DI SUSUN OLEH :
SITI MARYA ULFA
NIM.P13120
DI SUSUN OLEH :
SITI MARYA ULFA
NIM.P13120
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian terapi AIUEO terhadap kemampuan bicara
pada pasien stroke yang mengalami afasia motorik pada asuhan keperawatan Tn.
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
1. Ns. Wahyu Rima Agustin, M. Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
2. Merry Oktariani, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku ketua program studi DIII
iv
perasaan nyaman dalam membimbing serta memfasilitasi penulis demi
9. Kedua orang tuaku (Samudi dan Sofiah) yang selalu memberikan kasih
v
11. Mahasiswa satu angkatan khususnya kelas 3B Program studi DIII
Penulis
vi
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
vii
B. Pengkajian .............................................................................. 39
C. Perumusan masalah keperawatan .......................................... 46
D. Intervensi keperawatan ...................................................... ...... 47
E. Implementasi ..................................................................... ....... 49
F. Evaluasi ............................................................................. ....... 53
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian ............................................................................ 57
B. Perumusan masalah keperawatan ............................................ 59
C. Intervensi keperawatan .................................................... ....... 63
D. Implementasi ........................................................................... 66
E. Evaluasi ............................................................................ ....... 71
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan terjadi pada siapa saja kapan saja. Penyakit ini menyebabkan
. (Kusnandar, 2008).
stroke, dan setiap 4 detik terjadi kematian akibat stroke. Penderita stroke di
dan terendah pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar 0,2%.
1
2
hemoragik di Jawa Tengah tahun 2012 adalah 0,07 lebih tinggi dari tahun
sebesar 1,84%. Prevalensi stroke non hemoragik pada tahun 2012 sebesar
0,07% lebih rendah dibanding tahun 2011 (0,09%). Pada tahun 2012,
sebanyak 1.044 kasus dan 135 kasus untuk stroke non hemoragik.
tergantung luas daerah otak yang mengalami infark atau kematian jaringan
dan lokasi yang terkena (Rasyid & Lyna, 2007). Stroke yang menyerang
otak kiri dan mengenai pusat bicara, kemungkinan pasien akan mengalami
(Sofwan,2010).
3
2011).
dalam tiga jenis yaitu afasia motorik, afasia sensorik, dan afasia global.
ucapan supaya dapat dipahami oleh orang lain. Orang yang mengalami
Proses diatas yang akan menghasilkan bunyi dasar dalam berbicara (Yanti,
2008).
dipahami oleh orang lain. Hal ini sesuai dengan Gunawan (2008), yang
ke yang mengalami afasia motorik Pada Pasien Stroke dalam bentuk karya
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
motorik.
5
2. Tujuan Khusus
dengan stroke.
stroke.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi institusi
terhadap stroke.
2. Bagi Pelayanan
pada stroke.
3. Bagi Masyarakat
5. Bagi Peneliti
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Stroke
a. Pengertian stroke
2013).
dan global yang berlangsung 4 jam atau lebih dan bisa langsung
yang
7
8
jantung.
2) Stroke Hemoragik
(Lingga, 2013).
c. Etiologi
a) Faktor genetik
stroke.
wanita.
b) Muka terasa tebal, telapak kaki dan tangan kebas atau mati
rasa.
10
jepit.
buram.
e. Patofisiologi stroke
faktor penyebab infark pada otak, trombus dapat berasal dari flak
f. Komplikasi
g. Penatalaksanaan
h. Pemeriksaan Medis
12
yaitu:
1) Anamnesis
a) Keluhan
olahraga).
d) Tanda-tanda vital
2) Pemeriksaan Laboratorium
a) Fungsi lumbal
3) Scanning
menuju otak.
1) Pengkajian
d) Pengkajian psiko-sos-spritual.
e) Pemeriksaan fisik.
f) Keadaan umum.
gangguan arteri
stroke.
3) Intervensi Keperawatan
dengan mandiri.
(3) Intervensi
ROM mandiri
(4) Rasional
gangguan arteri
tekan intrakranial.
3) Intervensi
skala
4) Rasional
kesadaran
terpenuhi.
mulut.
3) Intervensi
setiap hari
hygiene
4) Rasional
perawatan hygiene
umum.
3) Intervensi
- Mengidentifikasi pasien
pasien
4) Rasional
aktivitas pasien
pasien.
2. Afasia Motorik
a. Pengertian
lengan lebih berat dari pada tungkai. Afasia motorik disebut juga
18
area pada lobus frontalis kiri yang jika rusak akan mengakibatkan
kata. Tidak ada kelumpuhan alat bicara pada gangguan ini. Daerah
2006).
yang gaduh.
e. Bertelepon.
3. Etiologi
20
dapat timbul akibat colos otak atau proses patologi pada area lobus
2009). Afasia juga terdaftar sebagai efek samping yang langka dari
2006).
afasia yang dibuat oleh para peneliti atau pakar yang masing-
berat.
b. Afasia motorik
orang lain. Bicara lisan tidak lancar, terputus- putus dan sering
gritmer), contoh :
“saya,,,,smbuh,,,rumah,,,,kontrol,.,.,,,ya,,kon,,,trol”, “Periksa
,,,agi.,,.makan,,,banyak”.
maksud in”).
c. Afasia global
mengenal namanya saja atau atu atau dua patah kata. Repitisi
5. Pemeriksaan afasia
24
menulis.
2006).
mengucapkan kata-kata.
3. Terapi AIUEO
a. Definisi
(Gunawan, 2008).
27
B. Kerangka Teori
Penyebab stroke :
a. Faktor genetik
b. Hiperlipekemia
c. Hiperulisemia
Kelemahan bicara
Pemberian teknik
terapi AIUEO
28
Meningkatkan kemampuan
bicara
Subjek dari aplikasi jurnal ini adalah pasien stroke yang menjalani terapi
Dalam aplikasi riset ini menggunakan alat dan media lembar observasi.
D. Prosedur Tindakan
atau dibentuk oleh koordinasi tiga unsur, yaitu unsur motoris (pernafasan),
28
29
unsur yang bervibrasi (tenggorokan dengan pita suara), dan unsur yang
4. Pasien dituntut memperhatikan gerak dan posisi organ bicara, sehingga pasien
E. Alat Ukur
Skala komunikasi fungsional derby
mengekspresik
an kebutuhan
dasar
(misalnya
untuk pergi ke
toilet). Respon
ya tidak tidak
dapat
diharapkan.
3 Respon ya Memahami ekspresi Dapat berinteraksi
tidak dapat sederhana ya tidak dan dengan satu orang
diharapkan. dapat memahami beberapa secara konsisten
Dapat kata-kata atau simbol- dengan menggunakan
mengungkapka simbol yang sederhana. kata-kata dan aau
n konsep komunikasi non-
sebuah verbal.
tindakan atau
benda
(misalnya”buk
u”, “makan”,
“kursi”).
4 Mengekspresik Memahami ide-ide Dapat berinteraksi
an ide-ide sederhana yang disampaikan dengan dua orang
sederhana melalui kata-kata yang secara konsisten dan
secara veral diucapkan satu persatu atau berpartisipasi
atau dengan secara non verbal. sebagaimana
berbicara mestinya.
singkat
(misalnya
dapat meminta
32
supaya buku
diletakkan di
atas kursi).
5 Mengekspresik Memahami ide-ide yang Dapat berinteraksi
an ide-ide hanya bisa diekspresikan dengan beberapa
yang lebih secara lengkap melalui kata- orang tetapi
rumit tetapi kata. membutuhkan
harus dukungan untuk
didukung oleh berpartisipasi secara
kominukasi efektif.
non-verbal
(misalnya
dapat meminta
supaya
diberikan
minum teh)
6 Mngekspresika Memahami beberapa Berinteraksi secara
n ide-ide yang percakapan yang rumit mandiri dengan
memerlukan (rangkaian kalimat) tetapi berapapun banyaknya
kata-kata sering kehilanganarah jumlah orang, tetapi
(misalnya pembicaraan. hanya bertahan
“ayah saya sebentar dan dapat
kecewa”). mengalami beberapa
Dapat kesulitan (misalnya
kehilangan giliran berbicara).
kelancaran
bicara saat
gelisah, lelah
dll.
7 Dapat Benar-benar memahmi Dapat
33
Hasil E= P= I=
34
Petunjuk Penggunaan:
1. Kominikasi ini diuji oleh peneliti berdasarkan hasil observasi dengan
responden.
2. Tujuan utama penelitian adalah untuk mengidentifikasi tingkat
kemampuan fungsional komunikasi pasien melalui tiga skala, yaitu
kemampuan mengungkapkan, pemahaman dan interaksi.
3. Kemampuan pasien ditentukan berdasarkan bukti yang ada Menanyakan
kepada semua atau keluarga, dan perawat dapat memberikan informasi,
tetapi observasi langsung yang penting.
35
Hasil Observasi
Kamis, 07
E= Ekspersi skala 6 E= Ekspersi skala 6
Januari-
(Mngekspresikan ide-ide yang (Mngekspresikan ide-ide yang
2016
memerlukan kata-kata (misalnya memerlukan kata-kata (misalnya
“ayah saya kecewa”). Dapat “ayah saya kecewa”). Dapat
37
LAPORAN KASUS
A. Identitas pasien
Januari 2016 dan di diagnosa dokter menderita SNH atau stroke non
39
40
tangan dan kaki pasien kesemutan, tidak bisa digerakkan dan seperti
mati rasa, kemudian pasien mulai bicaranya tidak jelas. Pasien dibawa
dianjurkan rawat inap di RSUD Salatiga, tetapi, saat itu kamar untuk
dan dirawat di sana selama dua hari pada tanggal 1-2 Januari 2016
dianjurkan dirawat inap dan pasien setuju untuk dirawat inap diruang
otot atas 1:4 dan kekuatan otot bawah 1:4 saat di IGD. Therapi obat:
rawat inap di rumah sakit Puriasih, tidak ada riwayat operasi, imunisasi
berkolesterol dan mie instan setiap hari. Pasien tidak memiliki riwayat
penyakit hipertensi (keturunan). Pasien tidak ada alergi obat, tidak ada
menurun.
Genogram
Keterangan :
sirkulasi tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 90x/menit, capilary refill <
sangat penting, namun pasien sulit untuk mengatur pola makan dan
istirahat, saat pasien dan anggota keluarga ada yang sakit pasien akan
membeli obat di warung dekat rumah, jika sakit berlanjut maka akan
pasien makan 2x sehari dalam 1 porsi makan dengan menu nasi, mie,
gorengan, tidak ada gangguan mual dan muntah, makanan yang paling
bubur, sayur, lauk. Sebelum sakit pasien minum air putih, air teh, 5-6 x
Selama sakit pasien minum air putih, teh, air susu, 6-7 x sehari dengan
BAK 4-5 x sehari 750 cc warna kuning pucat, bau khas amoniak.
Selama sakit pasien BAK 750 cc warna kuning pucat bau khas
tidur pasien mengatakan sebelum sakit pasien tidur 7 jam tanpa obat
tidur siang jarang dan tidak mengalami gangguan tidur. Selama sakit
sakit yang dideritanya saat ini membuat pasien tidak bisa menjaga dan
menjalankan kewajibannya.
4. Pemeriksaan fisik
36,3 0C. Bentuk kepala Tn. S mesocepal, kulit bersih, rambut bersih
ada ubannya dengan muka simetris tapi keadaan bibir pelo lidah
ada sekret. Mulut normal bibir simetris tetapi saat berbicara bibir pelo
tidak ada serumen, dan berfungsi dengan baik. Keadaan leher tidak ada
(datar) normal, tidak ada jejas dan tidak ada gangguan otot bantu
nafas, palpasi vocal fremitus kanan dan kiri sama, perkusi pekak di
bentuk simetris, tidak terlihat ictus cordis, palpasi ictus cordis teraba di
perut buncit, tidak ada jejas atau bekas luka, auskultasi bising usus
dan normal, serta ekstremitas atas kanan dan kiri normal, dan
ekstremitas bawah kanan dan kiri sama normal tapi pada pemeriksaan
46
5. Pemeriksaan laboratorium
6. Therapi
250 mg/12 jam, piracetam 2x3 gr/12 jam, ranitidin 25 mg/12 jam,
data obyektif pasien tampak sulit berbicara (pelo), hasil CT Scan kesan
47
interpositural.
D. Intervensi keperawatan
adalah :
selama 3x24 jam diharapkan Tn. S masalah vital sign stabil, gangguan
untuk melatih pasien berbicara secara mandiri dengan baik dan benar,
terapi AIUEO dengan mengucapkan kata apa, aku, ikan, itik, ular,
kata AA,A, Abang, UU,U Ular, II,I Ikan, EE,E Elang, O,OO Orang,
AA,A, I, I, I, UU, U, EE, E, OO,O dan aku, abang, ikan ,indah, ular,
E. Implementasi keperawatan
2016 pada pukul 11.35 WIB, pada diagnosa pertama mengobservasi tanda-
tanda vital atau vital sign pasien didapatkan respon subyektif Tn. S
instan setiap hari dan respon obyektifnya klien memahami dan mengerti
oksigen dengan indikasi 3L/menit. Pada pukul 12.15 WIB, pada diagnosa
mau untuk dilakukan terapi AIUEO dan respon obyektif Tn. S terlihat
kooperatif mengikuti terapi yang diajarkan. Pada pukul 12.45 WIB, pada
mengatakan sudah tidak pusing dan data obyektif Tn. S dapat bangun
x/menit, suhu: 36,1 0C. Pukul 14.50 WIB, pada diagnosa kedua dilakukan
terlihat kooperatif dan melakukan terapi dengan baik. Pukul 15.30 WIB,
atau “tidak” didapatkan data subyektif Tn. S mengatakan masih pelo dan
berbicaranya masih kurang jelas dan respon obyektif adalah Tn. S terlihat
nafas dan respon obyektif adalah Tn. S tampak sudah tidak terpasang
oksigen. Pada pukul 18.30 WIB, pada diagnosa kedua dilakukan tindakan
sudah bisa berbicara lancar tapi masih kurang jelas (pelo) dan respon
memonitor tanda-tanda vital sign atau ttv didapatkan respon subyektif Tn.
S mengatakan pusing pada saat bangun tidur saja dan respon obyektif
terapi AIUEO (hari ketiga dengan mengucapkan huruf vokal AIUEO dan
berbicara tapi masih sedikit pelo dan respon obyektif adalah Tn. S dapat
merespon terapi dengan baik dan kooperatif. Pukul 15.45 WIB, pada
kirinya nyeri karena setelah terpasang infus dan respon obyektif adalah
Tn. S tampak menahan sakit. Pukul 16.30 WIB, pada diagnosa kedua
F. Evaluasi keperawatan
Hasil evaluasi pada hari senin 04 Januari 2016 pada jam 09.00
merespon dan menjawab “ya” atau “tidak” saat ditanya perawat, analisa
isyarat, bicaralah dengan klien secara pelan dan gunakan pertanyaan yang
Hasil evaluasi hari selasa, 5 Januari 2016 pada pukul 14.30 WIB,
sudah tidak pusing, pasien mengatakan sudah tidak sesak nafas, pasien dan
pasien sudah tahu dan dapat menjelaskan tentang hal yang tidak
pasien mengatakan sudah bisa berbicara lancar tapi masih kurang jelas
dengan baik, ekstremitas atas dan bawah normal. Analisa masalah bicara
yang jawabannya “ya” atau “tidak”, ajarkan kepada keluarga untuk tetap
55
Hasil evaluasi hari rabu 6 Januari 2016 jam 14.45 WIB pada
pusing pada saat bangun tidur saja. Data obyektifnya pasien dapat
respirasi 22 x/menit, suhu 36,8 0C. Analisa masalah pusing masih hilang
masih sedikit kurang jelas dan pelo masalah belum teratasi. Planing
hari ketiga pemberian terapi AIUEO dengan kata-kata aku, ibu, udang,
AIUEO dengan mengucapkan kata apa, aku, ikan, itik, ular, uang,
Abang, UU,U Ular, II,I Ikan, EE,E Elang, O,OO Orang, hari keenam
U, EE, E, OO,O dan aku, abang, ikan ,indah, ular, udang, elang, entok,
PEMBAHASAN
dengan stroke non hemoragik diruang flamboyan lantai 2 RSUD kota Salatiga
yang dilakukan pada tanggal 4 Januari sampai 10 Januari 2016. Penulis juga akan
A. Pengkajian
peredaran darah ke otak, yang terjadi sekitar 24 jam atau lebih (Lingga,
57
58
sering merasa sakit kepala (pusing). Sulit berbicara dan sakit kepala
merupakan salah satu menifestasi klinik stroke hal ini sesuai dengan teori
GCS eye, motorik, dan verbal untuk pemeriksaan fisik pada pasien dengan
berbicara, karena pelo, saat bicara kurang jelas dan mulut elevasi ke kiri.
59
salah satu manifestasi klinik hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan
radiata sinistra dan crus posterior infark di hemisfer sinistra, tak tampak
B. Perumusan Masalah
aktual dan potensial pasien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan
sinistra dan crus posterior infark di hemisfer sinistra, tak tampak gambaran
interpositural.
jaringan serebral meliputi data subyektif dan data obyektif. Data subyektif
61
x/menit, suhu : 36,3 0C, gambaran infark serebri, kesan : gambaran lacunar
2009).
berbicara (pelo) dan bicara tidak jelas cedal, mulut elevasi ke kiri. Data
C. Intervensi Keperawatan
(Dermawan, 2012).
pembuluh diotak.
selebral.
hemisfer wicara.
hari ketiga pemberian terapi AIUEO dengan kata-kata aku, ibu, udang,
AIUEO dengan mengucapkan kata apa, aku, ikan, itik, ular, uang,
Abang, UU,U Ular, II,I Ikan, EE,E Elang, O,OO Orang, hari keenam
U, EE, E, OO,O dan aku, abang, ikan ,indah, ular, udang, elang, entok,
D. Implementasi keperawatan
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang lebih
2012).
selama 3 hari kelolaan pada asuhan keperawatan Tn. S dengan stroke non
hemoragik yaitu:
pembuluh diotak.
67
makanan yang berminyak, kolesterol dan mie instan setiap hari dan
pusing dan data obyektif Tn. S dapat bangun sendiri, tekanan darah:
mengatakan pusing pada saat bangun tidur saja dan respon obyektif
hemisfer wicara.
lancar tapi masih kurang jelas (pelo) dan respon obyektif adalah Tn. S
dan dengan kata aku, ibu, uang, elang, orang dilakukan berulang-
perubahan saat berbicara tapi masih sedikit pelo dan respon obyektif
Amalia, 2009).
(Gunawan, 2008). Hal ini juga diperkuat Wiwit (2010), pasien stroke
(Gunawan, 2008).
E. Evaluasi keperawatan
kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat
(Dermawan, 2012).
pada jam 14.30 WIB pada diagnosa gangguan perfusi jaringan selebral
sudah tidak sesak nafas, klien dan keluarganya sudah memahami dan
tentang hal yang tidak dianjurkan pada pasien stroke tekanan darah
Januari 2016 jam 14.45 WIB pada diagnosa gangguan perfusi jaringan
AIUEO.
lancar tapi masih kurang jelas (pelo) data obyektifnya klien tampak
bicara pasien masih sedikit kurang jelas dan pelo, planing lanjutkan
AIUEO.
BAB VI
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
menifestasi klinik stroke hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan
2. Rumusan masalah
75
76
3. Perencanaan
vasodilatasi selebral.
4. Implementasi
5. Evaluasi
indikasi.
misal dengan bahasa isyarat, bicaralah dengan klien secara pelan dan
telah dilakukan oleh gunawan (2008) dan wiwit (2010), dengan judul
kriteria hasil yang diharapkan dan terbukti sesuai teori yang ada
B. Saran
etik keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahem, wilkinson. 2011. Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 9. Jakarta: EGC.
Anonim .2011. Stroke Penyebab Kematian Ketiga dan Penyebab Cacat Utama,
Saunders Company.
Brunner & suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. VoL 3. Terjemah: Agung
Dinkes Provinsi Jawa Tengah. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Dermawan, D. 2012. Proses keperawatan penerapan Konsep Dan Kerangka Kerja. Edisi
Http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/1962 11211984031
82
Kemenkes. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013. Jakarta :
Kemenkes RI
Lumbantobing, S.M, 2003. Stroke Bencana Peredaran Darah di otak. Jakarta: EGC.
Mardjono, M & Sidharta, P. 2004. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: PT Dian Rakyat.
Mulyatsih, E & Airizal, A. (2008). Stroke Petunjuk Perawatan Pasien Pasca Stroke di rumah.
Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan System
NANDA. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis & NANDA.
Nugroho.T. 2011 Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, &Penyakit Dalam. Cetakan
Perry, G.A & Potter, P.A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Rasyid, A.L & Lyna, S. 2007. Unit Stroke Manajemen Stroke Secara Komprehensif. Jakarta :
Ratna dewi pudiastuti, 2011. Penyakit pemicu stroke. Cetakan pertama. Jogjakarta: nuha
medika.
R.A, Nabyl.2012. Deteksi Dini Gejala dan Pengotan Stroke Solusi Hidup Sehat dan Bebas
Rosjidi, C. H. 2014. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Peredaran Darah Otak stroke.
Jakarta: EGC.
84
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Sofwan, R. 2010. Anda Bertanya Dokter Menjawab: Stroke dan Rehabilitasi Pasca-Stroke.
Sukandar, E. Y, Andrajati, R, Sigit, J. I., Adnyana, I. K., Setiadi, A. A., & Kusnandar. 2009.
Nurdinurses.files.com/2008/01/makalahspeech-therapy.pdf.
Wardhana, W.A. 2011. Strategi Mengatasi & Bangkit Dari Stroke. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.