DISUSUN OLEH :
DISUSUN OLEH :
i
SU RAT PERNY ATAN KEASLIAN TULIRA •4
hten¿atakan dengcn seberu¥rnya bahwa Tags Ah£ir yru g sayo wt is ini benar-
benar haait karya soya sendiri. bukoh mercpaknn pengambiTaJ uhsan Wu pikiru
omng Main yang saga akui serta i tuhsan a w pikiran soda sendiri.
ApahiH diWuJ ¥ hnri Rpm JiboLtikan hahwa Top Ahls*r *ni zd+had I
,iieia••. mi¥ko saya bersedio meneñ»a scnksi aas perbua an tersebut seauoi deny
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Paru pada Asuhan Keperawatan Tn. B dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronis di
bimbingan dan dukungan dari pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
terhormat :
1. Ns. Meri Oktariani M.Kep, selaku Ketua Prodi Studi DIII Keperawtan yang telah
Surakarta.
2. Ns. Alfyana Nadya R. M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi DIII Keperawtan
yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat menimba ilmu di
iv
4. Anissa Cindy Nurul A, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen penguji I yang telah
nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Ika Subekti Wulandari S.kep, Ns,M.kep, selaku dosen penguji II yang telah
nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
6. Semua dosen Progran Studi DIII Keperawtan STIKes Kusuma Husada Surakarta
yang telah memeberikan bimbingan dengan sabar dan wawasanya serta ilmu
yang bermanfaat.
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................................ iv
DAFTAR ISI............................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL...................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan Penulisan..................................................................................4
C. Manfaat................................................................................................. 5
A.Tinjauan Teori....................................................................................... 7
C. Asuhan Keperawatan............................................................................15
D. Ortopneic.............................................................................................. 24
E. Status Pernafasan.................................................................................. 25
F. Kerangka Teori...................................................................................... 33
vi
BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
D. Prosedur Tindakan................................................................................35
A. Identitas Pasien................................................................................... 38
B. Pengkajian........................................................................................... 38
D. Prioritas Diagnosa...............................................................................45
E. Perancanaan......................................................................................... 46
F. Implementasi....................................................................................... 47
G.Evaluasi............................................................................................... 53
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian.......................................................................................... 57
B. Diagnosa Keperawatan......................................................................60
C. Perencanaan....................................................................................... 64
D. Implementasi...................................................................................... 66
E. Evaluasi.............................................................................................. 68
vii
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan........................................................................................73
B. Saran.................................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR
2 Gambar 2 Genogram...........................................................................39
x
DAFTAR
xi
BAB I
PENDAHULUAN
masyarakat dunia saat ini tidak hanya bagi negara maju namun juga di
Indonesia memiliki angka angka (5,6%). Pada tahun 2008 PPOK menjadi
salah satu penyakit dengan angka morbiditas yang tinggi di Selandia Baru
pada tahun 2012 dengan proporsi (14%) penduduk usia 40 tahun ke atas
2013).
1
2
dapat diobati dan di cegah yang ditandai dengan hambatan aliran udara
dengan respon peradangan yang abnormal dari paru terhadap udara yang
lendir, dan perubahan dalam pembuluh darah paru. (Brunner & Suddarth,
2002).
jalan napas akibat adanya edema dan hipersekresi mucus (Brunner &
Suddarth, 2002).
muncul), sesak nafas diberi posisi yang nyaman semi fowler, dehidrasi
yang timbul, mengatur posisi dan pola bernafas untuk mengurangi jumlah
pertukaran gas adalah mengatur posisi klien. Pengaturan posisi ini dapat
badan sedikit menelungkup diatas meja disertai bantuan dua buah bantal
dan memperkecil rongga dada. Tulang iga juga akan lebih terelevasi dan
akan menurun dan pergerakan tulang rusuk menjadi tegang sebagai akibat
adanya perubahan pada dinding dada, sehingga posisi duduk dengan badan
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
5
dengan PPOK
PPOK
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi
PPOK
3. Bagi Masyarakat
4. Bagi Penulis
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
a. Pengertian
(Tanto, 2014).
b. Klasifikasi
7
8
80% prediksi), (II B : 30% < VEP 1< 50% presiksi), sesak nafas
VEP1/KVP <70%, VEP1 < 30% prediksi atau VEP1 < 50%
pulmonal.
c. Etiologi
1) Asap rokok
2) Usia
3) Merokok
penting.(Francis, 2008).
d. Manifestasi klinis
5) Takipnea.
e. Patofisiologi
dikombinasikan.
f. Komplikasi
3) Ulkus peptikum.
kegiatan sehari-hari.
g. Penatalaksanaan
pernafasan.
penyuluhan.
2) Pemeriksaan diagnostik
2008).
b) Spirometri
bawah. Hal ini tidak khas pada PPOK dimana data akan
3) Pemeriksaan laboratorium
PPOK :
a) Leukosit
1
b) Eritrosit
c) Hemoglobin
4) Photo thoraks
a) Bayangan lobus
2. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
(Dermawan, 2012).
Obstruksi Kronis:
2) Sianosis
4) Edema perifer
b. Diagnosa keperawatan
analis atau sintesis data dasar menjadi pola yang bemakna dan
ini:
ventilasi-perfusi.
batuk efektif.
c. Intervensi keperawatan
(Dermawan, 2012).
ventilasi-perfusi.
Intervensi keperawatan:
intervensi.
(Muttaqin, 2008)
2
efektif.
Intervensi keperawatan:
ringannya obstruksi.
nafas.
batuk efektif.
Intevensi keperawatan:
dengan PPOK.
(Muttaqin, 2008)
dan oksigenasi.
Intervensi keperawatan:
membungkuk).
Intervensi keperawatan:
selanjutnya.
satu hari, hal ini terutama tampak nyata pada saat bangun di
3. Orthopneic
b. Alat
1) Tempat tidur.
2) Bantal kecil.
3) Gulungan handuk.
5) Sarung tangan.
c. Bahan
d. Indikasi
1) Asma
2) PPOK
3) Fibrosis kristik
4) Bronkiektasis
6) Prosedur bronkoskopi
8) Hipertensi pulmonal
e. Prosedur
dinaikkan.
dalam fleksi.
4. Status Pernafasan
udara antara atmosfir dengan darah serta dengan sel (Potter & Perry,
2005).
antara alveoli dan sel darah merah), dan perfusi (distribusi sel darah
merah ke dan dari kapiler paru). Semua dapat dikaji secara tunggal
dan pergerakan ventilator sulit untuk dilihat (Potter & Perry, 2005).
oleh penyakit atau keadaan sakit pada fungsi pernafasan (Potter &
Perry, 2005).
1) Olahraga
2) Nyeri Akut
pergerakan dinding dada jika ada nyeri pada area dada atau
3) Ansietas
stimulasi simpatik.
4) Merokok
5) Anemia
7) Posisi Tubuh
pergerakan ventilasi.
8) Medikasi
b. Gangguan dalam pola nafas menurut Potter & Perry (2005) yaitu :
1) Bradipnea
2) Takipnea
3) Hiperapnea
4) Apnea
5) Hiperventilasi
hipokarbia.
6) Hipoventilasi
hiperkarbia.
7) Pernafasan Cheyne-Stokes
8) Pernafasan Kussmaul
meningkat.
9) Pernafasan Biot
c. Pengkajian Pernafasan
Perry, 2007).
d. Prosedur
yaitu :
kecepatan pernafasan.
b) Sulit bernafas
serbuk gergaji.
melebarkan hidung.
pernafasan cepat.
3
B. Kerangka Teori
Pemeriksaan Fisik
Faktor host - Inspeksi
-riwayatpenyakit keluarga atau pasien Barrel chest
Sela iga
melebar Purse
lips breathing
Hipertrofi otot
bantu napas
- Auskultasi
Penatalaksanaan Fremitus
-pemberianposisi orthopneic melemah
Mengi, ronkhi
Ekspirasi
memanjang
- Perkusi
Hipersonor
Pem Penunjang
- SpirometriFEV1/
FVC
- Foto toraks
- Analisa gasdarah
Gambar 2.1 - Lab darah rutin
Kapasitas ventilasi
paru
BAB III
terhadap fungsi ventilasi paru pada Tn.B dengan Penyakit Paru Obstruksi
Kronis (PPOK)
1. Posisi Orthopneic.
a. Tempat tidur.
b. Bantal kecil.
c. Gulungan handuk.
e. Sarung tangan.
f. Alat tulis
D. Prosedur tindakan
1. Posisi Orthopneic.
a. Fase Orientasi
2) Memperkenalkan diri
34
3
b. Fase kerja
1) Mencuci tangan
3) Memasang handscoon
c. Fase Terminasi
3) Berpamitan
d. Penampilan
3
pernafasannya.
pernafasan.
pernafasan) dalam 30 detik, dan jika ritme teratur, kalikan dua jumlah
tadi.
Dewasa 12‐20
Lanjut usia 12‐20
Tabel 2.1
BAB IV
LAPORAN KASUS
Pada bab ini akan disampaikan studi kasus pada Tn. B selama tiga hari di
Ruang Anggrek 1 Rumah Sakit Daerah Dr. Moewardi Surakarta. Studi kasus yang
evaluasi keperawatan
A. Identitas Pasien
identitas penanggung jawab pasien yaitu dengan nama inisial Ny. S, usia
B. Pengkajian
38
3
Nacl 0,9% drip aminophilin 200 tetes per menit, O2 nasal kanul 3
masih sesak nafas dan selalu kambuh jika melakukan aktivitas yang
selalu kontrol ke dokter, pasien juga memiliki alergi obat namun lupa
bersama istrinya.
Keterangan :
Laki-laki :
Perempuan :
4
Pasien :
Tinggal serumah :
Gambar. 4.2
kesehatan itu sangat penting dan ketika sakit pasien pergi ke rumah
tinggi badan : 163 cm, berat badan : 56 kg, makan 3x sehari porsi 1
piring habis dengan nasi, sayur, air putih 7 gelas dan teh 1 gelas tiap
pagi, tidak ada keluhan, selama sakit pasien mengatakan tinggi badan
163 cm, berat badan 55 kg, IMT 20,7 (cukup), hemoglobin : 11,3 g/dl,
pasien tidak mual dan muntah, makan 3x sehari 1 piring habis dengan
nasi, sayur, lauk pauk, air putih 7 gelas dan 1 gelas susu, tidak ada
keluhan.
sehari, warna kuning, tidak ada keluhan. BAB 1 x sehari tiap pagi,
dengan bentuk lunak dan bau yang khas, warna kuning kecoklatan dan
warna kuning pekat, keluhan nafas sesak dan lemas setelah dari kamar
mandi. BAB 2 x seminggu dengan bentuk lunak dan bau yang khas,
biasa tidur siang 2 jam dan pasien tidur malam 7-8 jam, tidak ada
keluhan. Selama sakit pasien mengatakan pasien tidur siang 2 jam dan
tidur malam 4-5 jam, pasien akhir-akhir ini terganggu oleh sesak nafas
dan lingkungan yang panas sehingga tidak nyaman serta tak bisa tidur.
pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin cepat pulang. Harga
diri pasien mengatakan merasa disayangi dan di hargai oleh istri dan
seorang ayah dan kakek, pasien memiliki 3 orang anak dan 2 orang
cucu.
4
3. Pemeriksaan fisik
°C/aksila.
sedikit lembab dan tidak ada ketombe, rambut lurus pendek beruban.
Bentuk muka simetris kanan dan kiri, palpebra terlihat sedikit hitam,
kanan dan kiri 2 mm simetris kanan dan kiri, reflek terhadap cahaya
hidung tidak ada polip, bernafas dengan cuping hidung dan terpasang
O2 nasal kanul 2 liter per menit. Mulut simetris, mukosa bibir kering
dan tidak sianosis. Gigi tampak kekuningan dan terdapat lubang pada
4
gigi bagian kanan dan kiri bawah bagian belakang. Telinga simetris,
palpasi : vocal fremitus danan dan kiri sama, perkusi hiper sonor,
tympani pada kuadran II, III, IV, palpasi tidak teraba masa dan tidak
ada nyeri tekan. Jantung : inspeksi bentuk kanan dan kiri sama dan
ictus cordis tidak tampak, palpasi ictus cordis teraba pada ICS 4
tambahan reguler.
atas dan bawah kekuatan otot kanan dan kiri 5, capilary refile < 2
4. Data Penunjang
berikut : hemoglobin 11,3 g/dl (nilai normal 13,5- 17, 5), hematokrit
SGPT 37 u/L (<45), albumin 3,5 u/L (3,2-4,6), MCV 95,7 fL (80,0 –
96,0) MCH 33,3 pg (28 – 33), MCHC 34,8 g/dl (33 – 36), RDW
meliputi data subyektif pasien mengatakan saat ini masih merasakan sesak
nafas. Data obyektif yang didapat adalah = inspeksi pasien bernafas dengan
x/menit.
jam dan tidur malam 4-5 jam, pasien akhir-akhir ini terganggu oleh sesak
nafas dan lingkungan yang panas sehingga tidak nyaman serta tak bisa
tidur. Dan data obyektif palpebra pasien tampak agak hitam, tekanan darah
meliputi data subyektif pasien mengatakan masih sesak nafas dan selalu
kambuh jika melakukan aktivitas yang berlebihan dan mudah sekali capek
. Data obyektif pasien tampak kelelahan setelah dari kamar mandi, pasien
tampak lemas.
E. Perencanaan Kperawatan
4
Pada diagnosa yang ketiga, tujuan kriteria hasil yang ingin dicapai
diharapkan pola tidur pasien terpenuhi dengan kriteria hasil : pasien tidur
7-8 jam per hari, pasien tampak segar, kantung mata tidak hitam. rencana
F. Implementasi Keperawatan
nafas dan merasa asing dengan posisi orthopneic, dan data obyektif RR
4
menit menjadi 25x/ menit. Jam 11.30 memberikan O2 nasal kanul sesuai
diberi terapi oksigen, dan data obyektif Tn.B tampak menghirup O2.
subyektif pasien mengatakan sesak lagi sehabis dari kamar mandi, dan data
menit dan sesudah beraktivitas 32x/ menit. Jam 09.30 mengkaji tingkat
subyektif pasien mengatakan sering lelah dan kembali sesak jika berjalan
jauh namun pasien juga mengatakan sekarang sudah bisa berjalan lebih
jauh, dan respon obyektif Tn.B tampak kelelahan dan sesak nafas. Jam
akan meminta bantuan perawat atau istri pasien saat akan ke kamar mandi,
gr/24 jam. Jam 12.00 mengobservasi jumlah jam tidur pasien dengan
sesak nafas dan lingkungan yang panas, data obyektif pasien tampak
lemah, kantung mata hitam dan tidur malam 4-5 jam siang 2 jam. Jam
yang diberikan untuk mengontrol tidur pasien dan bersikap tenang saat
pasien tidur dan juga memberikan lingkungan yang nyaman. Jam 14.00
mengatakan ingin tidur dengan satu bantal dan tirai ditutup dan udara
sangat panas karena kipasnya sedang di perbaiki, dan data obyektif Tn.B
tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 88 x/menit, suhu 36,0 ˚C/aksila, dan
mengatakan bersedia untuk diberi terapi oksigen, dan data obyektif Tn.B
subyektif pasien mengatakan sesak lagi sehabis dari kamar mandi namun
pasien melakukan posisi orthopneic secara mandiri, dan data obyektif Tn.B
pasien mengatakan sering lelah dan kembali sesak jika berjalan jauh
mengatakan ingin latihan tidak pakai oksigen karena sudah ingin pulang,
dan data obyektif Tn.B kadang melepas nasal kanul. Jam 10.30 membantu
akan meminta bantuan perawat atau istri pasien saat akan ke kamar mandi,
gr/24 jam. Jam 12.00 mengobservasi jumlah jam tidur pasien dengan
5
karena lingkungan tidak begitu gerah, data obyektif pasien tampak masih
lemah, kantung mata masih hitam dan tidur malam 5-6 jam siang 2 jam.
bersikap tenang saat pasien tidur dan juga memberikan lingkungan yang
subyektif pasien mengatakan ingin tidur dengan satu bantal dan tirai
ditutup dan udara masih tetap panas, dan data obyektif Tn.B tampak
tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 90 x/menit, suhu 36,0 ˚C/aksila, dan
subyektif pasien mengatakan bersedia untuk diberi terapi oksigen, dan data
mandi tanpa lelah, dan respon obyektif Tn.B tampak tidak lelah. Jam 10.00
mengatakan semalam jika berjalan sambil berbicara jadi mudah lelah, dan
data obyektif Tn.B selalu mengenakan nasal kanul. Jam 10.30 membantu
ingin berjalan ke kamar mandi, data obyektif Tn.B tampak sedikit lelah
dengan RR 28x/menit.
gr/24 jam. Jam 12.00 mengobservasi jumlah jam tidur pasien dengan
respon subyektif pasien mengatakan malam hari sekarang sudah bisa tidur
dan tidak panas lagi karena kipas sudah diperbaiki, data obyektif pasien
tampak segar, kantung mata hitam mulai berkurang dan tidur malam 6-7
5
sudah nyenyak tapi Tn B sering membaca buku sampai larut malam, data
mengontrol tidur pasien dan bersikap tenang saat pasien tidur dan juga
dengan satu bantal dan tirai ditutup dan udara tipas angin dinyalakan, dan
data obyektif Tn.B tampak nyaman dengan posisinya dan keluarga tampak
tidak berisik.
G. Evaluasi Keperawatan
adalah subyektif pasien mengatakan masih sering sesak nafas dan merasa
orthopneic.
nafas sehabis dari kamar mandi, pasien tidak kuat beraktivitas berjalan
terbangun karena sesak nafas dan panas. Obyektif pasien tampak lemah,
orthopneic.
setelah dari kamar mandi namun dapat diatasi dengan posisi orthopneic
lama karena lingkungan tidak begitu gerah. Obyektif pasien tampak lemah,
kantung mata hitam tidur 5-6 jam saat malam dan 2 jam di siang hari..
orthopneic.
teratur.
tampak segar, kantung mata hitam mulai menghilang tidur malam 6-7 jam.
PEMBAHASAN
Anggrek 1 RSUD Dr. Moewardi Surakarta”. Disamping itu bab ini penulis
yang terjadi antara teori dan kenyataan yang meliputi pengkajian, diagnosa
A. Pengkajian
keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan. Tujuan dari
57
5
pasien mengatakan masih sering sesak nafas, dan dari hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital, tekanan darah : 150/90 mmHg, nadi : 92 x/menit, suhu : 36,0
yang produktif, mudah terkena iritasi oleh iritan-iritan inhalan udara dingin
Pada Tn.B penyebab dari PPOK yang dialami yaitu karena Tn.B
memiliki riwayat perokok aktif sejak kelas 6 SD dan sudah berhenti merokok
Kronik (PPOK), yaitu faktor usia, merokok, lingkungan, genetik dan keluarga
(Francis, 2008).
pernafasan per menit. Pasien dengan obstruksi jalan nafas akan datang dengan
batuk berdahak dan dahak tidak dapat keluar, pernafasan 30 x/menit (rentan
normal 16-24x/menit) dan susu 36,0 ˚C. Pada pemeriksaan paru-paru didapat
inspeksi bentuk dada barel chest (dada tong), menggunakan otot bantu
pernafasan, simetris kanan dan kiri, palpasi : vocal fremitus kanan dan kiri
suara wheezing.
dada emfisematous atau barrel chest, dengan tampilan fisik pink puffer atau
blue bloater, ekspirasi memanjang, ronki kering atau wheezing, bunyi jantung
sesak nafas saat beraktivitas yang tidak terlalu berat, mengi, wheezing, dan
Tn.B juga mengatakan sesak nafas, dada ampek dan bertambah bila
berposisi terlentang. Hal ini sesuai dengan teori dimana tanda dan gejala dari
PPOK yaitu batuk kronis, sputum yang produktif, mudah terkena iritasi oleh
iritan-iritan inhalan udara dingin atau infeksi, sesak nafas , terdapat otot bantu
Selama sakit Tn.B mengatakan tidak bisa tidur, tidur hanya 3-4 jam
per hari dan sering terbangun karena merasa sesak nafas. Data dasar pada
PPOK akan mengalami distress pernafasan dan perlu tidur dalam posisi duduk
Terapi yang diberikan pada Tn.B adalah infus Nacl 0,9% 20 tetes per
dan gejala lain seperti hipertensi, injeksi ranitidin 50 mg/12 jam fungsinya
B. Diagnosa Keperawatan
kehidupan yang aktual atau potensial yang merupakan dasar untuk memilih
hasil untuk diagnosa pertama, yaitu data subyektif pasien mengatakan sesak
nafas dan dada ampek dan bertambah saat posisi terlentang, data obyektif
Suddarth, 2002).
yang muncul pada Tn.B yaitu sesak nafas dan dada ampek dan bertambah saat
6
(Marton,dkk 2012).
mengatakan masih sesak nafas dan selalu kambuh jika melakukan aktivitas
yang berlebihan dan mudah sekali capek, data obyektif pasien tampak
kelelahan setelah dari kamar mandi, pasien tampak lemas, respiratory rate
suplai oksigen.
hari yang harus atau yang ingin dilakukan. Batasan karakteristik yang ada
pada masalah keperawatan ini yaitu, respon tekanan darah abnormal terhadap
kelelahan setelah dari kamar mandi. Data tersebut sesuai dengan teori karena
mengatakan tiap malam terbangun karna sesak nafas dan lingkungan yang
berisik. Data obyektif pasien tampak lemah, kantung mata hitam dan tidur
malam 4–5 jam per hari. Maka penulis memunculkan masalah gangguan pola
istirahat (Nanda, 2014). Pasien dengan sesak nafas juga akan mengalami
Data pasien melaporkan sering terjaga dimalam hari sudah terkaji oleh penulis
keselamatan dan rasa aman, kebutuhan rasa cinta, kebutuhan akan harga diri,
nafas.
C. Intervensi Keperawatan
pola nafas dapat teratasi dengan kriteria hasil : pasien menyatakan nyaman,
tanda-tanda vital dalam batas normal, pasien tidak tampak kelelahan (NOC,
teori observasi status pernafasan berfungsi untuk mengetahui pola nafas dan
adanya bunyi tambahan yang ada ganguan (Smeltzer, 2002). Berikan posisi
peningkatan laju aliran oksigen tanpa ada arahan yang eksplisit dari perawat.
Berikan terapi O2 nasal kanul sesuai advis dokter, menurut teori oksigen
Pada diagnosa kedua, tujuan dan kriteria hasil yang ingin dicapai
teori observasi status pernafasan berfungsi untuk mengetahui pola nafas dan
adanya bunyi tambahan yang ada ganguan (Smeltzer & Bare, 2002). Pantau
Pada diagnosa ketiga, tujuan kriteria hasil yang ingin dicapai adalah
tidur pasien terpenuhi dengan kriteria hasil : pasien tidur 7-8 jam per hari,
pasien tampak segar, kantung mata tidak hitam (NOC, 2014). Rencana
D. Implementasi Keperawatan
perawat untuk membantu pasien dar masalh status kesehatan yang lebih baik
keperawatan yang muncul pada pasien sesuain dengan tujuan, kriteria hasil
pola nafas dan adanya bunyi tambahan yang ada ganguan (Smeltzer, 2002).
salah satu cara untuk membantu mengurangi sesak nafas, memberikan posisi
fungsi ventilasi paru klien PPOK lebih baik dibandingkan posisi high fowler.
2008).
Pasien dengan PPOK memiliki kadar oksigen yang sangat rendah dan
tidak dapat diberi terapi dengan oksigen yang tinggi, hal ini sangat
6
selama tiga hari yang meliputi, mengobservasi jumlah jam tidur, memberikan
E. Evaluasi Keperawatan
respon perilaku klien yang tampil. Tujuan dari evaluasi antara lain untuk
Pada hari pertama, klien mengatakan masih sesak nafas dan dada
oksigen nasal kanul 2 liter per menit, respiratory rate 25 x/menit, masalah
pola nafas belum teratasi, lanjutkan intervensi dan intervensi yang dilanjutkan
berikan oksigen nasal kanul sesuai advis dokter. Hasil hari kedua klien
mengatakan masih sesak nafas dan pernafasan pasien lebih nyaman, klien
nyaman, masih mengguanakan oksigen nasal kanul 2 liter per menit, masalah
Orthopneic, beri oksigen nasal kanul. Hasil hari ketiga klien mengatakan tidak
sesak nafas tetapi dada ampek, klien tampak nyaman, sedikit tampak
kelelahan, masih bernafas dengan cuping hidung dan otot bantu pernafasan,
Orthopneic.
ketidakefektifan pola nafas klien melaporkan tidak sesak nafas, tidak ada
sianosis, tidak ada otot bantu pernafasan (Doengoes, 2000). Menurut analisa
7
penulisan klien pada teori diatas belum mencapai kriteria evaluasi, karena
Pada hari pertama, pasien mengatakan sesak nafas setelah dari kamar
menggunakan oksigen nasal kanul 2 liter per menit. Masalah belum teratasi,
pasien untuk melakukan aktivitas dan latihan, membantu aktivitas fisik yang
teratur. Pada hari kedua klien mengatakan sesak nafas setelah dari kamar
mandi namun dapat diatasi dengan posisi orthopneic secara mandiri, klien
nasal kanul 2 liter per menit. Masalah belum teratasi. lanjutkan intervensi dan
sambil berjalan dan pasien ingin latihan tidak menggunakan oksigen karena
menggunakan oksigen nasal kanul 2 liter per menit. masalah belum teratasi.
Dalam hal ini penulis hanya mengukur respiratory ratenya jasa sedangkan di
tanda-tanda vital dalam batas normal, pasien tidak tampak kelelahan. Menurut
sesak nafas dan lingkungan yang berisik, klien tampak lemah, kantung mata
hitam tidur siang 1 jam, masalah pola tidur belum teratasi, lanjutkan
intervensi dan intervensi yang dilanjutkan meliputi observasi jumlah jam tidur
adekuat, berikan obat sesuai jadwal dan dosis. Hasil hari kedua klien
mengatakan pada malam hari terbangun sebentar dan tidur lagi, klien tampak
agak segar, jumlah jam tidur siang 1 jam dan malam 4-5 jam, masalah pola
meliputi observasi jumlah jam tidur pasien, berikan lingkungan yang nyaman,
diskusikan pentingnya tidur adekuat, berikan obat sesuai resep dokter. Hasil
hari ketiga klien mengatakan malam hari masih terbangun sebentar dan tidur
lagi, klien tampak agak segar, kantung mata hitam sedikit berkurang, jumlah
7
jam tidur malam 4-5 jam, siang 2 jam, masalah pola tidur teratasi sebagian,
jam tidur, beri lingkungan yang nyaman, diskusikan pentingnya tidur adekuat,
penulisan klien pada teori diatas belum mencapai kriteria evaluasi, karena
sebelumnya dan ditandai dengan tindakan yang sudah dilaksanakan ada dalam
teori.
BAB VI
A. Kesimpuan
ditarik kesimpulan :
1. Pengkajian
bentuk dada barel chest (dada tong), menggunakan otot bantu pernafasan,
simetris kanan dan kiri, palpasi : vocal fremitus kanan dan kiri sama,
2. Diagnosa Keperawatan
73
7
3. Intervensi Keperawatan
vital dalam batas normal, pasien tidak tampak kelelahan. Pada diagnosa
seimbangan suplai oksigen tujuan kriteria hasil yang ingin dicapai adalah
7
sesak nafas memiliki tujuan dan kriteria hasil yaitu setelah dilakukan
terpenuhi dengan kriteria hasil : pasien tidur 7-8 jam per hari, pasien
tampak segar, kantung mata tidak hitam. Pada diagnosa ketiga rencana
4. Implementasi Keperawatan
dokter.
5. Evaluasi Keperawatan
B. Saran
penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) penulis akan memberikan usulan dan
kerja sama baik antara tim kesehatan maupun klien sehingga dapat
nafas.
DAFTAR PUSTAKA
Black, J.M & Hawks, J.H. (2005). Medical-surgical nursing. Clinical management for
positive outcomes. 7th Edition. St. Louis. Missouri. Elsevier Saunders
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jilid I. Jakarta:
EGC
Davy Patrick. 2006. Ad a Glance Medicine. Alih Bahasa: Anissa Racmalia. Jakarta:
Erlangga
Mubarak, Chayatin. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan Aplikasi
Dalam Praktik. Jakarta: EGC
Potter, A.P, & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC.
Guyton, A.C and Hall, J.E, 2005. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia,
PA, USA : Elsevier Saunders.
Landers, M.R., McWhoeter, J.W., Fillibeck, D., & Robinson, C. (2006). Does sitting
posture in Crhronic Obstrucyive Pulmonary Disase Really Matter? An analysis of 2
sitting postures and their effect on pulmonary function journal of cardiopulmonary
rehabilitation & prevention,26 (6), 405-409.
Wilkonson, J. M., & Ahern N. R. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperrawatan Diagnosa
NANDA Internasional NIC Kriteria Hasil NOC Edisi kesembilan. Jakarta: EGC
Ritianingsih, N. 2011. Peningkatan Fungsi Ventilasi Paru Pada Klien Penyakit Paru
Obstruksi Kronis Dengan Posisi High Fowler dan Orthopneic. Diakses pada 2
Desember 2015