OLEH:
OLEH:
ii
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Ilmiah Akhir yang berjudul “Asuhan Keperawatan Kritis Pada Pasien
dengan Efusi Pleura di ruang perawatan ICU di RSUD Labuang Baji
Makassar”.
Penulisan Karya Ilmiah Akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi salah
satu tugas akhir bagi kelulusan mahasiswa/mahasiswi STIK Stella Maris
Makassar Program Profesi Ners dan memperoleh gelar profesi Ners di STIK
Stella Maris Makassar.
Dalam menyelesaikan penulisan Karya Ilmiah Akhir, penulis banyak
mendapat bantuan, pengarahan dan bimbingan serta motivasi dari berbagai
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Siprianus Abdu, S.Si.,Ns.,M.Kes selaku Ketua STIK Stella Maris
Makassar sekaligus penguji I yang juga telah banyak memberikan saran
dan masukan demi penyempurnaan Karya Ilmiah Akhir ini.
2. Fransiska Anita, Ns.,M.Kep.Sp.Kep.MB selaku Wakil Ketua Bidang
Akademik STIK Stella Maris Makassar sekaligus pembimbing II yang
telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan
penulis dalam penulisan Karya Ilmiah Akhir ini.
3. Matilda M. Paseno, Ns.,M.Kes selaku Wakil Ketua Bidang Administrasi
dan Keuangan STIK Stella Maris Makassar.
4. Elmiana Bongga Linggi, Ns.,M.Kes selaku Wakil Ketua Bidang
Kemahasiswaan, Alumni, dan Inovasi.
5. Mery Sambo, Ns.,M.Kep selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan dan Ners.
6. Kristia Novia, Ns.,M.Kep selaku pembimbing I yang telah banyak
meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam
penulisan Karya Ilmiah Akhir ini.
vii
7. Fransisco Irwandy, Ns.,S.Kep penguji II yang juga telah banyak
memberikan saran dan masukan demi penyempurnaan Karya Ilmiah
Akhir Ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen beserta seluruh staf pegawai STIK Stella Maris
Makassar yang telah membimbing, mendidik, dan memberi pengarahan
dalam penulisan Karya Ilmiah Akhir Ini.
9. Kepada Direktur dan CI ruang perawatan ICU semua pihak di RSUD
Labuang Baji Makassar yang telah mengizinkan kami melaksanakan
pengambilan kasus di ruang perawatan ICU RSUD Labuang Baji
Makassar.
10. Orang tua serta saudara dari Melania Kontesa yang setia memberikan
dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ini.
11. Orang tua serta saudara dari Melyani Paressa dan terkhusus sdr Surya
Nataniel yang setia memberikan dukungan dan motivasi untuk
menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ini.
12. Seluruh teman-teman Program Studi Profesi Ners yang telah berjuang
bersama-sama, mendukung serta membantu dalam menyelesaikan
Karya Ilmiah Akhir Ini.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan Karya
Ilmiah Akhir Ini.
Akhir kata, semoga ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi
sumber inspirasi untuk melakukan penelitian selanjutnya.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Menyusun Luaran SLKI ............................................................30
Tabel 3.1 Pengkajian Primer ....................................................................39
Tabel 3.2 Identifikasi Masalah .................................................................66
Tabel 3.3 Perencanaan Keperawatan ......................................................68
Tabel 3.4 Implementasi Keperawatan ......................................................72
Tabel 3.5 Evaluasi Keperawatan .............................................................87
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun
psikologis yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan
kesehatan. Salah satu keseimbangan fisiologis yang perlu dipertahankan,
yaitu saluran pernafasan yang berfungsi menghantarkan udara (oksigen)
dari atmosfer yang kita hirup dari hidung dan berakhir prosesnya di paru-
paru untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Gangguan sistem
pernapasan merupakan penyebab utama banyaknya ukuran dan jumlah
individu yang terkena penyakit di bagian organ pernapasan. Salah satu
penyakit gangguan sistem pernapasan pada manusia yaitu efusi pleura.
Efusi pleura adalah cairan yang berlebih di dalam membran berlapis ganda
yang mengelilingi paru-paru (Hayuningrum, 2020).
Secara geografis penyakit efusi pleura terdapat diseluruh dunia dan
menjadi masalah utama di negara-negara yang sedang berkembang.
Prevalensi efusi pleura di dunia diperkirakan sebanyak 320 kasus per
100.000 penduduk di negara-negara industri. Tingginya angka kematian
akibat efusi pleura masih sering ditemukan karena 20% penduduk kota
dunia pernah menghirup udara kotor akibat emisi kendaraan bermotor dan
penyakit menular seperti Tubercolosis (TBC), sedangkan untuk penyakit
tidak menular ditemukan dari keganasan suatu penyakit seperti tumor dan
gagal jantung komperensif. sehingga banyak penduduk yang berisiko tinggi
penyakit paru dan saluran pernafasan seperti efusi pleura (Alfian et al.,
2020).
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2018, Prevalensi
efusi pleura di Indonesia mencapai 2,7 % dari penyakit infeksi saluran
napas seperti TBC dan non infeksi seperti tumor mediastinum sebanyak
2,5% serta obstruksi masa tumor sebanyak 7,3%. Menurut menteri
2
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah
1. Tujuan umum
Memperoleh pengetahuan dan pengalaman nyata dalam
melakukan prosedur asuhan keperawatan di RS pada pasien efusi
pleura.
2. Tujuan khusus
a. Melaksanakan pengkajian kritis pada pasien efusi pleura
b. Menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan efusi
pleura
c. Menetapkan rencana keperawatan pada pasien dengan efusi
pleura
d. Melaksanakan tindakan keperawatan dan Evidence Based
Nursing (EBN) pada pasien efusi pleura
e. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien dengan efusi
pleura
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi rumah sakit
Karya tulis ini dapat menjadi bahan masukan demi meningkatkan
mutu pelayanan bagi petugas kesehatan khususnya dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura.
2. Bagi profesi keperawatan
Dapat menjadi bahan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan
keterampilan saat melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan efusi pleura.
3. Bagi institusi/akademik
Sebagai bahan acuan dalam menunjang pengetahuan bagi
peserta didik dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada
pasien efusi pleura.
4
D. Metode Penulisan
Metode penuisan yang digunakan dalam penyusunan karya ilmiah akhir
ini adalah
1. Studi kepustakaan
Mengambil beberapa literatur sebagai sumber dan acuan teori
dalam penyusunan karya ilmiah akhir mengenai efusi pleura.
2. Studi kasus
Dengan melakukan pengamatan langsung di ruangan ICU
Rumah Sakit Labuan Baji.
3. Wawancara
Data-data dukungan lainnya didapatkan dengan hasil wawancara
dengan keluarga pasien.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan karya ilmiah akhir tersusun dari V bab yang terdiri dari: BAB I
Pendahuluan, bab ini menguraikan tentang latar belakang, tujuan
penulisan, dan manfaat penulisan. BAB II tinjauan Pustaka, bab ini
menguraikan tentang konsep dasar medis dan konsep dasar keperawatan.
BAB III Pengamatan kasus, bab ini menguraikan tentang pengkajian,
diagnosis keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi
keperawatan, dan evaluasi. BAB IV Pembahasan kasus, bab ini membahas
tentang kesenjangan teori dan kasus nyata di ICU. BAB V Kesimpulan dan
Saran, bab ini menguraikan tentang simpulan dan saran. Kemudian pada
akhir BAB V dilengkapi dengan daftar puskata.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Efusi pleura adalah cairan patologis yang terdapat di rongga
pleura. Efusi pleura disebabkan karena infeksi dan non infeksi.
Penyebab dari infeksi yaitu infeksi tuberkulosis dan non tuberkulosis
sedangkan penyebab dari non infeksi yaitu hipoproteinemia,
neoplasma,trauma serta kelainan sirkulasi (Yovi et al., 2018). Efusi
pleura adalah gambaran umum mengenai gangguan pada sistem
pernapasan berupa akumulasi cairan di antara pleura parietal dan
visceral (Kavitas Pleura) sehingga menganggu fungsi dan kebutuhan
suplai oksigen diseluruh bagian tubuh (Hayuningrum, 2020).
Efusi pleura merupakan manifestasi dari gangguan sistem
pernapasan dan dapat disebabkan oleh penyakit paru maupun
penyakit diluar paru. Efusi pleura merupakan penumpukan airan
yang terjadi dirongga pleura, kelainan ini disebabkan oleh
ketidaksiembangan produksi dan absorbsi peningkatan tekanan
darah jantung, perubahan tekanan osmotik dan hiperemia akibat
inflamasi. Pada keadaan normal rongga pleura hanya mengandung
cairan sebanyak 10-20 ml. Penyakit-penyakit yang dapat
menimbulkan efusi pleura adalah tuberkulosis, infeksi paru non
tuberkulosis, keganasan, sirosis hati, trauma tembus atau tumpul
pada daerah ada, infark paru, serta gagal jantung kongestif (Tristianti
& Gumilang, 2022).
Berdasarkan beberapa teori diatas penulis menyimpulkan efusi
pleura merupakan kondisi dimana tedapat cairan abnormal dalam
rongga plura. Efusi pleura merupakan manifestasi awal tejadinya
gangguan pada sistem pernapasan sehinga menyebabkan tejadinya
penumpukan cairan dirongga pleura dan dapat mengaggu fungsi
6
2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
1) Trakea
Trakea juga dikenal sebagai tenggorokan. Trakea adalah
tulang tabung yang menghubungkan hidung dan mulut ke
paru-paru. Ini adalah tabung berotot kaku terletak di depan
kerongkongan yang sekitar 4,5 inci panjang dan lebar 1 inci
(Sari et al., 2022).
2) Bronkus
Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada
ketinggian kira-kira veterbrata torakalis kelima, mempunyai
struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang
sama. Trakea bercabang menjadi bronkus utama (primer) kiri
dan kanan. Bronkus kanan lebih pendek lebih lebar dan lebih
vertikal dari pada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri
pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di
bawah arteri disebut lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang
7
5) Paru-paru
Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut
yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan
dasarnya berada pada diafragma. Paru terbagi menjadi dua
yaitu, paru kanan dan paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai
tiga lobus sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus.
Kelima lobus tersebut dapat terlihat dengan jelas. Setiap paru-
paru terbagi lagi menjadi beberapa subbagian menjadi sekitar
sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary
segments. Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang
yang disebut mediastinum (Tristianti & Gumilang, 2022).
Paru-paru dibungkus oleh selaput tipis yaitu pleura. Pleura
terbagi menjadi pleura viseralis dan pleura pariental. Pleura
viseralis yaitu selaput yang langsung membungkus paru,
sedangkan pleura parietal yaitu selaput yang menempel pada
rongga dada. Diantara kedua pleura terdapat rongga yang
disebut kavum pleura (Saputra Ramal, 2022).
6) Pleura
Pleura merupakan kantung tertutup yang tebuat dari
membran serosa (masing-masing untuk setiap paru) yang di
dalamnya mengandung cairan serosa sehingga membentuk
struktur membranosa dua lapis. Pleura merupakan lapisan
pembungkus paru, di mana antara pleura yang membungkus
pulmo dekstra et sinistra dipisahkan oleh adanya
mediastinum. Pleura dari interna ke eksterna terbagi atas 2
bagian (Hayuningrum, 2020):
a) Pleura Viscelaris/Pulmonis yaitu pleura yang langsung
melekat pada permukaan pulmo.
b) Pleura Parietalis yaitu bagian pleura yang berbatasan
dengan dinding thoraks.
9
3. Etiologi
Berdasarkan jenis cairan yang terbnetuk, cairan pleura dibagi
menjadi transudat, eksudat dan hemoragis
a. Transudat dapat disebabkan oleh dari beberapa penyakit seperti
kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri), gagal hati, gagal
11
Patoflowdiagram
Etiologi
predisposisi Presipitasi
\
Usia > 50
tahun ( usia Gagal jantung Penyakit hati Infeksi (virus, bakteri Tumor dan
Life style
non produktif kongestif dan ginjal jamur), infeksi TB, kanker
(Merokok dan
minum alkohol pneumonitis, abses (Tumorovarium,
paru,peradangan Ca paru, Ca paru
Penururnan Tekanan vena Hipoproteinemia pada pleura
fungsi fisiologis pulmonalis
Kandungan
tubuh Penggumpalan sel-
berbahanya pada Reaksi Ag- Ab
Peningkatan sel tumor (massa
rokok ( tar dan
Ketidakseimbangan permeabilitas tumor)
nikotin )
Sistem imun ↓ tekanan hidrostatik kapiler pleura
dan onkotik Merangsang
mediator inflamasi Peningkatan
Mempengaruhi
permeabilitas
Mudah terinfeksi sistem Shif cairan dari
Transudasi cairan dari kapiler pleura
\ berbagai jenis pertahanan paru intravaskuler ke
penyakit khususnya kapiler pleura ke Bradikinin,
rongga pleura
pada paru-paru rongga pleura prostaglandidn,
histamin, serotin
Gangguan absorbsi
Menurunkan klirens mukosiliar
getah bening
serta menekan aktivitas fagosit
dan efek bakterisida sehingga Transudat kedalam
mengganggu sistem rongga pleura
pertahanan paru-paru
15
Eksudat ke dalam
Transudasi cairan dari rongga pleura
kapiler pleura ke
rongga pleura
Eksudat kedalam
rongga pleura
EFUSI PLEURA
Indikasi tindakan Respon inflamasi Tekanan intrapleura Ekspansi paru Perlekatan vibrosa
meningkat terbatas pleura parietal-
viseral
16
Pelepasan mediator
Torakonsistesis Pemasangan WSD kimia Kolaps paru Gangguan fungsi paru Fibrotoraks
Gesekan pada
pleura saat
Perlukaan Suhu tubuh Eksudat purulen
PO2 menurun,PCO2 Efek bernapas
meningkat pada bronkus
meningkat hiperventilasi
Port de entre
TG: Nyeri
kuman TG: Demam
Hipoksia Produksi asam lambung pleuritus
Produksi sekret Gangguan
peristaltik
meningkat ventilasi, difusi,
distribusi dan
SDKI: Resiko Infeksi (D.0142) Metabolisme
tranportasi O2
SLKI:Tingkat infeksi menurun(L.14137) Secret tertahan anaerob TG: Mual, nyeri,
SIKI: Perawatan Selang dada (I.01011) dijalan napas anoreksia
TG: PO2
Asam laktat
menurun,PCO2
meningkat
TG: Ronchi + meningkat SDKI: Defisit nutrisi (D.0019)
SDKI: Hipertermi (D.0140) SLKI: Status nutrisi membaik
SLKI: Termoregulasi membaik(L.14134) (L.03030)
SIKI: Manajemen Hipertermi (I.15506) PH darah SIKI: manajemen Nutrisi
menurun
17
Pernapasan kusmaul
SDKI: Gangguan pertukaran gas (D.0003)
SLKI: Pertukaran gas meningkat (L.01003)
SIKI: Pemantauan respirasi (I.01014)
Pernapasan cepat
dan dalam
Suplai o2 ke otak ↓
5. Manifestasi Klinik
Adapun tanda dan gejala yang ditimbulkan dari efusi pleura
berdasarkan penyebabnya adalah (Jany & Welte, 2019):
a. Batuk disertai dahak atupun tidak
b. Sesak napas
c. Nyeri pleuritis
d. Rasa berat pada dada
e. Berat badan menurun
f. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam,
mengigil, dam nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi
(kokus), subfebril (tuberkolosis) banyak keringat, batuk.
g. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika
terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan.
h. Pada pemeriksaan fisik:
1) Inflamasi dapat terjadi friction rub
2) Atelektaksis kompresif (kolaps paru parsial) dapat
menyebabkan bunyi napas bronkus.
3) Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan
berlainan karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang
sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan.
4) Focal fremitus melemah pada perkusi didapati pekak, dalam
keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis
melengkung (garis ellis damoiseu).
6. Tes Diagnostik
Menurut (Sari et al., 2022) pemeriksaan penunjang yang
dilakukan pada pasien efusi pleura adalah:
a. Radiografi dada
Merupakan studi pencitraan pertama yang dilakukan ketika
mengevaluasi efusi pleura. Foto posteroanterior umumnya akan
menunjukkan adanya efusi pleura ketika ada sekitar 200 ml
20
7. Penatalaksanaan Medik
Tujuan penatalaksanaan pada efusi pleura adalah paliasi atau
mengurangi gejala. Pilihan terapi harus tergantung pada prognosis,
kejadian efusi berulang, dan keparahan gejala pada pasien (Claudia,
2019):
a. Farmakologi
1) Pemberian antibiotik
Pemberian antibiotik spekrum luas berupa Ciproflixasin
400 mg golongan Quinolon yang efektif terhadap bakteri gram
positif maupun negatif berupa Ciproflixasin 400 mg dan
antibiotik briad spectum golongan Chepalosporin berupa
Ceftriaxon yang merupakan generasi ketiga yang efektif
terhadap bakteri gram negatif dan sangat efektif untuk
mengatasi resistensi (Dewi & Bayu, 2018)
2) Water Seal Drainage (WSD)
Drainase cairan (Water Seal Drainage) jika efusi
menimbulkan gejala subyektif seperti nyeri, dispnea, dll.
Cairan efusi sebanyak 1 – 1,2 liter perlu dikeluarkan segera
untuk mencegah meningkatnya efusi pleura, jika jumlah
cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutya
baru dapat dilakukan 1 jam kemudian. Pada efusi yang
terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa
intubasi melalui selang iga. Bila cairan pusnya kental
sehingga sulit keluar atau bila empiemanya multiokuler, perlu
37 tindakan operatif. Mungkin sebelumnya dapat dibantu
dengan irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik.
Pengobatan secara sistemik hendaknya segera dilakukan,
23
8. Komplikasi
Menurut (Alfian et al., 2020), komplikasi efusi pleura sebagai
beikut:
a. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani
dengan drainase yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara
pleura parietalis dan pleura viseralis. Keadaan ini disebut dengan
fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan
hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang
berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan (dekortikasi)
perlu dilakukan untuk memisahkan membran-membran pleura
tersebut.
b. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna
yang disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura.
c. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat
jaringan ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul
akibat cara perbaikan jaringan sebagai kelanjutan suatu proses
penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura,
atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan
penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan
fibrosis.
25
d. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh
tekanan ektrinsik pada sebagian/semua bagian paru akan
mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolaps paru.
e. Empiema
Kumpulan nanah dalam rongga antara paru-paru dan
membran yang mengelilinginya (rongga pleura). Empiema
disebabkan oleh infeksi yang menyebar dari paru-paru dan
menyebabkan akumulasi nanah dalam rongga pleura. Cairan
yang terinfeksi dapat mencapai satu gelas bir atau lebih, yang
menyebabkan tekanan pada paru-paru, sesak napas dan rasa
sakit.
5) B5 (Bowel)
Mual muntah, anoreksia, disfagia, nyeri telan, berat badan
menurun.
6) B6 (Bone and Skin)
Aktivitas sehari-hari berkurang bayak pada klien dengan
TBC paru. Gejala yang muncul biasanya kelemahan,
kelelahan, insomnia, pola hidup menetap, dan jadwal olaraga
menjadi tidak teratur.
g. Pengkajian sekunder
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Data subjektif:
Riwayat penyakit saluran pernapasan, perokok aktif/pasif
Data objektif:
Tampak lemah, sesak, ttv meningkat
2) Pola nutrisi metabolik
Data subjektif:
Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat
badan (malnutrisi), anokreksia, nyeri ulu hati, mual, muntah,
rasa metalik tak sedap pada mulut (pernapasan amonia)
Data objektif:
Distensi abdomen, perubahan turgor kulit/kelembapan,
edema, penurunan otot, penampilan tak bertenaga
3) Pola eliminasi
Data subjektif:
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria
Data objetif:
Abdomen kembung, diare atau konstipasi
4) Pola aktivitas dan latihan
Data subjektif:
Nyeri dada, sakit kepala, kram otot, perilaku hati-hati/distraksi,
gelisah
29
Data objektif:
Napas pendek, dipsneu, batuk tanpa/dengan sputum kental
dan banyak, takipnea, peningkatan/kedalaman (pernapsan
kusmaul), batuk produktif dengan sputum kuning kehijauan
(infeksi saluran pernapasan)
5) Pola istirahat dan tidur
Data subjektif:
Gangguan pola tidur (insomnia,gelisah)
Data objektif:
Palpebra berwarna hitam, gelisah atau samnolen, cemas dan
pruritus
6) Pola persepsi kognitif
Data subjektif:
Sakit kepala, penglihatan kabur
Data objektif:
Penuruna lapang perhatian, kehilangan memori, tingkat
kesadaran menurun
7) Pola persepsi dan konsep diri
Data subjektif:
Harga diri rendah, perasaan tidak berdaya
Data objektif:
Sering marah-marah dan cemas
8) Pola peran dan hubungan dengan sesama
Data subjektif :
Kesulitan menentukan konsisi (tak mampu bekerja),
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga
Data objektif:
Lemas, penampilan tak berharga, murung, suka menyendiri
9) Pola reproduksi dan seksualitas
Data objektif:
Penurunan libido,amenorea, infertilitas
30
mencucukan bibir
selama 8 detik
2. Anjurkan mengulang
tarik napas dalam
hingga 3 kali
3. Anjurkan batukk dengan
kuat langsung setelah
tarik napas dalam yang
ke 3 kalinya
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
Pola Napas Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
Tidak Efektif intervensi keperawatan (I.01011)
selama 3x24 jam Observasi:
diharapkan Pola Napas 1. Monitor suara napas
membaik dengan kriteria (frekuensi,usaha napas)
hasil (L.01004): 2. Monitor suara napas
1. Dipsnea Menurun tambahan (mis.
2. Penggunaan Otot Gurgling, mengi,
Bantu Napas wheezing, ronkhi)
Menurun 3. Monitor sputum (jumlah
3. Frekuensi Napas dan warna, aroma)
Membaik Teraupetik:
4. Kedalaman Napas 1. Posisikan high fowler
Membaik 2. Berikan oksigen
Edukasi:
1. Ajarkan batuk efektif
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
Gangguan Setelah dilakukan Manajemen Asam-Basa:
pertukaran gas tindakan keperawatan Asidosis Respiratorik
selama 3×24 jam (I.10009)
diharapkan pertukaran Observasi :
gas meningkat dengan 1. Identifikasi
kriteria Hasil: penyebabasidosis
1. Dispnea menurun respiratorik (mis. PPOK,
2. Bunyi napas asma, cedera kepala,
tambahan menurun efusi pleura)
3. PCO2 membaik
32
4. Monitor adanya
indikasi asidosis
respiratorikkronik (mis.
barrel chest,
penggunaan otot bantu
napas, clubbing nails)
5. Monitor dampak
susunan saraf pusat
(ms. penurunan
kesadaran)
Terapeutik:
1. Pertahankan kepatenan
dan bersihan jalannapas
2. Pertahankan akses
intravena
Manajemen Ventilasi
Mekanik (I.01013)
Observasi
1. Periksa indikasi
ventilator mekanik (mis.
Kelelahan otot napas,
disfungsineurologis,
asidosis respiratorik)
2. Monitor efek ventilator
terhadap status
oksigenasi
3. Monitor kriteria perlunya
penyapihan ventilator
4. Monitor gejala
peningkatan
pernapasan
5. Monitor kondisi yang
meningkatkan konsumsi
oksigen (mis. Demam,
menggigil, kejang dan
nyeri)
33
6. Monitor gangguan
mukosa oral, nasal,
trakea dan laring
Terapeutik
1. Atur posisi kepala 45 60
untuk mencegah
aspirasi
2. Lakukan perawatan
mulut secara rutin
3. Dokumentasikan respon
terhadap ventilator
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemilihan
mode ventilator
2. Kolaborasi pemberian
agen pelumpuh, otot,
sedaktif, analgetik
sesuai kebutuhan
Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.08238)
intervensi keperawatan Observasi:
selama 3x24 jam 1. Identifikasi lokasi,
diharapkan Tingkat Nyeri karaktetistik, durasi,
menurun dengan kriteria frekuensi, kualitas,
hasil (L.08066): intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
menurun 3. Identifikasi faktor yang
2. Meringis menurun memperberat dan
3. Gelisah menurun memperingan nyeri
4. Kesulitan tidur Teraupetik:
menurun 1. Berikan teknik
5. Pola tidur membaik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperbarat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat daan
tidur
Edukasi:
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredahkan nyeri
34
3. Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Manajemen program
latihan ( I.05179)
Observasi
1. Identifikasi kemampuan
pasien beraktivitas
36
4. Perencanaan Pulang
a. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
b. Kebutuhan istirahat terpenuhi. Pasien beristirahat atau tidur
dalam waktu 3-8 jam perhari
c. Anjurkan jika mengalami gejala-gejala gangguan pernafasan
seperti sesak nafas, nyeri dada segera ke dokter atau perawat
yang merawatnya.
d. Menerima keadaan sehingga tidak terjadi kecemasan.
e. Tidak melakukan kebiasaan yang tidak menguntungkan bagi
kesehatan seperti merokok, minum minuman beralkohol.
f. Menjaga kebersihan luka post WSD (Water Seal Drainage)
g. Menjaga kebersihan ruang tempat tidur, udara dapat bersikulasi
dengan baik.
h. Memberikan pendidikan kepada keluarga penumpukan cairan di
paru-paru bisa di sebabkan dari beberapa penyakit seperti gagal
jantung, adanya neoplasma, Tuberculosis paru, infark paru,
trauma dan lain-lain
38
BAB III
PENGAMATAN KASUS
Tn.R laki-laki usia 65 tahun masuk rumah sakit labuan baji dengan
keluhan sesak sejak 4 hari terakhir. Penurunan kesadaran (-), mual (+),
muntah (-), nyeri kepala (-), nyeri dada (+). pasien merupakan seorang
perokok aktif, sehari biasanya satu bungkus rokok dikonsumsinya. Pasien
memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu serta pernah dirawat
karena penyakit TBC nya dan masih dalam masa penyembuhan rawat
jalan, pada pemeriksaan foto thorax didapatkan tumor mediastinum
superior sugestif suatu thymoma serta efusi pleura. Pasien akhirnya harus
ditindaki operasi , setelah dilakukan tindakan operasi pemasangan WSD,
pasien lalu dipindahkan ke ICU untuk pemantauan lebih lanjut karena
terpantau tanda-tanda vitalnya memburuk.
Saat dilakukan pengkajian di ruangan ICU, Pemeriksaan tanda-tanda
vital: Keadaan Umum Pasien Tampak lemah, Sesak, Kesadaran Compos
Mentis, Tekanan Darah 180/104 Mmhg. Nadi: 142X/M, Rr: 32X/M, Spo2:
80%, Suhu: 370, terpasang infus Rl 500 ml. Hasil Pemeriksaan
Laboratorium: WBC: 71,39, RBC: 3,95, HGB: 12,2, HCT: 35,6, PLT: 167.
Hasil pemeriksaan CT-scan thorax: kesan Tumor mediastinum superior
sugestif suatu thymoma dan Efusi pleura.
39
A. Pengkajian
RUANG INTENSIVE CARE UNIT
Nama Mahasiswa : Melania Kontesa/Melyani Paressa
Tanggal : 06 Mei 2023
Nama Pasien/Usia : Tn.R/ 62 Tahun
Diagnosa Medis : Efusi pleura
Tabel 3. 1 Pengkajian Primer
1. PENGKAJIAN PRIMER
Breath (B1) Pergerakkan dada - Tampak pergerakan paru kiri
dan kanan tidak sama
Pemakaian otot bantu - Tapak pasien menggunakan
napas alat bantu napas dada
Palpasi - Vokal fremitus teraba tidak
simetris antara paru kanan dan
kiri
- Nyeri tekan (+)
Perkusi - Terdengar pekak pada kedua
lapang paru
Suara napas - Terdengar suara nafas
tambahan ronchi (+)
Batuk - Produktif
Sputum - Tampak sputum pasien encer
dan berwarna kehijauan
Alat bantu napas - Ada, jenis non rebreathing mask
(NRM) 15 liter
Lain-lain - Tampak pasien sesak
- RR : 32x/m
- SPO2 : 80 %
- N : 142x/m
- Hasil foto thorax : tumor
mediastinum superior sugestif
suatu thymoma dan efusi pleura
Blood (B2) Suara jantung - S1 S2 S3
- Tunggal
Irama jantung - Takikardia
CRT - > 3 detik
JVP - Normal, 5-2 cmH2o
Edema - Tidak ada
Ekg - Sinus takikardi
40
- Kiri : positif
Achilles - Kanan : positif
Refleks patologis
Babinski - Kiri : positif
- Kanan : positif
Meningeal sign - Tidak dikaji karena pasien
dalam kondisi sangat sesak
Lain-lain Hasil Foto thorax
- Tumor mediastinum superior
sugestif suatu thymoma
- Efusi pleura
- TBC paru lama, masih aktif
Bladder (B4) Urin - Jumlah urine 400 cc/8 jam
- Warna :coklat kemerahan
Kateter - Ada, hari ke 6
Kesulitan BAK - Tidak ada
Lain-lain - Tidak ada
Bowel (B5) Mukosa bibir - Tampak bibir pasien Kering
Lidah - Tampak lidah pasien kotor
41
3. PENGKAJIAN SEKUNDER
a. Pola Persepsi Kesehatan Dan Pemeliharaan Kesehatan
1) Keadaan sebelum sakit:
Keluarga pasien mengatakan kesehatan itu penting. Pada
saat sakit, pasien selalu memeriksakan diri ke faskes/ rumah
sakit terdekat. Keluarga pasien mengatakan pasien memiliki
riwayat penyakit hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, pasien
juga rutin untuk mengkonsumsi obatnya, keluarga juga
mengatakan pasien merupakan perokok berat, namun pasien
masih rajin untuk berolahraga.
2) Riwayat penyakit saat ini :
a) Keluhan utama :
Sesak
b) Riwayat keluhan utama :
Keluarga pasien mengatakan sebelum masuk RS pasien
mengalami sesak napas di rumah, sehingga dilarikan ke
RS. Keluarga mengatakan pasien sempat dirawat selama
2 bulan di RS karena mengalami pembengkakan pada
lehernya dan menderita penyakit TBC, pasien masuk
kembali ke RS pada tanggal 30 April 2023, setelah
beberapa hari pasien mendapatkan perawatan di RS,
pasien dilakukan Tindakan operasi pemasangan WSD
karena ditemukan hasil foto thorax terdapat efusi pleura.
Pada saat pengkajian pasien tampak sesak, batuk
berlendir dengan warna kehijaun ± 5 cc dan terbaring
lemah. GCS 15 (E4V5M6), terpasang O2 NRM 15L/menit,
spO2: 80%, RR:32x/menit, TD: 180/104 mmHg, S: 37˚Ci
GDS: 306 dL
c) Riwayat penyakit yang pernah dialami :
Keluarga pasien mengatakan pasien memiliki riwayat
penyakit hipertensi sejak 5 tahun yang lalu
43
3) Pemeriksaan fisik :
a) Keadaan rambut : Tampak rambut berwarna hitam,
tampak kusam dan sedikit rontok
b) Hidrasi kulit : Elastis (kembali dalam < 3 detik)
c) Palpebra/konjungtiva : Tampak tidak edema/ tampak
tidak anemis
d) Sclera :Tampak tidak ikterik
e) Hidung :Tampak septum berada di tengah
dan teraba utuh
f) Rongga mulut : Berbau
Gusi : tampak tidak meradang
g) Gigi : Tampak karang gigi
Gigi palsu : tampak tidak ada
h) Kemampuan mengunyah keras : Tidak dikaji pasien
dianjurkan untuk tidak makan
i) Lidah : Tampak kotor, tampak berwarna
keputih-putihan
j) Pharing : Tampak tidak ada peradangan
k) Kelenjar getah bening : Teraba tidak ada pembesaran
l) Kelenjar parotis : Teraba tidak ada pembesaran
m) Abdomen :
• Inspeksi : Tampak buncit (LP: 90cm), tampak
tidak ada bayangan vena
• Auskultasi : Terdengar peristaltik usus 38x/ menit
• Palpasi : Teraba tidak ada benjolan, tidak ada
nyeri tekan
• Perkusi : Terdengar bunyi timpani
n) Kulit :
• Edema : Positif Negatif
• Icterik : Positif Negatif
45
c. Pola Eliminasi
1) Keadaan sebelum sakit :
Keluarga pasien mengatakan biasanya pasien BAB 1x sehari
dengan konsistensi feses lunak berwarna coklat. Keluarga
pasien mengatakan pasien BAK ± 5-6 kali dalam sehari,
berwarna kuning muda.
2) Keadaan sejak sakit :
Keluarga pasien mengatakan sejak sakit pengeluaran urine
dibantu menggunakan folley kateter ,Keluarga pasien
mengatakan pasien belum BAB sejak masuk rumah sakit.
3) Observasi :
Tampak pasien terpasang folley kateter pengeluaran urine
400 cc dengan berwarna coklat kemerahan
4) Pemeriksaan fisik :
a) Peristaltik usus : 38x/ menit
b) Palpasi kandung kemih : Penuh Kosong
c) Nyeri ketuk ginjal : Positif Negatif
d) Mulut uretra : Tidak dikaji
e) Anus:
• Peradangan : Tidak dikaji
• Hemoroid : Tidak dikaji
• Fistula : Tidak dikaji
4) Pemeriksaan fisik
a) Tekanan darah
Berbaring : 180/104 mmHg
Duduk : ………………..mmHg
Berdiri : ………………..mmHg
Kesimpulan: Hipotensi ortostatik: Positif Negatif
b) HR : 142x/ menit
c) Kulit :
Keringat dingin : Teraba dingin
Basah : Tampak kulit sedikit lembab
d) JVP : 5-2 cmH2
Kesimpulan :
e) Perfusi pembuluh kapiler kuku : Kembali dalam < 3 detik
f) Thorax dan pernapasan
• Inspeksi:
Bentuk thorax : Tampak simetris kiri dan kanan
Retraksi interkostal : Tampak retraksi interkostal
Sianosis : Tampak tidak sianosis
Stridor : Tampak tidak stridor
• Palpasi :
Vocal fremitus : Teraba getar paru kiri lebih kuat
dari getar paru kanan
Krepitasi : Teraba tidak ada krepitasi
• Perkusi :
Sonor Redup Pekak
Lokasi : Kedua lapang paru
• Auskultasi :
Suara napas : vesikuler
Suara ucapan :-
Suara tambahan : Terdengar ronchi
48
g) Jantung
• Inspeksi :
Ictus cordis : Tidak tampak
• Palpasi :
Ictus cordis : Teraba pada ICS V linea sternalis sinistra
• Perkusi :
Batas atas jantung : ICS III linea parasternalis
dextra dan ICS IV linea
parasternalis sinistra
Batas bawah jantung : ICS III linea parasternalis
dextra dan ICS V linea axillaris
anterior sinistra
Batas kanan jantung : ICS III – ICS IV linea
parasternalis dextra
Batas kiri jantung : ICS IV linea parasternalis
sinistra – ICS III linea axillaris
anterior sinistra
• Auskultasi :
Bunyi jantung II A : Terdengar bunyi tunggal
Bunyi jantung II P : Terdengar bunyi tunggal
Bunyi jantung I T : Terdengar bunyi tunggal
Bunyi jantung I M : Terdengar bunyi tunggal
Bunyi jantung III irama gallop : Tidak terdengar
Murmur : Tidak terdengar
Bruit : Aorta : Tidak terdengar
A. Renalis : Tidak terdengar
A. Femoralis : Tidak terdengar
49
Tangan 4 5
Kaki 5 5
Keterangan :
Nilai 5 : kekuatan penuh
Nilai 4 : kekuatan kurang dibandingkan sisi yang lain
Nilai 3 : mampu menahan tegak tapi tidak mampu
melawan tekanan
Nilai 2 : mampu menahan gaya gravitasi tapi dengan
sentuhan akan jatuh
Nilai 1 : tampak kontraksi otot, ada sedikit gerakan
Nilai 0 : tidak ada kontraksi otot, tidak mampu
bergerak
• Refleks fisiologi :
………………………………………………………………
• Refleks patologi :
• Babinski, Kiri : Positif Negatif
Kanan : Positif Negatif
• Clubbing jari-jari : Tampak tidak ada
• Varises tungkai : Tampak tidak ada
50
i) Columna vertebralis:
• Inspeksi: Lordosis Kiposis Skoliosis
• Palpasi :
Kaku kuduk : Negatif
3) Observasi :
Tampak ekspresi pasien terkadang tersenyum saat perawat
selesai memberikan tindakan.
5. TERAPI
a. CEFTRIAXONE
1) Nama obat : Ceftriaxone
2) Klasifikasi/golongan obat : Antibiotik cefalosporin
3) Dosis umum : 10 ml
4) Dosis untuk pasien yang bersangkutan: 20 ml/ 24 jam
5) Cara pemberian obat : Bolus IV (Intravena)
6) Mekanisme kerja dan fungsi obat:
Obat ini berfungsi sebagai antibiotik dengan mekanisme aksi
menghambat dinding sel bakteri dan berperan melawan
mikroorganisme terutama bakteri gram negatif. Obat ini
bekerja dengan cara membunuh dan menghambat
pertumbuhan bakteri penyebab infeksi di dalam tubuh.
7) Alasan pemberian obat pada pasien yang bersangkutan:
Pasien diberi obat ini untuk mengatasi terjadinya infeksi pada
pasien.
8) Kontra indikasi: Pasien dengan riwayat hipersensitivitas
terhadap obat ini atau golongan sefalosporin.
9) Efek samping obat: Bengkak, kemerahan, atau nyeri di tempat
suntikan, sakit kepala, pusing, mual.
57
b. NOVORAPID
1) Nama obat : Novorapid Flexpen
2) Klasifikasi/golongan obat : Insulin
3) Dosis umum : 0,5 – 1 unit/ kg BB
4) Dosis untuk pasien yang bersangkutan: 10 unit
5) Cara pemberian obat : Intra muskular (IM)
6) Mekanisme kerja dan fungsi obat:
Obat ini bekerja dengan cara menggantikan insulin yang
diproduksi secara alami didalam tubuh dan dapat diserap
cepat. Selain itu juga membantu memindahkan gula darah
menuju jaringan tubuh lainnya sehingga bisa digunakan
sebagai sumber energi.
7) Alasan pemberian obat pada pasien yang bersangkutan:
Pasien diberi obat ini untuk menurunkan kadar gula dalam
darah
8) Kontra indikasi: Pasien dibawah umur 6-9 tahun, memiliki
masalah hati atau ginjal, hipofisis atau kelenjar tiroid dan
mengubah pola diet secara tiba-tiba.
9) Efek samping obat : Hipoglikemia, reaksi anafilaksis
58
c. ASAM TRANEKSAMAT
1) Nama obat : Asam Traneksamat
2) Klasifikasi/golongan obat : Hemostatik
3) Dosis umum : 50 mg/kg BB IV
4) Dosis untuk pasien yang bersangkutan: 500 mg/12 jam
5) Cara pemberian obat : Intra vena (IV)
6) Mekanisme kerja dan fungsi obat:
Asam traneksamat adalah obat yang digunakan untuk
mengurangi atau menghentikan perdarahan. Obat ini bekerja
dengan cara menghambat hancurnya bekuan darah yang
sudah terbentuk, sehingga perdarahan tidak terus terjadi.
7) Alasan pemberian obat pada pasien yang bersangkutan:
Pasien diberi obat ini untuk menghentikan pendarahan
setelah operasi.
8) Kontra indikasi: Sebaiknya tidak digunakan pada pasien
hipersensitif terhadap salah satu komponen obat ini. Penyakit
tromboemboli aktif (Emboli paru, Deep Vein Thrombosis
(DVT)), riwayat trombosis vena atau arteri (termasuk vena
retina atau oklusi arteri), disebarkan koagulasi intravaskular,
kondisi fibrinolitik setelah koagulopati konsumsi, riwayat
kejang dan gangguan ginjal berat.
9) Efek samping obat: Mual, muntah, gatal, kemerahan,
anoreksia, diare, mengantuk, sakit kepala.
59
d. FUROSEMIDE
1) Nama obat : Furosemide
2) Klasifikasi/golongan obat : Diuretik
3) Dosis umum : 20-40 mg 3 kali sehari/ IV
4) Dosis untuk pasien yang bersangkutan: 40 mg/12 jam
5) Cara pemberian obat : Intra vena (IV)
6) Mekanisme kerja dan fungsi obat:
Furosemide bekerja dengan cara menghalangi penyerapan
natrium di dalam sel-sel tubulus ginjal. Dengan begitu, jumlah
urine yang dihasilkan serta dikeluarkan oleh tubuh akan
meningkat
7) Alasan pemberian obat pada pasien yang bersangkutan:
Pasien diberi obat ini untuk mengatasi tekanan darah tinggi
atau hipertensi.
8) Kontra indikasi: Sebaiknya tidak digunakan pada pasien
pasien yang memiliki riwayat hipersensitif terhadap
Furosemide, anuria, gagal ginjal dengan anuria tidak
merespons furosemid; gagal ginjal karena keracunan oleh
agen nefrotoksik atau hepatotoksik; gagal ginjal berhubungan
dengan koma hati, gangguan elektrolit, hipovolemia,
dehidrasi, hipotensi, keadaan koma atau pra-koma yang
berhubungan dengan sirosis hati atau ensefalopati
9) Efek samping obat : Mual, muntah, pusing, sakit kepala, diare,
penghitam buram, sembelit
60
e. KETOROLAC
1) Nama obat : Ketorolac
2) Klasifikasi/golongan obat : Obat anti inflamasi nonsteroid
(OAINS)
3) Dosis umum : 10-–30 mg setiap 4–6 jam/ IV
4) Dosis untuk pasien yang bersangkutan: 30 mg/8 jam
5) Cara pemberian obat : Intra vena (IV)
6) Mekanisme kerja dan fungsi obat:
Ketorolac bekerja dengan cara menghambat produksi
senyawa kimia yang bisa menyebabkan peradangan dan rasa
nyeri. Ketorolac dapat digunakan sebagai terapi tunggal atau
dikombinasikan dengan obat pereda nyeri lain, termasuk obat
pereda nyeri golongan opioid.
7) Alasan pemberian obat pada pasien yang bersangkutan :
Pasien diberi obat ini untuk meredakan nyeri sedang hingga
berat yang dirasakan
8) Kontra indikasi : Sebaiknya tidak digunakan pada pasien
yang alergi terhadap obat ini atau OAINS lainnya, seperti
aspirin dan ibuprofen. Dan tidak disarankan menggunakan
apabila pasien pernah atau sedang menderita luka atau tukak
lambung atau perdarahan di saluran cerna, gangguan fungsi
ginjal atau liver yang berat, atau gagal jantung.
9) Efek samping obat : Mual, muntah, pusing, sakit kepala, diare,
penghitam buram, konstipasi, sakit perut, mengantuk
61
f. OMEPRAZOLE
1) Nama obat : Omeprazole
2) Klasifikasi/golongan obat : Proton Pump Inhibitor (PPI)
3) Dosis umum : 40mg/24 jam/ IV
4) Dosis untuk pasien yang bersangkutan: 40 mg/24 jam
5) Cara pemberian obat : Intra vena (IV)
6) Mekanisme kerja dan fungsi obat :
Omeprazole menurunkan asam lambung dengan cara
menghambat pompa proton yang berperan besar dalam
produksi asam lambung. Dengan cara kerja tersebut, obat ini
dapat mengurangi gejala iritasi dinding lambung, seperti nyeri
ulu hati, mual, dan kembung
7) Alasan pemberian obat pada pasien yang bersangkutan :
Pasien diberi obat ini untuk menurunkan asam lambung
pasien yang sedang menjalani diit makan
8) Kontra indikasi : Sebaiknya tidak digunakan pada pasien
dengan riwayat hipersensitivitas terhadap obat atau eksipien
dari bentuk sediaan . Reaksi hipersensitivitas seperti syok
anafilaksis, angioedema, nefritis interstitial, anafilaksis,
urtikaria, dan bronkospasme dapat terjadi
9) Efek samping obat : sakit kepala, diare, nyeri abdomen, mual,
muntah, infeksi saluran nafas atas, vertigo, ruam, konstipasi,
batuk, astenia, nyeri tulang belakang, dan lain-lain.
62
g. FENTANYL
1) Nama obat : Fentanyl
2) Klasifikasi/golongan obat : Analgesik dan anestesi
3) Dosis umum :50-
100mcg/IV(0,51,5mcg/kg/jam/iv)
4) Dosis untuk pasien yang bersangkutan: 30 mcg/ jam
5) Cara pemberian obat : Syringe Pump Intra vena (SP/IV)
6) Mekanisme kerja dan fungsi obat :
Fentanyl merupakan obat anti nyeri golongan opioid yang
bekerja memblokir sinyal rasa sakit di dalam otak. Obat ini
tersedia dalam bentuk suntik, dan patch transdermal yang
berbentuk seperti plester atau koyo. Fentanyl hanya bisa
diperoleh dengan resep dokter
7) Alasan pemberian obat pada pasien yang bersangkutan :
Pasien diberi obat ini untuk untuk meredakan nyeri hebat
akibat kanker atau setelah post operasi
8) Kontra indikasi : Sebaiknya tidak digunakan pada pasien
dengan riwayat alergi terhadap obat ini, pernah atau sedang
menderita asma, kejang, epilepsi, aritmia, gangguan kelenjar
adrenal, penyakit liver, penyakit ginjal, penyakit paru, tekanan
darah rendah, atau pembesaran prostat.
9) Efek samping obat : Rasa panas, gatal, perih, bengkak,
kesemutan, perubahan warna kulit, atau nyeri di area bekas
suntikan, muntah, berkeringat, batuk, kulit kemerahan, nyeri
dada, sesak nafas, pusing atau terasa akan pingsan
63
h. FARBIVENT
1) Nama obat : Farbivent
2) Klasifikasi/golongan obat : Bronkospasme
3) Dosis umum : 1 ampul 3-4 kali/hari
4) Dosis untuk pasien yang bersangkutan: 1 amp/ 8jam
5) Cara pemberian obat : inhalasi
6) Mekanisme kerja dan fungsi obat :
Farbivent inhalasi digunakan sebagai bronkodilator pada
pasien asma dengan cara melebarkan saluran nafas bawah.
7) Alasan pemberian obat pada pasien yang bersangkutan :
Pasien diberi obat ini untuk untuk meredakan batuk berdahak
pasien
8) Kontra indikasi: Sebaiknya tidak digunakan pada pasien
dengan riwayat Pasien yang hipersensitif terhadap turunan
atropin, Penderita kardiomiopati obstruktif hipertrofik dan
penderita takiaritmia
9) Efek samping obat : Sakit kepala, pusing, gelisah, takikardi,
tremor halus pada otot rangka, palpitasi; hipokalemia berat;
batuk, iritasi lokal; mual, muntah, berkeringat, otot lemah,
mialgia, kram otot. Mulut kering, disfonia.
64
i. METRODINAZOLE
1) Nama obat : Metrodinazole
2) Klasifikasi/golongan obat : Antibiotik golongan nitromidazole
3) Dosis umum : 500 mg/8 jam/iv
4) Dosis untuk pasien yang bersangkutan: 500mg/8jam
5) Cara pemberian obat : Intra Vena (IV)
6) Mekanisme kerja dan fungsi obat :
Metronidazole bekerja dengan menghambat pembentukan
protein yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
mikroba, termasuk bakteri dan parasit. Dengan begitu, infeksi
bisa diatasi oleh sistem kekebalan tubuh. Perlu diketahui
bahwa obat ini tidak bisa digunakan untuk mengobati infeksi
virus, seperti flu.
7) Alasan pemberian obat pada pasien yang bersangkutan :
Pasien diberi obat ini untuk untuk mengobati infeksi bakteri di
berbagai organ tubuh paru-paru pasien
8) Kontra indikasi: Sebaiknya tidak digunakan pada pasien
dengan riwayat hipersensitivitas terhadap obat ini atau
komponen sediaan. Metronidazole juga tidak diberikan pada
wanita hamil trimester pertama
9) Efek samping obat : Sakit kepala, pusing, Rasa seperti logam
di mulut, Hilang nafsu makan,sembelit atau diare, mual dan
muntah
65
j. ONDASENTRON
1) Nama obat : Ondansentron
2) Klasifikasi/golongan obat : Antiemetik antagonis reseptor
serotonin
3) Dosis umum : 4 mg/oral
4) Dosis untuk pasien yang bersangkutan: 4mg/1x1/ oral
5) Cara pemberian obat : Oral
6) Mekanisme kerja dan fungsi obat :
Ondansetron bekerja dengan cara memblokir efek serotonin
(5HT3). Dengan begitu, efek mual dan muntah pada kondisi-
kondisi di atas dapat teratasi atau bahkan dicegah.
7) Alasan pemberian obat pada pasien yang bersangkutan :
Pasien diberi obat ini untuk untuk mencegah serta mengobati
mual dan muntah yang bisa disebabkan oleh prosedur operasi
yang dijalani pasien
8) Kontra indikasi : Sebaiknya tidak digunakan pada pasien
dengan riwayat bradikardia, hipotensi, dan aritmia
9) Efek samping obat : Sakit kepala, pusing, mengantuk,
kelelahan, atau sembelit
66
IDENTIFIKASI MASALAH
Tabel 3Masalah
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan Jalan Napas Berhubungan Dengan Spasme Jalan Napas
(D.0001)
2. Resiko Perfusi Perifer Tidak Efektif Ditandai Dengan Hipertensi dan
Merokok(D.0015)
3. Intoleransi Aktivitas Berhubungan Dengan Keseimbangan Suplai
Dan Kebutuhan Oksigen (D.0056)
4. Resiko Infeksi Ditandai Dengan Efek Prosedur Invasif (D.0142)
68
RENCANA KEPERAWATAN
C. Perencanaan Keperawatanawatan
NO SDKI SLKI SIKI
1. Bersihan Jalan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Jalan Napas
Napa Tidak keperawatan selama 3x24 jam (I.01011)
Efektif b/d diharapkan bersihan jalan Observasi:
Hipersekresi napas meningkat dengan 1. Monitor suara napas
(D.0001) kriteria hasil (L.01001): (frekuensi, usaha
1. Produksi sputum sedang napas)
2. Batuk efektif sedang 2. Monitor suara napas
3. Dyspnea sedang tambahan (mis.
4. Sulit bicara sedang Gurgling, mengi,
5. Frekuensi Napas sedang wheezing, ronkhi)
6. Pola Napas sedang 3. Monitor sputum
(jumlah dan warna,
aroma)
Teraupetik:
1. Posisikan high fowler
2. Berikan oksigen
Edukasi:
1. Ajarkan batuk efektif
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
2. Resiko Perfusi Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Syok
Perifer Tidak keperawatan selama 3x24 jam (I.02068)
Efektif d.d Faktor diharapkan Status Sirkulasi Observasi:
Resiko Hipertensi Membaik dengan kriteria hasil 1. Monitor status
Dan Merokok (L.02016): kardiopulmonal
(D.0015) 1. Tekanan darah sistolik (frekuensi dan
cukup membaik kekuatan nadi,
2. Tekanan darah diastolik frekuensi napas, TD,
cukup membaik MAP)
3. Denyut nadi perifer sedang 2. Monitor status
4. Warna kulit pucat sedang oksigenasi (oksimetri
5. Akral sedang nadi, AGD)
6. Turgor kulit sedang 3. Monitor status cairan
(masukan dan
haluaran, turgor kuit,
CRT)
Periksa riwayat alergi
69
Teraupetik:
1. Pasang jalur IV, jika
perlu
2. Pasang kateter urine
untuk menilai produksi
urine, jika perlu
Edukasi:
1. Jelaskan
penyebab/faktor risiko
syok
2. Jelaskan tanda dan
gejala awal syok
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
obat anti inflamasi,
jika perlu
3. Intoleransi Setelah dilakukan intervensi Manajemen energi
Aktivitas b/d keperawatan selama 3x24 jam (I.05178)
Ketidakseimbang diharapkan Toleransi Aktivitas Observasi:
an Antara Suplai Meningkat dengan kriteria 1. Identifikasi gangguan
Dan Kebutuhan hasil (L.05047): fungsi tubuh yang
Oksigen (D.0056) 1. Keluhan lelah sedang mengakibatkan
2. Dispnea saat aktivitas kelelahan
sedang 2. Monitor pola dan jam
3. Dispnea setelah aktivitas tidur
sedang Teraupetik:
4. Kemudahan dalam 1. Sediakan lingkungan
melakukan aktivitas nyaman dan rendah
sehari-hari sedang stimulus (mis.
Perasaan lemah sedang Cahaya,suara,
kunjungan)
2. Berikan aktivitas
distraksi yang
menyenangkan
Edukasi:
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
70
Manajemen program
latihan ( I.05179)
Observasi
1. Identifikasi
kemampuan pasien
beraktivitas
2. Monitor tanda vital
sebelum dan setelah
aktivitas
Terapeutik
1. Libatkan keluarga
dalam merencanakan
dan memelihara
program aktivitas fisik
Edukasi
1. Ajarkan teknik
pernapasan yang
tepat selama aktivitas
4. Resiko Infeksi d/d Setelah dilakukan intervensi Perawatan selang dada
Efek Prosedur keperawatan selama 3x24 jam (I.01011)
Invasif (D.0142) diharapkan Tingkat Infeksi Observasi:
menurun dengan kriteria hasil 1. Monitor kebocoran
(L.14137): udara dari selang
1. Kadar sel darah putih dada
sedang 2. Monitor volume caran
2. Cairan berbau busuk pada tabung (seel)
sedang 3. Monitor volume,
3. Drainase purulen sedang warna dan konsistensi
drainase dari paru-
paru
Teraupetik:
1. Lakukan kebersihan
tangan sebelum dan
setelah perawatan
selang dada
2. Pastikan sambungan
selang tertutup
sempurna
3. Klem selang saat
penggantian tabung
4. Lakukan penggantian
tabung (seel) secara
berkala
71
Edukasi:
1. Ajarkan cara
perawatan selang
72
IMPLEMENTASI
D. Implementasi Keperawatan
Nama/ Umur : Tn. H 65 tahun
Ruang/Kamar : ICU
Tabel 3. 2 Implementasi Keperawatan
Hasil:
Perawat mengatur kunjungan keluarga
dan membatasi pengunjung pasien
Hasil:
Tampak volume cairan 120 ml
berwarna kecoklatan dengan
konsistensi cair.
EVALUASI KEPERAWATAN
E. Evaluasi Keperawatan
Nama/ Umur : Tn. H 65 tahun
Ruang/ Kamar : ICU
Tabel 3. 3 Evaluasi Keperawatan
TANGGAL
EVALUASI (S O A P) Nama Perawat
NO. DP
08/05/2023
S:
Keluarga pasien mengatakan pasien
masih sesak
Keluarga pasien mengatakan pasien
masih batuk belendir
O:
Tampak pasien sesak berat
Tampak pasien belum mampu batuk
efektif
Tampak penggunaan otot bantu
dada
Tampak sputum ± 5cc dengan warna
kehijauan
Tampak pengembangan
pengembangan dada kiri dan kanan
tidak simetris
Terdengar suara serak pasien dan
sulit untuk berbicara
Observasi RR: 32x/menit SPO2:
80%
A:
Masalah keperawatan Bersihan Jalan
Napas Tidak Efektik belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
1. Monitor suara napas tambahan ( mis.
Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi)
2. Monitor sputum ( jumlah dan warna,
aroma)
88
S:
Keluarga pasien mengatakan pasien
masih sesak
Keluarga pasien mengatakan pasien
masih batuk belendir dengan warna
kehijauan
91
O:
Tampak pasien sesak
Tampak pasien belum mampu batuk
efektif
Tampak penggunaan otot bantu dada
Tampak pengembangan dada kiri dan
kanan tidak simetris
Terdengar masih suara serak pasien
dan sulit untuk berbicara
Observasi RR: 28x/menit SPO2: 90%
A:
Masalah keperawatan Bersihan Jalan Napas
Tidak Efektik belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
1. Monitor suara napas tambahan (mis.
Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi)
2. Monitor sputum ( jumlah dan warna,
aroma)
3. Posisikan high fowler
4. Berikan oksigen
5. Ajarkan batuk efektif
6. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
A:
Masalah keperawatan Resiko Perfusi Perifer
Tidak Efektif belum teratasi
P:
Intervensi dilajutkan:
1. Monitor status kardiopulmonal
(frekuensi dan kekuatan nadi,
frekuensi napas, TD, MAP)
2. Monitor status oksigenasi (oksimetri
nadi, AGD)
3. Monitor status cairan ( masukan dan
haluaran, turgor kuit, CRT)
4. Memasangkan jalur IV, jika perlu
5. Pasang kateter urine untuk menilai
produksi urine
6. Kolaborasi pemberian obat anti
inflamasi, jika perlu
S:
Keluarga pasien mengatakan sesak
pasien sudah berkurang lebih baik
dari kemarin
Keluarga pasien mengatakan pasien
masih batuk belendir dengan namun
sudah berwarna putih seperti air liur
O:
Tampak pasien sesak pasien agak
berkurang
Tampak pasien sudah mampu batuk
efektif
Tampak penggunaan otot bantu
dada berkurang
Observasi RR: 25x/menit
A:
Masalah keperawatan Pola Napas Tidak
Efektik teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
1. Monitor suara napas tambahan (mis.
Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi)
2. Monitor sputum ( jumlah dan warna,
aroma)
3. Posisikan high fowler
4. Berikan oksigen
5. Ajarkan batuk efektif
6. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
95
BAB IV
PEMBAHASAAN KASUS
A. Pembahasan ASKEP
Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang
diperoleh dari hasil perawatan yang dilakukan selam 3 hari, dengan
membandingkan antara tinjuan teoritis dengan kasus nyata Tn.R
dengan diagnosa medis efusi pleura di ruangan ICU di Rumah Sakit
Labuan Baji Makassar. Dalam pembahasan ini penulis menguunakan
pendekatan proses keperawatan melalui 5 tahap yaitu pengkajian,
diagnosis keperawatan, rencana tindakan, dokumentasi, dan evaluasi
pada pasien efusi pleura.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu proses tahap awal pada proses
keperawatan. Data yang diperoleh melalui wawancara langsung
kepada keluarga pasien, hasil pemeriksaan fisik/observasi langsung
serta hasil pemeriksaan diagnostic yang mendukung yaitu hasil foto
thorax. Dari pengkajian yang dilakukan kepada keluarga Tn.R
diketahui bahwa pasien masuk rumah sakit pada tanggal 30 April
2023 dengan diagnosa madik efusi pleura. Saat dilakukan
pengkajian pada tanggal 07 Mei pasien Tn.R umur 65 tahun dengan
diagnosa efusi pleura, didapatkan keluhan sesak napas berat sejak
4 hari terakhir sebelum dibawah ke Rumah sakit, keluarga pasien
mengatakan pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi dan juga
masih dalam masa penyembuhan penyakit TBC. Setelah dilakukan
pemeriksaan diagnostic Foto thorax pada tanggal 3 mei didapatkan
hasil efusi pleura, pemeriksaan laboratorium WBC: 71,39, RBC:
3,95, HGB: 12,2, HCT: 35,6, PLT: 167, TTV: TD; 180/104 mmhg,
N:104x/m, S:37C, SPO2: 80x/m. keluarga mengatakan pasien
memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu.
99
2. Diagnosis Keperawatan
Pada kasus Tn. R penulis mengangkat 4 diagnosis keperawatan
sesuai SDKI (2017), yaitu:
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi
yang tertahan. Penulis mengangkat diagnosa ini karena
didapatkan tanda dan gejala pasien tanpak sesak, pernapasan
32x/m, SPO2: 80% terdengar suara napas tambahan ronchi, dan
tamak pasien banyak mengeluarkan sputum.
b. Resiko perfusi perifer tidak efektif ditandai dengan hipertensi.
Penulis mengangkat diagnosa ini karena didapatkan data-data
dari pasien yaitu tekana darah meningkat (188/104 mmhg), akral
teraba dingin, kulit tanpak pucat serta turgo kulit menurun.
c. Intolerasni aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan
antara suplay dan kebutuhan oksigen. Penulis mengangkat
diagnosa ini karena didapatkan tanda dan gejala hasil EKG: sinus
101
3. Perencanaan Keperawatan
Setelah melakukan proses pengkajian, menentukan masalah dan
menegakkan diagnosa keperawatan, penulis menyusun Rencana
Asuhan Keperawatan berdasarkan yang bertujuan mengatasi
masalah yang dialami pasien. Perencanaan yang dilakukan meliputi
tindakan mandiri perawat, tindakan observatif, pendidikan kesehatan
dan tindakan kolaboratif. Pada setiap diagnosa perawat
memfokuskan sesuai kondisi pasien.
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme
jalan napas. Pada diagnosa ini penulis membuat 6 intervensi
yaitu: Monitor suara napas (frekuensi,usaha napas), Monitor
suara napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi),
Monitor sputum (jumlah dan warna, aroma), Posisikan high
fowler, Berikan oksigen, Ajarkan batuk efektif, Kolaborasi
pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik.
b. Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan
hipertensi. Pada diagnosa ini penulis membuat 9 intervensi yaitu:
Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi,
102
4. Implementasi keperawatan
Pada implementasi keperawatan Tn.R penilis melakukan
Tindakan keperawatan berdasarkan ibtervensi keperawatan, selama
berlangsungnya implementasi perawat tidak menemukan hambatan
dalam pelaksanaannya, semua dapat terlaksanakan dengan baik
karena penulis bekerja sama dengan keluarga pasien dan juga
didukung oleh sarana yang ada di rumah sakit tersebut. Selama
dilakukan implementasi didapatkan keadaan pasien mengalami
sesak berat sehingga pasien harus dalam kondisi penggunaan NRM
15 liter selama 24 jam.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan yang diperoleh dari hasil implementasi
yang telah dilakukan pada tanggal 08 mei sampai 10 mei 2023 pada
pasien Tn.R merupakan tahap untuk menilai tujuan yang diharapkan
tercapai atau tidak. Dalam tahap evaluasi ini dilakukan 3x24 jam :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme
jalan napas. Sampai pada perawatan hari ketiga teratasi
Sebagian karena sesak pasien agak berkurang, pasien sudah
mampu batuk efektif, Tampak penggunaan otot bantu dada
berkurang dan Observasi RR: 25x/menit.
b. Resiko perfusi perifer tidak efektif ditandai dengan faktor resiko
hipertensi. Sampai pada perawatan hari ke tiga teratasi
Sebagian. Karena tampak tekanan darah pasien sudah mulai
dalam batas normal yaitu 124/84 mmhg, pengeluaran urine
pasien pada hari ketiga juga sudah lumayan meningkat 500 cc.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan
antara suplay dan kebutuhan oksigen. Sampai pada hari ketiga
Sebagian teratasi, karena, pasien sudah tidak terlalu sesak
seperti kemarin saat melakukan aktivitas ringan seperti mengatur
posisi pasien di tempat tidur, jam tidur pasien sudah meningkat ±
104
4) O (Outcome)
Dari hasil intervensi pemberian posisi high fowler 60-90o
pada Tn. R dengan efusi pleura di dapatkan pemberian posisi
high fowler 60-90o berpengharu terhadap saturasi oksigen,
dimana terjadi peningkatan saturasi oksigen setelah
dilakukan intervensi selama 30 menit. saturasi oksigen
sebelum dilakukan intervensi 90% menjadi 96%. Dimana
tindakan ini dapat mempertahankan kestabilan fungsi dari
kerja organ agar tetap lancar khususnya sistem pernapasan
dan regulasi dini yang bisa bekerja secara optimal.
5) T (Time)
Pelaksanaan teknik ini dilakukan setiap shift dalam jangka
waktu 3x24 jam periode 08 Mei 2023-10 Mei 2023.
C. PICOT EBN
1. Judul EBN: observasi pengunaan posisi high fowler untuk
mengurangi sesak napas pada pasien efusi pleura.
a) P (Problem/Population)
Efusi pleura merupkaan penimbunan cairan dalam rongga
pleura, akibat jenis cairan yang transudat, eksudat, atau darah
yang berlebihan pada rongga pleura. Keadaan yang dapat
disebabkan efusi pleura antara lain penyakit infeksi, sistemik,
keganasan, obat-obatan, trauma, dan setelah tindakan operasi.
Dengan berbagai keluhan utama penderita seperti sesak napas,
batuk tidak produktif, dan lainnya. Pada penderita efusi pleura
keluhan semakin meningkat saat aktivitas, hal ini tergantung dari
tingkatan lesinya. Posisi high fowler adalah posisi dimana tempat
tidur di posisikan dengan ketinggian 60-90° bagian lutut tidak di
tinggikan Kemiringan menggunakan gravitasi membantu
mengembangkan dada dan mengurangi tekanan abdomen dan
diafragma. Pada saat gravitasi terjadi akan menarik diafragma ke
107
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi
pleura menggunakan pendekatan proses keperawatan: pengkajian,
perencanaan, implementasi dan evaluasi, maka didapatkan kesimpulan
secara umum yaitu:
1. Pengumpulan data ini mengidentifikasi pasien Tn.R berjenis kelamin
laki-laki dengan usia 65 tahun dengan keluhan sesak sejak 4 hari
disertai batuk berlendir berwarna kehijauan, pasien memiliki Riwayat
penyakit hipertensi 5 tahun yang lalu, pasien dalam masih masa
pemulihan TBC dan pasien merupakan seorang perokok aktif.
2. Diagnosis yang ditemukan pada Tn.R adalah bersihan jalan napas
berhubungan dengan spasme jalan napas, resiko perfusi perifer
berhubungan dengan hipertensi, intilerasni aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan suplay dan kebutuhan oksigen dan
resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif.
3. Pada perencanaan Tindakan keperawatan adalah rencana Tindakan
yang dibuat berdasarkan dari diagnosis keperawatan yang telah
dibuat.
4. Dalam melaksanakan Tindakan keperawatan pada pasien efusi
pleura berdasarkan Evidence Based Nursing (EBN) tentang posisi
high fowler dimana tempat tidur pasien di posisikan dengan
ketinggian 60-90° bagian lutut tidak di tinggikan dan badan pasien
dibantu penopang menggunakn dua bantal yang diletakkan di
punggung dan kepala pasien.
5. Pada tahap evaluasi, penulis menemukan bahwa kasus efusi pleura
dengan bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
spasme jalan napas, resiko perfusi perifer tidak efektif berhubungan
dengan hipertensi, intoleransi aktivitas berhubungan dengan
112
B. Saran
1. Bagi rumah sakit
Diharapkan menjadi bahan masukan demi meningkatkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan bagi petugas Kesehatan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien efusi pleura.
2. Bagi proses keperawatan
Diharapkan lebih memodifikasi lagi tentang asuhan keperawatan
pasien efusi pleuara dengan melakukan asuhan keperawatan
contohnya posisi high fowler 60-90o, pemberian terapi oksigen dan
beberapa Tindakan lainnya.
3. Bagi institusi keperawatan
Diharapkan dapat menunjang pengetahuan bagi peserta didik
dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien efusi pleura.
113
Lampiran 1
LEMBAR KONSUL
LEMBAR KONSUL
Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Pribadi
Nama : Melania Kontesa
Tempat/Tanggal Lahir : Flores, 28 Agustus 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Katolik
Alamat : Jl. Lembu
B. Identitas Orang Tua
Ayah : Aloysius Sakar
Ibu : Yustina Kartini
Agama : Katolik
Pekerjaan
Ayah : Swasta
Ibu : IRT
Alamat : Jln. Salak SP 2
C. Pendidikan Yang Ditempuh
SDN 5 MIMIKA : 2006 - 2012
SMPN 4 MIMIKA : 2012 - 2015
SMA 1 MIMIKA : 2015 - 2018
STIK Stella Maris Makassar (S1 Keperawatan) : 2018 - 2022
STIK Stella Maris Makassar (Profesi Ners) : 2022 - Sekarang
118
A. Identitas Pribadi
Nama : Melyani Paressa
Tempat/Tanggal Lahir : Tallunglipu, 12 Mei 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jln. Enggang II no 7
B. Identitas Orang Tua
Ayah : Frederik Paressa
Ibu : Serlyna Pasang
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan
Ayah : PNS
Ibu : IRT
Alamat : Randanan, Tallunglipu Toraja Utara
C. Pendidikan Yang Ditempuh
SDN 4 TALLUNGLIPU : 2006 - 2012
SMPN 2 SESEAN : 2012 - 2015
SMA KRISTEN RANTEPAO :2015 - 2018
STIK Stella Maris Makassar (S1 Keperawatan) : 2018 - 2022
STIK Stella Maris Makassar (Profesi Ners) : 2022 - Sekarang
119
DAFTAR PUSTAKA