Anda di halaman 1dari 118

KARYA ILMIAH AKHIR

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN Tn G DENGAN


PRIORITAS GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
DAN NUTRISI PADA PASIEN TUBERKULOSIS DI
RUANGAN BAJI ATI RSUD. LABUANG BAJI
PROVINSI SULAWESI SELATAN

Oleh :

Nening Florantina Dailangi S.Kep


NIM : 20.04.021

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR

PRODI PROFESI NERS

2020/2021
KATA PENGANTAR

Berlimpah puji syukur dan rasa terimakasih penulis

panjatkan kehadirat Tuhan Yesus sebagai jurus selamat penulis

yang mana atas berkat, kasih dan anugraNya yang telah menyertai

serta memberikan kekuatan untuk tetap kuat, sabar dan tekun

dalam menjalani segala proses perkuliahan selama ini sampai

menyelesaikan penyusunan Karya Ilmia Akhir yang berjudul

“Manajemen Asuhan Keperawatan Tn. G Dengan Prioritas

Gangguan Kebutuhan Oksigenasi Dan Nutrisi Pada Pasien

Tuberkulosis Di Ruangan Baji Ati RSUD. Labuang Baji Provinsi

Sulawesi Selatan”.

Dalam melakukan penyususan karya ilmiah akhir ini, penulis

telah mendapatkan banyak masukkan, bantuan, dan bimbingan

dari berbagai pihak yang sangat berguna dan bermanfaat baik

secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada

kesempatan yang baik ini dengan kesungguhan hati penulis

menghanturkan banyak-banyak terima kasih yang sebesar-besar

dan setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak H. Sumardin Makka, SKM., M.Kes. Selaku Ketua

Yayasan Perawat Sulawesi Selatan.

viii
2. Ns. Makkasau Plasay, S.Kep.,M.Kes., M.EDM Selaku

Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panakkukang

Makassar Panakkukang Makassar.

3. Ibu Ns. Suriyani.,S.Kep.,M.Kep. Selaku Ketua Program

Studi Profesi Ners Sekolah Ilmu Kesehatan Stikes

Panakkukang Makassar.

4. Ibu Ns. Suriyani.,S.Kep.,M.Kep. Selaku pembimbing yang

memberikan bimbingan selama proses penyusunan

Karya Ilmiah Akhir ini serta yang telah memberi arahan,

kritikan serta penilaian demi kesempurnaan dan kesiapan

penyusunan Karya Ilmiah Akhir.

5. Direktur RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan

yang telah mengizinkan untuk melakukan praktik RSUD

Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan Diruangan Baji

Ati

6. Orang tua saya tercinta YAKUB DAILANGI, dan saudara-

saudarku tersayang yang memberikan banyak dukungan

serta doa yang tiada henti-hentinya.

7. Keluarga besar Pogram Studi Profesi Ners 2020 baik dari

tim dosen maupun dari rekan-rekan mahasiswa dan

sahabat-sahabatku Putri Mahpirah Amir dan Fitriani yang

telah menberikan bantuan, support dan kebersamaan

dengan kalian takan terlupakan.

ix
8. Civitas akademika STIKES Panakkukang Makassar.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan Karya Ilmiah Akhir

ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, akan tetapi dengan segala

kerendahan hati, penulis memberanikan diri untuk

mempersembahkannya sebagai wujud keterbatasan kemampuan

yang penulis miliki, olehnya itu koreksi, saran dan kritikan yang

sifatnya membangun penulis hargai untuk menyempurnakan

penelitian yang serupa di masa akan datang.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan

balasan pahala yang berlipat dari TUHAN.

Makassar, 28 Januari 2022

Nening Florantina Dailangi

x
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii

KATA PENGANTAR............................................................................... viii

DAFTAR ISI ....................................................................................... xi

DAFTAR TABEL................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xv

DAFTAR SINGKATAN......................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1

A. Latar Belakang....................................................................... 1

B. Tujuan Penelitian ................................................................... 6

C. Manfaat penelitian ................................................................. 7

D. Sistematika Penulisan ............................................................ 8

BAB II TINJAUAN KASUS KELOLAAN..................................................9

A. Tinjaun tentang teori ............................................................ 9

1. Pengertian konsep dasar medis ...................................... 9

2. Anatomi Dan Fisiologi ...................................................... 9

3. Etiologi ............................................................................. 17

4. Patofisiologi ...................................................................... 21

5. Penalaksanaan ................................................................. 23

B. Kebutuhan Oksigenasi ........................................................... 28

xi
1. Pengertian Oksigenasi ..................................................... 28

2. Fisiologi Sistem Pernapasan ............................................ 29

3. Anatomi Sistem Pernapasan ............................................ 31

4. Etiologi ............................................................................ 40

C. Kebutuhan Nutrisi .................................................................. 45

1. Pengertian Nutrisi ............................................................. 45

2. Fisiologi Sistem ................................................................ 46

3. Etiologi ............................................................................ 48

D. Konsep Asuhan Keperawatan ................................................ 58

1. Pengkajian........................................................................ 58

2. Diagnosa Keperawatan .................................................... 57

3. Perencanaan Keperawatan .............................................. 60

4. Implementasi Keperawatan .............................................. 67

5. Evaluasi ........................................................................... 67

E. Tinjauan Kasus ...................................................................... 68

1. Gambaran Kasus.............................................................. 68

2. Identitas Pasien ............................................................... 68

3. Pemeriksaan Fisik ............................................................ 69

4. Pengkajian head To toe .................................................... 69

5. Pengkajian Biologis .......................................................... 72

6. Pemeriksaan Penunjang................................................... 73

7. Klasifikasi Data ................................................................. 75

8. Analisa Data ..................................................................... 76

xii
9. Diagnosa Keperawatan .................................................... 78

10. Perencanaan Keperawatan .............................................. 79

11. Implemtasi Keperawatan .................................................. 83

12. Evaluasi Keperawatan ...................................................... 83

BAB III PEMBAHASAN KASUS KELOLAAN.........................................93

A. Analisa Kasus ........................................................................ 93

B. Masalah Keperawatan ........................................................... 94

C. Intervensi Keperawatan ......................................................... 94

D. Implementasi Keperawatan.................................................... 95

E. Evaluasi Keperawatan ........................................................... 96

BAB IV PENUTUP..................................................................................104

A. Kesimpulan ........................................................................... 104

B. Saran ..................................................................................... 105

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... xviii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.....................................................................xxi

LAMPIRAN

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberculosis Paru (TB paru) merupakan suatu penyakit yang

disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis yang menyerang

paru-paru sehingga pada bagian dalam alveolus terdapat bintil-bintil

atau peradangan pada dinding alveolus dan akan mengecil (Nugroho,

2017).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO)

memperkirakan bakteri penyebab TB paru dapat membunuh sekitar 2

juta jiwa setiap tahunnya. Pada tahun 2002 sampai 2020 diperkirakan

sekitar 1 milyar manusia akan terinfeksi tuberkulosis paru. Dengan

kata lain, perubahan jumlah infeksi lebih dari 56 juta tiap tahunnya.

Berdasarkan data WHO tahun 2018, TB Paru merupakan salah satu

dari 10 penyakit penyebab kematian terbesar di dunia. Pada tahun

2017, sebanyak 10 juta orang menderita TB Paru. Indonesia

menduduki peringkat ketiga dengan beban tertinggi di dunia untuk

kasus TB dan sekaligus penyebab kematian nomor empat setelah

penyakit kardiovaskuler (WHO,2018)

Kementrian Kesehatan RI (2018), memaparkan insidensi kejadian

TB paru di Indonesia pada tahun 2016 berada pada angka 298.128

kasus per tahun dan mengalami peningkatan pada tahun 2017

1
menjadi 420.994 kasus. Dari keseluruhan kasus, jumlah kasus

dengan BTA positif adalah sebanyak 156.723 kasus dengan hasil

pengobatan gagal sebanyak 0,4%, loss to follow up (hilang dari

pengamatan) 5,4%, pengobatan lengkap 43,1% dan sembuh 42%.

Angka kejadian TB Paru jika dilihat dari segi usia, paling banyak yaitu

berada pada rentang usia 45-54 tahun sebanyak 19,82%. Menurut

Riskesdas (2018), insidensi TB Paru di Indonesia tahun 2018 yaitu

sebanyak 321 per 100.000 penduduk. Banyaknya jumlah penderita TB

dikarenakan rendahnya angka keberhasilan pengobatan, dimana

angka keberhasilan pengobatan TB pada tahun 2016 yaitu 75,4% dan

pada tahun 2017 meningkat menjadi 85,1%. Sedangkan Kemenkes

menetapkan target minimal 88%. Dengan demikian, Indonesia belum

mencapai standar angka keberhasilan pengobatan TB paru yang

sudah ditetapkan(Kemenkes,RI 2018).

Kasus TB Paru di berbagai kota juga menjadi perhatian seperti di

kota Makassar, dimana pada tahun 2018 terdapat sebanyak 1.164

kasus dengan hasil pengobatan sembuh sebanyak 76,05%,

pengobatan lengkap sebanyak 59,97% dan Drop Out sebanyak 8,7%.

Dilihat dari angka kasus TB di berbagai Puskesmas dan Rumah Sakit

didapatkan bahwa pada tahun 2018, angka kejadian kasus TB Paru

terbanyak yaitu di BBKPM Kota Makassar sebanyak 144 kasus.

Sedangkan jumlah kasus TB Paru tahun 2019 dari bulan Januari –

Agustus 2019 yaitu sebnyak 121 kasus. Berdasarkan hasil

2
pengobatan tahun 2018 didapatkan bahwa pasien dengan angka

pengobatan lengkap sebanyak 39,58% dan 82% diantaranya

dinyatakan sembuh. Berdasarkan hal ini dapat dilihat bahwa angka

kesembuhan masih dibawah standar Kemenkes yaitu 88% (Dinkes

Kota Makasar, 2018).

Untuk Gejala umum pada pasien Tuberkulosis diantaranya batuk

selama 3-4 minggu atau lebih dengan gejala tambahan yaitu batuk

darah, sesak nafas, badan lemas dan nafsu makan menurun, berat

badan menurun, malaise, berkeringat pada malam hari tanpa kegiatan

fisik, dan demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes,2017).

Komplikasi pada penderita tuberculosis stadium lanjut: hemoptosis

berat (perdarahan dari saluran pernafasan bawah) yang dapat

mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya

jalan nafas. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial. Beronkiektasis

(pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat

pada peroses pemulihan atau reaktif) Peumotorak (adanya udara

dalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena kerusakan

jaringan paru, penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang,

ginjal, dan sebagainya (Tamsuri,2018).

Sesak nafas merupakan gangguan yang sering ditemukan pada

pasien Tuberkulosis dan dapat menyebabkan kurang oksigen

sehingga Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses kehidupan,

Oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh, oksigen

3
merupakan masalah utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar

manusia Hal ini telah terbukti pada seseorang yang menderita yang

kekurangan oksigen akan mengalami Hipoksia dan akan terjadi

kematian Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus terpenuhi karena jika

kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang, maka akan terjadi

kerusakan pada jaringan otak dan apabila hal itu berlangsung lama

akan menimbulkan kematian System yang berperan dalam proses

pemenuhan kebutuhan adalah system pernapaan, persarafan, dan

kardiovaskuler. Pada manusia, proses pemenuhan kebutuhan oksigen

dapat dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui saluran

pernapasan, memulihkan dan memperbaiki organ pernapasan agar

berpungsi secara normal serta membebaskan saluran pernapasan

dari sumbatan yang menghalangi masuknya oksigen.

Dalam lingkup keperawatan, perawat harus paham dengan

manifestasi tingkat pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien TB

Paru, serta mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan

pemenuhan kebutuhan tersebut. Itulah sebabnya, perawat perlu

memahami secara mendalam konsep oksigenasi pada manusia.

Oksigenasi merupakan proses penambahan O2 ke dalam sistem

(kimia atau fisika). Oksigen berupa gas tidak berwarna dan tidak

berbau, yang mutlak dibutuhkn dalam proses metabolism sel Akibat

oksigenasi ( Andina & Yuni 2017).

4
Sejak Itu Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

adalah keadaan ketika individu yang tidak NPO mengalami penurunan

berat badan karena tidak adekuatnya asupan atau metabolisme zat

nutrisi untuk kebutuhan tubuh, (Carpenito, 2017). Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yaitu keadaan yang dialami

seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko

penurunan berat badan akibat ketidak cukupan nutrisi untuk

kebutuhan metabolisme, (Hidayat, 2018)

Salah satu masalah yang sering terjadi pada penderita

Tuberculosis adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah

keadaan individu yang mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk

memenuhi kebutuhan metabolik. Memelihara status nutrisi penderita

TB Paru penting dilakukan untuk mempertahankan status nutrisi

pasien dalam keadaan baik, Kebanyakan pasien penderita TB Paru

mengalami penurunan berat badan sampai tingkat tertentu selama

masa penyakit mereka, (Hidayat, 2018).

Berdasarkan latar belakang dan data yang didapatkan tersebut

penulis tertarik untuk mengembangkan dan mendokumentasikan

asuhan keperawatan dalam sebuah karya ilmiah akhir dengan judul

“Manajemen Asuhan Keperawatan Tn, G Dengan Prioritas

Gangguan Kebutuhan Oksigenasi dan Nutrisi Pada Tuberkulosis

(TB).

5
1. Tujuan

a. Tujuan umum

Mendapatkan gambaran secara jelas tentang pelaksaan asuhan

keperawatan yang berkaitan dengan tindakan pemberian

oksigenasi dan Nutrisi pada Tn G di ruang Baji Ati RSUD. Labuang

Baji Provinsi Selawesi Selatan.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Mendapatkan pengalaman nyata tentang Pengkajian tentang

oksigenasi dan Nutrisi pada pasien Tuberkulosis (TB)

2. Mendapatkan pengalaman nyata tentang perumusan diagnosa

keperawatan pada pasien Tuberkulosis (TB) dengan tindakan

Oksigenasi dan Nutrisi

3. Mendapatkan gambaran nyata tentang perencanaan

keperawatan pada pasien Tuberkulosis (TB) dengan tindakan

pemberian oksigenasi dan Nutrisi

4. Mendapatkan pengalaman nyata dalam melakukan

implementasi keperawatan pada pasien Tuberkulosis (TB)

dengan tindakan pemberian oksigenasi dan Nutrisi

5. Mendapatkan pengalaman nyata dalam melaksanakan evaluasi

keperawatan pada pasien Tuberkulosis (TB) dengan tindakan

pemberian oksigenasi dan Nutrisi

6
2. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini antara lain :

a. Institusi

Hasil penulisan ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas

pembelajaran dan mengembangkan ilmu yang berkaitan dengan

system neurologis khususnya mengenali asuhan keperawatan

dengan tindakan pemberian oksigenasi dan pemberian Nutrisi

b. Rumah Sakit

Hasil penulisan ini dapat dijadikan bahan masukan dan informasi

mengenai tindakan pemberian oksigenasi dan Nutrisi di ruang Baji

Ati RSUD. Labuang Baji Provinsi Selawesi Selatan. Hal ini

diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan

keperawatan dalam yang diwujudkan dengan meningkatkan

kepuasaan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan.

c. Penulis

Dapat mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam

memberikan asuhan keperawatan serta mengapliksikan ilmu yang

diperoleh selama pendidikan.

3. Sistematika Penulisan

Karya ilmiah ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

a. Tempat dan Pelaksanaan Pengambilan Kasus

7
Kasus ini dilaksanakan di Ruang Baji Ati RSUD. Labuang Baji

Provinsi Selawesi Selatan pada saat praktek Keperawatan Dasar

Profesi pada tanggal 27 april 2021.

b. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengambilan data yang dilakukan dengan

menggunakan teknik observasi dan wawancara untuk pengembilan

data cukup banyak dari informan.

8
BAB II

Tinjauan Kasus Kelolaan

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Dasar Medis

a. Pengertian Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh kuman TB (mycobacterium tuberculosis).

Kuman tersebut masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara

ke dalam paru-paru,dan menyebar dari paru-paru ke organ

tubuh yang lain melalui peredaran darah seperti kelenjar limfe,

saluran pernapasan atau penyebaran langsung ke organ tubuh

lainnya (Febrian, 2017).

TB merupakan penyakit infeksi kronis yang sering terjadi

atau ditemukan di tempat tinggal dengan lingkungan padat

penduduk atau daerah urban, yang kemungkinan besar telah

mempermudah proses penularan dan berperan terhadap

peningkatan jumlah kasus TB (Ganis indriati, 2018).

2. Anatomi Fisiologi

Paru merupakan salah satu organ vital yang memiliki fungsi

utama sebagai alat respirasi dalam tubuh manusia, paru secara

spesifik memiliki peran untuk terjadinya pertukaran oksigen (O2)

dengan karbon dioksida (CO2) Pertukaran ini terjadi pada

9
alveolus – alveolus di paru melalui sistem kapiler (Wherdhani,

2017).

Paru terdiri atas 3 lobus pada paru sebelah kanan, dan 2

lobus pada paru sebelah kiri. Pada paru kanan lobus –

lobusnya antara lain yakni lobus superior, lobus medius dan

lobus inferior, Sementara pada paru kiri hanya terdapat lobus

superior dan lobus inferior Namun pada paru kiri terdapat satu

bagian di lobus superior paru kiri yang analog dengan lobus

medius paru kanan, yakni disebut sebagai lingula pulmonis Di

antara lobus – lobus paru kanan terdapat dua fissura, yakni

fissura horizontalis dan fissura obliqua, sementara di antara

lobus superior dan lobus inferior paru kiri terdapat fissura

obliqua (Mukty, 2017).

Paru sendiri memiliki kemampuan recoil, yakni

kemampuan untuk mengembang dan mengempis dengan

sendirinya. Elastisitas paru untuk mengembang dan mengempis

ini di sebabkan karena adanya surfactan yang dihasilkan oleh

sel alveolar tipe 2 Namun selain itu mengembang dan

mengempisnya paru juga sangat dibantu oleh otot – otot

dinding thoraks dan otot pernafasan lainnya, serta tekanan

negatif yang teradapat di dalam cavum pleura Paru manusia

terbentuk setelah embrio mempunyai panjang 3 mm

10
Pembentukan paru di mulai dari sebuah Groove yang berasal

dari Foregut Selanjutnya pada Groove ini terbentuk dua

kantung yang dilapisi oleh suatu jaringan yang disebut Primary

Lung Bud. Bagian proksimal foregut membagi diri menjadi 2

yaitu esophagus dan trakea Pada perkembangan selanjutnya

trakea akan bergabung dengan primary lung bud Primary lung

bud merupakan cikal bakal bronchi dancabang-cabangnya

Bronchial-tree terbentuk setelah embrio berumur 16 minggu,

sedangkan alveoli baru berkembang setelah bayi lahir dan

jumlahnya terus meningkat hingga anak berumur 8 tahun

Ukuran alveol bertambah besar sesuai dengan perkembangan

dinding toraks Jadi, pertumbuhan dan perkembangan paru

berjalan terus menerus tanpa terputus sampai pertumbuhan

somatic berhenti (John B.west, 2017).

Saluran pernafasan terdiri dari rongga hidung, rongga

mulut, faring, laring, trakea, dan paru Laring membagi saluran

pernafasan menjadi 2 bagian, yakni saluran pernafasan atas

dan saluran pernafasan bawah Pada pernafasan melalui paru-

paru atau pernafasan external, oksigen di pungut melalui

hidung dan mulut. Pada waktu bernafas, oksigen masuk melalui

trakea dan pipa bronchial ke alveoli dan dapat erat hubungan

dengan darah didalam kapiler pulmunaris (John B.West,2017)

11
Hanya satu lapis membran yaitu membran alveoli, memisahkan

oksigen dan darah oksigen menembus membran ini dan

dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke

jantung Dari sini dipompa didalam arteri kesemua bagian tubuh

Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100

mmhg dan tingkat ini hemoglobinnya 95% Di dalam paru-paru,

karbon dioksida, salah satu hasil buangan Metabolisme

menembus membran alveoli, kapiler dari kapiler darah ke alveoli

dan setelah melalui pipa bronchial, trakea, dinafaskan keluar

melalui hidung dan mulut ( Wartonah & dkk,2017).

a. Hidung

Hidung terdiri dari hidung eksterna dan rongga hidung

dibelakang hidung eksterna Hidung eksterna terdiri dari

kartilago sebelah bawah dan tulang hidung disebelah atas

ditutupi bagian luarnya dengan kulit dan pada bagian

luarnya dengan kulit dan pada bagian dalamnya dengan

membrane mukosa. Rongga hidung memanjang dari nostril

pada bagian depan apertura posterior hidung, yang keluar

ke nasofaring bagian belakang Rongga hidung tersebut

ditutupi oleh membrane mukosa.

Faring atau tenggorokan adalah struktur seperti tuba

yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring.

12
Faring dibagi menjadi tiga region nasal, oral, dan laring.

Nasofaring terletak disebelah belakang rongga hidung,

dibawah dasar dari tengkorak dan disebelah depan vertebra

servikalis ke 1 dan ke 2, nasofaring bagian depan keluar ke

rongga hidung dan bagian bawah keluar ke orofaring.

Auditorius (tuba eutakhia) keluar kedinding lateral

nasofaring pada masing-masing sisinya. Tonsil orofaring

merupakan bantalan jaringan limfe pada dinding nasofaring

posterior superior Orofaring merupakan sesuatu yang

umum pada sistem pernafasan dan pencernaan karena

makanan masuk kedalam nya dari mulut dan udara masuk

juga kedalamnya dari nasofaring dan paru-paru.

b. Laring

Laring merupakan struktur yang lengkap dari kartilago

kartilago tiroid epiglottis kartilago krikoid dan dua buah

kartilao arytenoid. Kartilago tiroid terbesar pada trachea

sebagian dari kartilago ini membentuk jakun.Epiglottis, daun

katup kartiolago yang menutupi ostium ke arah laring

selama menelan Kartilago krikoid satu-satunya cincin

kartilago yang komplit dalam laring (terletak dibawah

kartilago tiroid). Kartilago arytenoid (2 buah) kartilago

13
arytenoid; digunakan dalam gerakan pita suara dengan

kartiago tiroid.

c. Trakhea

Trakhea merupakan tuba yang lentur atau fleksibel

dengan panjang sekitar 10 cm dan lebar 2,5 cm. trakhea

menjalar dari kartilago krikoid ke bawah depan leher dan

kebelakang manubrium sternum, untuk berakhir pada sudut

dekat sternum. Dimana trakea tersebut berakhir dengan

membagi kedalam bronkus kanan dan kiri. Dileher trakea

disilangi pada bagian depannya oleh istmus dari kelenjar

tiroid dan beberapa vena. Trakea terbentuk dari 16-20 helai

kartilago yang berbentuk C dihubungkan satu sama lainnya

dengan jaringan fibrosa. Dengan konstruksi yang demikian

membuatnya tetap terbuka bagaimanapun posisi dai kepala

leher. Permukaan posterior trakea agak pipih (karena cincin

tulang rawan disitu tidak sempurna). Tempat dimana trakea

bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan dikenal

sebagai karina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat

menyebabkan bronkopasme dan batuk yang kuat jika

dirangsang.

14
d. Bronkhulus

Terdapat beberapa devisi bronkhus didalam setiap lobus

paru. Pertama adalah bronkus lobaris ( tiga pada paru

kanan dan dua pada paru kiri). Bronkus lobaris dibagi

menjadi bronkus segamental (10 pada paru kanan dan 8

pada paru kiri), yang merupakan struktur yang dicari ketika

memilih posisi drainase postural yang paling efektif untuk

klien tertentu. Bronkus segmental kemudian dibagi lagi

nmenjadi bronkus subsegmental. Bronkus ini dikelilingi oleh

jaringan ikat yang memilki arteri, limpatik dan saraf.

e. Bronkhiolus

Bronkhiolus membentuk percabangan menjadi

bronkhiolus terminalis, yang tidak mempunyai kelenjar

lender dan silia. Bronkhiolus terminalis kemudian menjadi

bronkhiolus respiratori, yang dianggap menjadi saluran

transisional antara jalan udara konduksi dan jalan udara

pertukaran gas. Sampai pada titik ini , jalan udara konduksi

mengandung sekitar 150 ml udara dalam percabangan

trakeobronkial yang tidak ikut serta dalam pertukaran gas.

Ini dikenal sebagai ruang rugi fisiologik. Bronkhiolus

respiratori keudian mengarah kedalam duktus alveolar dan

15
sakus alveolar kemudian alveoli. Pertukaran oksigen dan

karbondioksida terjadi dalam alveoli

f. Alveolus

Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli, yang

tersusun dalam klaster antara 15-20 alveoli. Begitu

banyaknya alveoli ini sehingga jika mereka bersatu untuk

membentuk satu lembar, akan menutupi area 70 meter

persegi.

3. Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium

tuberculosis bakteri atau kuman ini berbentuk batang sebagian

besar kuman berupa lemat atau lipid sehingga kuman tahan

terhadap asam dan lebih tahan terhadap kimia atau fisik. Sifat dari

kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah dengan banyak

oksigen dan daerah yang memiliki kandungan oksigen tinggi yaitu

apikal atau apeks paru daerah ini menjadi tempat perkembangan

pada penyakit tuberculosis selain itu faktor penyebabnya yaitu

herediter jenis kelamin, usia,stress, meningkatnya sekresisteroid,

infeksi berulang.

Penyebab tuberkulosis Basil ini tidak berspora sehingga mudah

dibasmi dengan sinar matahari, pemanasan dan sinar ultraviolet.

Terdapat 2 macam mycobacterium tuberculosis yaitu tipe human

16
dan bovin Basil tipe human berada di bercak ludah (droplet) di

udara yang berasal dari penderita TB paru dan orang yang rentan

terinfeksi bila menghirup bercak ludah ini (Nurrarif & Kusuma,

2017).

Cara penularan TB Menurut (Puspasari, 2019)

1. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.

2. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke

udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali

batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.

3. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan

dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat

mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari

langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan

selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.

4. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya

kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat

kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien

tersebut.

5. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB

ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya

menghirup udara tersebut.

17
4. Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala pada TB paru yaitu batuk >3 minggu,

nyeri dada, malaise, sesak nafas, batuk darah, demam. Tanda

dan gejala pada TB paru dibagi menjadi 2 bagian yaitu gejala

sistemik dan respiratorik (Padila,2018).

a. Gejala sistemik yaitu:

1) Demam

Adanya proses peradangan akibat dari infeksi bakteri

sehingga timbul gejala demam. Ketika mycobacterium

tuberculosis terhirup oleh udara ke paru dan menempel

pada bronkus atau alveolus untuk memperbanyak diri,

maka terjadi 8 peradangan (inflamasi) ,dan metabolisme

meningkat sehingga suhu tubuh meningkat dan terjadilah

demam.

2) Malaise

Malaise adalah rasa tidak enak badan, penurunan

nafsu makan, pegal-pegal, penurunan berat badan dan

mudah lelah.

18
b. Gejala respiratorik yaitu:

1) Batuk

Batuk dimulai dari batuk kering (non produktif)

kemudian muncul peradangan menjadi produktif atau

menghasilkan sputum yang terjadi lebih dari 3 minggu

(Suprapto,Abd.Wahid & Imam,2018).

2) Batuk darah

Batuk darah atau hemoptisis merupakan batuk

yang terjadi akibat dari pecahnya pembuluh darah Darah

yang dikeluarkan bisa bervariasi berupa garis atau

bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam

jumlah yang banyak (Suprapto,Abd.Wahid& Imam,2018).

3) Sesak nafas

Pada awal TB sesak nafas tidak ditemukan Sesak

nafas ditemukan jika penyakit berkelanjutan dengan

kerusakan paru yang meluas atau karena adanya hal lain

seperti efusi pleura pneumothorax dan lain-lain

(Suprapto,Abd.Wahid & Imam,2018).

19
4) Nyeri dada

Gejala nyeri dada dapat bersifat bersifat lokal

apabila yang dirasakan berada pada tempat patologi

yang terjadi, tapi dapat beralih ke tempat lain seperti

leher,abdomen dan punggung. Bersifat pluritik apabila

nyeri yang dirasakan akibat iritasi pleura parietalis yang

terasa tajam seperti ditusuk-tusuk pisau (Smeltzer &

Bare,2017).

5. Patofisiologi

Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran

pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit.

Kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi melalui udara (airborne),

yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman

basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Saluran

pencernaan merupakan tempat masuk utama jenis bovin, yang

penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi.

Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh

respon imunitas perantara sel Sel efektornya adalah makrofag

sedangkan limfosit (biasanya sel T) adalah sel

imunoresponsifnya Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal

melibatkan makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh

20
limfosit dan limfokinnya Respon ini disebut sebagai reaksi

hipersensitivitas (lambat).

Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang

relatif padat dan seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis

kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan

jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan

fibroblast, menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi

menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya

akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi

primer paru-paru dinamakan fokus Gohn dan gabungan

terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer

dinamakan kompleks Gohn respon lain yang dapat terjadi pada

daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas

kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular

yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam

percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang

kembali ke bagian lain dari paru-paru, atau basil dapat terbawa

sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil

dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan

jaringan parut bila peradangan mereda lumen bronkus dapat

menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat

perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental

21
sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung

sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip

dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini dapat

menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi

hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan

aktif.

Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau

pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah

bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil dapat

menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran

ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang biasanya

sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu

fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier.

Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah

sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskular

dan tersebar ke organ-organ tubuh.

6. Penatalaksaan Medik

a. Tujuan Pengobatan

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien,

mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan

rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman

terhadap OAT

22
b. Prinsip pengobatan

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip -

prinsip sebagai berikut:

1) OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa

jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai

dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT

tunggal (monoterapi) .Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis

Tetap (OAT – KDT) lebih menguntungkan dan sangat

dianjurkan.

2) Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat,

dilakukan pengawasan langsung (DOT = Directly

Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan

Obat (PMO).

3) Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap

intesif dan lanjutan.

c. Tahap awal (Intensif)

1) Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap

hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah

terjadinya resistensi obat.

23
2) Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara

tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular

dalam kurun waktu 2 minggu.

3) Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA

negatif (konversi) dalam 2 bulan.

d. Tahap Lanjutan

1) Pada Tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih

sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama

2) Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister

sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

c. Jenis, Sifat dan Dosis OAT

d. Panduan OAT yang digunakan di Indonesia

1) Panduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional

Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia:

a) Kategori 1:2(HRZE)/(HR)3.

24
b) Kategori2:2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.Disamping

kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan

(HRZE)

c) Kategori Anak: 2HRZ/4HR

d) Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan

dalam bentuk paket berupa obat kombinasi dosis

tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak

sementara ini disediakan dalam bentuk OAT

kombipak.

e) Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4

jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan

dengan berat badan pasien.Paduan ini dikemas

dalam satu paket untuk satu pasien.

f) Paket Kombipak..Terdiri dari obat lepas yang

dikemas dalam satu paket, yaitu Isoniasid,

Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol.Paduan OAT

ini disediakan program untuk mengatasi pasien

yang mengalami efek samping OAT KDT.Paduan

OAT ini disediakan dalam bentuk paket, dengan

tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan

menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan

25
sampai selesai.Satu (1) paket untuk satu (1) pasien

dalam satu (1) masa pengobatan.

g) KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam

pengobatan TB: Dosis obat dapat disesuaikan

dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas

obat dan mengurangi efek samping. Mencegah

penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan

resiko terjadinya resistensi obat ganda dan

mengurangi kesalahan penulisan resep. Jumlah

tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga

pemberian obat menjadi sederhana dan

meningkatkan kepatuhan pasien.

B. Kebutuhan Oksigenasi

1. Definisi kebutuhan oksigenasi

Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan

oleh tubuh bersama dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon,

dan nitrogen. Oksigen merupakan unsur yang diperlukan oleh tubuh

dalam setiap menit ke semua proses penting tubuh seperti

pernapasan, peredaran, fungsi otak, membuang zat yang tidak

dibutuhkan oleh tubuh, pertumbuhan sel dan jaringan, serta

pembiakan hanya berlaku apabila terdapat banyak oksigen.

26
Oksigen juga merupakan sumber tenaga yang dibutuhkan untuk

metabolisme tubuh (Atoilah & Kusnadi, 2017).

Oksigen sangat dibutuhkan oleh tubuh dan harus selalu

dipenuhi dengan segera. Tanpa adanya oksigen yang cukup sel

dalam tubuh akan mengalami kerusakan bahkan kematian Sebagai

contoh organ otak Otak adalah suatu organ yang sensitive akan

kurangnya oksigen Otak mampu menoleransi kurangnya oksigen

dalam jangka waktu tiga sampai lima menit Apabila lebih dari itu, sel

otak akan mengalami kerusakan secara permanen (Haswita &

Sulistyowati, 2017). Kurangnya oksigen dalam tubuh juga dapat

menyebabkan penurunan berat badan Tubuh akan sulit

berkonsentrasi karena proses metabolism terganggu akibat

kurangnya suplai oksigen dalam darah yang akan mengedarkan

makanan ke seluruh tubuh, akibatnya nafsu makan berkurang dan

berat badan mengalami penurunan. Hal ini membuktikan bahwa

oksigen berperan penting dalam proses metabolism dan

kelangsungan hidup manusia (Haswita & Sulistyowati, 2017).

2. Fisiologi Sistem Pernapasan

Berdasarkan tempatnya proses pernapasan terbagi menjadi dua

yaitu:

a. Pernapasan eksternal

27
Eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu pada

keseluruhan proses pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan

eksternal dan sel tubuh. Secara umum proses ini berlangsung

dalam tiga langkah, yakni :

b. Ventilasi pulmoner

Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru

melalui proses ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara

lingkungan eksternal dan alveolus. Proses ventilasi ini

dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu jalan napas yang

bersih, system saraf pusat dan system pernapasan yang utuh,

rongga toraks yang mampu mengembang dan berkontraksi

dengan baik, serta komplians paru yang adekuat.

c. Pertukaran gas alveolar.

Setelah oksigen masuk alveolar, proses proses

pernapasan berikutnya adalah difusi oksigen dari alveolus ke

pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah pergerakan molekul

dari area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area

berkonsentrasi atau bertekanan rendah. Proses ini berlangsung

di alveolus dan membran kapiler, dan dipengaruhi oleh

ketebalan membran serta perbedaan tekanan gas.

d. Transpor oksigen dan karbon dioksida.

28
Tahap ke tiga pada proses pernapasan adalah tranpor

gas-gas pernapasan. Pada proses ini, oksigen diangkut dari

paru menuju jaringan dan karbon dioksida diangkut dari

jaringan kembali menuju paru.

3. Tujuan pemberian oksigenasi

Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dapat dilakukan

dengan pemberian oksigen dengan menggunakan kanula dan

masker, fisioterapi dada, dan cara penghisapan lendir (suction)

Tujuan:

a. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan

b. Untuk menurunkan kerja paru-paru

c. Untuk menurunkan kerja jantung penyampain oksigen ke jaringan

tubuh ditentukan oleh sistem respirasi kardiovaskuler dan

keadaan hematologi.

4. Anatomi Sistem Pernapasan

a. Saluran Nafas Atas

1) Hidung

a) Terdiri atas bagian eksternal dan internal

b) Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh

tulang hidung dan kartilago

29
c) Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang

dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh

pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum

d) Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang

sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa

hidung

e) Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang

mensekresi lendir secara terus menerus dan bergerak ke

belakang ke nasofaring oleh gerakan silia

f) Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke

dan dari paru-paru

g) Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan

melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke

dalam paru-paru

h) Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori

(penghirup) karena reseptor olfaktori terletak dalam mukosa

hidung, dan fungsi ini berkurang sejalan dengan

pertambahan usia.

2) Faring

a) Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang

menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring

30
b) Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral

(orofaring), dan laring (laringofaring)

c) Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada

traktus respiratorius dan digestif

3) Laring

a) Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago

yang menghubungkan faring dan trakea

b) Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas:

i. Epiglotis

ii. daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring

selama menelan

iii. Glotis

iv. ostium antara pita suara dalam laring

v. Kartilago tiroid

vi. kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini

membentuk jakun (Adam's apple)

vii. Kartilago krik]oid

viii. satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring

(terletak di bawah kartilago tiroid)

ix. Kartilago aritenoid

x. digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago

tiroid

31
xi. Pita suara

xii. ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang

menghasilkan bunyi suara (pita suara melekat pada

lumen laring)

c) Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya

vokalisasi

d) Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari

obstruksi bendah asing dan memudahkan batuk

4. Trakea

a. Disebut juga batang tenggorokan

b. Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut

karina

b. Saluran Nafas Bawah

1) Bronkus

a) Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri

b) Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus

c) Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus

segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9

bronkus segmental

d) Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi

bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat

yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf

32
2) Bronkiolus

a) Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus

b) Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi

lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi

bagian dalam jalan napas

3) Bronkiolus Terminalis

Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis

(yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia)

4) Bronkiolus respiratori

a) Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori

b) Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional

antara jalan napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas

5) Duktus alveolar dan Sakus alveolar

a) Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus

alveolar dan sakus alveolar

b) Dan kemudian menjadi alveoli

6) Alveoli

a) Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2

b) Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu

lembar akan seluas 70 m2

7) Paru-paru

a) Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut

33
b) Terletak dalam rongga dada atau toraks

c) Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi

jantung dan beberapa pembuluh darah besar

d) Setiap paru mempunyai apeks dan basis

e) Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura

interlobaris

f) Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus

g) Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen

sesuai dengan segmen bronkusnya.

8) Pleura

a. Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan

jaringan elastis

b. Terbagi mejadi 2 :

1) Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada

2) Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru

c. Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis

pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan

itu bergerak selama pernapasan, juga untuk mencegah

pemisahan toraks dengan paru-paru

d. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan

atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap paru-paru

34
5. Fisiologi Sistem Pernapasan

Bernafas/pernapasan merupkan proses pertukaran udara

diantara individu dan lingkungannya dimana O2 yang dihirup

(inspirasi) dan CO2 yang dibuang (ekspirasi).Sistem

pernapasan terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru

dan sebuah pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-

otot pernapasan, diafragma, isi abdomen, dinding abdomen,

dan pusat pernapasan di otak. Pada keadaan istirahat frekuensi

pernapasan antara 12-15 kali per menit.

Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :

a. Ventilasi

yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus

ke paru-paru atau sebaliknya.Proses keluar masuknya

udara paru-paru tergantung pada perbedaan tekanan

antara udara atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada

,mengembang, diafragma turun dan volume paru

bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan gerakan pasif

Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :

1) Tekanan udara atmosfir

2) Jalan nafas yang bersih

3) Pengembangan paru yang adekuat

35
b. Difusi

yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida)

antara alveolus dan kapiler paru-paru.Proses keluar

masuknya udara yaitu dari darah yang

bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan

tekanan/konsentrasi yang lebih rendah. Karena dinding

alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh

darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang

disebut membran respirasi.

Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada

masing-masing sisi membran respirasi sangat

mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien

tekanan oksigen antara alveoli dan darah yang memasuki

kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.

Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :

1) Luas permukaan paru

2) Tebal membran respirasi

3) Jumlah darah

4) Keadaan/jumlah kapiler dara

5) Afinitas

6) Waktu adanya udara di alveoli

36
c. Transpor

yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel

jaringan tubuh dan sebaliknya karbondioksida dari jaringan

tubuh ke kapiler Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-

paru ke jaringan dan karbondioksida harus

ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru.

Secara normal 97 % oksigen akan berikatan dengan

hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke

jaringan sebagai oksihemoglobin Sisanya 3 %

ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel-sel.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :

1) Curah jantung (cardiac Output / CO)

2) Jumlah sel darah merah

3) Hematokrit darah

4) Latihan (exercise)

5) Keadaan pembuluh darah

d. System Kardiovaskuler

system respirasi, kardiovaskuler, dan keadaan

hematologi.

Kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat dipengaruhi

oleh fungsi jantung untuk memompa darah sebagai

37
transport oksigen. Darah masuk ke atrium kiri dari vena

pulmonaris Aliran darah keluar dari ventrikel kiri menuju

aorta melalui katup aorta Kemudian dari aorta darah

disalurkan ke seluruh sirkulasi sistemik melalui arteri,

arteriol, dan kapiler serta menyatu kembali membentuk

vena yang kemudian dialirkan ke jantung melalui atrium

kanan Darah dari atrium kanan masuk dalam ventrikel

kanan melalui katup pulmonalis untuk kemudian dialirkan

ke paru-paru kanan dan kiri untuk berdifusi Darah mengalir

di dalam vena pulmonalis kembali ke atrium kiri dan

bersikulasi secara sistemik berdampak pada kemampuan

transport gas oksigen dan karbon dioksida.

6. Faktor-faktor yang memengaruhi kebutuhan oksigen.

a. Faktor Fisiologi

1) Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada

anemia.

2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti

pada obstruksi saluran napas bagian atas.

3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun

mengakibatkan transport O2 terganggu.

4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi,

demam, ibu hamil, luka, dan lain-lain.

38
5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada

seperti pada kehamilan, obesitas, muskulus skeleton

yang abnormal, penyalit kronik seperti TBC paru.

b. Faktor Perkembangan

1) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya

pembentukan surfaktan.

2) Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran

pernapasan akut.

3) Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran

pernapasan dan merokok.

4) Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat,

kurang aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit

jantung dan paru-paru.

5) Dewasa tua : adanya proses penuaan yang

mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas

menurun, ekspansi paru menurun.

c. Faktor Perilaku

1) Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan

penurunan ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi

anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet

yang tinggi lemak menimbulkan arterioklerosis.

2) Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.

39
3) Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh

darah perifer dan koroner.

4) Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) :

menyebabkan intake nutrisi/Fe menurun mengakibatkan

penurunan hemoglobin, alcohol, menyebabkan depresi

pusat pernapasan.

5) Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat

7. Perubahan Fungsi pernapasan

a. Hiperventilasi

Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2

dalam paru-paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam

Hiperventilasi dapat disebabkan karena :

1) Kecemasan

2) Infeksi/sepsis

3) Keracunan obat-obatan

4) Ketidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis

metabolic.

Tanda-tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia,

napas pendek, nyeri dada (chest pain), menurunkan

konsentrasi, disorientasi tinnitus

40
b. Hipoventilasi

Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat

untuk memenuhi penggunaan O2 tubuh atau untuk

mengeluarkan CO2 dengan cukup Biasanya terjadi pada

keadaan atelektasis (kolaps paru)

Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah

nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi,

kardiakdistritmia, ketidakseimbangan elektrolit, kejang dan

kardiak arrest

c. Hipoksia

Tidak adekuatnya pemenuhan O 2 seluler akibat dari

defisiensi O2 yang diinspirasi atau meningkatkan penggunaan

O2 pada tingkat seluler Hipoksia dapat disebabkan oleh :

1) Menurunnya hemoglobin

2) Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak

gunung.

3) Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti pada

keracunan sianida.

4) Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti

pneumonia.

5) Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok.

6) Kerusakan/gangguan ventilasi.

41
Tanda-tanda hipoksia antara lain : kelelahan, kecemasan,

menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat,

pernapasan cepat dan dalam, sianosis, sesak napas, dan

clubbing.

d. macam – macam gangguan yang mungkin terjadi.

1) Asma

Merupakan sebuah kelainan penyumbatan pada saluran

pernapasan yang disebabkan adanya alergi pada

sesuatu seperti : debu,bulu,rambut pada atau masih

banyak lainnya.

2) Influenza

Merupakan sebuah penyakit infeksi akut saluran

pernapasan yang ditandai adanya rasa demam,sakit

otot,sakit kepala dan sering di sertai dengan pilek,sakit

tenggorokan serta batuk yang tidak berdahak.

3) Bronkitis

Merupakan peradangan yang terjadi pada selaput lender

dari saluran bronkial.

4) Sinusitis

Merupakan peradangan yang terjadi pada bagian atas

rongga hidung (sinus paranasalis)

42
5) Tuberculosis (TBC)

Merupakan penyakit yang disebkan oleh bakteri

Mycobacterium Tuberculosis yang membuat bagian

dalam alveolus terdapat bintil-bintil.

C. Konsep kebutuhan nutrisi

1. Definisi kebutuhan Nutrisi

Defisit nutrisi adalah suatu keadaan individu memiliki

penurunan kemampuan mengonsumsi cairan dan makanan padat

dari mulut ke lambung Defisit nutrisi adalah ketidakcukupan

asupan zat gizi dalam memenuhi kebutuhan energi harian karena

asupan makana]n yang tidak memadai atau karena gangguan

pencernaan dan penyerapan makanan (Barbara et al 2017) Defisit

nutrisi adalah suatu keadaaan dialami seseorang dalam keadaan

tidak berpuasa atau resiko penurunan berat badan akibat

ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme

(Hidayat, 2017)

Nutrisi adalah proses pemasukan dan pengolahan zat

makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan

digunakan dalam aktivitas tubuh. Dimana zat makanan itu terdiri

atas zat-zat gizi dan zat lain yang dapat menghasilkan energi dan

tenaga. Nutrisi juga berhubungan dengan kesehatan dan penyakit,

43
termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk

menerima makanan atau bahan-bahan penting dari lingkungan

hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas

penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya.

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaaan dimana

individu yang mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk

memenuhi kebutuhan metabolic (Hidayat, 2017)

2. Fisiologi Sistem

Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan zat

nutrien (zat yang sudah dicerna), air, dan garam yang berasal dari

zat makanan untuk didistribusikan ke sel-sel melalaui sistem

sirkulas Zat makanan merupakan sumber energi bagi tubuh

seperti ATP yang dibutuhkan sel-sel untuk melaksanakn tugasnya

Agar makanan dapat dicerna secara optimal dalam saluran

pencernaan maka saluran encernaan harus mempunyai

persediaan air, elektrolit dan zat makanan yang terus

menerus.Untuk ini dibutuhkan:

a. Pergerakan makan melaui saluran pencernaan.

b. Sekresi getah pencernaan.

c. Absorbpsi hasil pencernaan, air, dan elektrolit.

d. Sirkulasi darah melalui organ gastrointestinal yang membawa

zat yang diabsorbpsi.

44
e. Pengaturan semua fungsi oleh sistem saraf dan hormon

Dalam lumen saluran gastroinrestinal (GI) harus

diciptakan suatu lingkunugan khusus supaya pencernaan dan

absorbsi dapat berlangsung Sekresi kelenjar dan kontraksi otot

harus dikendalikan sedemikian rupa supaya tersedia lingkungan

yang optimal Mekanisme pengendalian lebih banyak

dipengaruhi oleh volume dan komposisi kandungan dan lumen

gastrointestinal Sistem pengendalian harus dapat mendeteksi

keadaan lumen.sistem ini terdapat didalam dinding saluran

gastrointestinal. Kebanyakan refleks GI dimulai oleh sejumlah

rangsangan dilumen yaitu regangan dinding oleh isi lumen

osmolaritas kimus atau konsenttrasi zat yang terlarut, keasaman

kimus atau konsentrsi ion H, dan hasil pencernaan karbohidrat,

lemak, protein (monosakarida, asam lemak dan peptide dari

asam amino).

Proses pencernaan makanan antara lain :

a. Mengunyah

b. Menelan(deglusi)

c. Pengaturan saraf pada tahap menelan

d. Tahap menelan diesofagus

e. Makanan dilambung

f. Pengosongan dilambung

45
g. Factor reflexs duodenum

h. Pergerakan usus halus

i. Gerakan kolon

j. Gerakan mencampur

k. Gerakan mendorong

l. Defekasi

3. Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi

a. Pengetahuan

Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi

dapat mempengaruhi pola konsumsi makan.

b. Prasangka

Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan

bergiz itinggi dapat mempengaruhi status gizi seseorang.

c. Kebiasaan

Kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan

tertentu juga dapat mempengaruhi status gizi

d. Kesukaan

Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat

mengakibatkan kurang variasi makanan, sehingga tubuh tidak

memperoleh zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh.

46
e. Ekonomi

Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi

karena penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan

yang tidak sedikit

4. Macam-Macam Masalah Yang Akan Muncul

a. Kekurangan Nutrisi

Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami

seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko

penurunan berat badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi

kebutuhan matabolisme Tanda klinis :

1) Berat badan 10-20% dibawah normal

2) Tinggi badan dibawah ideal

3) Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot

4) Adanya penurunan albumin serum

Kemungkinan penyebab :

1) Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam

mencerna kalori akibat penyakit infeksi atau kanker

2) Penurunan absrobsi nutrisi

3) Nafsu makan menurun

b. Kelebihan nutrisi

1) Berat badan lebih dari 10% berat ideal

47
2) Obesitas (lebih dari 20 % berat ideal)

3) Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm

pada wanita

4) Adanya jumlah asupan berlebihan aktivitas menurun atau

monoton.

Kemungkinan penyebab:

1) Perubahan pola makan

2) Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman.

3) Obesitas

Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang

mencapai lebih dari 20% berat badan normal Status

nutrisinya adalah melebihi kebutuhan asupan kalori dan

penurunan dalam penggunaan kalori.

4) Malnutrisi

Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan

kekurangan zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan

sebagai masalah asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan

kebutuhan tubuh. Gejala umumnya adalah berat badan

rendah dengan asupan makanan yang cukup atau asupan

kurang dari kebutuhan tubuh, adanya kelemahan otot dan

penurunan energi, pucat pada kulit, membrane mukosa,

konjungtiva dan lain- lain.

48
1) Protein Calorie Malnutrition (PCM/PEM)

Suatu kondisi status nutrisi buruk akibat kurangnya kualitas dan


kuantitas konsumsi nutrisi, dengan kategori sebagai berikut :
a. PCM/ PEM ringan : BB < 80 % BB Normal sesuai umur.
b. PCM/ PEM sedang : BB 60 % BB Normal sesuai umur s/d 80
% BB Normal.
c. PCM/ PEM berat : BB < 60 % BB Normal sesuai umur.
2) Kurang Nutrisi

Kurang nutrisi merupakan masalah yang berhubungan

dengan kekurangan zat gizi pada tingkat sel. Gejala

umumnya adalah berat badan rendah dengan asupan

makanan yang cukup atau asupan kurang dari kebutuhan

tubuh, adanya kelemahan otot, dan penurunan energi,

pucat pada kulit, membrane mukosa , konjungtiva, dll.

3) Diabetes Melitus

Diabetes mellitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi

yang ditandai dengan adanya gangguan metabolism

karbohidrat akibat kekurangan insulin atau penggunaan

karbohidrat secara berlebuhan.

4) Hipertensi

Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga

disebabkan oleh berbagai masalah pemenuhan kebutuhan

49
nutrisi seperti penyebab dari adanya obesitas serta asupan

kalsium, natrium, dan gaya hidup yang berlebuhan.

5) Penyakit jantung coroner

Penyakit jantung coroner merupakan gangguan nutrisi

yang disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah

dan merokok.

6) Kanker

Kanker merupakan gangguan nutrisi yang disebabkan

pengkonsumsian lemak secara berlebihan.

7) Anoreksia nervosa

Merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan

berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi ,

pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, letar

gi dan kelebihan energi.

d. Penilaian Kebutuhan Nutrisi

1. Pengukuran Atropometri

Berat Badan ideal: (Tinggi Badan-100)±10%

Lingkaran Pergelangan tangan

a. Lingkaran lengan atas (MAC/ Mid Aid Cirmumtance)

Nilai normal wanita: 28.5 cm

Nilai normal pria: 28,3 cm

50
D. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Oksigenasi

a. Riwayat keperawatan:

1) Masalah keperawatan yang perna terjadi

a) Perna mengalami perubahan pola pernapasan

b) Perna mengalami batuk dengan sputum

c) Perna mengalami nyeri dada

d) Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-

gejala diatas

2) Riwayat penyakit pernapasan

a) Apakah sering mengalami ISPA,alergi,batuk,Asma,TBC,dan

lain-lain

b) Bagaimana frekuensi setiap kejadian?

3) Riwayat kardiovaskuler

Perna mengalami penyakit jantung (gagal jantu]ng,gagal vertikel

kanan,dll) atau peredaran darah.

4) Gaya hidup

Merokok,keluaraga perokokmLingkungan kerja dengan perokok’

b. Pemerisaan fisik : data fokus

1) Mata

a) Konjungtiva pucat (karena anemia)

51
b) Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)

c) Konjungtiva terdapat pathechia (karena emboli lemah atau

endocarditis)

2) Kulit

a) Sianosis perifer (Vasokontriksi dan menurunnya aliran darah

perifer)

b) Penurunan turgor atau dehidrasi

c) Edema

d) Edema periorbital

3) Jari dan kuku

a) Sianosis

b) Clabbing finger

4) Mulut dan bibir

a) Membran mukosa sianosis

b) Bernapas dengan mengerutkan mulut

5) Hidung

Pernapasan dengan cuping hidung

6) Vena Leher

Adanya disfensi/bendungan

7) Dada

a) Retraksi otot bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas

pernapasan,jalan pernapasan)

52
b) Pergerakan tidak simetris anatara dada kiri dan dada kanan

c) Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara

melewati,rongga pernapasan)

d) Suara napas normal (Vasikuler,bronchovesikuler,bronchial)

e) Suara napas tidak normal (creklerlr rales, ronkk hi, wheezing,

friction rub/pleural friction)

f) Bunyi perkusi (resonan,hipersonan,dullness)

8) Pola pernapasan

a) Pernapasan normal (eupnea)

b) Pernapasan cepat (tachypnea)

c) Pernapasan lambat (bradypnea)

9) Pemeriksaan penunjang.

d) EKG

e) Echocardiography

f) Kateterisasi jantung

g) Angiografi

2. Pengkajian Nutrisi

a. Makanan / Cairan

1) Kehilangan nafsu makan

2) Tak dapat mencerna

3) Penurunan berat badan

4) Turgor kult buruk, kering/kulit bersisik

53
5) Kehilangan otot/hilang lemak sub kutan

a. Riwayat keperawatan dan diet

1) Apakah ada diet yang di lakukan secara khusus ?

2) Anggaran makan, makanan kesukaan, waktu makan

3) Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan

berapa lama periode dietnya

4) Adakah status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet

seperti luka bakat dan demam

b. Faktor yang mempengaruhi diet

1) Kesehatan/ status kesehatan

2) Kultur dan kepercayaan

3) Status social ekonomi

4) Faktor psikologis

c. Pemeriksaan Fisik & Diagnostik

1. Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan fisik : apatis, lesuh

b) Berat badan : obesitas, kurus

c) Otot : flaksia/lemah, tonus berkurang,tenderness,

tidak mampu bekerja

d) Sistem saraf : bingung, rasa terbakar, paresthesia,

reflex menurun

54
e) Fungsi gastrointestinal : anoreksia, konstipasi, diare,

flaktuslen, pembesaran liver atau lien

f) Kardiovaskuler : denyut nadi lebih dari 10x/menit.

irama abnormal, darah rendah/ tinggi

d. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan darah lengkap dengan pemeriksaan feses

2. USG

3. SGOT & SGPT

4. Sikologi : Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel

neoplasma tersebut

5. Rontgen : Mengetahui kelemahan yang muncul ada yang

dapat menghambat tindakan operasi

e. Terapi Medis

1. Terapi farmakologi dengan pemberian obat atau injeksi

vitamin

2. Terapi nonfarmakologi denganmemberikan pendekatan

secara edukasi untuk nafas dalam dan memenuhi nutrisi

cairan dengan minum sedikit tapi sering sesrta memenuhi

nutrisi makanan dengan makan sedikit tapi sering

55
3. Diagnosa Keperawatan

a. Diagnosa Kebutuhan Oksigenasi

1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan

Sekresi yang Tertahan

2) Pola Nafas Tidak Efektif penurunan Ekspansi Paru

3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis,

kerusakan membran alveolar kapiler, sekret yang kental,

edema bronchial.

b. Diagnosa kebutuhan Nutrisi

1) Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis

2) Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

56
4. Perencanaan Keperawatan

a. Kebutuhan Oksigenasi

No Diagnosa Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi

1. Bersihan Jalan Setelah dilakukan Latihan Batuk Efektif

Nafas Tidak Efektif tindakan keperawatan


Observasi :
berhubungan selama 2x24 jam

dengan Sekresi diharapkan bersihan 1. Identifikasi kemampuan

yang Tertahan jalan nafas meningkat, batuk

dengan kriteria hasil : 2. Monitor adanya retensi


SDKI D.0001
sputum
(Hal:18) - Batuk efektif
3. Monitor tanda dan gejala
meningkat
infrksi saluran nafas
- Produksi
4. Monitor input dan uotput
sputummenurun
cairan
- Frekuensi nafas
Terapeutik
membaik

- Pola nafas 1. Atur posisi semi fowler

membaik 2. Pasang perlak atau

bengkok dipangkuan

pasien

57
3. Buang sekret pada

tempat sputum

Edukasi :

1. Jelaskan tujuan dan

prosedur batuk efektif

2. Anjurkan tarik nafas

melalui hidung selama 4

detik, ditahan selama 2

detik, kemudian keluarkan

dari mulut dengan bibir

mencucu (dibulatkan)

selama 8 detik

3. Anjurkan mengulangi tarik

nafas dalam selama 3 kali

4. Anjurkan batuk dengan

kuat langsung setalah

tarik nafas yang ke-3

Kolaborasi :

Kolaborasi pemberian obat

58
2 Pola Nafas Tidak Setelah dilakukan
Manejemen Jalan Nafas
Efektif berhubngan tindakan keperawatan
Observasi :
dengan penurunan selama 2x24 jam
1. Monitor pola nafas
Ekspansi Paru diharapkan tingkat pola
(frekuensi, kedalaman,
nafas membaik dengan
SDKI D.0005 usaha nafas)
kriteria Hasil:
2. Monitor bunyi nafas
(Hal: 26) 1. Sesak menurun
tambahan
2. Penggunaan otot
3. Monitor sputum
bantu nafas
Terapeutuik :
3. Frekuensi nafas

membaik 1. Pertahankan kepatean


4. Kedalaman nafas jalan nafas
membaik 2. Posisikan semi fowler

3. Berikan minum hangat

4. Lakukan fisioterapi dada,

jika perlu

5. Lakukan pengisapan

lendir kyrang dari 15 detik

6. Berikan oksigen

Edukasi :

59
1. Anjurkan asupan cairan

2000 ml/hari

2. Ajarkan teknik batuk

efektif

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian

bronkodolator, ekpektoran,

mukolitik

60
3. Gangguan Setelah dilakukan Terapi Oksigen

pertukaran gas tindakan keperawatan Observasi

berhubungan selama 2x24 jam 1. Monitor kecepatan

dengan sekret yang diharapkan Pertukaran aliran oksigen

kental, edema Gas membaik dengan 2. Monitor posisi alat

bronchial. kriteria Hasil terapi oksigen

1. Bunyi nafas dari 3. Monitor kemampuan


D.0003
menurun menjadi melepaskan oksigen

(Hal. 22) meningkat saat makan

2. Nafas cuping

hidung dari Terapeutik

menurun menjadi 1. Bersihkan sekret pada

meningkat mulut , hidung dan

3. Pola nafas dari trakea

memburuk 2. Pertahankan

menjadi membaik kepatenan jalan nafas

3. Berikan oksigen

tambahan jika perlu

Edukasi

1. Ajarkan pasien dan

keluarga cara

61
menggunakan oksigen

di rumah

Kolaborasi

1. Kolaborasi

pemamtauan oksigen

Table 2.3 Keperawatan pada Tuberkulocis (SDKI,SIKI,SLKI 2019

62
b. Kebutuhan Nutrisi

No Diagnosa Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi

1. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Pemantauan Nutrisi

berhubungan tindakan keperawatan


Observasi
dengan faktor selama 2x24 Jam

psikologis diharapkan nafsu 1. Identifikasi faktor yang

makan membaik mempengaruhi asupan

dengan kriteria hasil gizi

2. Identifikasi perubahan
1. Asupan nutrisi
berat badan
meningkat
3. Identifikasi pola makan
2. Kemampuan
4. Identifikasi
menikmati
kemampuan menelan
makanan
5. Identifikasi kelainan
meningkat
rongga mulut
3. Asupan makanan
6. Monitor asupan oral
meningkat
7. Monitor hasil
4. Keinginan makan
laboratorium
meningkat
Terapeutik

1. Timbang berat badan

63
2. Ukur antropometrik

komposisi tbuh

3. Hitung perubahan

berat badan

4. Dokumentasikan hasil

pemantauan

Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan

prosedur pemantauan

2. Informasikan hasil

pemantauan, jika perlu

2 Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia

berhubungan tindakan Keperawatan Tindakan

dengan Kehilangan selama 1x8 jam Observasi

cairan aktif diharapkan Status 1. periksa tanda dan gejala

cairan membaik degan hipovolemia (mis,

kriteria hasil : frekuensi nadi meningkat,

1. Kekuatan nadi nadi teraba lemah,

meningkat tekanan darah menurun,

2. Turgor kulit turgor kulit menurun,

64
meningkat membrane mukosa

3. Frekuensi nadi kering, lemah)

membaik 2. monitor intake dan output

4. Tekanan darah cairan

membaik Terapeutik

5. Membrane 3. Hitung kebutuhan cairan

mukosa membaik 4. berikan asupan cairan

oral

Edukasi

5. anjurkan meghindari

perubahan posisi

mendadak

Kolaborasi

6. kolaborasi pemberian

cairan isotonis mis, Nacl,

RL)

65
1. Implementasi

Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan

rencana tindakan keperawatan yang telah dibuat. Dalam

melaksanakan rencana tersebut harus diperlukan kerja sama dengan

tim kesehatan yang lain, keluarga dan klien sendiri. Hal-hal yang perlu

diperhatikan :

a. Kebutuhan dasar klien

b. Dasar dari tindakan

c. Kemampuan perseorangan, keahlian atau keterampilan dalam

perawatan.

2. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian keberhasilan rencana keperawatan

dalam memenuhi kebutuhan klien Pada klien dengan Tuberkulosi (TB)

dapat dinilai hasil perawatan dengan melihat catatan perkembangan,

hasil pemeriksaan klien, melihat langsung keadaan dan keluhan klien,

yang timbul sebagai masalah berat.

Evaluasi harus berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai.

Evaluasi dapat dilihat 4 kemungkinan yang menentukan tindakan-

tindakan perawatan selanjutnya antara lain:

66
E. Tinjauan Kasus

1. Gambaran Kasus

Tn G umur 61 tahun masuk RSUD Labuang Baji Makassar pada

tanggal 27 april 2021 dengan diagnosa Tuberkulosis paru (TB) dan

akan dilakukan tindakan Pemberiaan Oksigenas Nasal Canule 6

liter, masuk RS karena sesak Nafas sejak 3 hari, Batuk berdahak

disertai mual muntah

a. Pengkajian

1) Nama pasien : Tn G

2) Tempat/tanggal lahir : 07/01/1961

3) Agama : Islam

4) Pendidikan : SD

5) Alamat :Jl.Tangalla Kab. Gowa

6) No RM : 391435

7) Diagnosa Medis :Tuberkulosis paru (TB)

b. Keluhan utama : sesak nafas 3 hari yang lalu, batuk berdahak

disertai mual dan muntah

c. Kronologi penyakit saat ini : Pasien masuk Di RSUD Labuang

Baji Makassar pada tanggal 27 april 2021. Keluhan pasien saat

ini sesak Nafas sejak 3 hari batuk berdahak mual dan muntah

tidak ada nafsu makan

d. Riwayat kesehatan masa lalu : Tuberkulosis paru (TB)

67
a. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum

Kesadaran : Composmentis

Keadaan Umum : lemah

Tanda-Tanda Vital :

TD : 120/80 mmHg.

N : 80 x/menit.

S : 36,5 °C.

P : 28 x/menit.

2) Pertumbuhan fisik :

TB : 170 cm

BB : 57 kg sebelum sakit

BB : 47 kg sesudah sakit

IMT : 17,27 (underweight)

3) Keadaan kulit :

Warna : sawo matang

Tekstur kulit : Kurang Lentur

Kelainan kulit : Tidak ada

2. Pengkajian head to toe

a. Kepala

1) Bentuk : tidak ada benjolan dikepala

2) Ubun-ubun : simetris

68
3) Penyebaran dan keadaan rambut : merata dan sediki

kotor

4) Kulit kepala : tidak teraba benjolan, lesi, dan tidak ada

nyeri tekan

5) Mata : lengkap dan simetris, Palpebra : lipatan palpebra

tidak simetris karena terdapat lesi dibagian palpebra

sebelah kanan, sclera : tidak ikterik, Pupil : reflek

terhadap cahaya, Kornea dan iris : ada peradangan

6) Hidung: Terpasan oksigen nasal canule 6 liter

7) Telinga : bersih, tidak ada cairan ditelinga

8) Mulut dan gigi : klien tidak mampu berbicara dengan

jelas, bibir tampak kering.

9) Leher: tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid.

b. Dada

Inspeksi :-

1) Bentuk dada : ekspansi dada simetris

2) Kelainan bentuk : tidak ada kelainan bentuk

3) Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada

bagian dada

4) Perkusi : tidak dikaji

5) Auskultasi : tidak dikaji

69
c. Abdomen

Inspeksi : simetris

1) Palpasi: tidak ada benjolan pada abdomen

2) Perkusi : tidak dikaji

3) Auskultasi : tidak dikaji

d. Genetalia, anus dan rectum

Inspeksi : tidak terpasang alat bantu

Palpasi : tidak dikaji

e. Ekstremitas

1) Atas : tidak terdapat kelainan jari , kesimestrisan gerak

terlihat tidak simestris , pada bagian lengan kiri terpasang

cairan infus sehingga itu yang mengganggu gerakan

ekstremitas atas kekuatan otot melemah.

2) Bawah :tidak terdapat pembengkakan kedua kaki

f. Pengkajian Biologis

1) Aktivitas istirahat – tidur

Saat Sakit
No Kegiatan Sebelum Sakit

1. Kegiatan olahraga Pernah Tdk ada kegiatan

Pasien tampak

baring ditempat

tidur.

70
2. Menggunakan alat Tidak Ya, pasien dibantu

bantu dalam keluarga dalam

aktivitas melakukan

aktivitas

3 Gangguan Tidak ada Ada

aktivitas

4 Berapa lama Pasien Tidak ada

melakukan melakukan

aktivitas sehari aktivitas perhari

dan jam berapa ± 10 jam, mulai

mulai kerja kerja jam

08.00-17.00

5 Ketrampilan Tidak ada Tidak ada

khusus

6 Aktivitas fisik saat - Dalam melakukan

ini aktivitas di lakukan

sendiri atau

dibantu oleh

keluarganya

71
g. Pemeriksaan Penunjang

1) Radiologi

Hasil foto Thorax, 27 April 2021

Pada hasil pemeriksaan foto thorax didapatkan TB Paru

, dan Atelaktasis segmental lobe pulmonaria dextra.

2) Laboratorium

Parameter Result

7,88
WBC

HB 0,8

PLT 279

LYAP 7,5

GDS 152

h. Terapi Yang Diberikan

Alat-alat kesehatan yang digunakan :Terpasang infuse

NaCl 20 tetes/menit terpasang di tangan bagian dextra

(kanan) dan terapi oksigen nasal kanul 6 liter ( 50 % )

obat oral salbutamol 2 mg

72
3. KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif Data Objektif

1. Pasien mengatakan sesak 1. pasien nampak Gelisah

jika melakukan aktivitas 2. pasien nampak terpasang

berlebihan oksigen O2 6 liter

2. Pasien mengatakan batuk 3. pasien nampak lemah

berdahak 4. terpasang cairan infus NaCL

3. pasien mengatakan dia 0,9%

merupakan perokok aktif 5. TTV

sebelum sakit TD : 100/70 MmHg

4. pasien mengeluh tidak N : 80x/i

ada nafsu makan selama S : 37,9 °C

sakit P : 28x/i

5. pasien mengatakan mual SpO2 : 98%

6. BB pasien turun : 10 kg

BB sebelum sakit : 57 kg

BB sesudah sakit : 47 kg

IMT:17,27 (underweight)

Table 2.6 Klasifikasi Data pada TB Paru

73
4. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

1. DO: Mikobakterium Bersihan

tuberculosis jalan nafas


- Pasien mengatakan
masuk ke tidak efektif
batuk berdahak
dalam saluran
- Pasien mengatakan
pernapasan
sesak jika melakukan

aktivitas berlebihan Terjadinya

- Pasien mengatakan dia peradangan

merupakan perokok aktif dan alveoli

sebelum sakit mengalami

konsolidasi
DS:

Terjadi lesi
- Pasien nampak
pada bagian
terpasang O2 nasal
paru
canul 6 liter

- Pasien nampak gelisah Tekanan

- TD : 100/70 MmHg Kapiler paru

N : 80x/i meningkat

S : 37.5 °C
Kerusakan
P : 28x/i
jaringan paru
SpO2 : 98%

74
meluas dan

mengalami

nekrosis

Produksi

Sputum

meningkat

Sekret

terakumulasi

pada jalan

nafas

Dypsnea

Bersihan

Jalan Nafas

Tidak Efektif

2. DS: Selera Makan Defisit Nutrisi

Berkurang
- pasien mengeluh

tidak ada nafsu Mual dan

makan selama muntah

sakit

- pasien

75
mengatakan mual Berat Badan

Menurun
DO:

Asupan Makan
- Pasien nampak
Kurang dari
lemah
Kebutuhan
- Pasien nampak
Tubuh
- BB pasien turun :

10 kg
Defisit Nutrisi
- BB sebelum sakit

: 57 kg

- BB sesudah sakit

: 47 kg

- IMT:17,27

(underweight)

5. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan proses

infeksi

b. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis

76
6. PERENCANAAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan/kriteria hasil Intervensi keperawatan

Keperawatan

SDKI D.0001 Setelah dilakukan tindakan Latihan Batuk Efektif


1.
(Hal:18) keperawatan selama 2x24 jam
Observasi :
diharapkan bersihan jalan
Besihan Jalan
nafas meningkat, dengan 1. Identifikasi kemampuan batuk
Nafas tidak
kriteria hasil : 2. Monitor adanya retensi sputum
efektif
3. Monitor tanda dan gejala
berhungan 1. Batuk Efektif dari menurun
infrksi saluran nafas
dengan sekresi (1) menjadi meningkat (5)
4. Monitor inpu dan uotput cairan
tertahan 2. Produksi sputum dari
Terapeutik
meningkat (1) menjadi

menurun (5)
1. Atur posisi semi fowler
3. Frekuensi nafas dari
2. Pasang perlak atau bengkok
meingkat (1) menjadi
dipangkuan pasien
membaik (5)
3. Buang sekret pada tempat
4. Pola nafas dari menurun (1)
sputum
menjadi membaik (5)

77
Edukasi :

1. Jelaskan tujuan dan prosedur

batuk efektif

2. Anjurkan tarik nafas melalui

hidung selama 4 detik, ditahan

selama 2 detik, kemudian

keluarkan dari mulut dengan

bibir mencucu (dibulatkan)

selama 8 detik

3. Anjurkan mengulangi tarik

nafas dalam selama 3 kali

4. Anjurkan batuk dengan kuat

langsung setelah tarik nafas

yang ke-3.

Kolaborasi :

Kolaborasi pemberian obat :

mukolit atau ekspektoran

78
Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
2
berhubungan keperawatan selama 2x24
Observasi
dengan faktor Jam diharapkan Status Nutrisi

psikologis membaik dengan kriteria hasil 1. Identifikasi Status Nutrisi

2. Indentifikasi kebutuhan
1. Porsi Makanan yang
kalori dan jenis nutrisi
dihabiskan membaik
3. Monitor asupan makanan
dari menurun (1)
4. Monitor berat badan
menjadi menigkat (5)
5. Monitor hasil pemeriksaan
2. Kekuatan otot menelan
laboratorium
membaik dari
Terapeutik
menurun(1) menjadi

meningkat (5) 1. Lakukan Oral Hygiene

3. Perasaan cepat sebelum makan, jika perlu

kenyang dari meningkat 2. Berikan makan tinggi serat

(1) menjadi cukup untuk mencegah konstipasi

menurun(5) 3. Berikan makan tinggi kalori

4. Indeks massa tubuh dan tinggi protein

dari memburuk(1) Edukasi

mejadi cukup membaik


1. Anjurkan posisi duduk, jika
(5)
mampu

79
2. Jelaskan tujuan dan

prosedur pemantauan

3. Informasikan hasil

pemantauan, jika perlu

Kolaborasi

Kolaborasi dengan ahli gizi

untuk menentukan jumlah

kalori dan jenis nutrisi yang

dibutuhkan , jika perlu

Table 2.8 Intervensi Keperawatan pada TB (SDKI,SIKI,SLKI 2019)

80
7. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Diagnosa Hari/ Jam Implementasi dan Evaluasi

No Keperawatan Tanggal Hasil

1 SDKI D.0001 Kamis 28 09.00 1. Mengidentifikasi Kamis 28 April 2021

Hal: 18 April kemampuan batuk


S : Pasien mengatakan
Bersihan 2021 pada pasien
batuk dan sesak
jalan nafas Hasil : Pasien belum
nafas
tidak efektif bisa batuk efektif

behubungan 09.30 2. Memonitor retensi O : Pasien tampak

dengan sputum sesak

sekresi Hasil : pasien belum


A : Masalah bersihan
tertahan mampu
jalan nafas belum
membersihkan sekret
teratasi
dari saluran

pernapasan 1. batuk efektif dari

10.00 3. Berikan posisi semi menurun menjadi

fowler sedang (3)

Hasil : Pasien merasa


2. produksi sputum dari
nyaman dengan
meningkat menjadi
posisi yang diberikan
sedang (3)
10.44 4. Menganjurkan Batuk

81
efektif dengan cara P : Lanjutkan Intervensi

tarik nafas melalui


1. Melakukan posisi
hidung selama 4
semi-fowler
detik, ditahan selama
2. Memonitor pola
2 detik, kemudian
Nafas (
keluarkan dari mulut
frekuensi,kedalama
dengan bibir
n dan usaha)
mencucu (dibulatkan)
3. Memonitor bunyi
batuk dengan kuat
nafas tambahan
langsung setalah tarik
4. Memberikan minum
nafas yang ke-3
air hangat
Hasil : Pasien dapat
5. Mengajarkan teknik
melakukan batuk
batuk efektif
efektif dan dapat

mengeluarkan

sputum (sedikit)

11.00 5. Kolaborasi

Pemberian obat

Combivent UDV

(Terapi Nebolizer)

Hasil : Pasien merasa

82
lebih segar dan

nyaman saat

bernafas setelah

diberikan terapi

nebolizer

2 Defisit Nutrisi Kamis 28 11.10 1. Porsi Makanan yang Kamis, 28 April 2021

b.d faktor April dihabiskan membaik S : Pasien mengatakan

psikologis 2021 dari menurun menjadi tidak ada nafsu makan

(keengganga menigkat
O :IMT :17,27
n untuk Hasil : Pasien
(Underweight)
makan) mengatakan porsi

makanan yang A : Masalah defisit nutrisi

diberikan tidak habis belum teratasi

2. Kekuatan otot 1. Porsi makan dari


12.00
menelan membaik menurun menjadi

dari menurun menjadi sedang (4)

meningkat 2. Kekuatan otot

Hasil : Paien menelan dari

mengatakan tidak menurun menjadi

nafsu makan. cukup meningkat

83
13.00 3. Perasaan cepat (4)

kenyang dari 3. Perasaan ingin

meningkat menjadi kenyang dari

cukup menurun meningkat

Hasil : pasien menjadi cukup

mengatakan cepat menurun (4)

kenyang 4. Indeks massa

tubuh dari
4. Indeks massa tubuh
13.30 memburuk
dari memburuk
menjadi cukup
mejadi cukup
membaik.
membaik

P : Lanjutkan Intervensi
Hasil :

1. Indetifikasi Status
BB sebelum sakit : 57
Nutrisi
Kg
2. Monitor asupan

BB Saat sakit : 47 makanan

Kg 3. Monitor berat

badan pasien
IMT : 17,27

(Underweight)

84
IMPLEMENTASI HARI KE II

Diagnosa Hari/ Jam Implementasi Evaluasi

No Keperawatan tanggal dan Hasil

1 Bersihan Jumat, 29 11.00 1. Mengidentifikasi Jumat, 29 April 2021

jalan nafas April kemampuan batuk


S : Pasien
tidak efektif 2021 pada pasien
mengatakan
b.d proses Hasil : Pasien belum
batuk dan sesak
infeksi bisa batuk efektif
nafas sudah
11.30 2. Memonitor retensi
mulai berkurang
sputum

Hasil : pasien belum O : Pasien tampak

mampu sesak

membersihkan sekret
A : Masalah bersihan
dari saluran
jalan nafas
pernapasan
belum teratasi
12.00 3. Berikan posisi semi

fowler 1. batuk efektif

Hasil : Pasien dari menurun

merasa nyaman menjadi cukup

dengan posisi yang meningkat (4)

diberikan 2. produksi

85
13.30 4. Kolaborasi sputum dari

Pemberian obat meningkat

Combivent UDV menjadi cukup

(Terapi Nebolizer) menurun(4)

Hasil : Pasien P : Lanjutkan


merasa lebih segar Intervensi
dan nyaman saat
1. Melakukan
bernafas setelah
posisi semi-
diberikan terapi
fowler
nebolizer
2. Memonitor pola

Nafas (

frekuensi,kedala

man dan usaha)

3. Memonitor bunyi

nafas tambahan

4. Memberikan

minum air hangat

5. Mengajarkan

teknik batuk

efektif

86
2 Defisit Nutrisi Jumat, 29 11.00 1. Porsi Makanan yang Jumat, 29 April 2021

berhubungan April dihabiskan membaik S : Pasien

dengan faktor 2021 dari menurun mengatakan tidak ada

psikologis menjadi menigkat nafsu makan

(kurang Hasil : Pasien


O : IMT:17,27
asupan 11.30 mengatakan porsi
(Underweight)
makanan) makanan cukup

meningkat A : Masalah Status

nutrisi cukup membaik


2. Kekuatan otot
12.00 belum teratasi
menelan membaik

dari menurun menjadi 1. Porsi makan

meningkat dari menurun

Hasil : Paien menjadi sedang

mengatakan (4)

kekuatan makan 2. Kekuatan otot


12.30
cukup meningkat menelan dari

3. Perasaan cepat menurun

kenyang dari menjadi cukup

meningkat menjadi meningkat (4)

cukup menurun 3. Perasaan ingin

kenyang dari

87
Hasil : pasien meningkat

mengatakan perasan menjadi cukup

cepat kenyang cukup menurun (4)

menurun 4. Indeks massa

tubuh dari
4. Indeks massa tubuh
memburuk
dari memburuk
menjadi cukup
mejadi cukup
membaik.
membaik

P : Lanjutkan
Hasil :
Intervensi

BB sebelum sakit : 57
1. Indetifikasi
Kg
Status Nutrisi

BB Saat sakit : 47 2. Monitor asupan

Kg makanan

3. Monitor berat
IMT : 17,27
badan pasien
(Underweight)
4. Menghitungperu

bahan berat

badan

Table 2.9 Implementasi Keperawatan pada TB (SDKI,SIKI,SLKI 2019)

88
IMPLEMENTASI HARI KE III

Diagnosa Hari/ Jam Implementasi Evaluasi

No Keperawatan tanggal dan Hasil

1 Bersihan Sabtu, 30 14.30 1. Mengide]]ntifikasi Sabtu, 30 April 2021

jalan nafas April kemampuan batuk


S : Pasien
tidak efektif 2021 pada pasien
mengatakan
b.d proses Hasil : Pasien belum
batuk dan sesak
infeksi bisa batuk efektif
nafas sudah
11.30 2. Memonitor retensi
mulai berkurang
sputum

Hasil : pasien belum O : Pasien tampak

mampu sesak

membersihkan sekret
A : Masalah bersihan
dari saluran
jalan nafas
pernapasan
belum teratasi
12.00 3. Berikan posisi semi

fowler 3. batuk efektif

Hasil : Pasien dari menurun

mengatakan sudah menjadi cukup

bisa batuk efektif meningkat (5)

4. Kolaborasi 4. produksi

89
13.30 Pemberian obat sputum dari

Combivent UDV meningkat

(Terapi Nebolizer) menjadi

menurun (5)
Hasil : Pasi]en

merasa lebih seg]]ar P : Lanjutkan


dan nyaman saat Intervensi
bernafas setelah
1. Melakukan
diberikan terapi
posisi semi-
nebolizer
fowler

2. Memonitor pola

Nafas (

frekuensi,kedala

man dan usaha)

3. Memonitor bunyi

nafas tambahan

4. Memberikan

minum air hangat

5. Mengajarkan

teknik batuk

efektif

90
2 Defisit Nutrisi Jumat, 29 11.00 1. Porsi Makanan yang Jumat, 29 April 20]]21

berhubungan April dihabiskan membaik S : Pasien

dengan faktor 2021 dari menurun mengatakan tidak ada

psikologis menjadi menigkat nafsu makan

(kurang Hasil : Pasien


O : IMT:17,27
asupan 11.30 mengatakan porsi
(Underweight)
makanan) makanan cukup

meningkat A : Masalah Status

nutrisi cukup membaik


2. Kekuatan otot
12.00 belum teratasi
menelan membaik

dari menurun menjadi 1. Porsi makan

meningkat dari menurun

Hasil : Paien menjadi cukup

mengatakan meningkat (5)

kekuatan makan 2. Kekuatan otot


12.30
cukup meningkat menelan dari

3. Perasaan cepat menurun

kenyang dari menjadi

meningkat menjadi meningkat (5)

cukup menurun 3. Perasaan ingin

kenyang dari

91
Hasil : pasien meningkat

mengatakan perasan menjadi cukup

cepat kenyang cukup menurun (5)

menurun 4. Indeks massa

tubuh dari
4. Indeks massa tubuh
memburuk
dari memburuk
menjadi cukup
mejadi cukup
membaik.
membaik

P : Lanjutkan
Hasil :
Intervensi

BB sebelum sakit : 57
4. Indetifikasi
Kg
Status Nutrisi

BB Saat sakit : 47 5. Monitor asupan

Kg makanan

6. Monitor berat
IMT : 17,27
badan pasien
(Underweight)
5. Menghitung

perubahan

berat badan

92
BAB III

PEMBAHASAN KASUS KELOLAAN

A. Analisa Kasus

Keperawatan dasar profesi adalah penilaian dan evaluasi

secara cermat dan hati-hati terhadap suatu kondisi krusial dalam

rangka mencari penyelesaian atau jalan keluar. Keperawatan

dasar profesi merupakan salah satu spesialisasi dibidang

keperawatan yang membahas tentang kebutuhan hidup. Seorang

perawat adalah perawat professional yang bertanggung jawab

untuk menjamin pasien yang memerlukan bantuan dasar beserta

keluarganya mendapatkan pelayanan keperawatan optimal.

Pada bab sebelumnya, penulis telah membahas tentang

Tuberkulosis (TB) yang dimana membahas tentang teori-teori yang

termuat dalam tinjauan kepustakaan yang didapatkan dari literatul-

literatul dan langsung berorientasi langsung dengan pasien. Pada

bab ini penulis akan menguraikan kesenjangan secara teoritis

dengan kasus nyata yang ditemukan pada pasien Tn “G” dengan

gangguan kebutuhan oksigansi dan nutrisi pada pasien

Tuberkulosis (TB) di ruangan Baji Ati RSUD.Labuang Baji Provinsi

Sulawesi Selatan Secara garis besar ada beberapa persamaan

antara tinjauan teori dengan kasus yang didapakan baik dari

pengkajian maupun masalah-masalah yang muncul. Hal ini

disebabkan oleh adanya perbedaan respon dari masing-masing

93
individu. Berikut ini akan diuraikan pembahasan yang meliputi

kesenjangan dari persamaan antara asuhan keperawatan

kebutuhan oksigenasi dan nutrisi pada pasien tuberkulosis (TB)

secara teori dan asuhan keperawatan yang diberikan kepada Tn.

“G”

Ada beberapa kesenjangan antara teori dan kasus terkait

pemenuhan kebutuhan Oksigenasi dan kebutuhan Nutrisi yang

ditemukan penulis dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada

Tn. G dengan diagnosa keperawatanTuberkulosis, berikut ini akan

dibahas beberapa kesenjangan yang terjadi untuk memudahkan

dalam pembahasan selanjutnya penulis menggunakan proses

asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa,

intervensi, implementasi dan evaluasi.

B. Pengkajian kebutuhan Oksigenasi dan kebutuhan Nutrisi

1. Pengkajian kebutuhan Oksigenasi

Pada teori pengkajian kebutuhan Oksigenasi untuk

pasien Tuberkulosis biasanya akan terjadi

Demam,Malaise,Batuk,sesak nafa dan nyeri dada. hal ini

berbanding lurus dengan kasus Tn. G saat dilakukan

pengkajian secara langsung kepada pasien yaitu didapatkan

data bahwa Tn. G masuk rumah sakit dengan keluhan utama

Sesak Nas di sertai batuk berdahak selama 3 hari dari

pengkajian di atas didapakan data pada Tn. G adanya

sumbatan pada jalan nafas, ada peningkatan pernafasan

94
tidak simestris, frekuensi nafas meningkat 28 kali/menit

sehingga dapat dianalisa ada kesenjangan antara teori dan

kasus nyata (Atoilah & Kusnadi, 2017).

Oksigen merupakan unsur yang diperlukan oleh tubuh

dalam setiap menit ke semua proses penting tubuh seperti

pernapasan, peredaran, fungsi otak, membuang zat yang

tidak dibutuhkan oleh tubuh, pertumbuhan sel dan jaringan,

serta pembiakan hanya berlaku apabila terdapat banyak

oksigen. Oksigen juga merupakan sumber tenaga yang

dibutuhkan untuk metabolisme tubuh (Atoilah & Kusnadi,

2017). Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang

tahan aerobic dan tahapan asam ini dapat merupakan

organisme patogen maupun saprofit. Tuberculosis adalah

penyakit yang disebabkan Mycobaterium tuberculosis yang

sebagian besar menyerang paru-paru, dapat dan dapat juga

menyerang organ tubuh lain (Depkes,2017).

2. Pengkajian kebutuhan Nutrisi

Pada konsep teori pengkajian kebutuhan Nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh untuk pasien dengan Tuberkulosis
mengalami Penurunan Berat Badan sedangkan pada kasus
Tn. G terdapat Penurunan Berat Badan yaitu 10-20%
dibawah batas normal berat badan Tn. G sebelum sakit 57kg
dan Tn. G mengalami penurunan Berat Badan selama sakit
menjadi 47kg dimana IMT yaitu 17,27 (Underweight) di
bawah batas normal Hal ini menadakan adanya kesenjangan

95
antara teori dan kasus.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaaan
dimana individu yang mengalami kekurangan asupan nutrisi
untuk memenuhi kebutuhan metabolic (Hidayat, 2017)
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami
seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau
resiko penurunan berat badan akibat ketidakcukupan asupan
nutrisi Berat badan 10-20% dibawah normal sedangkan
pada pasien TB dapat menyebabkan kekurangan nutrisi di
karenakan perubahan atau penurunan Berat Badan
(Hidayat, 2017).
C. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis

pengalaman / respon individu, keluarga, kelompok atau

komunitas terhadap masalah kesehatan / proses kehidupan

actual atau potensi atau dasar pemilihan intervensi

keperawatan untuk mencapai hasil yang dapat dipertanggung

jawabkan (Doenges, 2017).

Pada teori Oksigenasi ada beberapa diagnosa

keperawatan yang dapat diangkat menurut (Atoilah & Kusnadi,

2017)adalah :

1. Bersihan Jalan Nafas Berhubungan Dengan sekresi yang

tertahan

2. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan penurunan

ekspansi

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

berkurangnya keefektifan permukaan paru.

96
Pada teori kebutuhan Nutrisi ada dua diagnosa

keperawatan yang dapat diangkat menurut (Hidayat, 2017)

adalah :

1. Devisit Nutrisi Berhubungan Dengan Faktor Psikologis

2. Hipovolemia Berhubungan Dengan Kehilangan Cairan Aktif

Adapun diagnosa keperawatan yang ditemukan pada studi

kasus nyata pada pasien Tn. B untuk gangguan kebutuhan

Oksigenasi dan gangguan pemenuhan kebutuhan Nutrisi yaitu :

1. Bersihan Jalan Nafas Berhubungan Dengan Sekresi Yang

Tertahan

2. Devisit Nutrisi Berhubungan Dengan Faktor Psikologis

a. Pada pemenuhan kebutuhan Oksigenasi penulis

mengangkat Bersihan Jalan Nafas tidak efektif

berhubungan dengan Sekresi Yang Tertahan. ini

berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan penulis

ditemukan data berupa pasien mengeluh Sesak nafas

disertai Batuk berdahak, hal ini berbanding lurus dengan

konsep teori kebutuhan Oksigenasi dimana diagnosa

keperawatan Bersihan Jalan nafas tidak efektif termasuk

kedalam gangguan pemenuhan kebutuhan Oksigenasi

dan konsep teori Tuberkulosis dimana dalam manifestasi

klinis diantaranya terdapat gejala dari uberkulosis.

b. Kesenjangan antara teori dan juga kasus nyata yaitu pada

gangguan pemenuhan kebutuhan Nutrisi untuk diagnosa

97
keperawatan Defisit Nutrisi, dimana pada konsep teori

Tuberkulosis di manifestasi klinis ada gejala penurunan

berat badan 10-20% sehingga penulis mengangkat

kebutuhan Nutrisi dengan diagnosa keperawatan Defisit

Nutrisi. Penurunan berat badan yang dialami oleh Tn. B

dapat diakibatkan karena gangguan pencernaan dan

penyerapan makanan (Barbara et ala 2017). Defisit nutrisi

adalah suatu keadaan dialami seseorang dalam keadaan

tidak berpuasa atau resiko penurunan berat badan akibat

dari ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan

metabolisme (Hidayat,2017). inilah yang memicu

Penuruna berat badan pada Tn. G.

D. Intervensi

Pada rencana keperawatan / intervensi keperawatan pada

gangguan pemenuhan kebutuhan Oksigenasi (sesak dan

batuk) dan gangguan pemenuhan kebutuhan Defisit Nutrisi

dengan diagnosa medis Tuberkulosis yang merujuk pada

intervensi yang sesuai dengan konsep Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia (SIKI), serta membuat tujuan dan

kriteria hasil merujuk pada konsep Standar Luaran

Keperawatan Indonesia (SLKI). Perencanaan gangguan

pemenuhan kebutuhanOksigenasi (sesak dan batuk berdahak)

dan gangguan pemenuhan Nutrsi pada kasus Tuberkulosis

adalah sebagai berikut :

98
1. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif berhungan dengan

sekresi yang tertahan.

Latihan Batuk Efektif

Observasi :

a. Identifikasi Kemampuan batuk

b. Monitor adanya retensi sputum

c. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas

d. Mengukur tanda tanda vital

Kolaborasi :

Kolaborasi pemberian analgetik

Edukasi teknik Batuk Efektif

Observasi :

Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

Terapeutik :

Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

Edukasi :

a. Ajarkan melakukan inspirasi dengan menghirup udara

melalui hidung secara perlahan

b. Ajarkan melakukan ekspirasi dengan menghembuskan

udara mulut mencucu secara perlahan

c. Demonstrasikan batuk dengan kuat langsung setelah

tarik nafas yang ke-3

2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Faktor Psikologis

Manajemen Nutrisi

99
Observasi :

a. Identifikasi Status Nutrisi

b. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi

c. Monitor asupan makanan

Terapeutik :

a. Berikan cairan oral Hygiene

b. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

Edukasi :

Anjurkan posisi duduk jika mampu.

Kolaborasi :

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori

dan jenis nutrisi yang dibutuhkan, jika perlu.

ada sedikit kesenjangan pada perencanaan diagnosa

keperawatan ini dikarenakan tidak semua intervensi yang

ada pada buku SIKI untuk manajemen nyeri dimasukkan

hal ini disesuaikan dengan kasus nyata atau kondisi pasien

pada saat itu, begitupun dengan intervensi manajemen

Devisit Nutrisi perencanaan keperawatan dilakukan dengan

kondisi pasien pada saat itu.

E. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan komponen dari proses

keperawatan adalah kategori dalam perilaku keperawatan

dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan

hasil yang diperkiran dari asuhan keperawatan yang dilakukan

100
dan diselesaikan.

Dalam melakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam dari

dua diagnosa keperawatan untuk gangguan pemenuhan

Oksigenasi (sesak nafas) dan gangguan pemenuhan

kebutuhan Defisit Nutrisi yang dirumuskan penulis pada tahap

perencanaan, tidak semua intervensi dapat dilaksanakan pada

kasus hal ini tetap disesuaikan dengan kondisi pasien. Adapun

tindakan yang dilaksanakan oleh penulis selama pelaksanaan

praktik keperawatan adalah sebagai berikut :

1. Bersihan jalannafas tidak efektif berhubungan dengan

proses infeksi

a. Melakukan pengkajian pada Tn. G didapatkan Sesak

nafas bertambah parah apabila pasien beraktivtas

berlebihan.

b. Memberikan analgesik dan antibotik ( Nebulezer ).

Hasil : sesak berkurang dari menurun menjadi sedang 3

d. Memberikan teknik batuk efektif untuk mengurangi sesak

pasien dengan cara mengajarkan pasien melakukan

inspirasi dengan menghirup udara melalui hidung secara

perlahan dan melakukan ekspirasi dengan

menghembuskan udara melalui hidung secara perlahan,

menarik napas selama 4 detik, Demonstrasikan batuk

dengan kuat langsung setelah tarik nafas yang ke-3.

Hasil : Batuk pasien berkurang dari skala 3 menjadi

101
skala 5

2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Faktor Psikologis

a. Memantau porsi makanan yang di habiskan

Hasil : porsi makan pasien dari menurun menjadi sedang

b. Kekuatan otot menelan membaik dari menurun menjadi

meningkat

Hasil : kekuatan menelan menjadi cukup meningkat 4

c. Perasaan cepat kenyang dari meningkat menjadi

menurun

Hasil : perasaan cepat kenyang dari menurun menjadi

cukup meningkat 4.

E. Evaluasi

Dalam mengevaluasi setiap masalah penulis melakukan

melalui observasi langsung kepada klien dan dari catatan

keperawatan yang ada. Evaluasi adalah langkah terakhir

dalam proses keperawatan. Evaluasi merupakan hasil proses

pada kasus ini yang menunjang adanya kemajuan dan

keberhasilan dari masalah yang dihadapi. Adapun evaluasi

dari dua diagnose keperawatan untuk gangguan pemenuhan

kebutuhan Oksigenasi dan gangguan pemenuhan Nutrisii yang

ditegakkan yaitu :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

proses infeksi sudah teratasi karena pada saat evaluasi

102
pasien mengatakan sudah tidak merasakan sesak lagi, pola

tidur pasien juga sudah membaik.

2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis sudah

teratasi karena saat evaluasi pasien didapatkan hasil porsi

makan sudah membaik dimana berat badan pasien mulai

membaik .

103
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah penulis membahas tentang “ Asuhan Keperawatan

pada pasien Tn “G” dengan Diagnosa Tuberkulosis (TB)

Diruangan Baji Ati Rsud.Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan

Maka pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dan

mengajukan saran-saran Berdasarkan pembahasan yang telah

di temukan penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut

1. Setelah dilakukan asuhan keperawatan, pengkajian diawali

dengan pasien secara keseluruhan pada keluhan Tn.G

dengan TB Paru dilakukan Asuhan Keperawatan selama 3

hari pada tanggal 27 -30 April 2021 pukul 11.00 WIB di

dapatkan adanya persamaan antara konsep teoritis dan

kenyataan kasus yang ditemukan dilapangan.

a) Setelah didapatkan data melalui pengkajian keperawatan

maka ditegakkan 2 Diagnosa Keperawatan yaitu, Bersihan

jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Sekresi yang

tertahan dan Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor

psikologis

b) Perencanaan dalam proses keperawatan dimulai setelah

tahap pengumpulan data, pengkajian, dan menentukan

diagnosa yang sesuai dengan tanda dan gejala yang

muncul. Perencanaan atau intervensi merupakan kumpulan

104
rencana-rencana keperawatan yang akan diberikan kepada

pasien. Perencanaan disusun berdasarkan prioritas masalah

yang disesuaikan dengan manifestasi klinis.Setelah masalah

ditetapkan, maka ditentukan tujuan keperawatan.Tujuan bisa

ditetapkan dalam jangka panjang maupun pendek, harus

jelas, dapat diukur, dan realitas.

c) Implementasi keperawatan dilakukan selama 3x24 jam

dimulai dari pertama masuk Ruangan Baji Ati RSUD.

Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan, implementasi dapat

dilakukan dengan baik dimana hal ini didukung oleh kondisi

pasien, peran serta keluarga pasien selama dilakukan

implementasi keperawatan.

d) Evaluasi selama kurang lebih 3x24 jam implementasi yang

dilakukan dan diberikan kepada pasien, maka masalah

keperawatan belum teratasi meliputi , Bersihan jalan nafas

tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi dan Defisit

utrisi berhubungan dengan faktor psikologis

105
B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran

sebagai berikut:

1. Untuk Rumah Sakit

Untuk meningkatkan dan memelihara mutu dari rumah sakit

iharapkan agar selalu memberikan pelayanan yang terbaik

terlebih pada kecepatan dalam penangan masalahyang ada

2. Untuk Perawat

Diharapkan kepada perawat agar lebih meningkatkan mutu

pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan khusunya

dengan kasus TB dengan tindakan Oksigenasi dan menjadikan

karya ilmiah ini sebagai bahan evaluasi untuk lebih

meningkatkan potensi diri sehingga tercapai pelayanan optimal

kepada pasien.

3. Untuk Institusi Pendidikan

Diharapkan kepada institusi pendidikan agar lebih

meningkatkan ilmu pengetahuan yang bersumber pada

textbook, penelitian-penelitian terbaru (jurnal) mengenai asuhan

keperawatan dengan diagnosa Tuberkulosis paru (TB) dengan

tindakan Oksigenasi untuk menjadi bahan evaluasi selanjutnya.

106
DAFTAR
PUSTAKA

Depkes, R. I. (2017). Laporan hasil riset kesehatan dasar


(Riskesdas) Indonesia Tahun 2017. Departemen Kesehatan
Indonesia.

Darwis D, Moenajat Y, Nur B.M, Madjid A.S, Siregar P,


Aniwidyaningsih W, dkk. 2015. Fisiologi Keseimbangan Air
dan Elektrolit. ed. ke-2, FK-UI, Jakarta.

Emilia, Ova, dkk, 2010. Bebas Ancaman Kanker Serviks. Yogyakarta:


MedPress.

Kementerian Kesehatan RI Pusat. (2018). Data dan Informasi


Tuberkulosis. Jakarta

Kementerian Kesehatan RI Pusat. (2018). Data dan Informasi


insiden angka kejadian Tuberkulosis. Jakarta

Nugroho,(2017). Faktor Modifikasi (Teori Health Belief Model) dalam


Pengertian Tuberkulosis Kecamatan Masyarakat-Fakultas
Ilmu Keolahragaan UM.

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Indikator Diagnostik, Edisi 1.Jakarta :DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Kriteria Hasil Keperawatan,Edisi 1.Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi Dan


Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap : Nening Florantina Dailangi,S.Kep


Tempat tanggal lahir : Galala, 05 juli 1995
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen ( Protestan )
Status pernikahan : Belum Kawin
Alamat asal :Desa Galala, kecamatan Madopolo, kabupaten
Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara
Alamat sekarang : Jalan. Todopulli 1 setapak 13 No 78
No hp : 082 195 410 997
Alamat email :Neningflorantina.@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL
Tingkat
Nama Sekolah Tahun Masuk Tahun Selesai
Pendidikan
SD SD N 2 Obi 2001 2007
SMP SMP N 2 Obi 2007 2010
SMA SMA N 1 Laiwui 2010 2013
S1.Keperawatan Stikes Panakkukang 2013 2017
Makassar

Anda mungkin juga menyukai