DISUSUN OLEH :
SILVIA SETYOWATI
NIM.P.12050
DISUSUN OLEH :
SILVIA SETYOWATI
NIM.P.12050
i
ii
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/ Tanggal : Jumat/ 19 Juni 2015
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Atiek Murharyati, S.Kep.Ns.,M.Kep ( )
NIK.200680021
Penguji I : Joko Kismanto, S.Kep.Ns ( )
NIK.200670020
Penguji II : Alfyana Nadya Rachmawati, S.Kep.Ns.,M.Kep ( )
NIK.201086057
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII keperawatan
STIKes Kusuma Husada Surakarta
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dengan judul Pemberian Massage Punggung dan Teknik Relaksasi Nafas
Dalam terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada Asuhan Keperawatan Tn.S
dengan Post Appendiktomi Hari ke-2 di Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah
dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :
1. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di
STIKes Kusuma Husada Surakarta dan selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi
kasus ini.
2. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Joko Kismanto, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaaan nyaman
dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
4. Alfyana Nadya Rachmawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen penguji yang
telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini.
5. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
v
6. Kedua Orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat
untuk menyelesaikan pendidikan.
7. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,
yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Penulis
vi
PERSEMBAHAN
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIASTISME .......................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................ v
PERSEMBAHAN ................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah .................................................... 1
B. Tujuan penulisan .............................................................. 4
C. Manfaat penulisan ............................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan teori
1. Appendiksitis ................................................................ 7
2. Appendiktomi ............................................................... 12
3. Luka ............................................................................. 13
4. Asuhan keperawatan .................................................... 23
5. Nyeri ............................................................................ 27
6. Teknik relaksasi nafas dalam ....................................... 34
7. Massage ....................................................................... 35
B. Kerangka teori .................................................................. 38
C. Kerangka konsep .............................................................. 39
BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Subyek aplikasi riset ........................................................ 40
B. Tempat dan waktu ............................................................ 40
C. Media dan alat yang digunakan........................................ 40
viii
D. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ................... 40
E. Alat ukur evaluasi dari aplikasi tindakan berdasakan riset 42
BAB IV LAPORAN KASUS
A. Identitas klien ................................................................... 43
B. Pengkajian ........................................................................ 43
C. Daftar perumusan masalah ............................................... 50
D. Perencanaan...................................................................... 51
E. Implementasi .................................................................... 53
F. Evaluasi ............................................................................ 59
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian ........................................................................ 62
B. Diagnosa keperawatan ..................................................... 65
C. Intervensi keperawatan..................................................... 69
D. Implementasi keperawatan ............................................... 72
E. Evaluasi keperawatan ....................................................... 76
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................... 80
B. Saran ................................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
appendisitis di Asia dan Afrika pada tahun 2004 adalah 4,8% dan 2,6%
cerna lain dengan jumlah pasien rawat inap sebanyak 28.040 (Depkes RI, 2006).
Dinkes Jateng menyebutkan pada tahun 2009 jumlah kasus appendisitis di Jawa
menyebutkan pada tahun 2014 jumlah kasus bedah sebanyak 8.965 penderita
1
2
dapat menimbulkan respon berupa nyeri. Rasa nyeri tersebut biasanya timbul
setelah operasi. Nyeri merupakan sensasi objektif, rasa yang tidak nyaman
2002).
tidak dapat didefinisikan secara khusus. Nyeri adalah sensasi yang muncul
akibat stimulasi nyeri yang berupa biologis, zat kimia, panas, listrik, serta
mekanik (Prasetyo, 2010). Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak
berbeda dalam hal skala ataupun tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah
yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Azis,
2009).
maka perlu dilakukan beberapa terapi seperti teknik massage punggung dan
relaksasi nafas dalam. Salah satu strategi stimulasi kulit tertua dan paling sering
minyak atau lotion. Pijat akan melemaskan ketegangan otot dan meningkatkan
sirkulasi. Pijat punggung memiliki efek relaksasi yang kuat dan, apabila
3
dilakukan oleh orang lain yang penuh perhatian sehingga dapat memberikan
pasien untuk mengurangi setelah operasi dan dapat membantu pasien relaks dan
juga dapat meningkatkan kualitas tidur. Pasien diletakkan dalam posisi duduk
Menurut jurnal dr. Irwan Wirya, M.Kes& dr. Margareth Duma Sari,
sebelum pemberian massage punggung dan teknik relaksasi nafas dalam pada
pemberian massage punggung dan teknik relaksasi nafas dalam pada pasien
sebelum dan sesudah pemberian massage punggung dan relaksasi nafas dalam
hari ke-2 di Ruang Mawar RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
dengan post appendiktomi hari ke-2 di ruang mawar RSUD dr. Soediran
2. Tujuan khusus
appendiktomi.
post appendiktomi.
appendiktomi.
appendiktomi.
5
appendiktomi.
C. Manfaat penulisan
dan relaksasi nafas dalam terhadap nyeri sehingga dapat dijadikan sebagai
appendiktomi.
2. Bagi penulis
5. Bagi masyarakat
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
7
1. Appendiksitis
a. Definisi Appendiksitis
yang berbahaya jika tidak ditangani segera dimana terjadi infeksi berat
2005).
b. Klasifikasi
3 yaitu :
8
peritoneum local.
parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltrasi sel inflamasi kronik),
c. Etiologi
d. Manifestasi Klinis
9
kanan bawah ke titik Mc Burney. Dititik ini nyeri terasa lebih tajam dan
sekum (terlindung oleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak
begitu jelas dan tidak ada tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri
lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada saat melakukan
e. Patofisiologi
yang disebabkan oleh feses yang terlibat atau fekalit. Penjelasan ini
dan appendiks yang kurang suplai darah menjadi nekrosis atau gangren.
perforasi yang terjadi dibungkus oleh omentum, abses lokal akan terjadi.
f. Komplikasi
Jong, 2005). Komplikasi usus buntu juga dapat meliputi infeksi luka,
g. Penatalaksanaan
pada USG.
akibat peritonitis.
akut.
2. Appendiktomi
a. Definisi appendiktomi
b. Penatalaksanaan
3. Luka
a. Definisi luka
Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul,
perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan
b. Jenis luka
14
a) Clean wounds (luka bersih), yaitu luka bersih tak terinfeksi yang
inflamasi nonpurulen.
dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara
peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang
kecil.
fase yaitu :
1) Fase inflamasi
pembengkakan (tumor).
2) Fase proliferasi
bahan dasar kolagen serat yang akan mempertautkan tepi luka. Pada
fase firoplasia ini, luka dipenuhi sel radang, fibrolast, dan kolagen,
yang terdiri atas sel basal terlepas dari dasarnya dan berpindah
arah yang lebih rendah atau datar. Proses ini berhenti setelah epitel
3) Fase penyudahan
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri atas penyerapan
ada. Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis,
maksimal pada luka. Pada akhir fase ini, perupaan luka kulit mampu
antara lain :
jaringan epitel. Cara ini makan waktu cukup lama dan meninggalkan
1) Lokasi
2) Ukuran luka
sentimeter.
3) Kedalaman luka
Kedalaman luka dapat diukur dengan kapas lidi steril yang sudah
kedalam luka dengan posisi tegak lurus (90) hingga kedasar luka.
Beri tanda pada lidi sejajar dengan permukaan kulit disekitar luka.
a) Nekrotik
terinfeksi atau tidak ada eksudat, ini tidak dapat dipastikan tanpa
b) Sloughy
c) Granulasi
d) Epitelisasi
kontaminasi.
4. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas pasien
23
2) Riwayat keperawatan
a) Riwayat kesehatan saat ini : keluhan nyeri pada luka post operasi
peningkatan leukosit.
3) Pemeriksaan fisik
a) Sistem kardiovaskuler
b) Sistem hematologi
c) Sistem gastrointestinal
b. Diagnosa keperawatan
c. Intervensi keperawatan
1) Diagnosa 1
nyeri, tanda tanda vital dalam batas normal tekanan darah 140/80
Intervensi :
lotion.
management nyeri.
(ketorolac 2x30mg)
2) Diagnosa 2
ada tanda infeksi, tanda-tanda vital dalam batas normal suhu 36,5-
37,5C.
Intervensi :
luka.
3) Diagnosa 3
Kriteria hasil : mengerti nutrisi post operasi dan cara merawat luka,
Intervensi :
merawat luka.
b) Beri penkes tentang nutrisi post operasi dan cara merawat luka.
d. Implementasi keperawatan
e. Evaluasi keperawatan
Hirnle, 2007).
5. Nyeri
a. Definisi Nyeri
bersifat fisik dan/ atau mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada
jaringan aktual atau pada fungsi ego seorang individu (Mahon, 1995;
Potter & Perry, 2006). Nyeri adalah sensori yang muncul akibat stimulus
nyeri yang berupa biologis, zat kimia, panas, listrik serta mekanik
b. Klasifikasi Nyeri
lain :
pada gaya hidup klien. Nyeri kronis biasanya terjadi pada rentang
1) Usia
29
2) Jenis kelamin
3) Kultur
nyeri.
4) Makna nyeri
5) Perhatian
6) Ansietas
saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah
8) Pola koping
perlindungan.
d. Penatalaksanaan nyeri
1) Pendekatan farmakologis
31
nyeri.
Stimulus fisik :
1) Distraksi
4) Sentuhan terapeutik.
1) Skala deskritif
Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai
2) Skala numerik
nyerinya 4.
Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) adalah suatu garis
yang dibuat pasien pada garis dari tidak ada nyeri diukur dan
a. Definisi Relaksasi
klien atau pasien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat
b. Tujuan Relaksasi
c. Jenis Relaksasi
Menurut Smeltzer & Bare (2002) beberapa jenis relaksasi antara lain :
7. Massage
a. Definisi Massage
tangan dan tanpa masukan obat ke dalam tubuh yang bertujuan untuk
36
Andarmoyo 2013).
b. Manfaat massage
berikut :
B. Kerangka teori
Idiopatik, makan tak teratur, kerja fisik yang keras
Penatalaksanaan
Massa keras feses non farmakologi
Obstruksi lumen
Serabut A beta
Appendisitis
Sistem saraf otonom
38
Guyton, 2005
C. Kerangka konsep
BAB III
Subyek aplikasi riset adalah Tn. S dengan post appendiktomi hari ke-2.
berikut :
a. Cuci tangan
tekanan halus.
dalamsebagai berikut :
b. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
lahan.
g. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara dangkal dan
cepat.
sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri
dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji
1992 dalam Potter & Perry, 2006). Contoh pasien post appendiktomi hari
BAB IV
LAPORAN KASUS
A. Identitas klien
43
medis Tn. S Suspect Apendicitis. Penanggung jawab Tn. S adalah Tn. W. Tn.
Sidoarjo, Wonogiri.
B. Pengkajian
alloanamnesa. Keluhan utama yang dirasakan Tn. S adalah nyeri luka operasi.
kemudian sembuh. Setelah itu kambuh lagi dan dibawa ke dokter pada tanggal
07 Maret 2015 selanjutnya disarankan dokter dan diberi surat rujukan untuk ke
RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Pada tanggal 08 Maret 2015
pukul 15.00 WIB pasien datang ke IGD. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital
tekanan darah 160/ 80 mmHg, nadi 80 kali/ menit, respirasi 18 kali/ menit, suhu
13,7; AL : 8,6; GDP : 151 ; GD2PP : 141 ; ureum : 24 ; creatinin : 1.05. Pada
tanggal 08 Maret 2015 pukul 16.00 WIB pasien dipindahkan ke ruang mawar
44
operasiappendiktomi.
dirawat dirumah sakit karena operasi hemoroid. Pasien tidak memiliki alergi
Genogram :
Tn.S
Ny.
Tn.W Ny.
Keterangan :
: meninggal laki-laki
merupakan anak ke-2 dari 4 bersaudara. Kedua orang tua Tn. S dan istrinya
sudah meninggal. Tn. S memiliki 2 orang anak yaitu laki-laki dan perempuan,
mewajibkan anggota keluarganya untuk selalu sarapan pagi. Saat ada anggota
terdekat seperti puskesmas, bidan atau dokter jika memungkinkan. Pola nutrisi
dan metabolisme, sebelum sakit pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan
komposisi nasi, lauk, sayur, air putih dan air teh, habis 1 porsi. Selama sakit
pasien makan 3 kali sehari dengan komposisi bubur, buah, sayur, air putih habis
porsi. Pola eliminasi, pasien mengatakan tidak ada masalah dalam pola BAK
dan BAB, pasien mengatakan sebelum sakit ia buang air kecil 7-8 kali sehari,
jumlah urin 350 sekali BAK berwarna kuning jernih dan berbau khas. Selama
sakit pasien BAK 4-5 kali sehari 300 sekali BAK berwarna pekat dan berbau
khas. Pasien mengatakan sebelum sakit buang air besar 2 kali sehari konsistensi
lunak berbentuk bau khas berwarna kuning kecoklatan selama sakit pasienBAB
Pola aktivitas dan latihan, pasien mengatakan sebelum sakit dan selama
mandiri.Pola istirahat tidur, pasien mengatakan sebelum sakit tidur siang selama
1-2 jam dan tidur malam selama 8 jam, tidak ada gangguan saat tidur. Namun
selama sakit pasien tidur siang selama 3 jam dan tidur malam selama 8 jam,
lainnya.Pasien mengatakan nyeri pada luka operasi, (P) nyeri karena luka insisi
pembedahan, (Q) nyeri seperti tertusuk-tusuk, (R) nyeri perut kanan bawah
disekitar luka, (S) skala nyeri 5, (T) nyeri saat digerakkan, durasi 10 menit.
selama sakit pasien selalu mendapat dukungan dari istri, anak, dan keluarganya
ditandai dengan saling komunikasi yang bersifat positif, peran diri : pasien
kepala keluarga, ideal diri : pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin
sebelum sakit jika ada masalah dengan keluarga dan pengambilan keputusan
masalah dirinya selalu bercerita dengan anggota keluarga. Pola nilai dan
keyakinan, pasien beragama islam selama sakit pasien tidak bisa menjalankan
antara lain keadaan/ penampilan umum Tn. S sedang, Tn. S dalam kesadaran
composmentis/ sadar penuh. Saat pengukuran tanda tanda vital didapatkan hasil
tekanan darah 160/80 mmHg, nadi 80 kali/ menit dengan irama teratur dan
kekuatan kuat, respirasi 18 kali/ menit dengan irama teratur, suhu 36,5C.
merata, rambut beruban. Pada mata palbebra pasien tidak udem, tidak
ditemukan konjungtiva anemis dan sclera tidak ikterik, pupil isokor, diameter
kanan/kiri pada mata 2mm, reflek mata pasien terhadap cahaya positif. Pasien
tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Bentuk hidung pasien simetris, tidak
ada sekret, tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada polip.
Kebersihan mulut pasien terjaga, mukosa bibir tidak kering, lidah bersih.
Gigi pasien bersih, tidak ada caries gigi dan tidak ada perdarahan gusi. Telinga
Pada leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar
Daerah dada paru-paru pasien simetris dan tidak ada jejas. Pemeriksaan
paru- paru teraba vokal fremitus kanan kiri sama. Pada perkusi paru-paru kanan
kiri sonor saat diauskultasi bunyi paru-paru vesikuler (tidak ada suara
tambahan). Pemeriksaan jantung ictus cordis tidak nampak, ictus cordis teraba
di ICS V mid clavikula sinistra, perkusi pada area jantung pekak, saat
diauskultasi bunyi jantung 1-2 normal dan tidak ada bunti tambahan.
tampak kemerahan disekitar luka, agak bengkak, tidak ada pus, luka bersih,
panjang luka 15 cm, bising usus 12 kali/ menit, diperkusi tidak kembung/
timpani, dipalpasi tidak teraba adanya benjolan, nyeri disekitar luka bila
dan pada area rektum tidak ada hemoroid dan kebersihan terjaga. Pada
detik, tidak ada perubahan bentuk tulang dan perabaan akral hangat.
capilary refile 2 detik, tidak ada perubahan bentuk tulang dan perabaan akral
hangat.
operasi antara lain hasil laboratorium tanggal 08 Maret 2015 pukul 18.46 WIB
yaitu WBC 8.6 k/uL, LYM 1.4 %L, MID 0.5 %M, GRAN 6.7 %G, RBC 4.43
M/uL, HGB 13.7 g/dL, HCT 42.3 %, MCV 95.5 fL , MCH 30.9 pg, MCHC
49
32.4 g/dL, RDW 14.5 %, PLT 19.8 k/uL, MPV 6.2 fL. Hasil USG abdomen
pemeriksaan radiologi tanggal 09 maret 2015 adalah besar cor dalam batas
normal, pulmo dalam batas normal, diafragma kanan letak tinggi mengarah
hepatomegali, BNO : fekal material prominent, tak tampak batu opaq sepanjang
tractus urinarius.
Jenis terapi yang digunakan setelah post operasi pada tanggal 12 Maret
cairan dan elektrolit yang hilang (dehidrasi), terapi obat cefoparazone 3x500mg
infeksi ulkus kaki, ranitidine 2x50 mg untuk terapi tukak lambung, tukak
Pada hari kamis, 12 Maret 2015, pukul 07.35 WIB ditemukan masalah
mengatakan nyeri pada luka operasi, (P) : nyeri karena luka insisi pembedahan,
(Q) : nyeri seperti tertusuk-tusuk, (R) : nyeri perut kanan bawah disekitar luka,
50
(S) : skala nyeri 5, (T) : nyeri saat digerakkan, durasi 10 menit. Data obyektif
pasien tampak meringis kesakitan saat bergerak, tekanan darah 160/80 mmHg,
Pada hari kamis, 12 Maret 2015, pukul 07.40 WIB ditemukan masalah
mekanik (insisi pembedahan). Data subyektif pasien mengatakan ada luka post
disekitar luka, panjang luka 15 cm, tidak ada pus, agak bengkak.
Pada hari kamis, 12 Maret 2015, pukul 07.45 WIB ditemukan masalah
operasi dan cara merawat luka). Data subyektif pasien mengatakan takut makan
yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (terputusnya kontinuitas
dalam memahami informasi yang ada (kurangnya informasi tentang nutrisi post
D. Perencanaan
51
Diagnosa pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
3x24 jam nyeri berkurang dengan kriteria hasil : skala nyeri 2, tampak rileks,
mampu mengontrol rasa nyeri, tanda-tanda vital dalam batas normal tekanan
darah 140/80 mmHg, nadi 60-70 kali/ menit, respirasi 16-20 kali/ menit.
Intervensi yang dilakukan pada diagnosa pertama adalah kaji nyeri (P,
lotion rasional untuk menurunkan rasa nyeri, melemaskan ketegangan otot dan
pemberian terapi obat (ketorolac 2x30 mg) rasional untuk menurunkan atau
menghilangkan nyeri.
kerusakan integritas jaringan kulit teratasi dengan kriteria hasil : integritas kulit
yang baik bisa dipertahankan, tidak ada tanda infeksi, tanda-tanda vital dalam
Intervensi yang dilakukan pada diagnosa kedua adalah pantau area insisi
nutrisi post operasi dan cara merawat luka), tujuan dari tindakan yang dilakukan
pasien bertambah dengan kriteria hasil : mengerti nutrisi post operasi dan cara
klien tentang nutrisi post operasi dan cara merawat luka rasional untuk
mengetahui tingkat pengetahuan pasien. Beri penkes tentang nutrisi post operasi
operasi dan cara merawat luka dengan benar. Berikan evaluasi tentang
E. Implementasi
53
insisi pembedahan) pada hari kamis, 12 Maret 2015 pukul 07.48 WIB adalah
luka operasi, (P) : nyeri karena luka insisi pembedahan, (Q) : nyeri seperti
tertusuk-tusuk, (R) : nyeri perut kanan bawah disekitar luka, (S) : skala nyeri 5,
(T) : nyeri saat digerakkan, durasi 10 menit, data obyektif : pasien tampak
tampak nyaman. Pukul 08.05 WIB mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
dalam, data obyektif : pasien tampak menirukan cara teknik relaksasi nafas
dalam.
(P) : nyeri karena luka insisi pembedahan, (Q) : nyeri seperti kram atau kaku,
(R) : nyeri perut kanan bawah disekitar luka, (S) : skala nyeri 4, (T) : nyeri saat
miring, durasi 10 menit, data obyektif : pasien tampak memegangi perut saat
miring. Pukul 09.35 WIB berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
obat lewat selang infus, data obyektif : injeksi ketorolac masuk melalui
intravena.
54
(insisi pemedahan) pukul 09.35 WIB adalah berkolaborasi dengan dokter dalam
intravena. Mencuci tangan 6 langkah pukul 09.58 WIB data subyektif : - , data
obyektif : cuci tangan 6 langkah dengan sabun. Pada pukul 10.00 WIB
cm, tampak kemerahan disekitar luka, tidak ada pus, agak bengkak. Pukul 10.10
WIB memantau area insisi data subyektif: pasien mengatakan ada luka, data
obyektif : tampak kemerahan, agak bengkak. Pada pukul 10.15 WIB mencuci
tangan 6 langkah data subyektif : - , data obyektif : cuci tangan 6 langkah dengan
sabun. Pada pukul 10.25 WIB berkolaborasi dengaan keluarga agar menjaga
untuk menjaga kebersihan disekitar luka, data obyektif : istri pasien tampak
kamis, 12 Maret 2015 pukul 09.15 WIB mengkaji pengetahuan pasien tentang
nutrisi post operasi dan cara merawat lukadata subyektif : pasien mengatakan
takut makan telur dan daging karena memperlambat penyembuhan luka, data
tanda vital, data obyektif : tekanan darah 150/80 mmHg, nadi 80kali/menit,
data subyektif : pasien mengatakanluka operasi masih nyeri, (P) : nyeri karena
luka insisi pembedahan, (Q) : nyeri seperti kram atau kaku, (R) : nyeri perut
kanan bawah disekitar luka, (S) : skala nyeri 4, (T) : nyeri saat miring, durasi 5
menit, data obyektif : pasien tampak memegangi perut saat miring. Pada pukul
punggung, data obyektif pasien tampak nyaman. Pukul 07.50 WIB mengajarkan
melakukan teknik relaksasi nafas dalam, data obyektif : pasien tampak nyaman
setelah latihan relaksasi nafas dalam. Pada pukul 08.30 WIB mengkaji nyeri (P,
Q, R, S, T) data subyektif : (P) : nyeri karena luka insisi pembedahan, (Q) : nyeri
melilit mules, (R) : nyeri perut kanan bawah disekitar luka, (S) : skala nyeri 3,
(T) : nyeri hilang timbul, durasi 5 menit, data obyektif : pasien tampak lebih
nyaman. Pukul 09.35 WIB berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
obat lewat selang infus, data obyektif : injeksi ketorolac masuk melalui
pukul 09.35 WIB adalah berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
mengatakan bersedia diberikan obat lewat selang infus, data obyektif : injeksi
dengan mengganti baju pasien dan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien, data obyektif : tampak istrinya mengganti baju pasien. Pukul
10.00 WIB mencuci tangan 6 langkah data subyektif : - , data obyektif : cuci
tangan 6 langkah dengan sabun. Pada pukul 10.02 WIB melakukan perawatan
obyektif : tampak luka post appendiktomi, panjang luka 15 cm, luka kering.
Pukul 10.15 WIB memantau area insisi data subyektif : pasien mengatakan ada
pukul 10.17 WIB mencuci tangan 6 langkah data subyektif : - , data obyektif :
pukul 09.40 WIB memberikan penkes tentang nutrisi post operasi dan cara
tentang nutrisi post operasi dan cara merawat luka, data obyektif : pasien
sabtu, 14 Maret 2015 pukul 07.30 WIB adalah mengkaji nyeri (P, Q, R, S, T)
luka operasi sedikit berkurang, (P) : nyeri karena luka insisi pembedahan, (Q) :
nyeri melilit, (R) : nyeri perut kanan bawah disekitar luka, (S) : skala nyeri 3,
(T) : nyeri hilang timbul, durasi 5 menit, data obyektif : pasien tampak lebih
tampak nyaman. Pukul 08.00 WIB mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
dalam, data obyektif : pasien tampak nyaman setelah latihan relaksasi nafas
dalam. Pada pukul 08.05WIB mengkaji nyeri (P, Q, R, S, T) data subyektif : (P)
: nyeri karena luka insisi pembedahan, (Q) : nyeri seperti digaruk (R) : nyeri
perut kanan bawah disekitar luka, (S) : skala nyeri 2, (T) : nyeri hilang timbul,
durasi 5 menit, data obyektif : pasien tampak lebih rileks dan berhati-hati saat
diberikan obat lewat selang infus, data obyektif : injeksi ketorolac masuk
melalui intravena.
pukul 10.00 WIB mencuci tangan 6 langkah data subyektif : - , data obyektif :
cuci tangan 6 langkah dengan sabun. Pada pukul 10.01 WIB melakukan
cm, luka kering. Pukul 10.10 WIB memantau area insisi data subyektif : pasien
mengatakan luka kering, data obyektif : tampak luka kering, panjang 15cm,
tidak ada tanda-tanda infeksi (seperti dolor, rubor, kalor, tumor, fungsio laesa).
Pada pukul 10.12 WIB mencuci tangan 6 langkah data subyektif : - , data
pukul 10.15 WIB memberikan evaluasi tentang materi yang diberikan data
F. Evaluasi
Maret 2015 pukul 13.00 WIB pasien mengatakan nyeri pada luka operasi, (P)
nyeri karena luka insisi pembedahan, (Q) nyeri seperti kram atau kaku, (R) nyeri
perut kanan bawah disekitar luka, (S) skala nyeri 4, (T) nyeri saat bergerak,
59
durasi 10 menit, pasien tampak memegangi perut saat bergerak, tekanan darah
belum teratasi. Lanjutkan intervensi kaji nyeri (P, Q, R, S, T), berikan massage
Evaluasi diagnosa kedua pada hari kamis, 12 Maret 2015 pukul 13.05
appendiktomi, panjang luka 15 cm, tidak ada pus, agak bengkak, tampak
area insisi, lakukan perawatan luka dan lakukan teknik aseptik dan antiseptik,
Evaluasi diagnosa ketiga pada hari kamis, 12 Maret 2015 pukul 13.10
WIB pasien mengatakan takut makan telur dan daging karena memperlambat
nutrisi post operasi dan cara merawat dan berikan evaluasi tentang nutrisi post
Maret 2015 pukul 13.30 WIB pasien mengatakan luka operasi masih nyeri, (P)
nyeri karena luka insisi pembedahan, (Q) nyeri melilit mules, (R) nyeri perut
kanan bawah disekitar luka, (S) skala nyeri 3, (T) nyeri hilang timbul, pasien
60
dengan menggunakan minyak atau lotion, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam,
Evaluasi diagnosa kedua pada hari jumat, 13 Maret 2015 pukul 13.35
lakukan perawatan luka dan lakukan teknik aseptik dan antiseptik, kolaborasi
Evaluasi diagnosa ketiga pada hari jumat, 13 Maret 2015 pukul 13.40
operasi dan cara merawat luka. Pasien tampak bertanya dan sedikit sudah
mengerti tentang nutrisi post operasi dan cara merawat luka. Masalahteratasi
sebagian. Lanjutkan intervensi berikan evaluasi tentang nutrisi post operasi dan
Maret 2015 pukul 13.30 WIB pasien mengatakan nyeri luka operasi berkurang,
(P) nyeri karena luka insisi pembedahan, (Q) nyeri seperti digaruk, (R) nyeri
perut kanan bawah disekitar luka operasi, (S) skala nyeri 2, (T) nyeri hilang
timbul, durasi 5 menit. Pasien tampak lebih rileks dan berhati-hati saat bergerak,
61
Evaluasi yang dilakukan untuk diagnosa kedua pada hari sabtu, 14 Maret
2015 pukul 13.35 WIB pasien mengatakan lukanya kering, tampak luka kering
panjang luka 15 cm, tidak ada tanda-tanda infeksi (dolor, rubor, kalor, tumor,
Evaluasi yang dilakukan untuk diagnosa ketiga pada hari sabtu, 14 Maret
2015 pukul 13.40 WIB pasien mengatakan sudah mengerti nutrisi post operasi
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang pemberian massage punggung
dan teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri pada asuhan
keperawatan Tn. S dengan post appendiktomi hari ke-2 di ruang mawar RSUD dr.
Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Selain itu penulis akan membahas tentang
kesesuaian dan kesenjangan antara teori dan kenyataan pada pasien post
akan lebih ditekankan pada diagnosa nyeri akut karena diagnosa nyeri akut
62
insisi pembedahan), dimana menurut jurnal dr.Irwan Wirya, M.Kes dkk (2011)
bahwa nyeri dapat berkurang dengan pemberian massage punggung dan teknik
A. Pengkajian
menentukan status kesehatan dan fungsional pada saat ini dan waktu
sebelumnya.
berhubungan dengan insisi atau sayatan yang merupakan trauma atau kekerasan
bagi penderita yang menimbulkan berbagai keluhan dan gejala. Salah satu
indera lainnya.Pasien mengatakan nyeri pada luka operasi, (P) nyeri karena luka
insisi pembedahan, (Q) nyeri seperti tertusuk- tusuk, (R) nyeri perut kanan
63
bawah disekitar luka, (S) skala nyeri 5, (T) nyeri saat digerakkan, durasi 10
menit. Hal ini sudah sesuai dengan teori karena pada pasien post operasi akan
quantity yaitu kualitas/ kuantitas nyeri yang dirasakan, apakah nyeri bersifat
tumpul, seperti terbakar, berdenyut, tajam atau menusuk, region yaitu lokasi
nyeri yang dirasakan klien, scaleyaitu keparahan, misalnya skala nyeri 0 tidak
ada nyeri, skala nyeri 1-3 yaitu nyeri ringan, skala 4-6 yaitu nyeri sedang, skala
nyeri 7-10 yaitu nyeri berat, time yaitu berapa lama nyeri berlangsung, kapan,
apakah ada waktu-waktu tertentu yang menambah nyeri. Pada Tn. S skala nyeri
umum Tn. S sedang, Tn. S dalam kesadaran composmentis/ sadar penuh. Saat
nadi 80 kali/ menit dengan irama teratur dan kekuatan kuat, respirasi 18 kali/
menit dengan irama teratur, suhu 36,5C. Berdasarkan teori nyeri, pada awal
tampak kemerahan disekitar luka, agak bengkak, tidak ada pus, luka bersih,
panjang luka 15 cm, bising usus 12 kali/ menit, diperkusi tidak kembung/
timpani, dipalpasi tidak teraba adanya benjolan, nyeri disekitar luka bila
disentuh/ diraba/ ditekan pada perut kanan bawah (kuadaran 4). Data yang
Daerah yang sangat harus diperiksa untuk melihat apakah palpasi atau
petunjuk yang mengindikasi nyeri (Potter & Perry, 2005). Luka insisi post
operasi apendisitis itulah yang menyebabkan nyeri dimana secara anatomis luka
massaapendiks pada hari ke-4 sejak peradangan mulai apabila tidak terjadi
peritonitis umum (Lugo, 2004). Data yang didapatkan telah sesuai dengan teori
yaitu secara umum kegunaan USG adalah untuk menilai inflamasi dari
65
apendiks. USG pada kasus apendiksitis akut adalah bagian kiri yaitu sonogram
(Muttaqin, 2011).
B. Diagnosa keperawatan
komunitas terhadap masalah kesehatan yang actual dan potensial, atau proses
pembedahan). Nyeri akut adalah nyeri ini biasanya berlangsung tidak lebih dari
enam bulan. Awitan gejalanya mendadak, dan biasanya penyebab serta lokasi
nyeri sudah diketahui. Nyeri akut ditandai dengan peningkatan tegangan otot
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan
akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dengan
istilah seperti (International Association for the Study of Pain) awitan yang tiba-
tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang
66
dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan
posisi untuk menghindari nyeri, perubahan tonus otot (dengan rentang dari
2012)
analisa data dimana data subyektif pasien mengatakan nyeri pada luka operasi,
(P) : nyeri karena luka insisi pembedahan, (Q) : nyeri seperti tertusuk-tusuk, (R)
: nyeri perut kanan bawah disekitar luka, (S) : skala nyeri 5, (T) : nyeri saat
kesakitan saat bergerak, tekanan darah 160/80 mmHg, nadi 80 kali/ menit,
respirasi : 18kali/ menit, suhu 36,5C. Batasan karakteristik nyeri akut yaitu
(fisiologis, rasa aman nyaman, mencintai dan memiliki, harga diri dan
67
seperti istirahat tidur, pola perilaku, dan psikososial. Oleh karena itu nyeri harus
segera ditangani atau dibebaskan, terbebas dari nyeri merupakan salah satu
mengacu dari hasil analisa data dimana data subyektif pasien mengatakan ada
tampak kemerahan disekitar luka, panjang luka 15 cm, tidak ada pus, agak
(kurangnya informasi tentang nutrisi post operasi dan cara merawat luka).
68
Defisiensi pengetahuan adalah tidak ada atau kurang informasi kognitif tentang
dari hasil analisa data dimana data subyektif pasien mengatakan takut makan
secara akurat, performa uji tidak adekuat, perilaku yang tidak sesuai atau terlalu
2012).
(Carpenito, 2006).
C. Intervensi keperawatan
2012).
Pada diagnosa pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
3x24 jam nyeri berkurang dengan kriteria hasil : skala nyeri 2, tampak rileks,
mampu mengontrol rasa nyeri, tanda-tanda vital dalam batas normal tekanan
darah 140/80 mmHg, nadi 60-70 kali/ menit, respirasi 16-20 kali/ menit.
Intervensi yang dilakukan pada diagnosa pertama adalah kaji nyeri (P, Q, R, S,
dengan menggunakan minyak atau lotion rasional untuk menurunkan rasa nyeri,
nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini
70
nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare 2002 dalam Trullyen, 2013).
(Muttaqin, 2011).
jam kerusakan integritas jaringan kulit teratasi dengan kriteria hasil : integritas
kulit yang baik bisa dipertahankan, tidak ada tanda infeksi, skala nyeri 2, tanda-
tanda vital dalam batas normal suhu 36,5-37,5C. Intervensi yang dilakukan
pada diagnosa kedua adalah pantau area insisi rasional memberikan deteksi dini.
perawatan luka dan lakukan teknik aseptik dan antiseptik (cuci tangan 6 langkah
nutrisi post operasi dan cara merawat luka), tujuan dari tindakan yang dilakukan
pasien bertambah dengan kriteria hasil : mengerti nutrisi post operasi dan cara
merawat luka, dapat menjawab dengan benar. Intervensi yang dilakukan pada
diagnosa ketiga adalah kaji pengetahuan klien tentang nutrisi post operasi dan
cara merawat luka rasional untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien. Beri
penkes tentang nutrisi post operasi dan cara merawat luka rasional agar pasien
mengetahui tentang nutrisi dan cara merawat luka dengan benar. Berikan
evaluasi tentang materi yang diberikan rasional melihat sejauh mana pasien
D. Implementasi keperawatan
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan
dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2005).
diagnosa pertama yaitu nyeri akut dilakukan selama 3 hari mulai tanggal 12 -
tanda-tanda vital untuk mengetahui tekanan darah, nadi, respirasi, tindakan ini
72
(ketorolac 2x30 mg) untuk menurunkan atau menghilangkan nyeri (ISO, 2010).
relaksasi nafas dalam atas dasar penelitian yang dilakukan oleh dr. Irwan
Wijaya, dkk (2011) yang menyebutkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
adaptasi nyeri yang dimaksudkan dalam penelitian tersebut adalah skala nyeri.
setelah perlakuaan. Pada pasien yang dikelola penulis, skala nyeri turun dari
Menurut Guyton & Hall, 2007 dalam Thomas K & Arina, dengan
pemberian terapi back massage dapat merangsang serabut A beta yang banyak
terdapat di kulit dan berespon terhadap massage ringan pada kulit sehingga
impuls dominan berasal dari serabut A beta sehingga pintu gerbang menutup
diinterpretasikan sebagai nyeri (Guyton & Hall, 2007). Disamping itu, sistem
73
merupakan morfin alami tubuh sehingga memblok transmisi nyeri dan persepsi
simpatik dalam sistem saraf otonom (Rini, 2013).Teknik relaksasi nafas dalam
adalah teknik yang dilakukan untuk menekan nyeri pada thalamus yang
dihantarkan ke korteks cerebri dimana sebagai pusat nyeri, yang bertujuan agar
pasien dapat mengurangi nyeri selama nyeri timbul. Adapun hal-hal yang perlu
diperhatikan saat relaksasi adalah pasien harus dalam keadaan nyaman, pikiran
pasien harus tenang dan lingkungan yang tenang. Suasana yang relaks dapat
nyeri sepanjang saraf sensoris dan nosiseptor saraf perifer ke kornu dorsalis
persepsi nyeri, secara klinis apabila pasien dalam keadaaan rileks akan
neurotransmitter yang diproduksi oleh nucleus rafe magnus dan lokus seruleus
sehingga sistem analgetika ini dapat memblok sinyal nyeri pada dan A tempat
74
Teknik relaksasi nafas dalam yang baik dan benar akan memberi efek
yang berharga bagi tubuh, efek tersebut yaitu penurunan nadi, tekanan darah,
volunteer, perasaan damai dan sejahtera dan periode kewaspadaan yang santai,
jaringan kulit adalah memantau area insisi untuk memberikan deteksi dini.
luka dan lakukan teknik aseptik dan antiseptik (cuci tangan 6 langkah dengan
tentang nutrisi post operasi dan cara merawat luka rasional agar pasien
mengetahui tentang nutrisi dan cara merawat luka dengan benar, memberikan
evaluasi tentang materi yang diberikan untuk melihat sejauh mana pasien
adalah tentang pengertian nutrisi, diet post operasi, sumber nutrisi post operasi,
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi pada diagnosa pertama adalah nyeri akut dihari pertama, kamis
12 Maret 2015 dilakukan pukul pukul 13.00 WIB pasien mengatakan nyeri
karena luka operasi, (P) nyeri karena luka insisi pembedahan, (Q) nyeri seperti
kram atau kaku, (R) nyeri perut kanan bawah disekitar luka, (S) skala nyeri 4,(T)
nyeri saat bergerak, durasi 10 menit, pasien tampak memegangi perut saat
bergerak, tanda-tanda vital : tekanan darah 160/ 80 mmHg, nadi : 80 kali/ menit,
respirasi : 18 kali/ menit, suhu 36,5C. Masalah belum teratasi dan lanjutkan
pukul 13.30 WIB pasien mengatakan luka operasi masih nyeri, (P) nyeri karena
luka insisi pembedahan, (Q) nyeri melilit mules, (R) nyeri perut kanan bawah
disekitar luka, (S) skala nyeri 3, (T) nyeri hilang timbul, durasi 5 menit, pasien
relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat
(ketorolac).
Maret 2015 pukul 13.30 WIB pasien mengatakan nyeri luka operasi berkurang,
(P) nyeri karena luka insisi pembedahan, (Q) nyeri seperti digaruk, (R) nyeri
perut kanan bawah disekitar luka operasi, (S) skala nyeri 2, (T) nyeri hilang
timbul, durasi 5 menit. Pasien tampak lebih rileks dan berhati-hati saat bergerak,
tanda-tanda vital : tekanan darah 150/ 80 mmHg, nadi : 70 kali/ menit, respirasi
massage punggung dan teknik relaksasi nafas dalam selama 3 hari adalah skala
nyeri 5 dan setelah dilakukan tindakan massage punggung dan teknik relaksasi
nafas dalam adalah skala nyeri 2. Hal ini sama dengan teori yang dijelaskan
dalam jurnal dr. Irwan & dr. Margareth (2011), dengan penelitian pengaruh
Balige tahun 2011 distribusi nyeri yang dialami responden sebelum dilakukan
terapi (sebelum perlakuan) rata-rata nyeri ringan sebanyak 3 orang (25%), nyeri
sebanyak 7 orang (58,3%), nyeri sedang sebanyak 5 orang (41,7), dan yang
merasakan nyeri berat tidak ada (0%), maka mayoritas responden merasakan
relaksasi nafas dalam yang signifikan terhadap penurunan intensitas nyeri pada
pasien post appendiktomi di Zaal C RS HKHB Balige tahun 2011 (dr. Irwan &
cm, tidak ada pus, agak bengkak, tampak kemerahan disekitar luka. Masalah
pantau area insisi, lakukan perawatan luka dan lakukan teknik aseptik dan
Maret 2015 pukul 13.35 WIB pasien mengatakan lukanya sudah dibersihkan,
tampak luka kering, panjang luka 15 cm, tanda kemerahan sudah berkurang,
78
kali/ menit, respirasi : 20 kali/ menit, S : 36,5C. Masalah teratasi sebagian dan
perawatan luka dan lakukan teknik aseptik dan antiseptik, kolaborasi dengan
Maret 2015 pukul 13.35 WIB pasien mengatakan lukanya kering, tampak luka
kering, panjang luka 15 cm, tidak ada tanda-tanda infeksi (dolor, rubor, kalor,
kamis 12 Maret 2015 pukul 13.10 WIB pasien mengatakan takut makan telur
nutrisipost operasi dan cara merawat lukadan berikan evaluasi tentang materi
yang diberikan.
post operasi dan cara merawat luka. Pasien tampak bertanya dan sedikit
mengerti tentang nutrisi post operasi dan cara merawat luka. Masalahteratasi
Maret 2015 pukul 13.40 WIB pasien mengatakan sudah mengerti nutrisi post
BAB VI
A. Kesimpulan
punggung dan teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri
pada asuhan keperawatan Tn. S dengan post appendiktomi hari ke-2 diruang
mawar RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa :
1. Pengkajian
Pasien mengatakan nyeri pada luka operasi, (P) nyeri karena luka insisi
pembedahan, (Q) nyeri seperti tertusuk- tusuk, (R) nyeri perut kanan bawah
disekitar luka, (S) skala nyeri 5, (T) nyeri saat digerakkan, durasi 10 menit.
kemerahan disekitar luka, agak bengkak, tidak ada pus, luka bersih, panjang
80
luka 15 cm, bising usus 12 kali/ menit, diperkusi tidak kembung/ timpani,
dipalpasi tidak teraba adanya benjolan, nyeri disekitar luka bila disentuh/
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi keperawatan
nyeri berkurang dengan kriteria hasil : skala nyeri 2, tampak rileks, mampu
mengontrol rasa nyeri, tanda-tanda vital dalam batas normal tekanan darah
140/80 mmHg, nadi 60-70 kali / menit, respirasi 16-20 kali/ menit.
4. Implementasi keperawatan
5. Evaluasi keperawatan
hari ke-2 mampu mengurangi intensitas nyeri pada pasien yaitu skala nyeri
dalam selama 3 hari adalah skala nyeri 5 dan setelah dilakukan tindakan
massage punggung dan teknik relaksasi nafas dalam adalah skala nyeri 2.
B. Saran
2. Bagi penulis
relaksasi nafas dalam yang baik dan benar terutama pada pasien post
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Aziz Alimul Hidayat. 2004. Buku saku praktikum kebutuhan dasar manusia.
Monica Ester. Jakarta : EGC
Dermawan, Deden. 2012. Proses Keperawatan Konsep dan Kerangka Kerja. Jilid
1.Yogyakarta : Gosyen Publising.
Dinas Kesehatan Jawa Tengah. 2011. Profil Kesehatan, Data Angka Kejadian
Appendiksitis. Dikutip dalam Taufik 2011. Jawa Tengah
dr. Irwan Wirya, M.Kes & dr. Margareth Duma Sari, M.Kes.PengaruhPemberian
Masase Punggung Dan Teknik RelaksasiNafas Dalam
TerhadapPenurunan Intensitas Nyeri Pada PasienPost Appendiktomi Di
Zaal C RS HKBP. http://www.akperhkhb.ac.id/wp-content/uploads
/2013/07/Jurnal-Keperawatan-Akper-HKBP-Balige-Vol-1-No-1.pdf
Diakses pada tanggal 18 Februari 2015 (12:30).
Monahan, F. D., Neighbors, M., Sands, J. K., Marek, J.F. & Green, C. J. 2007.
Phipps Medical-Surgical Nursing : Health and Illness Perspectivess. 8th
ed. Philadelphia : Mosby Inc
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jilid 1.Jakarta : Salemba Medika
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
berdasarkan Diagnosa Medis Nanda NIC NOC. Yogyakarta : MedAction
Pasero, C. P. & McCaffery, M. 2005. Pain Control : No Self Report Means No Pain
Intensity Rating. America Journal of Nursing. 105(10): 50-53.
Potter, PA & Perry, AG. 2002. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep,
Proses, Praktek. EGC. Jakarta,
Potter, PA & Perry, AG. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep,
Proses, Praktek. Edisi 4.EGC. Jakarta.
Prasetyo, Sigit Nian. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Edisi 1.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Reksoprojo. 2005. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, FKUI. Jakarta. Binarupa Aksara
Rini Fitriani. 2013. Pengaruh Teknik relaksasi nafas dalam terhadap respon
adaptasi nyeri pada pasien inpartu kala 1 fase laten di RSKDIA Siti
Fatimah Makassar Tahun 2013. http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/kesehatan/article/download/62/35. Diakses 18
Februari 2015 (12:40).
Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan ; Teori dan
Praktik. Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sirait, Midian. 2010. ISO :Informasi Spesialite Obat Indonesia. Jakarta : PT. ISFI
Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC
Smeltzer & Bare 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 1, EGC. Jakarta
Smeltzer & Bare 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 2, EGC. Jakarta