Anda di halaman 1dari 74

1

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.A DENGAN PERILAKU

KEKERASAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATUA

MAKASSAR

KARYA ILMIAH AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Pada


STIKes Panakkukang Makassar Program Studi Ners

Disusun oleh:

BELKLESIUS LELANGAYA
2004001

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

PROGRAM STUDI NERS

MAKASSAR 2022
2
3
4

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya yang tak terhingga, sehingga penulis

dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ini dengan judul” Asuhan Keperawatan

Jiwa Pada Tn.A Dengan Perilaku Kekerasan di Wilayah Kerja Puskesmas

Batua Mkassar

Selama proses pembuatan karya ilmiah ini masih banyak kesulitan dan

hambatan yang penulis hadapi, namun atas bantuan dan bimbingan serta

kerjasama dari semua pihak yang terlibat didalamnya sehingga hambatan dan

kesulitan itu dapat teratasi dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan kali

ini penulis megucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Bapak H.Sumardin Makka, SKM.,M.Kes. Selaku Ketua Yayasan Perawat

Sulawesi Selatan;

2. Bapak Dr.Ns.Makassau, M.Kes. Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Stikes Panakkukang Makassar ;

3. Ibu Ns.Suriyani., S.Kep.,M.Kep. Selaku Ketua Program Studi Profesi Ners

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panakkukang Makassar.

4. Bapak Kens Napolion,S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kep.J; Selaku Pembimbing I yang

telah memberikan bimbingan, arahan dan masukannya selama penyusunan

Karya Ilmiah Akhir ini

5. Ibu ………S.Kep.,M.Kep; Selaku Penguji I yang telah memberikan arahan

dan masukan selama penyusunan Karya Ilmiah Akhir


5

6. Bapak/ Ibu Dosen Profesi Ners maupun dosen-dosen lainnya yang telah

memberikan pengarahan dan pengajaran selama masa perkuliahan sampai

penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini

7. Civitas Akademika STIKES Panakkukang Makassar yang telah membantu

selama ini

8. Pihak Puskesmas Batua Makassar sebagai tempat pengambilan kasus untuk

penyususnan karya ilmiah akhir ini.

9. Ayahanda Yosafat Lelangaya dan Ibunda Paulina Septory serta saudara-

saudari terkasih yang telah mensupport dalam proses studi

10. Teman-teman mahasiswa profesi ners Stikes Panakkukang angkatan 2020

terkhusus pada Junaidin S.Kep. Fardi Pessu S.Kep. Dedi Kurniawan S.Kep.

Putri Mahpirah Amir,S.Kep. Nening F.Dailangi.,S.Kep. Fitriani S.Kep.

Nurlinda S.Kep. Nurwahidah S.Kep. Reski Ida Hastuti S.Kep. Sri Rahma

Wahyuni S.Kep, Adinda Angelin Deacy Natali A.Md.Kep. serta teman-teman

yang tidak bisa disebut satu-persatu yang selalu ada membantu dan

memberi support selama ini.

Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam peyusunan

karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, masukan

baik berupa saran dan kritik yang membangun dari para pembaca akan

sangat membantu. Semoga karya ilmiah akhir ini bisa bermanfaat bagi kita

semua dan pihak-pihak yang terkait.

Makassar 15 Januari 2022

Belklesius Lelangaya.,S.Kep
6

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................iii

DAFTAR ISI .....................................................................................................iv

DAFTAR TABEL ..............................................................................................v

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang..................................................................................... 1

B. Tujuan Umum ..................................................................................... 5

C. Tujuan Khusus.................................................................................... 5

D. Manfaat Penulisan.............................................................................. 5

E. Sistematika Penulisan ........................................................................ 6

BAB II TINJAUAN KASUS KELOLAAN

a. Tinjauan Teori ..................................................................................... 7

1). Konsep Dasar Medis .................................................................... 7

1.1. Pengertian ............................................................................. 7

1.2. Rentang Respon Marah........................................................ 8

1.3. Faktor Terjadinya Perilaku Kekerasan ................................. 9

1.4. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan ................................11

1.5. Penatalaksanaan Medik .......................................................12

iv
7

2). Konsep Asuhan Keperawatan .....................................................13

2.1. Pengkajian.............................................................................13

2.2. Diagnosis Keperawatan ........................................................20

2.3. Rencana Keperawatan .........................................................21

2.4. Implementasi Keperawatan ..................................................32

2.5. Evaluasi Keperawatan ..........................................................32

b. Tinjauan Kasus ...................................................................................33

1). Pengkajian .....................................................................................33

2). Analisa Data ..................................................................................45

3). Diagnosis Keperawatan ................................................................45

4). Rencana Keperawatan..................................................................46

5). Implementasi Keperawatan ..........................................................50

6). Evaluasi ........................................................................................50

BAB III PEMBAHASAN KASUS KELOLAAN ................................................60

BAB IV PENUTUP ...........................................................................................64

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................66

iv
8

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perencanaan Keperawatan ........................................................ 21

Tabel 2.2 Analisa Data ................................................................................ 45

Tabel 2.3 Perencana Keperawatan.............................................................. 46

Tabel 2.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ................................... 50

v
9

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sehat jiwa adalah suatu kestabilan emosional yang diperolah dari

kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri dengan selalu berpikir

positif dalam menghadapi stressor lingkungan tanpa adanya tekanan

fisik, psikologi baik secara internal maupun eksternal (Nasir, Abdul 2017)

Menurut UU RI No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa.

Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat

berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan social sehinggah individu

tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan,

dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk

komunitasnya. Pada pasal 70 menjelaskan bahwa pasien dengan

gangguan jiwa mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa di fasilitas

pelayanan yang mudah dijangkau, mendapatkan pelayanan

kesehatanjiwa sesuai dengan standar pelayanan kesehatan jiwa,

mendapatkan jaminan atas ketersediaan obat psikofarmaka sesuai

dengan kebutuhan (Kementrian Kesehatan RI.2016).

Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang bersifat

berat dan kronis yang menyerang 20 juta orang di seluruh dunia (WHO,

2019). Skizofrenia merupakan penyakit kronis, parah, dan

melumpuhkan, gangguan otak yang di tandai dengan pikiran kacau,

1
1
10

waham, delusi, halusinasi, dan perilaku aneh atau katatonik (Pardede, &

Laia. 2020).

Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang dapat berakhir dengan

hilanngya dengan nyawa seseorang. Dalam penanganan penyakit ini

karena jiwa yang tergangangu maka di butuhkan adalah terapi,

rehabilitasi serta dengan konseling. Upaya terbesar untuk penangan

penyakit gangguan jiwa terletak pada keluarga dan masyarakat, dalam

hal ini terapi terbaik adalah bentuk dukungan keluarga dalam mencegah

kambuhnya penyakit skizofrenia (Pitayanti, & Hartono, 2020).

Skizofrenia merupakan sekumpulan sindroma klinik yang ditandai

dengan perubahan kognitif, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku.

Skizofrenia merupakan suatu kondisi gangguan psikotik yang ditandai

dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi dan perilaku yang

terganggu, dimana berbagai pemikiran tidak saling berhubungan secara

logis, persepsi dan perhatian yang keliru (Makhruzah, Putri, & Yanti,

2021).

Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap

streesor yang dihadapi oleh seseorang, respon ini dapat menimbulkan

kerugian baik kepada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan.

Seseorang yang mengalami perilaku kekerasan sering menunjukan

perubahan perilaku seperti mengancam, gaduh, tidak bisa diam,

mondar-mandir, gelisah, intonasi suara keras, ekspresi tegang, bicara

dengan semangat, agresif, nada suara tinggi dan bergembira secara

berlebihan. Pada seseorang yang mengalami resiko perilaku kekerasan


11

mengalami perubahan adanya penurunan kemampuan dalam

memecahkan masalah, orientasi terhadap waktu, tempat dan orang

serta gelisah (Pardede, Siregar, & Halawa, 2020). Risiko mencederai

merupakan suatu tindakan yang memungkinkan dapat melukai atau

membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sehingga

masalah yang terjadi pada pasien parilaku kekerasan akan melibatkan

keluarga (Suryeti 2017).

Perilaku kekerasan adalah salah satu respon terhadap stressor

yang dihadapi oleh seseorang yang dihadapi oleh seeorang yang di

tunjukan dengan perilaku kekerasan baik pada diri sediri maupun orang

lain dan lingkungan baik secara verbal maupun non-verbal. Bentuk

perilaku kekerasan yang dilakukan bisa amuk, bermusuhan yang

berpotensi melukai, merusak baik fisik maupun kata-kata (Kio, Wardana

& Arimbawa, 2020).

Menurut (WHO, 2016) 21 juta orang dengan skizofrenia dengan

prevalensi pasien dengan perilaku kekerasan di dunia.

Berdasarkan data Nasional Indonesia tahun 2017 dengan risiko

perilaku kekerasan sekitar 0,8 % atau dari 10.000 orang. Dari data

tersebut dapat dilihat bahwa angka kejadian risiko perilaku kekerasan

sangatlah tinggi. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh pasien yang

mengalami risiko perilaku kekerasan adalah dapat mencederai diri,

orang lain dan lingkungan. Berdasarkan data yang di dapatkan dari RSJ

Prof. M. Ildrem Provsu medan tahun 2018 total pasien 4.341 orang dan
12

yang mengalami risiko perilaku kekerasan sebanyak 3,6% (155 orang)

dari total keseluruhannya.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi

gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia adalah 1,7% per 1000 penduduk

atau sekitar 400.000 orang, sedangkan pada tahun 2018, prevalansi

gangguan jiwa berat adalah 7%. Jadi disimpulkan bahwa dari data

tersebut prevalansi penderita gangguan jiwa mengalami peningkatan

dari 1,7% menjadi 7%

Implementasi keperawatan merupakan tahap awal perawat

melaukukan kegiatan tindakan-tindakan keperawatan dalam mengatasi

masalah pada pasien berdasarkan intervensi yang ada pada teori

menurut (Sahputra, 2021).

Implementasi yang dilakukan pada pasien perilaku kekerasan

diantaranya adalah membina hubungan saling percaya, melakukan

pengkajian mulai dari identitas pasien, alasan masuk, factor prediposisi,

pemeriksaan fisik, konsep diri, masalah psikososial dan lingkungan

spiritual status mental kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping

dan tingkat pengetahuan pasien. Melakukan proses keperawatan dari

membina hubungan saling percaya, dan menggunakan obat sesuai

program yang telah ditetapkan.

B. Tujuan Umum
13

Untuk mengetahui penerapan asuhan keperawatan jiwa pada Tn.A

dengan perilaku kekerasan

C. Tujuan Khusus

1. Untuk penerapan asuhan keperawatan (pengkajian)

2. Untuk mengetahui penerapan asuhan keperawatan (diagnose

perlaku kekerasan)

3. Untuk mengetahui penerapan asuhan keperawatan (intervensi pada

pasien perilaku kekerasan)

4. Untuk mengetahui penerapan asuhan keperawatan (implementasi

keperawatan dan evaluasi)

D. Manfaat penulis

1. Bagi perawat di Puskesmas Batua Kota Makassar

Karya Ilmia Akhir ini akan dapat digunakan sebagai informasi

tambahan

bagi perawat di Puskesmas Batua Makassar dalam menerapkan

strategi pelaksanaan yang sistematis dan bermanfaat pada pasien

dengan Perilaku Kekerasan sehingga dapat mempercepat proses

penyembuhan penyakit

2. Bagi Mahasiswa Keperawatan

Karya Ilmia Akhir ini dapat digunakan sebagai tambahan dan

referensi bagi mata kuliah keperawatan jiwa

3. Bagi Penulis
14

Karya Ilmia Akhir ini dapat digunakan sebagai ilmu dan menerapkan

asuhan keperawatan jiwa dengan Perilaku Kekerasan dan

menambah pengetahuan serta pemahaman dalam memberikan

asuhan keperawatan

E. Sistematika Penulisan

1. Waktu pelaksanaan pengambilan kasus pada tanggal Senin 28 Juni

2021 di Puskesmas Batua Kota Makassar,

2. Teknik pengumpulan data dengan pelakukan pengakajian pada Tn.A

BAB II

TINJAUAN KASUS KELOLAAN


15

a. Tinjauan Teori

1) Konsep Dasar Medis

1.1. Pengertian

Perilaku kekerasan adalah Perilaku kekerasan merupakan

respon maladaptif dari kemarahan, hasil dari kemarahan yang

ekstrim ataupun panik. Perilaku kekerasan yang timbul pada

klien skizofrenia diawali dengan adanya perasaan tidak

berharga, takut,dan ditolak oleh lingkungan sehingga individu

akan menyingkir dari hubungan interpersonal dengan oran lain

(Pardede, Keliat & Yulia, 2015).

Perilaku kekerasan adalah salah satu respon terhadap

stressor yang dihadapi oleh seseorang yang di tunjukan

dengan perilaku kekerasan baik pada diri sediri maupun orang

lain dan lingkungan baik secara verbal maupun non-verbal.

Bentuk perilaku kekerasan yang dilakukan bisa amuk,

bermusuhan yang berpotensi melukai, merusak baik fisik

maupun kata-kata (Kio, Wardana & Arimbawa, 2020).

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang

bertujuan melukai seseorang secara fisik maupun psikologis

dapat terjai dalam dua bentuk yaitu saat berlangsung

kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan. Perilaku

kekerasan merupakan respon maladaptif dari marah akibat


16

tidak mampu klien untuk mengatasi strssor lingkungan yang

dialaminya (Estika, 2021).

1.2. Rentang Respon Marah

a. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti,

melukai perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan

harga diri orang lain.

b. Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai

tujuan atau keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai

suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman

tersebut dapat menimbulkan kemarahan.

c. Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu

mengungkapkan perasaan yang dialami.

d. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun

masih dapat dikontrol oleh individu. Orang agresif bisaanya

tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat

bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan

kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan yang

sama dari orang lain.

e. Amuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat

disertai kehilangan control diri. Pada keadaan ini individu

dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.

1.3. Faktor Terjadinya Perilaku Kekerasan

a. Faktor Predisposisi
17

Menurut Yusuf (2015), terdapat faktor predisposisi dan

faktor presipitasi terjadinya perilaku kekerasan, yaitu:

1. Psikoanalisis

Teori ini menyatakan bahwa perilaku agresif

merupakan hasil dari dorongan insting

2. Psikologis

Berdasarkan teori frustasi-agresif, agresivitas timbul

sebagai hasil dari peningkatan frustasi. Tujuan tidak

trecapai dapat menyebabkan frustasi

berekepanjangan

3. Biologis

Bagian-bagian otak yang berhubungan dengan

terjadinya agresivitas sebagai berikut : (Stuart, 2016

4. Sistem limbik

Merupakan organ yang mengatur dorongan dasar dan

ekspresi emosi serta perilaku seperti makan, agresif

dan respons seksual.Selain itu, mengatur, mengatur

sistem informasi dan memori.

5. Lobus temporal

Organ yang berfungsi sebagai penyimpan memori dan

melakukan interpretasi pendengaran.

6. Lobus frontal

Organ yang berfungsi sebagai bagian pemikiran yang

logis, serta pengelolaan emosi dan alasan berpikir.


18

7. Neurotransmiter

Beberapa neurotransmiter yang berdampak pada

agresivitas adalah serotonin, Dopamin, Neropineprin,

Acetylcholine dan GABA.

8. Perilaku

Kerusakan organ otak, retardasi mental dan gangguan

belajar mengakibatkan kegagalan kemampuan dalam

berespon positif terhadap frustasi. Penekanan emosi

berlebihan pada anak-anak atau godaan orang tua

memengaruhi kepercayaan dan percaya diri individu.

Perilaku kekerasan di usia muda, baik korban

kekerasan pada anak atau mengobservasi

kekerasan dalam keluarga memengarduhi

penggunaan kekerasan sebagai koping.

9. Sosial Kultural

Norma merupakan kontrol masyarakat pada

kekerasan. Hal ini mendefinisikan ekspresi perilaku

kekerasan yang diterima atau tidak diterima akan

menimbulkan sanksi. Budaya asertif di masyartakat

membantu individu yang berespon terhadap marah

yang sehat.

b. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan

atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti


19

kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan,

percaya diri yang kurang dapat menjadi perilaku

kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan

yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada

penghinaan, kehilangan orang yang dicintai atau

pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab

lain (Parwati, Dewi & Saputra 2018).

1.4. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan

Menurut Keliat (2016), tanda dan gejala perilaku kekerasan

sebagai berikut :

a. Emosi: tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu,

marah (dendam), dan jengkel

b. Intelektual: mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat,

dan meremehkan

c. Fisik: muka merah, pandangan tajam, napas pendek,

keringat, sakit fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah

meningkat

d. Spiritual: kemahakuasaan, kebijakan/kebenaran diri,

keraguan, tidak bermoral, kebejatan, kreativitas

terlambat.

e. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan,

kekerasan, ejekan, dan humor.

1.5. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Medis dengan perilaku kekerasan :


20

a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol perilaku psikososial.

b. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku

merusak diri.

c. hrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan

menenangkan hiperaktivitas

d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan

klien bila mengarah pada keadaan amuk.

2) Konsep Asuhan Keperawatan

2.1. Pengkajian

1. Identitas

Nama, umur, jenis kelamin, No MR, tanggal masuk RS, tangal

pengkajian.

2. Alasan masuk

Biasanya klien masuk dengan alasan sering mengamuk tanpa

sebab, memukul, membanting, mengancam, menyerang orang

lain, melukai diri sendiri, mengganggu lingkungan, bersifat


21

kasar dan pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu

kambuh karena tidak mau minum obat secara teratur

(Keliat,2016).

3. Faktor Predisposisi

a. Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa pada

masa lalu dan pernah dirawat atau baru pertama kali

mengalami gangguan jiwa (Parwati, Dewi & Saputra

2018).

b. Biasanya klien berobat untuk pertama kalinya kedukun

sebagai alternative serta memasung dan bila tidak berhasil

baru di bawa kerumah sakit jiwa.

c. Trauma. Biasnya klien pernah mengalami atau

menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan, dari

lingkungan.

d. Biasanya ada anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa, kalau ada hubungan dengan keluarga,

gejala, pengobatan dan perawatan.

e. Biasanya klien pernah mengalami pengalaman masa lalu

yang tidak menyenangkan misalnya, perasaan ditolak,

dihina, dianiaya, penolakan dari lingkungan

4. Fisik Pengkajian fisik

a. Ukur dan observasi tanda-tanda vital seperti tekanan darah

akan bertambah naik, nadi cepat, suhu, pernapasan terlihat

cepat.
22

b. Ukur tinggi badan dan berat badan.

c. Yang kita temukan pada klien dengan prilaku kekerasan

pada saat pemeriksaan fisik (mata melotot, pandangan

tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah

memerah)

d. Verbal (mengancam, mengupat kata-kata kotor, berbicara

kasar dan ketus).

5. Psikososial

a. Genogram

Genogram dibuat 3 generasi keatas yang dapat

menggambarkan hubungan klien dengan keluarga. Tiga

generasi ini dimaksud jangkauan yang mudah diingat oleh

klien maupu keluarg apa dasaat pengkajian.

b. Konsep diri

Biasanya ada anggota tubuh klien yang tidak disukai klien

yang mempengaruhi keadaan klien saat berhubungan

dengan orang lain sehingga klien merasa terhina, diejek

dengan kondisinya tersebut.

c. Identitas

Biasanya pada klien dengan prilaku kekerasan tidak puas

dengan pekerjaannya, tidak puas dengan statusnya, baik

disekolah, tempat kerja dan dalam lingkungan tempat

tinggal

d. Harga diri
23

Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan hubungan

dengan orang lain akan terlihat baik, harmoni sata terdapat

penolakan atau klien merasa tidak berharga, dihina, diejek

dalam lingkungan keluarga maupun diluar lingkungan

keluarga.

1. Peran diri

Biasanya klien memiliki masalah dengan peranatau

tugas yang diembannya dalam keluarga, kelompok atau

masyarakat dan biasanya klien tidak mampu

melaksanakan tugas dan peran tersebut dan merasa

tidak berguna.

2. Ideal diri

Biasanya klien memilki harapan yang tinggi terhadap

tubuh, posisi dan perannya baik dalam keluarga,

sekolah, tempat kerja dan masyarakat.

6. Hubungan sosial

a. Orang yang berarti Tempat mengadu, berbicara

b. Kegiatan yang diikuti klien dalam masyarakat dan apakah

klien berperan aktif dalam kelompok tersebut

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain/tingkat

keterlibatan klien dalam hubungan masyarakat.

7. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan


24

Biasanya klien mengatakan bahwa dia tidak mengalami

gangguan jiwa.

b. Kegiatan ibadah

c. Biasaya dalam selama sakit klien jarang melakukan ibadah.

8. Status mental

a. Penampilan.

b. Biasanya penampilan klien kotor.

c. Pembicaraan.

d. Biasanya pada klien prilaku kekerasan pada saat dilakukan

pengkajian bicara cepat,keras, kasar, nada tinggi dan

mudah tersinggung.

e. Aktivitas motorik

f. Biasanya aktivitas motoric klien dengan prilaku kekerasan

akan terlihat tegang, gelisah, gerakan otot muka

berubahubah, gemetar, tangan mengepal, dan rahang

dengan kuat.

g. Alam perasaan

Biasanya akan merasa sedih dan menyesali apa yang telah

dilakukan

h. Efek

Biasanya klien mudah tersinggung dan sering marah-

marah tanpa sebab

i. Interaksi selama wawancara


25

Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan akan

terlihat bermusuhan, curiga, tidak kooperatif, tidak mau

menatap lawan bicara dan mudah tersinggung.

j. Persepsi

Biasanya klien dengan prilaku kekerasan masih dapat

menjawab pertanyaan dengan jelas.

k. Isi Pikir

Biasanya klien meyakini dirinya tidak sakit, dan baik-baik

saja.

l. Tingkat kesadaran

Biasanya klien prilaku kekerasan kadang tampak bingung,

m. Memori

Biasanya klien diwaktu wawancara dapat mengingat

kejadian yang terjadi dan mengalami gangguan daya ingat

jangka panjang.

n. Kemampuan penilaian

Biasanya klien mengalami kemampuan penilaian ringan

dan sedang dan tidak mampu mengambil keputusan

o. Daya fikir diri Biasanya klien mengingkari penyakit yang

dideritanya

9. Kebutuhan persiapan pulang

a. Makan Biasanya klien tidak mengalami perubahan

b. BAB/BAK
26

Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan tidak ada

gangguan

c. Mandi

Biasanya klien jarang mandi, tidak menyikat gigi, jarang

mencuci rambut dan bercukur atau berhias. Badan klien

sangat bau dan kotor, dan klien hanya melakukan

kebersihan diri jika disuruh.

d. Berpakaian

Biasanya klien jarang mengganti pakaian, dan tidak mau

berdandan. Klien tidak mampu mengenakan pakaian

dengan sesuai dan klien tidak mengenakan alas kaki

e. Istirahat dan tidur

Biasanya klien tidak melakukan persiapan sebelum tidur,

seperti: menyikat gigi, cucu kaki, berdoa. Dan sesudah tidur

seperti: merapikan tempat tidur, mandi atau cuci muka dan

menyikat gigi. Frekuensi tidur klien berubah-ubah, kadang

nyenyak dan kadang gaduh atau tidak tidur.

f. Penggunaan obat

Biasanya klien mengatakan minum obat 3 kali sehari dan

klien tidak mengetahui fungsi obat dan akibat jika putus

minum obat.

g. Pemeliharaan kesehatan
27

Biasanya klien tidak memperhatikan kesehatannya, dan

tidak peduli tentang bagaimana cara yang baik untuk

merawat dirinya.

h. Aktifitas didalam rumah

Biasanya klien mampu merencanakan, mengolah, dan

menyajikan makanan, merapikan rumah, mencuci pakaian

sendiri dan mengatur biaya sehari-hari.

10. Mekanisme koping

Biasanya klien menggunakan respon maldaptif yang ditandai

dengan tingkah laku yang tidak terorganisir, marah-marah bila

keinginannya tidak terpenuhi, memukul anggota keluarganya,

dan merusak alat-alat rumah tangga.

11. Masalah psikologis dan lingkungan

Biasanya klien merasa ditolak dan mengalami masalah

interaksi dengan lingkungan

12. Pengetahuan

Biasanya klien dengan prilaku kekerasan kurang

pengetahuan tentang penyakitnya,dan klien tidak mengetahui

akibat dari putus obat dan fungsi Dari obat yang diminumnya

2.2. Diagnosa Keperawatan yang lazim muncul

a. Perilaku Kekerasan

b. Halusinasi Pendengaran

c. Isolasi Sosial

d. Resiko Perilaku Kekerasan


28
29

2.3. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Perilaku Setelah dilakukan tindakan SPIP

Kekerasan keperawatan selama 1x24 1. Mengidentifikasi penyebab PK

berhubungan jam diharapkan control diri 2. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK

dengan meningkat. Dengan kriteria 3. Mengidentifikasi PK yang dilakukan

ketidakmampuan hasil: 4. Mengidentifikasi akibat PK

mengendalikan - Verbalisasi ancaman 5. Menyebutkan cara mengontrol PK

dorongan marah kepada orang 6. Membantu pasien mempraktekkan latihan

menurun cara mengontrol PK secara fisik 1

- Perilaku menyerang 7. Menganjurkan pasien memasukkan dalam

menurun kegiatan harian

- Perilaku melukai diri SPIK

sendiri/orang lain 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan

menurun keluarga dalam merawat pasien


30

- Perilaku merusak 2. Menjelaskan pengertian PK, tanda dan gejala,

lingkungan sekitar serta proses terjadinya PK

menurun 3. Menjelaskan cara merawat pasien PK

- Perilaku agresif/amuk SPIIP

menurun 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

- Suarea kereas 2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara

menurun fisik 2

3. Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam

jadwal kegiatan harian

SPIIK

1. Melatih keluarga mempraktekkan cara

merawat pasien dengan PK

2. Melatih keluarga melakukan cara merawat

langsung kepada pasien PK

SPIIIP
31

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara

verbal

3. Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam

jadwal kegiatan harian

SPIIIk

1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas

di rumah termasuk minum obat (discharge

planning)

2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

SPIVP

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara

spiritual
32

3. Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam

jadwal kegiatan harian

SPVP

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengontrol PK dengan minum

obat

3. Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam

jadwal kegiatan harian

2 Halusinasi Setelah melakukan tindakan SIP

Pendengaran keperawatan selama1x24 Membantu pasien mengenali halusinasi,

jam, diharapkan menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi,

mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan

cara pertama : menghardik halusinasi

SPII
33

Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara

kedua: bercakap-cakap dengan orang lain

SPIII

Melatih pasien mengontrol halusionasi dengan

melaksanakan aktivitas terjadwal

SPIV

Melatih pasien menggunakan obat secara teratur

3 Isolasi Sosial Setelah dilakukan tindakan SPI

berhubungan keperawatan selama 1x24 Bina hubungan saling percaya, bantu pasien

dengan jam diharapkan keterlibatan mengenal penyebab isolasi social, bantu pasien

ketidakmampuan social meningkat. Dengan mengenal keuntungan dari berhubungan dengan

menjalin kriteria hasil : orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan

hubungan yang - Minat berinteraksi orang lain, dan ajarkan pasien berkenalan dengan

memuaskan meningkat orang lain

SPIK
34

- Verbalisasi isolasi Berikan penyuluhan kepada keluarga tentang

social menurun masalah isol;asi social, penyebab isolasi social,

- Verbalisasi dan cara merawat pasien dengan isolasi sosial

ketidakamanan SPII

ditempat umum 1. Ajarkan pasien berinteraksi secara bertahap

menurun (berkenalan dengan orang pertama seorang

- Perilaku menarik diri perawat)

menurun 2. Latih pasien berinteraksi secara bertahap

(berkenalan dengan orang ke-dua)

SPKII

Latih keluarga mempraktekkan cara merawat

pasien dengan masalah isolasi social langsung

dihadapan pasien

SPIII
35

Latih pasien terlibat dalam kegiatan

kelompokseperti terapi aktivitas kelompok

SPKIII

Latih keluarga untuk memberikan kesempatan

melakukan kegiatab rumah tangga yang

melibatkan orang lain contoh: berbelanja ke warung

atau mengantarkan makanan di rumah tetangga

SPKIV

Latih keluarga melakukan aktivitas/kegiatan

bersosialisasi dengan masyarakat/kelompok,

sperti; arisan, kerja bakti, pengajian, edukasi

keluarga untuk meembantu pasien melakukan

jadwal kegiatan pasien

4 Resiko Perilaku Setelah dilakukan tindakan SPIP

Kekerasan keperawatan selama 1x24 1. Mengidentifikasi penyebab PK


36

jam diharapkan control diri 2. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK

meningkat. Dengan kriteria 3. Mengidentifikasi PK yang dilakukan

hasil: 4. Mengidentifikasi akibat PK

- Verbalisasi ancaman 5. Menyebutkan cara mengontrol PK

kepada orang 6. Membantu pasien mempraktekkan latihan

menurun cara mengontrol PK secara fisik 1

- Perilaku menyerang 7. Menganjurkan pasien memasukkan dalam

menurun kegiatan harian

- Perilaku melukai diri SPIK

sendiri/orang lain 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan

menurun keluarga dalam merawat pasien

- Perilaku merusak 2. Menjelaskan pengertian PK, tanda dan

lingkungan sekitar gejala, serta proses terjadinya PK

menurun 3. Menjelaskan cara merawat pasien PK

SPIIP
37

- Perilaku agresif/amuk 2. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

menurun 3. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara

- Suarea kereas fisik 2

menurun 4. Menganjurkan pasien memasukkan ke

dalam jadwal kegiatan harian

SPIIK

1. Melatih keluarga mempraktekkan cara

merawat pasien dengan PK

2. Melatih keluarga melakukan cara merawat

langsung kepada pasien PK

SPIIIP

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian

pasien

2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara

verbal
38

3. Menganjurkan pasien memasukkan ke

dalam jadwal kegiatan harian

SPIIIk

1. Membantu keluarga membuat jadwal

aktivitas di rumah termasuk minum obat

(discharge planning)

2. Menjelaskan follow up pasien setelah

pulang

SPIVP

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara

spiritual

3. Menganjurkan pasien memasukkan ke

dalam jadwal kegiatan harian

SPVP
39

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengontrol PK dengan

minum obat

3. Menganjurkan pasien memasukkan ke

dalam jadwal kegiatan harian

Table
40

2.4. Implementasi Keperawatan

Pada pasien dengan perilaku keklerasan biasanya

melakukan asuhan keperawatan bertahap sesuai SP-

SPVI. Dimana perawat harus mulai dengan

tahapnorientasi, kerja, dan terminaasi. Sebelum

melakukan tindakan keperawatan perawata harus

memastikan keadaan pasien dalam kondisi yang

memungkinkan untuk melakukan asuhan keperawatan

2.5. Evaluasi Keperawatan

Perawata melakukan tahap evalusi guna untuk

mengetahui sejauh mana perkembangan pasien setelah

dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa (sesuai

dengan masalah keperawatan)


41

b. Tinjauan Kasus

1) Pengkajian

a. Identitas :

1. Nama : Tn.A

2. No.RM : 028022

3. Umur : 40 tahun

4. Jenis kelamin : Laki-laki

5. Alamat : JL.Batua Raya

6. Tanggal Pengkajian : Senin 28 Juni 2021

a. Alasan masuk :

Keluarga pasien membawah pasien di Puskesmas

Batua kota Makassar dengan keluhan; selalu membawa benda

tajam, dan ingin memotong hewan ternak warga, membakar

bakar barang didalam kamar + 3 bulan terakhir, Keluarga

pasien mengatakan pasien sering berbicara sendiri dengan

nada yang tinggi, mengaji tidak teratur, menulis-nulis dikertas

kadang bicara tidak nyambung,pasien bolak balik dilorong

sehari 3x, pasien jarang makan, dikasih makan tidak disentuh,

pasien jarang tidur, pasien menyendiri sejak ditinggal istrinya,

Pasien selalu berbicara dan mengulang-ulang topik

pembicaraannya

b. Kondisi Pasien :

1. Pemeriksaan tanda-tanda vital :

▪ Tekanan Darah : 130/90 mmHg


42

▪ Pernapasan : 22 x/m

▪ Suhu : 36.50

▪ C. Nadi : 97 x/m

2. Keluhan Utama :

1. RUFA 1 – 10 ( Intensif I )

Isi Pikir :

− Pasien selalu berpikir tidak logis

− Tidak ada ide bunuh diri

− Tidak ada gangguan orientasi realita

(waktu, orang & tempat)

− Flight of idea : Pasien

Proses Pikir :

− selalu berbicara yang tidak jelas tanpa

dimengerti apa maksud dan tujuannya

− Perservasi : Pasien selalu

berbicara dan mengulang-ulang topik

pembicaraannya

− Tangensial :-

− Sirkumtansial : Pasien

berbicara berbelit-belit dan sampai tujuan

− Kehilangan assosiasi :-

Perilaku :

− Pasien melakukan kekerasan pada diri

sendiri dan orang lain


43

− Perilaku pasien impulsif, pasien yang

dikenal baik tiba-tiba berubah menjadi

pemarah dan emosional

− Perilaku pasien agitasi, pasien seringkali

melempar barang, memukul barang,

membakar barang dalam kamar dan

berteriak

− Pasien tidak Menolak berinteraksi (orang

lain dan petugas)

Emosi :

− Mudah tersinggung : Pasien sangat

mudah tersinggung

− Marah : Pasien

mudah marah

2. RUFA 11 -20 ( Intensif II )

Isi Pikir :

− Pasien masih memiliki pikiran yang tidak

logis

− Pasien tidak ada ide bunuh diri

− Pasien mampu orientasi realita (waktu,

orang & tempat)

Proses Pikir :

− Gangguan proses pikir masih ada tapi

sudah bisa difokuskan


44

Perilaku :

− Gangguan perilaku sudah tidak ada

− Dapat berinteraksi dengan beberapa

orang : Pasien mampu berinteraksi

namun tidak fokus dan berbicara

semaunya

Emosi :

− Pasien masih mudah tersinggung

− Pasien mampu mengontrol marah

− Pasien mampu mengungkapkan

kesedihan karena ada orang dipercaya

3. RUFA 21 – 30 ( Intensif III )

Isi Pikir :

− Pikiran yang tidak logis masih muncul

sesekali

− Orientasi realita baik

Proses Pikir :

− Proses berpikir baik

Perilaku :

− Gangguan perilaku sudah tidak ada

− Dapat berinteraksi dengan banyak orang

Emosi :

− Emosi stabil
45

Kesimpulan : pasien berada pada tingkat kedaruratan

RUFA 1-10 (Intensif I)

Diagnosa Medis : Skizofernia

Psikofarmaka :

1. Haloperidol (HP) 5g 3 x 1 : Golongan obat

psikotik, berfungsi untuk menimbulkan rasa

tenang, meredakan kegelisahan, serta

mengurangi perilaku agresif dan keinginan

untuk menyakiti orang lain.

2. Chlorpromazine (CPZ) 100 mg 0-0-1 :

Golongan antimuskarinik, berfungsi

mengatasi gejala ekstrapiramidal, baik

akibat penyakit Parkinson atau efek samping

obat. gejala ekstrapiramidal tersebut antara

lain tremor, tubuh kaku, gerakan tidak

normal dan tidak terkendali baik wajah

maupun anggota tubuh lainnya, serta

gelisah

3. Trihexyphenidil (THP) 2g 2 x 1 : Golongan

antipsikotik, berfungsi untuk menangani

mual, muntah, dan cegukan yang tidak

kunjung berhenti. mengurangi gejala

psikosis berupa perilaku agresif yang

membahayakan diri sendiri dan orang lain,


46

serta halusinasi, yaitu mendengar atau

melihat sesuatu yang tidak nyata.

d. Faktor predisposisi

1. Pasien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya dan

dirawat Puskesmas Batua Kota Makassar

2. Pasien rutin mengonsumsi obat yang diberikan oleh dokter

selama dirawat dan setelah dirawat dirumah sakit namun

pasien berhenti minum obat ketika dinyatakan sembuh.

3. Pasien tidak pernah mendapat perilaku kekerasan dari

keluarganya.

4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : Tidak

ada pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

e. Faktor Prepitasi

1. Pasien mengalami masalah keluarga yaitu pasien ditinggal

oleh istrinya.

2. Pasien tinggal bersama orang tua, dan anaknya

f. Psikososial

1. Genogram

X X
GI

? ? ? ? ? ?
GII ?

40 38

1 12 8
7
47

GIII

Keterangan :

: Laki-laki : Tinggal serumah

: Perempuan ? : Usia tidak Diketahui

: Meninggal : Garis pernikahan

: Pasien : Garis keturunan

GI : Kedua orang tua pasien masih hidup dan tinggal serumah

dengan pasien. Kedua orang tua dari istri pasien sudah

meninggal.

GII : Istri pasien dalam keadaan sehat. Pasien anak ke pertama

dari 2 bersaudara. Saat ini pasien di control di Puskesmas

Batua Kota Makassar

GIII : Pasien memiliki 3 orang anak

2. Konsep Diri

a. Citra tubuh : pasien mengatakan menyukai seluruh

anggota tubuhnya

b. Identitas : pasien adalah anak pertama dari dua orang

bersaudara

c. Peran : Pasien mengatakan selain berperan

sebagai ayah dari anak-anaknya, pasien juga bekerja


48

sebagai seorang tukang kayu untuk menambah

penghasilan keluarga

d. Ideal diri : Pasien ingin pulang kerumah dan berkumpul

bersama keluarga.

e. Harga diri : Pasien merasa malu, tidak berguna dan

tertekan dengan keadaan keluarganya sekarang yang lagi

dalam permasalahan.

Masalah Keperawatan : Harga diri rendah

3. Pola Hubungan Sosial

a. Orang yang berarti : Orang terdekat adalah ibu dan anak-

anaknya sendiri karena merupakan orang yang paling

berharga dalam hidupnya

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat :

Sebelum sakit pasien aktif dalam kegiatan sosial.

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : tidak

ada hambatan karna pasien mampu berkomunikasi

dengan baik

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Spiritual

a. Nilai keyakinan : Pasien mengatakan beragama Islam

b. Kegiatan ibadah : Pasien mengatakan sebelum sakit rajin

melaksanakan ibadah.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


49

5. Status Mental

a. Penampilan : Penampilan pasien kurang rapi

b. Pembicaraan : Pasien masih belum mampu

memfokuskan pembicaraan. Pasien kadang berbicara

sendiri dengan nada yang tinggi, tidak jelas dan tidak

dimengerti.

c. Aktivitas motorik : Pasien mampu bergerak dan berjalan,

mampu melakukan kegiatan secara mandiri, makan

sendiri namun kadang makanan dilempar.

d. Alam perasaan : Pasien merasa gelisah dan mengamuk

e. Afek : Afek pasien seusai dengan stimulus, pada saat

sedih ekspresi wajah sedih, saat bahagia ekspresi wajah

ceria

f. Interaksi selama wawancara : Pasien kooperatif saat

wawancara, kontak mata kurang, dan mudah tersinggung

g. Persepsi : Persepsi kurang baik, pasien selalu berbicara

sendiri namun ketika ditanya apakah pasien selalu

mendengar suara-suara atau melihat bayangan pasien

mengatakan tidak ada suara-suara dan tidak ada

bayangan.

Masalah Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan

h. Proses fikir : Ketika diajak berbicara, pembicaraan pasien

berbelit-belit dan sampai pada tujuan dan topik

pembicaraan
50

i. Isi pikir : Pasien mengatakan selalu ingin pulang dan

berjanji tidak akan melakukan kesalahannya

j. Tingkat kesadaran : Tingkat kesadaran pasien baik,

pasien mampu menyebutkan hari, orang dan tempat

dengan baik

k. Memori : Kemampuan daya ingat jangka panjang dan

pendek pasien baik

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung

i. Tingkat konsentrasi mudah beralih tetapi klien mampu

berhitung sederhana misalnya 1-10.

m. Daya tilik diri : Pasien mengatakan bahwa dirinya dibawa

kerumah sakit untuk berobat

6. Kebutuhan Persiapan Pulang

1. Kemampuan pasien memenuhi kebutuhan

• Makan : Ya

• Pakaian : Ya

• Perawatan kesehatan : Tidak

• Keamanan : Tidak

• Transportasi : Tidak

• Tempat tinggal : Ya

• Uang : Tidak

Penjelasan : Pasien hanya mampu memenuhi sebagian

kebutuhannya

2. Kegiatan kehidupan sehari-hari


51

a. Perawatan diri

• Mandi : Mandiri

• Kebersihan : Mandiri

• Makan : Mandiri

• BAK/BAB : Mandiri

• Ganti pakaian : Mandiri

Penjelasan : pasien mampu melakukan perawatan diri

secara mandiri

b. Nutrisi

• Apakah anda puas dengan pola makan anda : Ya

• Apakah anda makan memisahkan diri : Tidak

• Frekuensi makan sehari : 2x sehari

• Nafsu makan baik : Kurang

Masalah Keperawatan : Kurang nafsu makan

c. Tidur

• Apakah ada masalah tidur : Ya

• Apakah anda merasa segar setelah bangun : Tidak

• Apakah anda kebiasaan tidur siang : Kadang-kadang

• Apakah yang menolong anda tidur : Tidak ada

• Jam tidur malam : Tidak menentu

Masalah Keperawatan : Gangguan pola tidur

7. Mekanisme Koping

a. Adaptif : Saat ada masalah pasien hanya diam dan tidak

menceritakan kepada orang lain


52

b. Maladaptif : Keluarga pasien mengatakan pasien saat

marah sering melempari barang-barang dan mengancam

orang yang ada disekitarnya. Pasien juga tampak

memegang pisau

Masalah Keperawatan : Resiko mencederai diri sendiri

dan orang lain

8. Masalah Psikososial dan lingkungan

Pasien diterima dengan baik dilingkungan tempat tinggalnya

9. Pohon Masalah :

Mencederai diri sendiri, orang


lain dan lingkungan (Akibat)

(core
Perilaku Kekerasan
problem)

Harga diri rendah (Penyebab)


53

ANALISA DATA

No Data Masalah

Keperawatan

1 DS :

- Keluarga pasien mengatakan sering mengancam

orang disekitarnya dan memukul orang

sembarangan

- Keluarga pasien mengatakan selalu melempar

barang-barang dan makanannya

- Keluarga mengatakan pasien tidak nyaman dalam

kamar/rumah

- Keluarga pasien mengatakan pasien sering


Perilaku kekerasan
berbicara sendiri dengan nada yang tinggi

DO :

- Pasien tampak melempar makanan yang

diberikan oleh keluarganya

- Ekspresi wajah tampak tegang

- Tatapan mata melotot

- Tampak tangan mengepal

- Tampak rahang mengalup

- Tampak postur tubuh kaku

2.2. Diagnosa Keperawatan :

1. Perilaku kekerasan berhubungan dengan ketidakmampuan

mengendalikan dorongan marah


54

2.3. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Perilaku Setelah dilakukan tindakan SP1P

Kekerasan keperawatan selama 1x24 jam 1. Mengidentifikasi penyebab PK

berhubungan diharapkan control diri 2. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK

dengan meningkat. Dengan kriteria 3. Mengidentifikasi PK yang dilakukan

ketidakmampuan hasil: 4. Mengidentifikasi akibat PK

mengendalikan - Verbalisasi ancaman 5. Menyebutkan cara mengontrol PK

dorongan marah kepada orang menurun 6. Membantu pasien mempraktekkan latihan

- Perilaku menyerang cara mengontrol PK secara fisik 1

menurun 7. Menganjurkan pasien memasukkan dalam

- Perilaku melukai diri kegiatan harian

sendiri/orang lain SP1K

menurun 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan

keluarga dalam merawat pasien


55

- Perilaku merusak 2. Menjelaskan pengertian PK, tanda dan

lingkungan sekitar gejala, serta proses terjadinya PK

menurun 3. Menjelaskan cara merawat pasien PK

- Perilaku agresif/amuk SP2P

menurun 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

- Suarea kereas menurun 2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara

fisik 2

3. Menganjurkan pasien memasukkan ke

dalam jadwal kegiatan harian

SP2K

1. Melatih keluarga mempraktekkan cara

merawat pasien dengan PK

2. Melatih keluarga melakukan cara merawat

langsung kepada pasien PK


56

SP3P

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara

verbal

3. Menganjurkan pasien memasukkan ke

dalam jadwal kegiatan harian

SP3K

1. Membantu keluarga membuat jadwal

aktivitas di rumah termasuk minum obat

(discharge planning)

2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

SP4P

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara

spiritual
57

3. Menganjurkan pasien memasukkan ke

dalam jadwal kegiatan harian

SP5P

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengontrol PK dengan

minum obat

3. Menganjurkan pasien memasukkan ke

dalam jadwal kegiatan harian


58

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Hari Implementasi Evaluasi

Keperawatan Tanggal/Jam

1 Perilaku Senin 28 Juni SP1P Pukul 13:30

kekerasan 2021. 09:11 1. Mengidentifikasi penyebab PK S:

berhubungan Hasil : klien mengatakan penyebab klien pk - Pasien mengatakan

dengan adanya permasalahan dalam keluarga dimana sudah mampu melakukan

ketidakmampuan pasien sudah bercerai dengan istrinya cara mengontrol perilaku

mengendalikan 09:15 2. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK kekerasan dengan cara

dorongan marah Hasil : klien mengatakan tanda dan gejala pk tekhnik nafas dalam

yaitu sering marah dan melempar barang- O :

barang - Pasien tampak

09:17 3. Mengidentifikasi PK yang dilakukan kooperative, pasien

tampak melakukan

tekhnik nafas dalam


59

Hasil : klien mengatakan sering berkata dengan A : resiko perilaku kekerasan

nada yang tinggi, melemparkan barang, dan P :

mengancam orang disekitarnya - Evaluasi Sp1 mengontrol

09:20 4. Mengidentifikasi akibat PK PK secara fisik 1

Hasil : klien mengatakan barang-barangnya - Sp2P : Ajarkan klien cara

hancur mengontrol perilaku

09:22 5. Menyebutkan cara mengontrol PK kekerasan secara fisik 2

Hasil : pasien mengatakan cara mengontrol pk

dengan cara ibadah dan relaksasi nafas

dalam

09:25 6. Membantu pasien mempraktekkan latihan

cara mengontrol PK secara fisik 1

Hasil : pasien kooperatif melakukan tekhnik

nafas dalam
60

09:30 7. Menganjurkan pasien memasukkan dalam

kegiatan harian

Hasil : pasien setuju untuk memasukkan

kedalam jadwal harian

Tahap Orientasi :

“Selamat Pagi pak, perkenalkan nama saya

Risnawati, panggil saya perawat Belki, saya

mahasiswa Keperawatan dari Stikes Panakkukang.

Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?”

Evaluasi validasi :

‘’Bagaimana keadaan bapak hari ini ?

Tahap Kontrak :

“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang

tentang perasaan marah bapak” .“Berapa lama


61

bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana

kalau 10 menit?

Tahap Kerja :

”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan,

pak. Salah satunya adalah dengan cara fisik. Jadi

melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah. ”Ada

beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu

cara dulu?”. ”Begini pak, kalau tanda-tanda marah

tadi sudah bapak rasakan maka bapak segera

berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar,

lalu keluarkan/tiup perlahan –lahan melalui mulut

seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi,

tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui

mulut. Nah, lakukan 5 kali.


62

Tahap Terminasi :

“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-

bincang tentang kemarahan bapak?”.”Iya jadi ada 2

penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang

bapak rasakan ........ (sebutkan) dan yang bapak

lakukan ....... (sebutkan) serta akibatnya .........

(sebutkan).”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat

lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa yang

bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas

dan jangan lupa latihan napas dalamnya ya pak.

‘Sekarang kita buat jadwal latihannya ya pak, berapa

kali sehari bapak mau latihan napas dalam?, jam

berapa saja pak?”


63

Selasa, 29 SP2P Pukul 13:30

Juni 2021. 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien S:

09:00 Hasil : Pasien mampu melakukan kegiatan - Pasien mengatakan

sebelumnya sudah mampu

09:05 2. Melatih pasien mengontrol PK dengan minum mengulangi cara

obat mengontrol marah

Hasil : Pasien mampu minum obat secara dengan cara spiritual dan

teratur klien mampu mengontrol

09:15 3. Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam marah dengan cara

jadwal kegiatan harian minum obat

Hasil : Pasien setuju untuk memasukkan O :

minum obat sebagai jadwal harian - Pasien cooperative, klien

Tahap Orientasi : “Selamat Pagi pak, sesuai dengan tampak melakukan cara

janji saya tadi, sekarang kita ketemu lagi” . mengontrol kekerasan

secara spiritual dan klien


64

“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas tampak minum obat yang

dalam? disediakan

Evaluasi validasi : A : Perilaku kekerasan

apa yang dirasakan setelah melakukan latihan P :

secara teratur? - Evaluasi Sp1,2,3,4,dan

Tahap Kontrak : 5P mengontrol PK

“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan secara fisik 1, fisik 2,

tentang cara minum obat yang benar untuk secara verbal, secara

mengontrol rasa marah?”. “Dimana enaknya kita spiritual dan minum obat

berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat

kemarin?”. “Berapa lama bapak mau kita berbincang-

bincang? Bagaimana kalau 15 menit”

Tahap Kerja :

“Pak sudah dapat obat dari dokter?”. Berapa macam

obat yang bapak minum? Warnanya apa saja?


65

Bagus! Jam berapa bapak minum? Bagus!.

“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya

orange namanya CPZ gunanya agar pikiran tenang,

yang putih ini namanya THP agar rileks dan tegang,

dan yang merah jambu ini namanya HLP agar pikiran

teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini

harus bapak minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1

sian g, dan jam 7 malam”. “Bila nanti setelah minum

obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu

mengatasinya bapak bisa mengisap-isap es

batu”.“Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak

sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu”.

“Nanti di ruangan sebelum minum obat ini bapak lihat

dulu label di kotak obat apakah benar nama bapak

tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam


66

berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama

obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya pada

suster kemudian cek lagi apakah benar

obatnya!”.“Jangan pernah menghentikan minum obat

sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak, karena

dapat terjadi kekambuhan.” “Sekarang kita

masukkan waktu minum obatnya kedalam jadwal ya

pak.”

Tahap Terminasi :

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-

cakap tentang cara minum obat yang benar?”. “Coba

bapak sebutkan lagi jenis obat yang bapak minum!

Bagaimana cara minum obat yang benar?”. “Nah,

sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang

kita pelajari?. Sekarang kita tambahkan jadual


67

kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa

laksanakan semua dengan teratur ya”.


68
1

BAB III

PEMBAHASAN KASUS KELOLAAN

Pada tanggal Senin 28 Juni 2021 melakukan pengkajian dan asuhan

keperawatan pada Tn A. dengan perilaku kekerasan di Puskesmas Batua

Kota Makassar penulis menemukan kesenjangan-kesenjangan yang

ditemui serta mencari jalan keluarnya yang sesuai dengan langkah-langkah

asuhan, maka pembahasaanya:

A. Pembahasan

1) Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap penting dalam suatu proses

pemberian asuhan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan

induvidu. Oleh karena itu, pengkajian harus akurat, lengkap sesuai

kenyataan, dan kebenaran data sangat penting untuk langkah

selanjutnya dalam memberikan asuhan keperawatasn sesuai respon

individu.

Perilaku kekerasan adalah salah satu respon terhadap stressor yang

dihadapi oleh seseorang yang di tunjukan dengan perilaku kekerasan

baik pada diri sediri maupun orang lain dan lingkungan baik secara

verbal maupun non-verbal. Bentuk perilaku kekerasan yang dilakukan

bisa amuk, bermusuhan yang berpotensi melukai, merusak baik fisik

maupun kata-kata (Kio, Wardana & Arimbawa, 2020).

Berdasarkan pengkajian pada Tn.A data subjektif yang didapatkan :

Keluarga pasien mengatakan sering mengancam orang disekitarnya

601
69

dan memukul orang sembarangan, keluarga pasien mengatakan selalu

melempar barang-barang dan makanannya, keluarga mengatakan

pasien tidak nyaman dalam kamar/rumah, keluarga pasien mengatakan

pasien sering berbicara sendiri dengan nada yang tinggi. Data subjekti

dari pasien adalah: tampak melempar makanan yang diberikan oleh

keluarganya, ekspresi wajah tampak tegang, tatapan mata melotot,

tampak tangan mengepal, tampak rahang mengalup, tampak postur

tubuh kaku. Maka berdasarkan data di atas penulis mengambil

kesimpulan antara teori dan kasus nyata tidak kesenjangan karenan di

dapatkan data dari kasus nyata sama dengan teori baik penyebab dan

tanda-gejala menurut (Kio, Wardana & Arimbawa, 2020).

2) Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan teori (Sahputra, 2021) ada empat diangnosa

keperawatan, yaitu: Perilaku Kekerasan, halusinasi pendengaran,

isolasi social, resiko perilaku kekerasan. Sedangkan pada kasus nyata

diagnose yang muncul hanya 3 yaitu : Perilaku kekerasan, gangguan

persepsi sensori (gangguan halusinasi). Diagnose keperawatan

prioritaas yang diangakat berdasarkan core problem adalah: perilaku

kekerasan. Alasan penulis mengangkat diagnose perilaku kekeresan

sebagai core problem adalah berdasarkan data pengkajian yang

menunjukan pasien dengasn perilaku kekerasan

Menurut penulis ada kesenjangan antara teori dan kasus nyata

karena dalam teori diagnose ada empat diagnose sedangakan pada

nyata hanya terdapat satu diagnose keperawatan.


70

3) Intervensi Keperawatan

Menurut (Sahputra, 2021) perencanaan untuk perilaku kekerasan

ada beberapa (SP1-SP5) diantaranya, SP1P: Mengidentifikasi

penyebab PK, mengidentifikasi tanda dan gejala PK, mengidentifikasi

PK yang dilakukan, mengidentifikasi akibat PK, menyebutkan cara

mengontrol PK, membantu pasien mempraktekkan latihan cara

mengontrol PK secara fisik 1, menganjurkan pasien memasukkan

dalam kegiatan harian. SP2K : Mendiskusikan masalah yang dirasakan

keluarga dalam merawat pasien, menjelaskan pengertian PK, tanda

dan gejala, serta proses terjadinya PK, menjelaskan cara merawat

pasien PK. SP3P : Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.

melatih pasien mengontrol PK dengan cara fisik 2, menganjurkan

pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian. SP2K : Melatih

keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan PK : Melatih

keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien PK. SP3P

: Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, melatih pasien

mengontrol PK dengan cara verbal, menganjurkan pasien

memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian. SP3K : Membantu

keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat

(discharge planning), menjelaskan follow up pasien setelah pulang.

SP4P : Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, melatih pasien

mengontrol PK dengan cara spiritual, menganjurkan pasien

memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian. SP5P : Mengevaluasi

jadwal kegiatan harian pasien, melatih pasien mengontrol PK dengan


71

minum obat, menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal

kegiatan harian.

Berdasarkan intervensi yang penulis lakukan, terdapat kesamaan

antara konsep dasar teori dengan kasus nyata Tn.A. Karena penulis

melakukan intervensi yang sesuai dengan teori dan merancang strategi

pelaksanaan sesuai dengan keadaan pasien

4) Implementasi Keperawatan

Menurut penulis terdapat kesamaan. Berdasarkan implementasi

yang penulis lakukan, terdapat kesamaan antara konsep dasar teori

dengan kasus nyata Tn.A. Karena penulis melakukan implementasi

yang sesuai dengan teori dan merancang strategi pelaksanaan sesuai

dengan keadaan pasien

5) Evaluasi

Menurut penulis terdapat kesamaan. Berdasarkan evaluasi yang

penulis lakukan, terdapat kesamaan antara konsep dasar teori dengan

kasus nyata Tn.A. Karena penulis melakukan evaluasi yang sesuai

dengan teori dan merancang strategi pelaksanaan sesuai dengan

keadaan pasien
172

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Orang Dengan Gangguan Jiwa adalah orang yang mengalami

gangguan pada psikisnya sehingga pada pengkajian: keluarga mengatakan

pasien marah-marah, berbicara sendiri, melempar barang/rumah,

mengurung diri di kamar dan tidak ingin bergaul dengan orang lain, sering

menunduk saat di ajak berkomunikasih, pasien sering berbicara sendiri

dengan nada yang tinggi.

Diagnose prioritas yang di angkat pada pasien adalah perilaku

kekerasan. Tindakan yang dilakukan pada pasien adalah membina

hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan,

mengidentifikasi perilaku kekerasan, mengidentifikasi tanda dan gejala

perilaku kekeraan, mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan dan

mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasandengan cara

relaksasi nafas dalam

B. Saran

Dalam hal ini penulis memberikan beberapa saran setelah

melakukan asuhan keperawatan secara langsung dan mengamati status

perkemabngan status kesehatan pada pasien dengan perilaku kekerasan,

maka penulis mengharapkan:

64
1
73

1. Bagi pendidikan

Diharapkan berperan serta dalam peningkatan kualitas perawat

dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi perawat untuk

memperoleh ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan

untuk mengatasi masalah.

2. Bagi Institusi pelayanan kesehatan (pkm)

Seorang perawat perlu memperhatikan kondisi pasien secara

komperhensif, tidak hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai

satu kesatuan yang utuh yang meliputi bio-psiko-sosial-kultural-

spiritual.

3. Bagi klien dan keluarga klien

Diharapkan tetap memperhatikan pengobatan yang dijalaninya agar

tidak mengalami hal yang tidak diinginkan. Dan tetap mencari

informasi yang mendukung kesembuhannya.

4. Bagi penulis

Diharapkan dapat memperluas ilmu dan pengetahuannya tentang

asuhan keperawatan jiwa


74

DAFTAR PUSTAKA

1. Natalia, M., Mare, S., Laia, D., Sukitiro, H., & Fadillah, F. (n.d.). Terapi

Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Pada Pasien halusinasi

pendengaran.

2. Pardede, J. A., & Hulu, E. P. (n.d.). PENGARUH BEHAVIOUR

THERAPY TERHADAP HALUSINASI PENDENGARAN PADA

PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA PROF . Dr .

MUHAMMAD ILDREM PROVSU MEDAN Pendahulan. 257–266.

3. Pardede, J. A., Siregar, L., & Hulu, E. P. (2020). EFEKTIFITAS

BEHAVIOUR THERAPY TERHADAP HALUSINASI

PENDENGARAN. 3(1), 8–14.

4. Sahputra, A. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. A Dengan

Risiko Perilaku Kekerasan Di Ruang Nakula Rsud Banyumas.

5. PPNI (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Defenisi dan

Indikator

6. PPNI (2018). Standar Luara Keperawatan Indonesia:

7. PPNI (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai