DI SUSUN OLEH:
USI NURMUALIMAH
NIM. P.13124
DI SUSUN OLEH:
USI NURMUALIMAH
NIM. P.13124
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
USI NURMUALIMAH
NIM. P.13124
ii
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Mengetaui,
Ketua Program Studi DIII Keperwatan
STIKES Kusuma Husada
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Pemberian Teknik Relaksasi Terhadap Intensitas
Nyeri pada Pasien Post Operasi Fraktur Radius Sinistra 1/3 Distal.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagi pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Ns. Wahyu Rima Agustin M. Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Ns. Meri Oktariani M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan
yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
3. Ns. Alfyana Nadya R. M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat
menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
4. Ns. S. Dwi Sulisetyawati,S.Kep.,M.Kep, selaku dosen pembimbing
sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat,
memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam
bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Amalia Senja, S.Kep.,Ns,M.Kep, selaku dosen penguji yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini.
6. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan
wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
iv
7. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan
semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes
Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebut
satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan
ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan .......................................................................... 5
C. Manfaat Penulisan ........................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori .............................................................................. 8
1. Fraktur .................................................................................... 9
2. Pola Asuhan Keperawatan ..................................................... 18
3. Nyeri Post Operasi ................................................................. 26
4. Relaksasi Nafas Dalam .......................................................... 33
B. Kerangka Teori............................................................................. 36
BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Subjek Aplikasi Riset ................................................................... 37
B. Tempat dan Waktu ....................................................................... 37
C. Media atau Alat yang digunakan.................................................. 37
D. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ............................... 37
E. Alat ukur evaluasi tindakan aplikasi riset .................................... 38
BAB IV LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien .............................................................................. 39
B. Pengkajian .................................................................................... 40
1. Riwayat Kesehatan ................................................................. 40
vi
2. Pola Pengkajian Primer .......................................................... 42
3. Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional ................................. 42
4. Hasil Pemeriksaan Fisik ......................................................... 45
5. Pemeriksaan Penunjang ......................................................... 47
6. Terapi Medis .......................................................................... 47
C. Daftar Perumusan Masalah .......................................................... 48
D. Perencanaan.................................................................................. 49
E. Implementasi ................................................................................ 51
F. Evaluasi ........................................................................................ 56
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian .................................................................................... 60
B. Perumusan Masalah Keperawatan ............................................... 65
C. Perencanaan.................................................................................. 68
D. Implementasi ................................................................................ 74
E. Evaluasi ........................................................................................ 77
BAB V1 KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................. 80
B. Saran............................................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Gambar 2.1 Klasifikasi Fraktur ................................................. 12
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 4 Jurnal
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dunia atau 3000 kematian setiap hari dan menyebabkan cedera sekitar 6 juta
orang setiap tahunnya (Depkes 2007 & WHO, 2011). World Health
Organitation (WHO) mencatat pada tahun 2005 terdapat lebih dari tujuh juta
menjadi 61.606 insiden di tahun 2010 atau berkisar 168 insiden setiap hari dan
selain gizi dan konsumsi, sanitasi lingkungan, penyakit, gigi dan mulut, serta
aspek moralitas dan perolaku di Indonesia (Depkes RI, 2007). Kejadian fraktur
delapan juta orang mengalami fraktur dengan jenis yang berbeda. Insiden
fraktur di indonesia 5,5% dengan rentan setiap provinsi antara 2,2% sampai 9%
(Depkes, 2007).
Ruang Flamboyan 1 jumlah dalam satu periode adalah 203 pasien kasus hidup
dan mati dan rata-rata 159 pasien, yang di rawat di Ruang Flamboyan 1 adalah
1
2
tulang yang utuh yang biasanya disebabkan oleh trauma atau rudapaksa atau
tenaga fisik yang di tentukan jenis dan luasnya trauma (Lukman & Ningsih,
2012, hlm. 26). Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma
atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan
jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu
lengkap atau tidak lengkap (Price & Wilson, 2006). Pembedahan dan anestesi
Keluhan harus didiagnosis agar dasar patologinya dapat diobati. Keluhan dan
gejala yang sering dikemukakan adalah nyeri (Sjamsuhidayat & jong, 2005).
Nyeri pasca operasi mungkin sekali disebabkan oleh luka operasi, tetapi
penyebab dan letak nyeri dan keadaan penderitanya (Sjamsuhidayat & Jong,
2005).
kembali pada fungsi yang optimal dengan cemat, aman, dan senyaman
3
dalam durasi yang terbatas, lebih singkat dari waktu yang di perlukan untuk
pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu nyeri merupakan alasan yang
paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Nyeri bersifat subjektif dan
tidak ada individu yang mengalami nyeri yang sama. Oleh karena itu perawat
perlu mencari pendekatan yang paling efektif dalam upaya pengontrolan nyeri.
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri
tergolong menjadi dua golongan yaitu analgesik non narkotik dan analgesik
sensasi nyeri dapat berkurang serta masa pemulihan memanjang. Metode non
4
hanya beberapa detik atau menit, terutama saat nyeri hebat yang berlangsung
sederhana, efektif dan tanpa efek yang merugikan (Potter & Perry, 2006).
relaksasi perlu di ajarkan beberapa kali agar mencapai hasil yang optimal dan
relaksasi pada pasien yang mengalami nyeri khususnya pasien post operasi
nyeri yang hebat rata-rata pada dua jam pertama sesudah operasi karena
pengaruh obat anastesi sudah hilang, dan pasien sudah keluar dari kamar sadar.
Menurut Walsh dalam Harnawatiaj (2008) pada pasien post operasi seringkali
namun nyeri pasca bedah tidak dapat diatasi dengan baik, sekitar 50% pasien
Menurut Smeltzer (2002) dalam Suhartini dkk (2013), Oleh karena itu
penatalaksanaan nyeri pada pasien post operasi dapat dilakukan dengan 2 cara
disusun dalam laporan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Pemberian Teknik
Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
pada Ny. S dengan post operasi fraktur Radius Sinistra 1/3 Distal di Rumah
2. Tujuan Khusus
dalam terhadap nyeri post operasi pada Ny. Sdengan Fraktur Radius
C. Manfaat Penulisan
Karya tilis ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan
operasi fraktur.
7
d. Bagi Penulis
1. Sebagai sarana dan alat untuk mengurangi nyeri pada pasien post operasi.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Fraktur
a. Definisi
2005). Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang,
dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang
terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Price & Wilson, 2006).
tulang atau tulang rawan yang terjadi pada ekstremitas atas yang
jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf, pembuluh darah) dan fraktur
radius tertutup yang disebabkan oleh cedera pada lengan bawah baik
8
9
trauma langsung maupun trauma tidak langsung. Lalu 1/3 distal adalah
letak suatu patahan terjadi pada 1/3 bawah dari tungkai dan 1/3 proximal
adalah letak suatu patahan terjadi pada 1/3 atas dari tungkai (Noor, 2014)
b. Etiologi
Yunusul (2014).
1) Infeksi
2) Pukulan langsung
5) Gaya meremuk
c. Manifestasi Klinik
1) Nyeri
fragmen tulang.
3) Pemendekan Ekstremitas
karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur.
Fragmen sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5
cm (1 sampai 2 inci).
4) Krepitus
akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa
d. Jenis Fraktur
adalah:
kontaminasi.
12
struktur neurovascular.
tulang dan umur pasien. Fraktur lainnya adalah tingkat kesehatan pasien
jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang serat imatur. Waktu yang
steroid anabolik.
perbaikan.
g. Komplikasi Fraktur
dilakukan pembedahan.
15
ditangani segera.
2) Komplikasi lanjut
osteoporosis, refraktur.
(4) Komplikasi pada syaraf : tardy nerve palsy yaitu saraf menebal
h. Penatalaksanaan Fraktur
1) Pembedahan
bersamaan.
dan jumlah tulang yang hilang karena injuri. Graft tulang mungkin
dari tulang pasien sendiri (autograft) atau tulang dari tissue bank
(allograft).
17
Gambar 2.2 (a) fiksasi internal, (b) fiksasi internal, (c) graft tulang
tanda vital selama 4 jam, kemudian setiap 4 jam sekali selama 1-3 hari
100-150 mL/hr setelah 4 jam pertama. Rubah posisi klien setiap 2 jam
2. Asuhan Keperawatan
1) Sirkulasi
trombus).
2) Integritas ego
stimulasi simpatis.
4) Pernafasan
5) Keamanan
b. Diagnosa Keperawatan
gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat traksi
c. Intervensi
gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat traksi
Kriteria hasil :
Intervensi :
kooperatif.
nyeri.
Kriteria hasil :
tanpa dibantu.
Intervensi :
optimal.
pulih kembali.
Kriteria hasil :
Intervensi :
2) Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka
mempermudah intervensi.
debridement.
Rasional : balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung
Kriteria hasil :
karakteristik :
0 = mandiri
Intervensi
peralatan
4) Ajarkan dan dukung klien dalam latihan ROM aktif dan pasif
ketahanan otot.
klien.
d. Implementasi
(Wilkinson, 2006).
e. Evaluasi
keperawatan.
a. Definisi
individual. Nyeri tidak lagi dipandang sebagai kondisi alami dari cidera
atau trauma yang akan berkurang secara bertahap seiring waktu, karena
rawat inap di rumah sakit dan stress (Helmi, 2013). Nyeri juga dapat
1) Nyeri somatik dalam (deep somatic pain) adalah nyeri yang terjadi
iskemia.
27
interna.
3) Nyeri sebar (radiasi) adalah sensasi nyeri yang meluas dari sensasi
mengalami amputasi.
5) Nyeri alih (reffered pain) adalh nyeri yang timbul akibat adanya
1) Usia
2) Jenis Kelamin
jenis kelamin.
3) Kebudayaan
4) Makna Nyeri
Hal ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya
5) Perhatian
yang perifer.
6) Ansietas
7) Keletihan
kemampuan koping. Hal ini dapat menjadi masalah umum pada setiap
dapat terasa lebih berat lagi. Nyeri sering kali lebih berkuarang setelah
30
8) Pengalaman sebelumnya
menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang.
nyeri tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri yang berat, maka
9) Gaya koping
tidak berdaya dengan rasa sepi itu. Hal yang sering terjadi adalah klien
tertekan.
d. Intensitas Nyeri
sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran
mengetahui pola nyeri dan tipe terapi yang digunakan untuk menangani
32
memperingan nyeri (Potter and Perry 2006). Smletzer dan Barre (2002),
yang dikemukakan oleh Agency for Health Care Policy and Research
(AHCPR) : (1) skala analog visual, (2) skala numeric rating scale dan, (3)
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
a. Definisi
(Tamsuri, 2012).
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien atau
b. Jenis Relaksasi
3) Regangan
4) Senaman
6) Bertafakur
7) Yoga
34
menurunkan kecemasan.
3) Minta pasien untuk menarik nafas melalui hidung secara pelan, dalam
partisipasi individu dan kerja sama. Teknik relaksasi diajarkan hanya saat
klien sedang tidak merasakan rasa tidak nyaman yang akut hal ini
35
Intensitas Nyeri
itu jika trauma (insisi) sembuh maka nyeri juga akan hilang.
B. Kerangka Teori
Teknik relaksasi :
1. Relaksasi nafas dalam
2. Gambaran dalam fikiran Intensitas nyeri :
Gambar 2.6
Sumber: Smeltzer, SC & Barre, BG 2002, dalam Yunuzul, 2014 Buku ajar keperawatan
medikal bedah bruner & suddart, Edisi 2, Vol 1, Hal 218, EGC, Jakarta
BAB III
Subyek aplikasi ini adalah pasien Ny.S dengan post operasi fraktur radius
sinistra 1/3 distal yang berada di Bangsal Flamboyan 1 RSUD Salatiga, pasien
pasca operasi fraktur yang bersedia menjadi responden, belum mendapatkan
teknik relaksasi.
relaksasi nafas dalam terhadap penurun nyeri post operasi fraktur. Prosedur
36
37
7. Menarik nafas lagi dari dalam hidung dan hembuskan melalui mulut secara
E. Alat ukur
Gambar 3.1
LAPORAN KASUS
Post Operasi Fraktur Radius Sinistra 1/3 Distal, yang dilaksanakan pada tanggal
A. Identitas Klien
pasien bernama Ny.S umur 31 tahun, agama islam, pendidikan DII PGSD,
masuk rumah sakit 11 Januari 2016 dengan diagnosa medis Fraktur Radius
Sinistra 1/3 Distal, No. Registrasi 321744, dokter yang merawat adalah dr.J.
38
39
B. Pengkajian
1) Riwayat Kesehatan
tangan sebelah kiri, nyeri dirasakan pada saat post operasi. Pada riwayat
kemudian pada jam 10:00 pasien di rujuk di RSUD Salatiga di IGD pasien
Sinistra 1/3 Distal dan akan dilakukan operasi pemasangan ORIF, kemudian
suaminya dan memiliki dua orang anak laki-laki, dalam silsilah keluarga
Ny.S tidak ditemukan penyakit menurun seperti DM, Hipertensi, TBC dan
lain-lain.
40
Keterangan :
Tinggal
:Perempuan serumah
:Pasien
:Yang meninggal
: Garis keturunan
sampah.
41
way atau jalan nafas tidak ada sumbatan, breathing terlihat pengembangan
dada kanan kiri simetris, pada vokal premitus kanan kiri sama, perkusi
sonor, Auskultasi tidak terdapat sumbatan jalan nafas, tidak ada suara nafas
permenit, tekanan darah 130/80 mmHg, cappylary reffil kurang dari dua
enak bisa main kemana-mana dan keluarga pasien mengatakan sehat itu
penting dan mahal harganya maka dijaga kesehatannya karena saat kita
makan 3 kali sehari satu porsi habis dengan nasi, sayur, lauk, air putih.
Selama sakit pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan makanan yang
jumlah urin kurang lebih 200cc, warna kuning kemerahan bau khas, dan
tidak ada keluhan, BAB sebelum sakit, frekuensi 1 kali sehari, lunak
42
berbentuk, dan tidak ada keluhan. Pola eliminasi selama sakit BAK
frekuensi 5-6 kali sehari, jumlah urin kurang lebih 200cc, warna kuning
kemerahan bau khas, dan tidak ada keluhan, BAB frekuensi 1 kali sehari,
Pola istirahat dan tidur, sebelum sakit pasien mengatakan bisa tidur
nyenyak baik malam hari maupun siang hari. Tidur malam hari kurang lebih
7 jam dan siang hari kurang lebih 1 jam. Selam sakit, pasien mengatakan
dapat tidur pada malam hari dan siang hari namun tidak nyenyak karena
ada gangguan pernafasan maupun alat indra lainnya. Selama sakit pasien
mengatakan nyeri post operasi pada pergelangan tangan sebelah kiri saat
hilang timbul kurang lebih 5-10 menit, ekspresi wajah pasien meringis
kesakitan.
43
adalah seorang perempuan yang tampak sehat, ideal diri keluarga pasien
mengatakan pasien selalu berusaha menjadi istri yang baik untuk keluarga,
peran diri pasien mengatakan dirinya adalah seorang istri dan ibu bagi
30 tahun yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Selama sakit gambaran
ranjang, ideal diri keluarga pasien mengatakan pasien ingin cepat sembuh,
peran diri selama sakit pasien tidak bisa beraktivitas seperti biasa, identitas
keluarga, dan orang sekitar, selama sakit hubunganya dengan keluarga dan
masyarakat masih tetap baik begitu juga dengan karyawan yang ada di
rumah sakit.
sakit pasien mengatakan sudah menikah dan mempunyai 2 orang anak laki-
laki, selama sakit pasien mengatakan selama di rumah sakit tidak pernah
alat kelamin.
44
masalah selalu bercerita dengan orang tua dan keluarga, selama sakit pasien
dan jika ada masalah pasien selalu membicarakannya dengan orang tua dan
keluarga.
beragama islam dan rajin melaksanakan sholat 5 waktu, selama sakit pasien
didapatkan bentuk kepala mesocepal, kulit kepala bersih tidak ada ketombe,
rambut hitam kuat dan tidak kering. Pemeriksaan mata didapatkan fungsi
penglihatan baik, mata simetris kanan dan kiri, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik, pupil mengecil saat terkena cahaya, tidak menggunakan
alat bantu penglihatan. Pemeriksaan hidung bentuk simetris, bersih tidak ada
polip, tidak terdapat sekret. Pemeriksaan mulut bersih, simetris kanan kiri,
mukosa bibir tidak kering. Pemeriksaan gigi bersih, tidak ada karang gigi.
Pemeriksaan telinga bentuk simetris kanan dan kiri, dan tidak ada sekret,
45
kelenjar thiroid.
Pemeriksaan dada paru inspeksi bentuk dada simetris, tidak ada lesi
atau bekas jahitan, palpasi getaran paru kanan dan kiri sama, perkusi peka
diseluruh lapang paru, auskultasi tidak ada suara nafas tambahan. Jantung
palpasi ictus cordis teraba di ICS ke 5 kiri, perkusi tidak ada pelebaran
simetris tidak ada lesi, auskultasi bissing usus 16x/menit, perkusi peka di
kuadran 1 dan 2,3,4 timpany, palpasi tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri
tekan di 4 kuadran. Genetalia bersih tidak ada luka. Rektum bersih tidak
terdapat hemoroid.
perubahan bentuk tulang tidak ada, perubahan akral hangat, kekuatan otot
kiri 3, ROM terbatas karena nyeri post operasi fraktur, capilary refile <2
Ekstremitas bawah kekuatan otot kanan dan kiri 5, ROM kanan dan kiri
aktif, capilary refile <2 detik, perubahan bentuk tulang tidak ada, perubahan
akral hangat.
46
5) Pemeriksaan Penunjang
(nilai normal 4,5-11 10^3/UL), Eritrosit 4,88 10^6/UL (nilai normal 4-5
35,5 % (nilai normal 38,00-47,00 %), MCV 72,8 fL (nilai normal 86-108
fL), MCH 24,2 pg (nilai normal 28-31 pg), MCHC 33,2 g/dL (nilai normal
Gaolongan darah AB, PTT 15,1 detik (nilai normal 11-18 detik), APTT 40,4
detik (nilai normal 27-41 detik), Glukosa darah sewaktu 109 mg/dl (nilai
spur tampak dislokasi Carpoulnaris Sn, tak tampak lesi litik porotik dan
6) Terapi Medis
Januari 2016, cairan infus Asering 500cc, dosis 20tpm, golongan larutan
dan kehilangan ion alkali dari tubuh. Ranitidin, 25mg/12 jam, golongan obat
jam, golongan analgesik non narkotik, fungsi obat untuk mengurangi nyeri
saluran cerna, fungsi menekan sekresi asam lambung. Cefixim, 1gr/12 jam,
golongan sefalosporin, fungsi infeksi sekunder pada luka atau luka bakar.
karena post operasi Radius Sinistra 1/3 Distal. Quality nyeri seperti ditusuk-
tusuk. Region nyeri pada pergelangan tangan sebelah kiri. Scale, skala nyeri 6.
Time nyeri ± 5-10 menit hilang timbul. Selain data subjektif juga didapatkan
data objektif sebagai berikut pasien tampak kesakitan saat pergelangan tangan
subjektif dan objektif diatas dapat diambil diagnosa nyeri akut berhubungan
kekuatan otot tangan kiri 5/3, pergelangan tangan kiri ditutup dengan balutan
elastic bandage. Dari data subjektif dan objektif diatas dapat diambil diagnosa
mengatakan ada jahitan luka post operasi pada pergelangan tangan sebelah kiri.
Data objektif di pergelangan tangan terlihat terdapat jahitan luka post operasi
dan ditutup dengan balutan elastic. Dari data subjektif dan objektif diatas dapat
turgor.
D. Perencanaan
keperawatan nyeri akut berkurang. Dengan kriteria hasil nyeri terkontrol pada
skala 2-3, tidak ada nyeri saat mobilitas, pasien tidak terlihat kesakitan, TTV
Pernafasan : 16-24x/menit.
fisik post operasi radius sinistra 1/3 distal adalah sebagai berikut, lakukan
nyeri sedang sampai berat secara segera. Monitor vital sign dengan rasional
terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan dengan rasional
pemulihan. Lakukan latihan ROM aktif dan pasif dengan rasional melenturkan
otot agar tidak kaku dan merangsang kontraksi otot. Intruksikan pasien dan
dengan perubahan turgor adalah sebagai berikut. Jaga kebersihan kulit agar
tetap bersih dan kering dengan rasional untuk meminimalisir terjadinya infeksi.
sudah dirumah dengan rasional agar luka tetap bersih. Kolaborasikan dengan
dokter saat pemberian antiseptik dengan rasional agar tidak terjadi infeksi luka.
E. Implementasi
cidera fisik post operasi radius sinistra 1/3 distal, yaitu mengkaji nyeri klien
sebelum diberikan terapi relaksasi nafas dalam dan klien merespon dengan
klien mengatakan nyeri post operasi radius sinistra 1/3 distal, rasanya seperti
ditutusk-tusuk, dengan skala nyeri 6 dan dirasakan hilang timbul kurang lebih
5-10 menit. Ekspresi wajah pasien tampak meringis kesakitan, jam 16:15 WIB,
51
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam (sesuai jurnal) dan klien merespon
mengatakan mau diajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Pasien tampak bisa
nyeri setelah diberikan terapi relaksasi nafas dalam dan klien merespon klien
mengatakan nyeri post operasi radius sinistsra 1/3 distal, rasanya seperti
ditusuk-tusuk, dengan skala nyeri 4 dan dirasakan hilang timbul kurang lebih
5-10 menit. Ekspresi wajah pasien tampak meringis kesakitan, jam 16:35 WIB,
injeksi (kerorolac, ranitidin, cefitri). Injeksi masuk melalui selang intra vena,
jam 16:45 WIB, memonitor TD, nadi, suhu, RR klien merespon mengatakan
20x/menit, S 36,2oC, jam 16:50 WIB, memberikan posisi semi flower dan klien
merespon mengatakan mau diberikan posisi semi flower. Pasien tampak rileks.
otot yaitu dengan menkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi dan klien
tangan kiri 5/3, terdapat luka jahitan, post operasi fraktur, dibalut dengan
balutan elastic, jam 17:10 WIB, melatih pasien ROM sesuai kemampuan dan
intruksikan pasien dan keluarga bagaimana cara melakukan ROM dan klien
pasien tampak senang dan paham apa yang telah diajarkan, jam 17:30 WIB,
dengan jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering dan klien merespon
meningkatkan proses penyembuhan luka yang ditutup dengan jahitan dan klien
merespon mengatakan mau dibersihkan luka. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan
tidak ada pus, jam 18:00 WIB, intruksikan kepada pasien untuk selalu
membersihkan luka bila sudah di rumah dan klien merespon mengatakan siap
mengerti. Pasien tampak paham, jam 18:10 WIB, kolaborasi dengan dokter
saat permberian antiseptik dan klien merespon mengatakan mau direikan obat.
implementasi untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
post operasi radius sinistra 1/3 distal, yaitu mengkaji nyeri klien sebelum
diberikan terapi relaksasi nafas dalam dan klien merespon dengan klien
mengatakan nyeri post operasi radius sinistra 1/3 distal, rasanya seperti
ditutusk-tusuk, dengan skala nyeri 3 dan dirasakan hilang timbul kurang lebih
5-10 menit. Ekspresi wajah pasien tampak meringis kesakitan, jam 09:35 WIB,
53
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam (sesuai jurnal) dan klien merespon
mengatakan mau diajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Pasien tampak bisa
nyeri setelah diberikan terapi relaksasi nafas dalam dan klien merespon klien
mengatakan nyeri post operasi radius sinistsra 1/3 distal, rasanya seperti
ditutusk-tusuk, dengan skala nyeri 2 dan dirasakan hilang timbul kurang lebih
5-10 menit. Ekspresi wajah pasien tampak meringis kesakitan, jam 09:50 WIB,
memberikan posisi semi flower dan klien merespon mau diberikan posisi semi
otot yaitu dengan mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi dan klien
tangan kiri 5/3, terdapat luka jahitan, post operasi fraktur, dibalut dengan
balutan elastic, jam 10:10 WIB, melatih pasien ROM sesuai kemampuan dan
intruksikan pasien dan keluarga bagaimana cara melakukan ROM dan klien
pasien tampak senang dan paham apa yang telah diajarkan, jam 10:30 WIB,
memonitor TD, nadi, suhu, RR dan klien merespon mengatakan mau diperiksa.
36,5oC.
54
luka yang ditutup dengan jahitan dan klien merespon mengatakan mau
dibersihkan luka. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan tidak ada pus, jam 10:50
WIB, intruksikan kepada pasien untuk selalu membersihkan luka bila sudah di
rumah dan klien merespon mengatakan siap mengerti. Pasien tampak paham.
implementasi untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
post operasi radius sinistra 1/3 distal, yaitu mengkaji nyeri klien sebelum
diberikan terapi relaksasi nafas dalam dan klien merespon dengan klien
mengatakan nyeri post operasi radius sinistsra 1/3 distal, rasanya seperti
kesemutan, dengan skala nyeri 1 dan dirasakan hilang timbul kurang lebih 5-10
menit. Ekspresi wajah pasien tampak meringis menyeringai, jam 07:35 WIB,
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam (sesuai jurnal) dan klien merespon
mengatakan mau diajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Pasien tampak bisa
nyeri setelah diberikan terapi relaksasi nafas dalam dan klien merespon klien
mengatakan nyeri post operasi radius sinistsra 1/3 distal, rasanya seperti
kesemutan, dengan skala nyeri 1 dan dirasakan hilang timbul kurang lebih 5-10
otot yaitu dengan mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi dan klien
mulai mampu melakukan ambulasi dikit demi sedikit, jam 08:05 WIB, melatih
sebelah kiri, jam 08:15 WIB, intruksikan pasien dan keluarga bagaimana cara
ROM. Pasien dan keluarga pasien tampak senang dan paham apa yang telah
F. Evaluasi
2016 dilakukan pada jam 18:30 WIB, dengan metode SOAP. Respon Subjektif
klien mengatakan nyeri post operasi radius sinistra 1/3 distal, rasanya seperti
ditusuk-tusuk, dengan skala nyeri 6 dan dirasakan hilang timbul kurang lebih
tangannya tetapi pelan-pelan. Respon Objektif kekuatan otot tangan kiri 5/3,
pergelangan tangan sebelah kiri terdapat luka jahitan post operasi dan dibalut
dilanjutkan, kaji kemampuan pasien dalam ambulasi, lakukan ROM aktif atau
metode SOAP. Respon Subjektif klien mengatakan ada jahitan luka post
tangan sebelah kiri terdapat luka jahitan post operasi dan ditutup dengan
dilanjutkan, monitor kulit adanya kemerahan, jaga kebersihan kulit agar tetap
2016 dilakukan pada jam 11:00 WIB, dengan metode SOAP. Respon Subjektif
klien mengatakan nyeri post operasi radius sinistra 1/3 distal, rasanya seperti
ditusuk-tusuk, dengan skala nyeri 2 dan dirasakan hilang timbul kurang lebih
dokter(pemberian obat).
tangannya tetapi pelan-pelan. Respon Objektif kekuatan otot tangan kiri 5/3,
pergelangan tangan sebelah kiri terdapat luka jahitan post operasi dan dibalut
dilanjutkan, kaji kemampuan pasien dalam ambulasi, lakukan ROM aktif atau
metode SOAP. Respon Subjektif klien mengatakan ada jahitan luka post
tangan sebelah kiri terdapat luka jahitan post operasi dan ditutup dengan
dilanjutkan, monitor kulit adanya kemerahan, jaga kebersihan kulit agar tetap
2016 dilakukan pada jam 08:35 WIB, dengan metode SOAP. Respon Subjektif
klien mengatakan sudah tidak merasakan nyeri skala nyeri turun menjadi 1.
tangannya tetapi pelan-pelan. Respon Objektif kekuatan otot tangan kiri 5/3,
pergelangan tangan sebelah kiri terdapat luka jahitan post operasi dan dibalut
dilanjutkan, ajarkan pasien dalam ambulasi, ajarkan ROM aktif atau pasif,
metode SOAP. Respon Subjektif klien mengatakan ada jahitan luka post
tangan sebelah kiri terdapat luka jahitan post operasi dan ditutup dengan
PEMBAHASAN
Bab ini penulis akan membahas tentang pemberian Teknik Relaksasi Nafas
Dalam Terhadap Intensitas Nyeri pada Asuhan Keperawatan Ny.S dengan Post
Operasi Fraktur Radius Sinistra 1/3 Distal di Ruang Flamboyan 1 RSUD Salatiga.
A. Pengkajian
15:00 WIB didapatkan Ny.S mengalami post operasi fraktur radius sinistra 1/3
distal. Menurut teori Brunner dan Suddart (2002) dalam Yunuzul (2014), salah
satu penatalaksanaan bedah ortopedi pada pasien fraktur adalah ORIF (Open
patah yang telah direksi dengan sekrub, plat, paku dan pin logam.
nyeri, untuk intensitas skala nyeri 0 menunjukkan tidak ada nyeri, skala nyeri
1-3 menunjukkan nyeri ringan, skala nyeri 4-6 menunjukkan nyeri sedang,
59
60
untuk skala nyeri 7-9 menunjukkan nyeri hebat dan skala nyeri 10
(Noor, 2014).
klinik bisa berupa fraktur terbuka yang disertai kerusakan jaringan lunak (otot,
kulit, jaringan saraf, pembuluh darah) dan fraktur radius tertutup yang
disebabkan oleh cedera pada lengan bawah baik trauma langsung maupun
nyeri pada post operasi fraktur radius sinistra 1/3 distal dengan skala nyeri 6,
pasien mengeluh nyeri pada luka post operasi dan bertambah nyeri saat
warna. Agen cidera fisik (post operasi radius sinistra 1/3 distal). Menurut
bersifat individual. Nyeri tidak lagi dipandang sebagai kondisi alami dari
cidera atau trauma yang akan berkuarang secara bertahap seiring waktu, karena
nyeri yang tak mereda dapat menyebabkan komplikasi, peningkatan lama rawat
pendeskripsi kata. Dalam hal ini klien menilai nyeri dengan menggunakan
61
skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri
aktivitas latihan selama sakit, klien melakukan aktivitas seperti makan, minum,
toileting, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, dibantu orang lain dengan nilai
Donna D, (2006) dalam Wahid (2013), penurunan aktivitas dan latihan pada
pasien fraktur karena adanya nyeri dan keterbatasan gerak, maka semua bentuk
kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu
istirahat tidur karena nyeri setelah operasi, klien tampak meringis kesakitan.
Menurut Lukman dan Ningsih (2009), adanya kesulitan dalam istirahat tidur
akibat dari nyeri. Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak,
sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan klien (Wahid, 2013).
sebelah kiri saat bergerak, rasanya seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 6 dan
dirasakan hilang timbul kurang lebih 5-10 menit, klien tampak meringis
pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur,
62
sedangkan pada indera yang lain tidak timbul gangguan. Begitu juga pada
kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri
akibat fraktur. Pada teori dibuktikan salah satu akspresi wajah dari nyeri yaitu
adanya gerakan tubuh yang khas dan ekspresi wajah yang mengidikasikan
memegang pada bagian yang terasa nyeri, postur tubuh membengkok (Perry &
Potter, 2006).
Hasil pengkajian pada pola persepsi dan konsep diri dan pada ideal diri
mendapatkan dukungan dan solusi yang baik buat sakitnya. Hal ini dibuktikan
dalam teori bahwa untuk membantu klien mencapai kembali kontrol dan
klien pasca operasi tanda-tanda vital mengalami ketidak normalan karena ada
darah dapat terjadi sebagai respon terhadap nyeri yang dirasakan atau terkait
dengan penyakit klien. Nyeri dapat menjadi suatu stressor bagi pasien.
nyeri dan dalam upaya meningkatkan suplai oksigen dalam darah. Hal ini
pergerakan terbatas karena terpasang infus, capilary refile <2 detik, perubahan
bentuk tulang tidak ada, perubahan akral hangat, kekuatan otot kiri 3, ROM
terbatas karena nyeri post operasi fraktur, capilary refile <2 detik, perubahan
kekuatan otot kanan dan kiri 5, ROM kanan dan kiri aktif, capilary refile <2
dapat segera atau sekunder akibat pembengkakan atau nyeri (Lukman dan
dan pengkajian kekuatan otot sangat penting dilakukan apabila klien mengeluh
rasa nyeri pada ekstremitas atau kehilangan fungsi sendi atau otot (Potter &
Perry, 2010).
lunak dan tulang pada radius (Noor, 2014). Hasil rontgen yang pertama pada
tanggal 12 Januari 2016 dengan hasil menunjukkan adanya garis patah pada
tulang radius sinistra 1/3 distal. Hasil rontgen yang kedua pada tanggal 14
Januari 2016 dengan hasil tampak soft tissue swelling Antebrachi Sn 1/3 distal,
64
dan spur tampak dislokasi Carpoulnaris Sn, tak tampak lesi litik porotik dan
lekosit yaitu 9,03 10^3/UL dengan nilai normal 4,5-11 10^/UL. Hal ini dapat
dijelaskan dalam teori Lukman dan Ningsih (2009), yang menjelaskan bahwa
peningkatan sel darah putih atau lekosit adalah proses stres normal setelah
trauma.
ion alkali dari tubuh. Ranitidin, 25mg/12 jam, golongan obat saluran cerna,
berhubungan dengan agen cidera fisik (post operasi radis sinistra 1/3 distal).
Nyeri akut adalah suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak
Assosiation For The Study Of Pain), awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diatasi atau diprediksi
cidera fisik (post operasi radius sinistra 1/3 distal) karena pasien post operasi
hari ke 1 dengan keluhan utama nyeri. Data subjektif yang didapatkan nyeri
karena post operasi dan bertambah nyeri saat bergerak, nyeri seperti ditusuk-
tusuk, nyeri pada pergelangan tangan sebelah kiri, skala nyeri 6, nyeri hilang
composmentis, tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 80 kali permenit, suhu 36,2
derajat celcius, pernafasan 20 kali permenit. Dalam teori, nyeri akut adalah
akibat kerusakan jaringan yang aktual atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa (International Association for the Study of Pain) awitan tiba-
tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
perubahan autonommik dari tonus otot (dapat dalam rentang tidak berenergi
terhadap rangsang dan menarik nafas panjang), gangguan tidur (mata terlihat
sayu, gerakan tidak teratur atau tidak menentu dan menyeringai) (Walkinson,
2011).
Menurut teori Potter dan Perry (2006), respon individu terhadap nyeri
ditunjukan dengan adanya gerakan tubuh yang khas dan ekspresi wajah yang
yang terasa nyeri, postur tubuh membengkok dan ekspresi wajah yang
menyeringai. Pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
(post operasi radius sinistra 1/3 distal) di dapatkan Data Objektif pasien
:20x/menit.
pergelangan tangan), terdapat fraktur radius sinistra 1/3 distal, terpasang elastik
bandage akral teraba hangat, kekuatan otot 3. Penurunan kekuatan otot yang
motorik pada bagian yang terkena dapat segera atau sekunder akibat
yang didapatkan pasien mengatakan ada jahitan luka post operasi pada
terlihat terdapat jahitan luka post operasi dan ditutup dengan balutan elastic.
Menurut teori Potter (2006), menjelaskan bahwa luka bedah mengalami stres
selama masa penyembuhan. Stres akibat nutrisi yang tidak adekuat, gangguan
stres fisik. Regangan jahitan akibat batuk, muntah, distensi, dan gerakan bagian
tubuh dapat mengganggu lapisan luka. Perawat harus melindungi luka dan
mempercepat penyembuhan.
C. Perencanaan
fisik post operasi fraktur radius sinistra 1/3 distal, penulis menyusun rencana
3x24 jam nyeri teratasi dengan kriteria hasil, pasien melaporkan nyeri
berhubungan dengan agen cidera fisik (post operasi radius sinistra 1/3 distal)
frekuensi, intensitas dan faktor preptasinya. Hal ini sesuai dengan teori Brunner
dan Suddart (2002), yang menyatakan deskripsi verbal tentang nyeri, individu
merupakan penilai terbaik dari nyeri yang dialaminya dan karenanya harus
lebih berfokus pada aktivitas dari pada nyeri dengan pengalihan atau
nafas dalam untuk mengurangi rasa nyeri. Hal ini sesuai dengan teori Smeltzer
(2002) dalam Suhartini dkk (2013), yang menyatakan bahwa salah satu strategi
dokter jika tindakan tidak berhasil dan pastikan pemberian analgesik. Hal ini
disesuaikan dengan teori Smeltzer (2002) dalam Suhartini dkk (2013), yang
69
suhu, tubuh, denyut nadi, frekuensi nafas, pernafasan dan tekanan darah. Tanda
vital mempunyai nilai sangat tinggi pada fungsi suhu tubuh. Adanya perubahan
nadi. Semua tanda vital tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
Perubahan tanda vital dapat terjadi bila tubuh dalam kondisi aktivitas atau
kemampuan pasien dalam mobilitas. Hal ini menurut teori Potter dan Perry
(2006), bahwa pengkajian mobilitas klien berfokus pada rentang gerak, gaya
terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan. Menurut Potter
dan Perry (2006), latihan terapeutik diresepkan oleh dokter dan dilakukan
dan pasif. Menurut Muttaqin (2012), latihan ROM bertujuan untuk memelihara
pasien dan keluarga bagaimana cara melakukan ROM. Menurut teori Potter
dan Perry (2006), orang yang depresi, khawatir atau cemas, sering tidak tahan
Klien khawatir atau cemas lebih mudah lelah karena mengeluarkan energi
cukup besar dalam kekuatan dan kecemasan, jadi mereka mengalami keletihan
keperawatan selama 3x24 jam kerusakan integritas kulit dapat teratasi dengan
adalah jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering. Menurut teori
(pembengkakan), fungsiolaesa.
jahitan. Hal ini menurut teori Potter (2006), menjelaskan bahwa luka bedah
mengalami stres selama masa penyembuhan. Stres akibat nutrisi yang tidak
risiko lambatnya stres fisik. Regangan jahitan akibat batuk, muntah, distensi,
dan gerakan bagian tubuh dapat mengganggu lapisan luka. Perawat harus
bedah yang bersih biasanya tidak kuat menghadapi stres normal selama 15
mengganti balutan dan merawat luka. Drain bedah harus tetap paten sehingga
akumulasi sekret dapat keluar dari dasar luka. Observasi luka secara terus-
72
pasien untuk selalu membersihkan lukanya bila sudah di rumah. Hal ini
menurut teori Potter (2006), mengungkapkan bahwa cara menjaga luka agar
tetap bersih dan kering yaitu pilih balutan yang menjaga permukaan kulit yang
utuh (periulkus) disekitarnya tetap kering sambil menjaga dasar luka tetap
lembab.
dengan dokter saat pemberian antiseptik. Menurut teori Yusuf (2009), dalam
pemberian obat ada beberapa macam jenis golongan obat yaitu obat anti
intravaskular.
73
D. Implementasi
dasar, meninjau dan merevisi rencana asuhan yang telah dibuat, dan
2009).
implementasi untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
post operasi radius sinistra 1/3 distal, yaitu melakukan pengkajian nyeri
sebelum diberikan terapi relaksasi nafas dalam. Respon pasien saat dilakukan
nyeri pada pergelangan tangan sebelah kiri, nyeri bertambah ketika bergerak.
Quality nyeri seperti ditusuk-tusuk, Region nyeri dibagian tangan sebelah kiri
siku sampai pergelangan tanga, Scale skala nyeri 6, Time nyeri kurang lebih 5-
agen cidera fisik post operasi radius sinistra 1/3 distal yang dilakukan yaitu
dilakukan antara lain ciptakan lingkungan yang tenang, jaga privasi pasien,
usahakan agar kosentrasi, menarik nafas dari dalam hidung secara perlahan-
melalui mulut sambil menghitung dalam hati “hembuskan, dua, tiga”, menarik
nafas lagi dari dalam hidung dan hembuskan melalui mulut secara perlahan-
74
lahan sama seperti prosedur sebelumnya, ulangi lagi dengan selingi istirahat
dilakuakan tindakan pemberian nafas dalam selama tiga hari nyeri pasien
yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau
(Suhartini dkk, 2013). Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Suhartini dkk,
2013) teknik relaksasi nafas dalam mampu menurunkan skala nyeri 95%. Hal
menunjang nyeri. Teknik relaksasi nafas dalam mampu menurunkan nyeri pada
pasien pasien pasca operasi, hal ini terjadi karena relative kecilnya peran otot-
otot skeletal dalam nyeri pasca operasi atau kebutuhan pasien untuk melakukan
teknik relaksasi nafas dalam secara efektif (Suhartini dkk, 2013). Teknik
relaksasi merupakan metode yang dapat dilakukan terutama pada pasien yang
relaksasi perlu diajarkan beberapa kali agar mencapai hasil yang optimal dan
menunjukan bahwa teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri pasca operasi. Hal
ini terjadi karena relative kecilnya otot-otot skeletal dalam nyeri pasca operasi
selama tiga hari mulai 12-14 Januari 2016 mengkaji kemampuan pasien dalam
kekuatan tangan kiri 5/3, terdapat luka jahitan, post operasi fraktur, dibalut
mandiri dan terarah pada tubuh atau suatu ekstremitas atau lebih. Tingkatan
lain, tingkat 3 menggunakan bantuan dari orang lain dan peralatan, tingkat 4
selama tiga hari mulai 12-14 Januari 2016 intruksikan kepada pasien untuk
(Walkinson, 2011).
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan. Pada tahap ini
hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi sudah
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan yaitu suatu proses yang digunakan
untuk mengukur dan memonitor kondisi klien untuk mengetahui (1) kesesuaian
klien saat ini, (4) perlunya dirujuk pada tempat kesehatan lain, (5) apakah perlu
RSUD Salatiga dimulai sejak hari selasa tanggal 12 Januari 2016 sampai hari
Jum’at tanggal 14 Januari 2016 untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera fisik post operasi radius sinistra 1/3 distal, didapatkan hasil
77
evaluasi data subjektif pasien mengatakan sudah tidak merasakan nyeri skala
turun menjadi 1. Data objektif pasien tampak rileks dan tenang. Analisis
masalah nyeri akut teratasi, dengan bukti sesuai dengan kriteria hasil yang
sudah ditulis penulis adalah nyeri terkontrol pada skala 2-3, tidak ada nteri saat
mobilitas, pasien tidak terlihat kesakitan, TTV dalam batas normal TD : 110/70
nyeri pasca operasi (Brunner & Suddart, 2002 dalam Suhartini dkk, 2013). Hal
1 RSUD Salatiga dimulai sejak hari selasa tanggal 12 Januari 2016 sampai hari
kekuatan otot 5/3, pergelangan tangan sebelah kiri terdapat luka jahitan post
mobilitas fisik teratasi sebagian, dengan bukti sesuai dengan kriteria hasil yang
dan pergelangan tangannya, gerakan otot tangan kiri 4-5. Planning lanjutkan
1 RSUD Salatiga dimuali sejak hari selasa tanggal 12 Januari 2016 sampai hari
78
mengatakan ada jahitan luka post operasi pada pergelangan tangan sebelah kiri.
Data objektif dipergelangan tangan sebelah kiri terdapat luka jahitan post
integritas kulit belum teratasi dengan bukti sesuai dengan kriteria hasil yang
kelembapan, luka tetap bersih, tidak ada infeksi. Planning lanjutkan intervensi
teknik relaksasi nafas dalam penulis tidak mengalami hambatan karena pasien
sangat kooperatif, prosedur mudah dilakukan, dan SOP ruangan dan pihak
A. Kesimpulan
1. Pengkajian terhadap masalah nyeri akut pada Ny.S telah dilakukan secara
komprehensif dan diperoleh hasil yaitu terdapat keluhan utama nyeri, nyeri
sebelah kiri, nyeri dengan skala 6, nyeri hilang timbul kurang lebih 5-10
menit setiap kali muncul. Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 80x/menit,
2. Diagnosa yang muncul pada Ny.S tang pertama adalah nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik (fraktur radius sinistra 1/3 distal).
3. Rencana keperawatan yang disusun untuk diagnosa nyeri yaitu kaji skala
tentang rencana ambulasi dengan kebutuhan, lakukan ROM aktif dan pasif,
79
intruksikan pasien dan keluarga bagaimana cara melakukan ROM. Pada
antiseptik.
yang ada dan lebih berfokus kepada aplikasi jurnal pemberian terapy
dan Suddarth, 2002 dalam Yunuzul, 2014) serta telah berkolaborasi dengan
tim kesehatan lainnya didapatka hasil evaluasi keadaan klien dengan nyeri
akut berhubungan dengan agen cidera fisik (fraktur radius sinistra 1/3
hasil evaluasi keadaan klien dengan kriteria hasil belum tercapai, maka
dilanjutkan dengan ajarkan pasien dalam ambulasi, ajarkan ROM aktif dan
tercapai, maka kerusakan integritas kulit pada Ny.S teratasi sebagian dan
pada Ny.S yang dilakukan selama tiga hari mampu menurunkan skala nyeri
6 menjadi 1
B. Saran
akut, penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif khususnya
Hal ini diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan
yang optimal pada umumnya dan klien post operasi fraktur radius sinistra
klien.
2. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat
khususnya pada klien dengan post operasi fraktur rasius sinistra 1/3 distal.
komprehensif.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, vol 3 Edisi 8. Jakarta :
EGC
Deswani. 2009. Proses Keperawatan dan Berfikir Kritis. Jakarta : Salemba Medika
Fadlani, YW., Harapan, IA. 2012. Terapi Perilaku Kognitif Distraksi terhadap Intensitas
Nyeri Pasien dengan Fraktur Femur yang Terpasang Traksi.
http://jurnal.USU.ac.id/index.php/jkk/article/view/333. diakses tanggal 9
Desember 2015
Fauzi dan Yulia, T. 2013. ISO Indonesia, Vol 48. Jakarta : PT. ISFI
Helmi, Z. 2012. Buku Saku Kedaruratan di Bidang Bedah Ortopedi. Jakarta : Salemba
Medika
Lukman dan Ningsih, N. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika
Mansjoer et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2, Edisi 3. Jakarta : FKUI
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Jakarta : EGC
Padila. 2012. Buku ajar keperawatan medikal bedah dilengkapi asuhan keperawatan pada
sistem cardio, perkemihan, integumen, persyarafan, gastro intestinal,
muskuloskeletal, reproduksi dan
respirasi. Cetakan pertama. Yogyakarta : Nuha medika
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Reeves, CJ, Roux, G and lockhart, R. 2001. Keperawatan medical bedah, Edisi 1, Salemba
Medika, Jakarta
Sjamsuhidayat, R dan Jong, W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. Jakarta : EGC
Suhartini, dkk. 2013. Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Intensitas Nyeri. Jurnal
Keperawatan Jilid 1, Manado
Wahid, A. 2013. Buku Saku Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Cetakan Pertama. Jakarta : CV Trans Info Media
Wilkinson, Judith M., 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika