 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 : 100

68
KEPALA RUANGAN

Rinra Sujiwa 1

Rinra Sujiwa 2

 
Raodah Lt.1

Raodah Lt.2

Raodah Lt.3

Perinatologi
Ar-Rahman
Al-Kautsar
Ad-Dhuha
Al-fajar

UGD

ICU

Nifas

%
No. Uraian
tugas,wewenangm dan
tanggung jawabnya di
ruangan
7 Fasilitas yang telah tersedia 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 : 100
cukup memadai dalam
melakukan tindakan
pelayanan
C Fungsi Ketenagaan                            
1 Kebutuhan tenaga di 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1:61,5
ruangan anda apakah sudah 2 : 38,4
sesuai dengan kebutuhan
2 Kompetensi tenaga 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 : 84,6
diruangan sudah memadai 2 : 15,3
3 Penempatan staf perawat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 : 100
telah sesuai dengan
kompetensi dan pendidikan
4 Program orientasi kepada 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 : 100
tenaga perawatan baru dan
tenaga lainnya yang akan
bekerja diruangan
5 Sistem perhitungan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 : 84,6

69
KEPALA RUANGAN

Rinra Sujiwa 1

Rinra Sujiwa 2

 
Raodah Lt.1

Raodah Lt.2

Raodah Lt.3

Perinatologi
Ar-Rahman
Al-Kautsar
Ad-Dhuha
Al-fajar

UGD

ICU

Nifas

%
No. Uraian
ketenagaan perawat telah 2 : 15,3
dipenuhi
6 Program evaluasi bagi 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 : 100
perawat dalam
melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya
D Fungsi Pengarahan                            
1 Mengarahkan perawat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 : 100
diruangan untuk bekerja
sesuai standar
2 Memotivasi perawat dalam 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 : 100
memberikan edukasi kepada
pasien dan keluarga
3 Mengadakan sosialisasi 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 : 100
terkait pengembangan staf
dalam kaitannya dengan
pemberian edukasi pasien
4 Melakukan supervisi secara 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 : 100
terjadwal
5 Menerapkan sistem reward 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 : 38,4
kepada perawat yang 2 :61,5

70
KEPALA RUANGAN

Rinra Sujiwa 1

Rinra Sujiwa 2

 
Raodah Lt.1

Raodah Lt.2

Raodah Lt.3

Perinatologi
Ar-Rahman
Al-Kautsar
Ad-Dhuha
Al-fajar

UGD

ICU

Nifas

%
No. Uraian
berprestasi
E Fungsi Pengendalian                            
1 Pengendalian mutu : 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 : 23.1
2 : 76.9
A Patient Safety (ketepatan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 : 100
identifikasi pasien,
peningkatan komunikasi
yang efektif (SBAR dan
TBAK), peningkatan
keamanan obat yang perlu
di waspadai, kepastian
tepat-lokasi, tepat-prosedur,
tepat pasien operasi,
pengurangan risiko infeksi
terkait pelayanan kesehatan,
pengurangan risiko jatuh
B Discharge Planning 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 : 100

C Time lines 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 : 100

D Efisisensi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 : 100

71
KEPALA RUANGAN

Rinra Sujiwa 1

Rinra Sujiwa 2

 
Raodah Lt.1

Raodah Lt.2

Raodah Lt.3

Perinatologi
Ar-Rahman
Al-Kautsar
Ad-Dhuha
Al-fajar

UGD

ICU

Nifas

%
No. Uraian
E 2 : 69,2
Komitmen 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2
3 :30,8

2 Program PPI diruangan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 : 7,7


2 : 92.3
2 : 100
3 Program Edukasi Pasien 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
4 Komunikasi Perawat 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 : 100
Data primer Oktober, 2017

Ket : 1. Dilakukan secara optimal, 2. Sudah dilakukan namun belum optimal, 3.belum dilakukan

72
Berdasarkan tabel diatas maka intrrepretasi hasil pengkajian dari 13 kepala ruangan

RSUD Haji Makassar yang didapat melalui proses FGD (Focus Grup Discussion )

adalah sebagai berikut :

Fungsi Manajemen : Perencanaan Kebutuhan

Dari hasil pengkajian dengan menggunakan

wawancara dan Observasi kepada kepala ruangan

didapatkan bahwa dalam fungsi perencanaan kepala

ruangan di RSUD Haji Makassar telah melaksanakan

fungsi perencanaan secara optimal

Pengorganisasian Kebutuhan

Dari hasil pengkajian dengan menggunakan 1. Pelaksanaan edukasi

wawancara dan Observasi kepada kepala ruangan pasien yang belum

didapatkan bahwa optimal dibeberapa

a. Pelaksanaan edukasi pasien yang dilakukan oleh ruangan

perawat belum optimal dimana memiliki 2. Kompetensi dan

presentase 46,1 % dari keseluruhan ruangan , pengetahuan perawat

sedangkan 61,5 % sudah melaksanakan edukasi terkait patient safety

pasien secara optimal yang belum optimal

b. Kompetensi perawat terkait patient safety yang

masih kurang dimana dari keseluruhan kepala

ruanagan 76,9 % kompetensi perawat masih

73
kurang dan 23,1 % sudah optimal atau pelaksanaan

patient safety telah berjalan sesuai dengan SOP

Ketenagaan Kebutuhan

Dari hasil pengkajian dengan menggunakan 1. Kebutuhan tenaga

wawancara dan Observasi kepada kepala ruangan perawat yang belum

didapatkan bahwa memadai

a. Kebutuhan tenaga keperawatan dibeberapa 2. Kompetensi perawat

ruangan belum mencukupi dengan presentase yang masih kurang

38,4 % dan beberapa ruangan sudah 3. Program evaluasi bagi

mencukupi dengan presentase 64,5 % , dari perawat dalam

data dapat di intrepretasikan bahwa secara melaksanakan tugas

umum di RSUD Haji Makassar kebutuhan yang belum berjalan

tenaga belum mencukupi dengan rasio pasien secara optimal

b. Kompentensi yang dimiliki oleh perawat pada

beberapa ruangan masih kurang dengan

presentase 15,3 % meskipun memberikan

pengaruh secara keseluruhan kompentensi

perawat sudah optimal

c. Program evaluasi bagi perawat dalam

melaksanakan tugasnya masih belum optimal

dengan presentase 100 % kepala ruangan

belum optimal dalam mengevaluasi perawat

pelaksana

74
Pengarahan Kebutuhan

Dari hasil pengkajian dengan menggunakan 1. Sosialisasi

wawancara dan Observasi kepada kepala ruangan pegembangan staf

didapatkan bahwa yang belum optimal

a. sosialisasi terkait pengembangan staf terkait 2. Supervisi yang belum

dengan pemberian edukasi pasien yang belum dilakukan secara

optimal dengan presentase semua ruangan terjadwal disemua

belum maksimal dalam sosialisasi ruangan

b. supervisi belum sepenuhnya dilakukan secara 3. Penerapan pemberian

secara terjadwal di semua ruangan di RSUD reward bagi perawat

Haji Makassar berprestasi yang

c. penerapan pemberian reward terhadap belum dioptimalkan

perawat berprestasi belum optimal dengan

tingkat presentase 61,5 %, dibeberapa ruangan

ada beberapa kepala ruangan yang telah

menerapkan sistem reward dengan

mengikutkan pelatihan bagi perawatnya yang

berprestasi dan diberikan pujian.

Pengendalian Kebutuan

1. Patient safety yang


Dari hasil pengkajian dengan menggunakan

75
belum optimal
wawancara dan Observasi kepada kepala ruangan

didapatkan bahwa 2. Tidak berjalannya

a. Pelaksanaan patient safety yang belum optimal program discharge

b. Proses discharge planning yang belum terlaksana planning terhadap


di RSUD Haji Makassar
pasien
c. Komitmen perawat dalam menjalankan hal hal
3. Komitmen perawat
yang menyangkut pelaksanaan patient safety
yang masih sangat
sangat tidak optimal seperti contoh kebiasaan
perlu diperhatikan
mencuci tangan yang hanya dilakukan secara rutin

ketika proses akreditasi namun setelah akreditasi 4. Program

kebiasaan itu sudah dihilangkan pengendalian infeksi


d. Program pengendalian infeksi dengan presentase yang tidak berjalan
92 % belum optimal
optimal
e. Komunikasi perawat terhadap pasien yang tidak
5. Komunikasi perawat
optimal sehingga menimbulkan ketidakpuasan
yang masih perlu
pasien terhadap pelayanan perawat
diberikan pelatihan

tekknik komunikasi

efektif

76
Tabel 3.10
Distribusi Hasil Pengkajian Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana
RSUD Haji Makassar
Frekuensi
Kepuasan Kerja
n %
Baik 18 52,9

Kurang 16 47,1

Total 34 100

Berdasarkan tabel diatas, bahwa kepuasan kerja perawat pelaksana di RSUD

Haji Makassar menunjukkan bahwa dari 34 jumlah responden terdapat 52,9%

mengatakan kepuasan kerja baik dan terdapat 47,1% yang mengatakan bahwa

kepuasan kerja Kurang terhadap budaya organisasi, kepemimmpinan, komunikasi,

aktivitas kerja dan kompensasi yang terdapat di RSUD Haji Makassar.

Tabel 3.11
Distribusi Hasil Pengkajian Caring Perawat Pelaksana
RSUD Haji Makassar
Frekuensi
Caring Perawat
n %
Baik 19 55,9

Kurang 15 44,1

Total 34 100

Berdasarkan tabel diatas, bahwa kepuasan kerja perawat pelaksana di RSUD

Haji Makassar menunjukkan bahwa dari 34 jumlah responden terdapat 55,9% yang

menunjukkan caringnya baik terhadap pelayanan yang diberikan kepada pasien dan

77
terdapat 44,1% yang menunjukkan caringnya kurang terhadap pelayanan yang

diberikan kepada pasien rawat inap di ruang perawatan RSUD Haji Makassar.

Tabel 3.12
Distribusi Hasil Pengkajian Kepuasan pasien rawat inap
RSUD Haji Makassar
Frekuensi
Kepuasan Pasien
n %
Baik 25 83,3

Kurang 5 16,7

Total 30 100

Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 30 responden terdapat

83,3% yang mengatakan kepuasannya baik dan terdapat 16,7% yang mengatakan

bahwa kepuasannya kurang terhadap pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit

selama perawatan di ruang rawat inap RSUD Haji Makassar dengan kriteria pasien

dengan rawat inap >4 hari. Walaupun tingkat kepuasan pasien menunjukkan 83,3%

baik namun dari hasil kajian kusioner yang kami lakukan terdapat beberapa item yang

masih perlu dioptimalkan seperti:

N Pelayanan keperawatan Keterangan

o
1 Perawat membantu saya dalam melakukan Tindakan ini jarang

kebersihan diri dilakukan dan butuh


2 Perawat memberikan penjelasan tentang obat-
dioptimalkan
obatan yang diberikan kepada saya
3 Saya mendapat penjelasan yang tepat dari

perawat kondisi saya

78
1. Analisis SWOT

a. Strenght (Kekuatan)

1. Memiliki visi, misi, tujuan dan falsafah keperawatan Rumah Sakit

2. Letaknya strategis, berada di dekat pemukiman penduduk dan akses

kendaraan mudah untuk dijangkau

3. Perkembangan dibidang pelayanan mutu telah lulus akreditasi kedua (12

pelayanan) dengan nomor: Kars sert/31/VII/2011 dengan lulus tingkat

Lanjutan.

4. Telah menerima sertifikat ISO No ID.10/1526 dari lembaga

Administrasi sistem mutu LLSSM.012-IDM dari ISO 9001:2008

tertanggal 22 maret 2010.

5. Telah menerima sertifikat SMM terintegrasi ISO 9001:2008, ISO

14001:2004 dan OHSAS 18001:2007 , tertanggal 5 Maret 2013- 5 Maret

2014.

6. Telah menerapkan Badan layanan Umum (BLU) pada tahun 2013

7. Memiliki tenaga perawat yang berlatar belakang S1 Keperawatan/Ners

dan Magister Keperawatan serta Magister Kesehatan

8. Komite Keperawatan sudah mulai menjalankan peran dan fungsinya

9. Adanya dukungan anggaran dari pemerintah daerah

79
10. Menjadi Rumah Sakit sebagai tempat praktik mahasiswa baik dari

dalam maupun luar kota Makassar

b. Weakness (Kelemahan)

1. Masih ada kepala ruangan dengan kulifikasi pendidikan S.Kep

2. Komitmen perawat di ruangan masih kurang dalam pelaksanaan

program patient safety

3. Komunikasi efektif antara perawat dan pasien yang belum optimal

4. Pelaksanaan komunikasi SBAR dan TBAK belum optimal

5. Sudah ada sosialisasi Manajemen Patient Safety di tingkat Ruangan

namun belum berjalan secara maksimal

6. Sudah ada sosialisasi Credentialing di tingkat Ruangan namun belum

berjalan secara maksimal

7. Belum adanya penetapan kewenangan klinis bagi perawat

8. Pengetahuan Perawat terkait Patient Safety belum berjalan optimal

9. Program Patient Safety belum berjalan optimal

10. Program Discharge Planning belum berjalan optimal

c. Opportunity (Peluang)

1. Adanya dukungan Pemerintah Provinsi untuk pengembangan RS

2. Bekerjasama dengan BPJS dalam pemberian pelayanan keperawatan

3. Adanya pengembangan kerjasama di bidang pendidikan dan pelayanan

RS

80
4. Adanya kesempatan yang diberikan bagi tenaga perawat untuk

melanjutkan penididikan kejenjang yang lebih tinggi keperawatan

5. Adanya rencana pengembangan kompetensi perawat melalui pelatihan

secara berkala yang disusun dalam renstra bidang keperawatan

6. Adanya kerjasama dengan beberapa institusi pendidikan untuk

pengembangan Rumah Sakit

d. Threat (Ancaman)

1. Berdekatan dengan beberapa Rumah Sakit yaitu RSU Wisata Indonesia

Timur, RSU Bhayangkara, RSUD Labuang Baji Makassar dan RS

Siloam Makkasar

2. Keterbatasan SDM dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi

3. Masyarakat yang semakin kritis dalam pemanfaatan pelayanan

kesehatan

81
2. Rumusan Masalah

Tabel 3.13 Rumusan Masalah RSUD Haji Makassar Pada Bulan November

2017

Rumusan Masalah

1. Pelaksanaan pelatihan berkelanjutan bagi perawat sesuai dengan

kompetensi dan spesifikasi klinis

2. Upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan

3. Pengembangan sarana dan prasarana keperawatan

4. Peningkatan pengendalian mutu keperawatan terkait pelaksanaan

patient safety dan pelaksanaan discharge planning

5. Penguatan komitmen perawat dalam menjalankan fungsi dan

tanggung jawabnya sesuai dengan tupoksiya

6. Komunikasi dan bahasa antara perawat dengan pasien yang perlu

dioptimalkan

7. Kebutuhan tenaga perawat yang belum memadai

8. Kompetensi perawat yang masih kurang

9. Program evaluasi bagi perawat dalam melaksanakan tugas yang

belum berjalan secara optimal

10. Sosialisasi pegembangan staf yang belum optimal

82
11. Supervisi yang belum dilakukan secara terjadwal disemua ruangan

12. Penerapan pemberian reward bagi perawat berprestasi yang belum

dioptimalkan

3. Prioritas Masalah

Berdasarkan hasil rumusan masalah pada RSUD Haji

Makassar tersebut di atas, ditemukan beberapa masalah untuk

diselesaikan. Dalam rangka memudahkan penentuan urutan masalah

yang menjadi prioritas, maka dilakukan penghitungan dengan

pembobotan pada setiap masalah yang ditemukan. Menurut Kepner

Tregoe, ada 3 (tiga) aspek penting dalam menentukan prioritas, yaitu

dilihat dari tingkat Kegawatan (Urgency) meliputi besarnya dampak

yang timbul terhadap keselamatan jiwa, uang, produksi dan atau

reputasi baik individu maupun organisasi; Mendesak (Seriousness)

meliputi banyaknya waktu yang tersedia untuk penanganan suatu

masalah;dan Pertumbuhan (Growth) meliputi perkiraan akan

bertambah buruknya suatu keadaan dibandingkan dengan sebelumnya

atau keadaan sekarang, yang dikenal dengan singkatan “USG“.

83
Untuk menentukan besarnya penilaian terhadap masing-masing

kriteria ditentukan dengan menggunakan skala Likert, skala yang

ditetapkan yaitu angka 1 (satu) sampai angka 5 (lima), yang tiap angka

tersebut memiliki pengertian yaitu: 1 = /Sangat kecil/rendah

pengaruhnya; 2 = Kecil pengaruhnya; 3 = Sedang/ Cukup

pengaruhnya; 4 = Besar/ Tinggi pengaruhnya; dan 5 = Sangat besar/

tinggi pengaruhnya.

Adapun hasil pembobotan untuk menentukan prioritas masalah

tampak pada tabel-tabel berikut ini :

Tabel 3.14 Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan di RSUD Haji


Makassar Pada Bulan November Tahun 2017

Kriteria
No Masalah Total Rkg
U S G
1 Pelaksanaan pelatihan berkelanjutan 3 3 4 10 V

bagi perawat sesuai dengan

kompetensi dan spesifikasi klinis

2 Upaya peningkatan mutu asuhan 2 3 3 8 XII

keperawatan

3 Pengembangan sarana dan prasarana 3 3 3 9 VIII

keperawatan

4 Peningkatan pengendalian mutu 4 4 3 10 1V

keperawatan terkait pelaksanaan

patient safety dan pelaksanaan

84
discharge planning

5 Penguatan komitmen perawat dalam 5 5 4 14 II

menjalankan fungsi dan tanggung

jawabnya sesuai dengan tupoksiya

6 Komunikasi efektif dan bahasa perawat 5 5 5 15 I

dalam memberikan pelayanan harus

dioptimalkan

7 Kompetensi perawat yang masih 3 4 4 11 III

kurang

8 Program evaluasi bagi perawat dalam 3 3 2 8 XI

melaksanakan tugas yang belum

berjalan secara optimal

9 Kebutuhan tenaga perawat yang belum 3 4 3 10 VI

memadai du beberapa ruangan

10 Sosialisasi pegembangan staf yang 3 3 3 9 1X

belum optimal

11 Supervisi yang belum dilakukan secara 2 3 3 8 X

terjadwal disemua ruangan

12 Penerapan pemberian reward bagi 3 4 3 10 VII

perawat berprestasi yang belum

4. Seleksi Alternatif penyelesaian Masalah

85
Mengingat keterbatasan waktu dan tenaga dalam penyelesaian masalah

tersebut di atas, maka dilakukan seleksi alternative pemecahan masalah

dengan menggunakan metode pembobotan CARL. Terdapat 5 (lima) alternatif

pemecahan masalah yang dirumuskan dan dengan pembobotan menggunakan

metode CARL, yaitu Capability (C) artinya kemampuan melaksanakan

alternatif, Accesability (A) artinya kemudahan dalam melaksanakan alternatif,

Readiness (R) artinya kesiapan dalam melaksanakan alternatif dan Leverage

(L ) artinya daya ungkit alternatif. Dalam menyelesaikan masalah diberikan

rentang nilai 1-5 yaitu:

Skor 5 : Sangat mampu

Skor 4 : Mampu

Skor 3 : Cukup mampu

Skor 2 : Kurang mampu

Skor 1 : Tidak mampu

Tabel 3.15 Alternatif Pemecahan Masalah Dengan Menggunakan Metode


CARLdi RSUD Haji Makassar Pada Bulan November Tahun 2017

NO ALTERNATIF C A R L
PENYELESAIAN
MASALAH
1 Workshop pelatihan Caring bagi 4 4 4 4
perawat
2 4 4 4 4
Workshop character Building
Training (CBT) bagi perawat

86
5. Analisis Fish Bone

Identifikasi penyebab masalah dapat dilakukan dengan menganalisis masalah

menggunakan diagram tulang ikan (fish bone analysis). Analisa fish bone

dilakukan hanya untuk satu masalah prioritas yang rencananya akan

ditindaklanjuti sebagai berikut:


Standar
komunikasi
Man Material efektif perawat
dan komitmen
dlam mengikuti
kompetensi standar

persepi perawat pendidikan Komunikasi


tidak efektif
dan
komitmen 87
yang kurang
dalam
bekerja
Kenyamanan
pelatihan
dan kepuasan
pasien

Pelayanan yang
sosalisasi
optimal
terhadap psien

Lingkungan Method

6. Tabel 3.16 Perencanaan implementasi kegiatan residensi II RSUD Haji


Makassar 2017

No Implementasi Sasaran Tempat Target Hasil Metode

1 Workshop Kabid Keperawatan, Ruangan Menambah Presentasi


pelatihan Seksi Pengembangan pertemuan pemahaman Materi dari
Caring bagi Keperawatan, Seksi RSUD Haji tentang Pakar
perawat Monev, Kepala Makassar komunikasi
pelaksana Instalasi keperawatan, efektif
kepala ruangan, katim dengan
komite prinsip
keperawatan,Perwakil service
an perawat pelaksana excellent

2 Workshop Kabid Keperawatan, Ruangan Menambah Presentasi,


character Seksi Pengembangan pertemuan pemahaman role

88
No Implementasi Sasaran Tempat Target Hasil Metode

Building Keperawatan, Seksi RSUD Haji tentang play,diskusi,ga


Training Monev, Kepala Makassar memperkuat mes
(CBT) bagi Instalasi keperawatan, karkter
perawat kepala ruangan, katim pribadi
komite dalam
keperawatan,perwakil bekerja
an perawat pelaksana untuk
menguatkan
komitmen

Tabel 3.17 Implementasi Kegiatan Residensi II RSUD Haji Makassar 2017

Desember (Minggu I – IV)

No Kegiatan Implementasi I II III IV

04 10 11 17 18 24 25 31

1 Workshop pelatihan Caring


bagi perawat pelaksana

2 Workshop character Building


Training (CBT) bagi perawat
4 Pendampingan evaluasi caring
bagi perawat

89
Desember (Minggu I – IV)

No Kegiatan Implementasi I II III IV

04 10 11 17 18 24 25 31

5 Pendampingan pengisian
evaluasi diri character
building training perawat
6 Evaluasi

BAB IV
IMPLEMENTASI

Tahap implementasi merupakan tahap dimana akan dilakukan intervensi yang

telah disusun dan ditetapkan untuk direalisasikan dengan mempertimbangkan

pola kekuatan organisasi berdasarkan hasil analisis SWOT.Pada tahapan ini

90
mahasiswa bekerjasama dengan kepala bidang keperawatan RSUD Haji

Makassar serta melakukan bimbingan teknis daripada supervisor. Adapun

masalah yang telah disepakati untuk selanjutnya dilaksanakan adalah belum

optimalnya caring perawat pelaksana serta perlunya peningkatan komitmen

perawat dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai perawat

pelaksana melalui workshop caring and character building

Rumah sakit merupakan pusat pelayanan kesehatan dimana seluruh elemen

yang berada didalamnya harus mampu memberikan pelayanan yang prima dan

komperehensif kepada masyarakat selaku penerima jasa pelayanan kesehatan.

Salah satu profesi yang paling berperan penting dalam meningkatkan mutu dan

kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah perawat, hal ini tidak terlepas

dari peran perawat yang berada 24 jam bersama dengan pasien sehingga kualitas

perawat menjadi salah satu indikator penting dalam mewujudkan keberhasilan

sebuah rumah sakit.

Untuk menciptakan perawat yang berkualitas dalam pelayanan kesehatan

terhadap pasien maka pondasi utama yang harus dimiliki oleh seorang perawat

adalah mampu bersikap peduli atau caring serta diperkuat dengan attitude untuk

menguatkan komitmen individu sebagai seorang perawat

91
RSUD Haji Makassar merupakan rumah sakit yang memiliki visi dan misi

menjadikan rumah sakit pendidikan Islami terbaik dan terpercaya di Sulawesi

selatan sehingga dalam mewujudkan upaya tersebut maka perlunya peningkatan

kompetensi perawat dalam hal berkomunikasi,penampilan,bersikap yang

tergambar dalam perilaku caring serta didukung dengan penguatan karakter

perawat tersebut

Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan

perhatian, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi

yang merupakan kehendak keperawatan. Selain itu caring mampu mempengaruhi

cara berpikir seseorang, perasaan dan perbuatan seseorang serta mempelajari

filosofi dalam beretika. (Potter & Perry,2010)

Caring adalah sentra untuk praktik keperawatan karena caring merupakan

suatu pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih

meningkatkan kepeduliannya kepada klien. Dalam praktik keperawatan caring

merupakan bagian inti yang menjadi pondasi utama perawat dalam melayani

pasien.(Alligood,2014)

Character Building Training (CBT) merupakan model pelatihan dengan

pendekatan kecedasan Emosi dan piritual, mnggiring para peserta pelatihan akan

dapat menghancurkan hambatan mental dan hambatan teknis di atas sehingga

92
potensi dan kekuatan pada dirinya dapat lebih dioptimalkan untuk mencapai

dream/ impian dan cita-citanya. Character Building dengan pendekatan

kecerdasan emosi & spiritual (ESQ) Membangun Kecerdasan Rohani Potensi IQ,

EQ, dan SQ.” Dengan harapan dapat dijadikan stimulan untuk mendukung

terciptanya manusia unggul dan terpadu (Ulil Albab).

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah diadakan di RSUD Haji dalam

bentuk wawancara dengan Kabid Keperawatan,Kasi pengembangan,Kasi

Monev,FGD dengan Kepala Ruangan,pengambilan data dari Perawat

Pelaksana,Katim, dan pasien maka yang menjadi kebutuhan utama bagi perawat

di rumah sakit Haji Makassar adalah perilaku caring yang perlu dioptimalkan

sesuai dengan data yang menunjukkan bahwa dari jumlah responden yang

tersebar di semua ruangan terdapat 55,9% yang menunjukkan caringnya baik

terhadap pelayanan yang diberikan kepada pasien dan terdapat 44,1% yang

menunjukkan caringnya kurang terhadap pelayanan yang diberikan kepada

pasien rawat inap di ruang perawatan RSUD Haji Makassar

Dengan melihat kondisi di atas, maka kami akan melaksanakan Caring

and Character Building Training for nurse . Dimana hal ini sangat penting bagi

perawat dalam menjalankan tugasnya karena dengan pelatihan ini dapat

memperbaiki perilaku caring dan mindset perawat tentang hal-hal terkait kinerja

dan motivasi bekerja berkelompok sehingga dalam pekerjaan sehari-hari

kebersamaan tetap terjaga dengan baik sesuai fungsi masing-masing.

93
A. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah kegiatan ini perawat dan bidan mampu menunjukkan sikap caring

( komunikasi,sikap,dan penampilan yang baik ) serta lebih termotivasi dalam

bekerja secara profesional

2. Tujuan Khusus ;

a. Membetuk peserta pelatihan untuk memahami komunikasi yang baik dan

efektif terhadap pasien

b. Membentuk peserta pelatihan untuk memahami penampilan dan sikap

dihadapan pasien

c. Membentuk peserta pelatihan dapat mengenal jati dirinya, mengelola

Rohani dan membangun karakter yang mulia.

d. Menumbuhkan motivasi kerja bagi perawat dengan prinsip ikhlas

beramal

e. Menumbuhkan kesadaran perawat dalam membangun etos kerja yang

produktif sehingga tercipta iklim kerja yang harmonis, penuh semangat ,

mampu melahirkan komitmen, loyalitas dalam bekerja sehingga

terwujud pribadi pekerja yang saling menghargai antar perawat apapun

statusnya dengan mengembangkan sikap, jujur, adil, bijaksana dan

tanggungjawab.

94
B. Gambaran Umum Kegiatan

 Bersurat ke masing-masing ruang perawatan untuk meminta perwakilan

masing-masing ruangan yang akan diikutkan dalam workshop

 Mengidentifikasi materi/topik dalam pelaksanan workshop

 Menyusun kerangka acuan kegiatan pelaksanaanWorkshop

 Mengidentifikasi & menghubungi pemateri yang akan digunakan

 Mempersiapkan Materi/bahan bacaan, dokumen-dokumen yang berhubungan

dengan materi pembahasan

C. Fasilitator

 Dr.Elly L.Sjattar, S.Kp.,M.Kes

 Silvia Malasari.,S.Kep.,Ns.,MN

 Dr.Nurhidayat M.Said.,S.Ag.,M.Ag

D. Waktu dan Tempat

Kegiatan ini akan dilaksanakan di RSUD Haji Makassar pada tanggal 7-8

Desember 2017

E. Pembiayaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan ini bekerja sama dengan komite keperawatan RSUD Haji

Makassar dengan Mahasiswa residensi PSMIK UNHAS

F. Evaluasi

- Peserta mengikuti pelatihan sampai dengan selesai, dengan presentasi

kehadiran 100%

95
- Terjadi peningkatan pengetahuan perawat setelah dilaksanakan kegiatan

tersebut

SUSUNAN ACARA CARING AND CHARACTER BUILDING for NURSE

TGL 7 DESEMBER 2017

Hari/TGL Waktu Materi Pemateri

Kamis, 07 Pembukaan Protokol

Desember Sambutan Ka. Bidang


Ns. Adam, S.Kep,
2017 Keperawatan RSU Haji
M.Kep
Makassar
07.30-08.00
Dr. Elly L Sjattar,

Sambutan Supervisior Institusi S.Kep, Ns, M.Kes/ Ns.

PSMIK UH Makassar Silvia Malasari S.Kep,

MN

Perspektif caring dalam


pelayanan keperawatan

Silvia
-Etika dan estetika perawat
08.00-10.00 Malasari.,S.Kep.,Ns.,M
dalam melayani pasien
N

-tekhnik komunikasi efektif


dalam melayani pasien

10.15-12.15 Peningkatan dan penguatan Dr.Nurhidayat


komitmen perawat dalam
M.Said.MA
melayani pasien melalui
Charcter Building for Nurse

96
(CBN)

12.15-13.30 ISHOMA

Praktek komunikasi efektif dan


etika perawat dalam melayani
Jumat,08 pasien (role play ) Silvia
Desember Malasari.,S.Kep.,Ns.,M
2017 09.00-11.45 N

13.00 Penutupan Fasilitator dan

Mahasiswa

BAB V
EVALUASI

A. Evaluasi kegiatan workshop caring and character Building for Nurse

Kegiatan workshop ini dilaksanakan sesuai dengan waktu dan tempat

yang telah direncanakan pada hari kamis – jumat, tanggal 07-08 Desember

2017 mulai pukul 08.00 – 15.00 WITA bertempat diruang pertemuan RSUD

Haji Makassar.workshop dilaksanakan melalui persiapan dari panitia

pelaksana yaitu mahasiswa residensi RSUD Haji Makassar dengan bekerja

sama kepala bidang keperawatan,kepala seksi pengembangan,kepala seksi

97
monitoring dan evaluasi,kepala instalasi rawat inap,supervisior klinik,

supervisior institusi, serta perawat pelaksana. Kegiatan ini terselenggara

dengan mengundang pemateri dan peserta, menyiapkan kebutuhan workshop

dan menjadi pendamping fasilitator kegiatan

Pada kegiatan ini peserta yang hadir adalah 35 orang hal ini melebihi

dari target yang ditetapkan oleh panitian yaitu 26 orang peserta, hal ini

menandakan bahwa antusiasme peserta dari perawat pelaksana di RSUD Haji

Makassar sangat tinggi untuk mengikuti materi yang sangat menarik

ini.adapun undangan disebar ke kepala bidang keperawatan, kepala seksi

monitoring dan evaluasi,kepala seksi pengembangan,kepala instalasi rawat

inap,kepala ruangan untuk permintaan peserta dua orang dari tiap – tiap ruang

perawatan dan ruang rawat inap. Pemateri pada kegiatan ini sebanyak 2 orang

yang memberikan materi yang berbeda. Dua pemateri yang dihadirkan antara

lain dosen program studi ilmu keperawatan universitas Hasanuddin dan ketua

tim character building UIN Alauddin Makassar yang merupakan pakar

dibidangnya masing – masing.

Sebelum pelaksanaan workshop dilakukan, mahasiswa residensi

melakukan pengkajian di RSUD Haji Makassar dan menemukan bahwa 47 %

caring perawat belum optimal terhadap pelayanan ke pasien serta komitmen

perawat sehingga hal ini menjadi penting dalam pengembangan pelayanan

keperawatan di RSUD Haji pada khususnya. Kegiatan ini dihadiri dan dibuka

oleh kepala bidang keperawatan RSUD Haji Makassar dalam hal ini diwakili

98
oleh kepala seksi monitoring dan evaluasi sekaligus sebagai supervisior

klinik. Pada hari pertama pemateri yang dibawakan yaitu terkait character

building nurse yang dibawakan dengan sangat antusias oleh pemateri dan

peserta juga sangat antusias, materi dibawakan dengan presentase power point

secara teori disertai dengan motivasi dalam pendekatan pendidikan karakter

bagi perawat pelaksana. Materi kedua dibawakan terkait dengan caring

perawat dengan metode power point dan peserta diberikan contoh kasus. Pada

hari kedua peserta diberikan pre test terkait caring perawat kemudian peserta

kembali diberikan contoh kasus untuk dibuatkan role play oleh peserta

workshop, setelah role play diruangan workshop peserta kemudian diarahkan

oleh fasilitator dan panitia ke ruangan pasien untuk melakukan praktik

langsung komunikasi terapeutik dengan pasien.acara kemudian dilanjutkan

dengan penutupan oleh kepala bidang keperawatan RSUD.Haji Makassar.

Secara keseluruhan acara berlangsung sukses dengan antusiasme yang sangat

tinggi dari para peserta workshop.

Adapun hambatan yang didapatkan dalam pelaksanaan workshop yaitu

sebatas masalah kendala tekhnis berkaitan dengan kondisi ruangan yang

digunakan kurang kondusif karena daya tampung tidak sebanding dengan

jumlah peserta yang hadir dalam kegiatan workshop ini. Akan tetapi hal ini

tidak menjadi hambatan yang berarti bagi peserta untuk mengikuti seluruh

agenda kegiatan workshop sampai selesai.

99
B. Evaluasi kegiatan Pendampingan workshop caring and character

building for Nurse

Setelah dilaksanakan workshop selama dua hari tangga 7 – 8 Desember 2017

di ruangan pertemuan RSUD Haji Makassar maka selanjutnya dilakukan

evaluasi pada perawat pelaksana peserta workshop yang terbagi didalam

ruang perawatan di RSUD Haji Makassar dalam bentuk tools perilaku caring

serta melakukan observasi pada aktifitas perawat tersebut dalam melayani

pasien dan medapatkan informasi dari pasien di ruang perawatan. Adapun

hasil evaluasi caring perawat yang didapatkan dapat terlihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 3.18 Hasil Evaluasi perilaku Caring Perawat Pelaksana RSUD Haji
Makassar

Frekuensi
Caring Perawat
n %
Baik 26 96,3

Kurang 1 3,7

Total 27 100

Berdasarkan tabel diatas, bahwa caring perawat pelaksana di RSUD

Haji Makassar setelah dilakukan workshop dan pembimbingan caring

100
menunjukkan bahwa dari 26 jumlah responden terdapat 96,3 % yang

menunjukkan caringnya baik terhadap pelayanan yang diberikan kepada

pasien dan terdapat 3,7 % yang menunjukkan caringnya kurang terhadap

pelayanan yang diberikan kepada pasien rawat inap di ruang perawatan RSUD

Haji Makassar

Adapun rencana tindak lanjut dari hasil evaluasi caring perawat ini

yaitu nantinya diharapkan menjadi panduan pengusulan oleh bidang

keperawatan untuk disepakati dan disahkan oleh Direktur Umum RSUD.Haji

Makassar dan bisa diaplikasikan kepada seluruh tenaga perawat di RSUD.Haji

Makassar mengingat betapa pentingnya perilaku caring perawat dalam

melayani pasien untuk mewujudkan visi dan misi rumah sakit.

BAB VI
PEMBAHASAN

Keperawatan merupakan model pelayanan keperawatan profesional

yang memiliki paradigma atau komponen keperawatan yang terdiri dari manusia,

kesehatan, lingkungan dan perawat itu sendiri. Perawat merupakan bentuk

profesi yang sangat mulia karena dibutuhkan kesabaran dalam melayani pasien

di rumah sakit. Seorang perawat harus mampu melayani pasien dengan

memperhatikan sisi keterampilan intelektual, teknik dan interpersonal antara

101
pasien dan perawat yang direfleksikan dalam perilaku caring perawat.[ CITATION

Asm15 \l 1033 ]

Caring merupakan hal yang sangat penting dalam keperawatan karena

pada hakikatnya caring merupakan sikap dasar seorang perawat . caring

memiliki tiga unsure yang tidak dapat dipisahkan dalam profesi keperawatan

yaitu perhatian, tanggung jawab dan dilakukan secara ikhlas.[ CITATION Sit07 \l

1033 ]

Dalam pelayanan di rumah sakit dari persepktif pasien bahwa perilaku

caring perawat merupakah salah satu indikator terpenting yang harus dimiliki

seorang perawat melalui penghormatan dan penghargaan kepada pasien dalam

bentuk pemberian perhatian dengan mempelajari kesukaan pada pasien, caring

secara sederhana tidak hanya diartikan sebagai bentuk perasaan emosional yang

dituangkan dalam bentuk perilaku namun caring merupakan refleksi dari sikap

perawat dalam meningkatkan kualitas layanan kepada pasien. Perilaku caring

sangatlah penting karena mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan dan

kepuasaan pasien sehingga mampu meningkatkan citra positif dari institusi

pelayanan kesehatan.[ CITATION Per10 \l 1033 ]

Adapun masalah yang telah disepakati dan ditindaklanjuti pada

kegiatan residensi II mahasiswa PSMIK Unhas adalah perlunya peningkatan dan

optimalisasi caring perawat melalui kegiatan workshop dan pendampingan.

Dalam kegiatan ini yang melibatkan bidang keperawatan dan perawat pelaksana

sangat efektif dan antusiasme yang tinggi diikuti oleh perawat pelaksana

102
sehingga sangat efektif dengan optimalnya caring perawat pelaksana dari 44 %

belum optimal pada saat sebelum dilakukan pelatihan caring dan setelah

dilakukan pelatihan dan workshop caring perawat meningkat sangat singnifikan

dan haya 3,7 % caring perawat yang belum optimal

Berdasarkan Hasil Survei yang dilakukan oleh Kemenkes pada tahun

2010 pada beberapa rumah sakit di Indonesia yang terdiri dari 23 rumah sakit

umum dan swasta. Survey ini dilakukan pada 5 kota besar di Indonesia dan

ditemukan 9 titik permasalahan, salah satunya adalah sebanyak 65,4% pasien

mengeluh kurangnya kepedulian perawat, sikap perawat yang kurang ramah,

kurang simpatik dan jarang senyum.[ CITATION Dep10 \l 1033 ]

Caring bersumber dari teori yang di temukan oleh jean Watson

dimana meyakini bahwa praktek caring merupakan inti dari keperawatan.

Intervensi keperawatan yang terkait dengan parawatan manusia disebut sebagai

carative faktor. Carative Faktor ini dikelompokkan Wakson menjadi 10 faktor

utama dan 10 faktor ini sering juga disebut sebagai inti keperawatan. Aspek

kunci dari paradigma keperawatanjelas dalam karya Watson adalah lingkungan

(salah satu yang mendukung peduli manusia), manusia (baik pasien danperawat),

kesehatan (dalam hal promosi kesehatan danpencegahan penyakit), dan

keperawatan (apa perawat berkontribusi untuk pertemuan dengan pasien).

[ CITATION All171 \l 1033 ]

103
Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa caring merupakan hal

yang sangatlah penting dalam pelayanan keperawatan diantaranya

Pada penelitian Bicher (2000) bahwa anak anak memiliki keterbatasan dalam

menjelaskan kepedulian perawat sehingga dalam menilai caring perawat dibantu

oleh orang terdekat mereka seperti orang tua ataupu pengasuhnya.(Adereti et,al

2014) Pada penelitian ini yang menggunakan responden anak yang berusia

antara 7-14 tahun yang dirawat pada ruang bangsal serta pengasuhnya maka

ditemukan tidak ada perbedaan persepsi antara anak dan orang tua terkait caring

perawat dengan hasil baik melalui pengukuran PP dan PCGS. (Adereti et,al

2014) Penelitian lain terkait caring perawat pada anak dengan menggunakan

indikator teori swanson dalam melihat caring perawat pada anak dengan cedera

otak dengan support pada keluarganya dengan partisipan 42 pengasuh dari 37

keluarga dengan desain kualitiatif. Hasil dari penelitian ini dapat bahwa

kepedulian perawat pada keluarga anak penderita cedera otak sangat baik dan

memenuhi indikator teori swanson serta merekomendasikan bahwa aplikasi teori

swanson ini sangat baik untuk dijadikan pedoman perawat dalam menilai caring

pada pasien anak dan pengasuhnya.(Roscigno, 2016)

Peran perawat sangatlah penting dalam merawat pasien paliatif , dalam sebuah

penelitian di swedia pada pasien paliatif yang dilakukan pada beberapa tempat

baik dirumah sakit, dipanti jompo, ataupun perawatan rumah dengan menilai

responden sebanyak 191 pasien dengan perawata terminal dengan menggunakan

104
intrumen QPP_PC, Dari penelitian didapatkan hasil bahwa paien merasa puas

dengan kepedulian perawat dimana secara siginifikan bahwa beberapa elemen

penting memiliki penilaian tinggi dari pasien terhadap sikap perawat diantaranya

perawatan,kejujuran,hormat dan empati, suasana.(Sandsdalen et al., 2016)

Pada penelitian lain terkait sikap caring perawat pada pasien HIV AIDS

dengan pendekatan kualitatatif dengan wawancara semi terstruktur pada 12

praktisi kesehatan bahwa caring perawat sangat dibutuhkan sebagai

profesionalisme dalam merawat pasien HIV AIDS dengan tidak mengecualikan

karena penyakitnya .(Marins & Muniz, 2014). Perawatan paliatif sangat penting

dalam menjaga kualitas hidup pada pasien dalam tahap terminal sehingga

dukungan dari keluarga dan kepedulian perawat sangatlah penting karena

kehidupan pasien kanker paru sangat dipengaruhi oleh kondisi stress psikologis

sehingga diberikan dukungan , pendidikan, dan perawatan diri pasien.(Fujinami

et,al, 2013)

Sikap kepedulian perawat dalam merawat pasien sangat berhubungan dengan

proses asuhan keperawatan yang diberikan hal ini sejalan dengan sebuah

penelitian yang dilakukan di empat negara diantaranya cyprus, swedia, finlandia,

dan yunani dengan melihat persepsi pasien kanker terhadap sikap kepedulian

perawat. Hasil penelitian ini adalah tingkat kepedulian perawat terhadap pasien

sangat tinggi dalam hal konsep dan pendidikan kesehata pada pasien tertinggi di

swedia dan terendah di yunani.(Suhonen et al, 2016)

105
penelitian yang dilakukan oleh (Findik & Arslan, 2015) Pada penelitian

dengan meggunakan pendekatan corss sectional dengan jumlah responden

sejumlah 425 pasien pada tujuh klinik disalah satu rumah sakit pendidikan di

turki dengan hasil menunjukkan bahwa pasien merasa puas dengan kepedulian

dan sikap perawat dalam merawat pasien dengan mengunakan indikator ICS-A

=Realisasi praktik keperawatan ICS-B = Persepsi individual dalam perawatan

NSNS = skala kepuasan pasien dalam keperawatan. Hal lain pada penelitian

(Eskimez et al, 2015) menunjukkan tingginya angka kepuasan pasien terhadap

kepedulian perawat yang dilakukan di turkey Jumlah responden dalam penelitian

ini 368 yang terdiri dari 148 perempuan dan 220 laki laki yang berada beberapa

ruang perawatan intensif dengan hasil perawat diruang perawatan intensif

menemukan 76,1% pasien menilai perawat peduli dan sangat tergantung dengan

kepedulian perawat hal ini membuktikan bahwa sikap caring perawat sangat

tinggi dan angka ketergantungan pasien terhadap perawat juga sangat tinggi.

Persepsi pasien terhadap caring perawat telah membuktikan bahwa

caring merupakan pondasi utama keperawatan yang tidak hanya dinilai dari

pasien tetapi perawat itu sendiri, dalam sebuah penelitian di Iran dimana 150

pasien yang dirawat di rumah sakit Boushehr dan 50 perawat yang merawat

mereka menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan konsep caring

antara perawat dan pasien yang sama sama menjadi titik kekuatan dari profesi

keperawatan.(Hajinezhad & Azodi, 2014)

106
Perilaku caring perawat sangat dibutuhkan pada pasien jiwa , dalam suatu

penelitian yang menilai persepsi pasien dan perawat terhadap pasien jiwa yang

sedang dalam pengasingan dan penggunaan restrain ,dalam penelitian ini

meneliti 64 perawat dan 80 pasien jiwa yang sudah bisa dikendalikan sehingga

didapatkan bahwa perawat tidak sepakat dengan sistem pengasingan pasien

karena ini tidak memenuhi konsep kepedulian perawat serta pasien juga merasa

tidak dipenuhi kebutuhannya saat dilakukan pengasingan.(Okanli, 2016), selain

caring dari perawat caring dari keluarga juga sangat membantu proses

penyembuhan pasien hal ini dilakukan pada penelitian di Indianapolis disebutkan

bahwa keluarga yang sering memberikan dukungan positif akan meningkatkan

motivasi dari lansia.(Herbernaan et al, 2014)

Dalam konsep caring yang dilakukan oleh perawat dibutuhkan karakter,

kesadaran dan sikap perawat untuk memenuhi hak hak pasien, dalam sebuah

penelitian di turki tentang cara cara yang dilakukan perawat dalam memenuhi

kebutuhan pasien dengan responden 211 perawat dimana ditemukan bahwa rata

rata perawat telah terlatih dalam memenuhi hak hak pasien dan salah satunya

prinsip caring.(Utkualp, 2016).

Melalui pendidikan sikap caring pada perawat dapat ditanamkan, sebuah studi

penelitian di jepang yang menilai pentingnya pendidikan dalam sikap merawat

pasien tumor dimana didapatkan hasil bahwa program pendidikan yang efektif

dan intensif terhadap perawat dijepang dapat meningkatkan pengetahuan perawat

107
serta mengurangi kesulitan perawat dalam merawat pasien tumor.(Nagamatsu,

Natori, Yanai, & Horiuchi, 2014)

BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Dari hasil pengkajian ditemukan bahwa masalah dalam manajemen

keperawatan dengan melihat skala prioritas di RSUD Haji Makassar

adalah perilaku caring perawat yang belum optimal dalam melayani

pasien serta perlunya pembangunan karakter bagi perawat pelaksana

108
dalam meningkatkan komitmennya untuk bisa maksimal dalam

menjalankan tupoksinya dalam pelayanan pasien

2. Tujuan dan rencana alternative yang disusun sesuai dengan kesepakatan

dan kerja sama dengan pihak rumah sakit antara lain :

a. Melaksanakan workshop character Buliding for Nurse dengan sasaran

perawat pelaksana dan kordinasi bidang keperawatan

b. Melaksanakan workshop caring bagi perawat pelaksana dengan

kordinasi dan naungan dari bidang keperawatan ,seksi monitoring dan

evaluasi,serta seksi pengembangan

3. Kegiatan ini terlaksana dengan baik dan lancar, semua kegiatan yang

direncanakan tersusun sesuai jadwal dan terlaksana dengan baik

4. Dari hasil intervensi yang dilaksanakan oleh mahasiswa residensi selama

dalam melakuka kegiatan residensi dirumah sakit menunjukkan bahwa

sikap caring perawat menjadi hal yang sangat penting dimiliki oleh

perawat sebagai ruh dan pondasi utama dalam melayani pasien sehingga

diperlukan komitmen bersama baik dari perawat pelaksana, ketua

tim,kepala ruangan,komite keperawatan,bidang keperawatan serta semua

yang terlibat dalam pelayanan kesehatan agar mampu menghadirkan

kualitas pelayanan keperawatan yang optimal dari tatanan manajemen

yang berjalan dengan kordinasi yang baik sehingga meningkatkan rasio

kepuasan pasien.

B. Saran

109
1. Bagi Rumah Sakit

Perlunya komitmen yang kuat dari seluruh stakeholder khususnya

manajemen keperawatan dan pimpinan terkait pelaksanan tindakan

keperawatan.perlunya diberikan pelatihan secara berkelanjutan yang

inovatif bagi perawat pelaksana untuk meningkatkan kuliatas perawat di

RSUD Haji Makassar

2. Bagi mahasiswa residensi

a. Untuk mahasiswa residensi selanjutnya, diharapkan mengevaluasi dan

melanjutkan impelementasi yang berjalan sekarang serta

menambahkan intervensi pendukung yang lebih inovatif yang berbasis

bukti untuk membangun manajemen keperawatan yang lebih baik

b. Memperdalam kajian literatur dalam menganalisis permasalahan dan

mengusulkan alternative pemecahan masalah sehingga hasil yang

didapatkan benar benar berbasis bukti dan ilmiah serta melihat

kesesuaian antara kebutuhan rumah sakit dengan kondisi pelaksanaan

kegiatan

110
DAFTAR PUSTAKA

Adereti, S. C., & Nursing, M. S. (2014). . O R I G I N A L Paediatric Patients and


Primary Care Givers ’ Perception of Nurse-Caring Behaviour in South Western
Nigeria, 7(2), 610–621.
Alligood, M. R. (2017). Pakar teori keperawatan. Jakarta: El sevier Saunders.
Asmadi. (2015). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Ayuningtyas, D. (2015). Kebijakan Kesehatan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

111
Azwar. (2010). Pengantar Administrasi kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara.

Daft, R. L., & Lane, P. G. (2008). The Leadership Experience 4th Ed. united states:
Thompson South Western.

Dalimunthe, R. F. (2009). Pengaruh Karakteristik individu,kewirausahaan,gaya


kepemimpinana terhadap kemampuan usaha serta keberhasilan usaha industri kecil
tenun dan bordir di sumatera, Disertasi. Surabaya: Universitas Airlangga.

Depkes.RI. (2010). Standa Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta:


http://www.depkes.go.id/.

Findik, U. Y., & Arslan, B. K. (2015). Patients ’ Perception of Individualized Care


and Satisfaction with Nursing Care Levels in Turkey, 8(2).
Fujinami et al. (2013). NIH Public Access, 16(6).
http://doi.org/10.1188/12.CJON.E210-E220.Quality
Gillies, D. A. (2000). Manajemen Keperawatan : Suatu Pendekatan Sistem.
Philadelphia: W.B.Saunders.

Hajinezhad, M. E., & Azodi, P. (2014). Nurse Caring Behaviors from Patients ’ and
Nurses ’ Perspective : A Comparative Study, 3(4), 1010–1017.
Hebermann et al. (2014). NIH Public Access, 27(4), 182–187.
http://doi.org/10.1097/NUR.0b013e318295576b.Caring
Huber, D. L. (2014). Leaderhip & Nursing Care Management, Fifth Editio, ed:5.
Lowa City: University Of Lowa City.

Kaswan. (2013). Leadership and teamworking. Jakarta: Alfabeta.

Okanli, A. (2016). Patients ’ Perspectives on and Nurses ’ Attitudes toward the Use
of Restraint / Seclusion in a Turkish Population, 9(3), 932–939.
Marquis, B. L., & Houston, C. J. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan Edisi Keempat. Jakarta: EGC.

Marins, C., & Muniz, O. (2014). Caring for women with HIV / AIDS : an
interactionist analysis from the perspective of female healthcare professionals,
35(2).

112
Murray, J. S. (2010). Moral courage in healthcare : acting ethically even in presence
of risk : the online journal of issue in nursing : a scholary journal of the american
nurses assosiation. Journal of ANA: http://doi.org//10.3912/OJIN.Vol15.3.02.

Nagamatsu, Y., Natori, Y., Yanai, H., & Horiuchi, S. (2014). Nurse Education Today
Impact of a nursing education program about caring for patients in Japan with
malignant pleural mesothelioma on nurses ’ knowledge , dif fi culties and
attitude : A randomized control trial. YNEDT, 3–9.
http://doi.org/10.1016/j.nedt.2014.02.007
Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan : Konsep Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika.

Potter, & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan : Konsep,proses,praktek edisi 7


Volume 3. Jakarta: EGC.

Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2016). Perilaku Organisasi Edisi 16. Jakarta:
Salemba Empat.

Roscigno, C. I. (2016). Parent Perceptions of How Nurse Encounters Can Provide


Caring Support for the Family in Early Acute Care After Children’s Severe
Traumatic Brain Injury, 2–15. http://doi.org/10.1097/JNN.0000000000000192
Sitorus, R. (2007). Model praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC.

Suarli, & Bahtiar. (2010). Manajemen Keperawatan dengan pendekatan praktis.


Jakarta: Erlangga.

Sandsdalen, T., Grøndahl, V. A., Hov, R., Høye, S., & Rystedt, I. (2016). Patients ’
perceptions of palliative care quality in hospice inpatient care , hospice day
care , palliative units in nursing homes , and home care : a cross-sectional study.
BMC Palliative Care. http://doi.org/10.1186/s12904-016-0152-
Suyanto. (2009). Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Rumah
Sakit. Jogjakarta: Mitra Cendekia Press.

Suhonen, R., Investigator, P., & Science, N. (2016). Hospitalised cancer patients ’
perceptions of individualised nursing care in four European countries.
http://doi.org/10.1111/ecc.12525
Swanburg, R. C. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan.
Jakarta: EGC.

113
Triwibowo. (2013). Manajemen Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta:
TIM.

Utkualp, N. (2016). Awareness and Attıtudes of Nurses Workıng in a Unıversıty


Hospıtal on Patıents ’ Rıghts, 9(1), 185–198.
Whitehead, D., Weiss, S., & Tappen, R. (2007). Essensial Of Nursing Leadership
and Management. United States: Davis Company.

114

Anda mungkin juga menyukai