KETOASIDOSIS DIABETIKUM
Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
1. CITRA LORENSA (P07120317042)
2. FADHLIA YUNITASARI (P07120317046)
3. GINA ADHANI AZMI (P07120317047)
4. MAHFUZOH (P07120317055)
5. MITA FATIMA MERNISSI (P07120317057)
6. YOSTIKA SATRIA MULYADI (P07120317074)
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan Kehadirat Allah Swt yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Ketoasidosis Diabetikum
(KAD)”, makalah ini dibuat sebagai penunjang kegiatan perkuliahan pada
mata kuliah Keperawatan Kritis 4.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis hanturkan kepada dosen
pembimbing mata kuliah Keperawatan Kritis yang telah membimbing kami
dalam pembuatan makalah.
Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah kami. Akhir kata, semoga makalah
ini dapat diterima dan dapat memberi manfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................1
B. Saran...............................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
ditangani dengan cepat dan tindakan yang tepat. Proses keperawatan dimulai dari
proses pengkajian gawat darurat hingga proses evaluasi keperawatan, setelah
diberikan asuhan keperawatan. Pada tulisan ini akan dibahas Asuhan
Keperawatan Gawat Darurat pada pasien dengan KAD.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ketoasidosis diabetikum (KAD)?
2. Apa etiologi ketoasidosis diabetikum (KAD)?
3. Faktor pencetus ketoasidosis diabetikum (KAD)?
4. Bagaimana patofisiologi dari ketoasidosis diabetikum (KAD)?
5. Apa saja manifestasi klinis ketoasidosis diabetikum (KAD)?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang klien dengan ketoasidosis
diabetikum (KAD)?
7. Bagaimana penatalaksanaan klien dengan ketoasidosis
diabetikum (KAD)?
8. Apa komplikasi dari ketoasidosis diabetikum (KAD)?
9. Bagaimana prognosis dari klien dengan ketoasidosis
diabetikum (KAD)?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan ketoasidosis
diabetikum (KAD)?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian ketoasidosis diabetikum (KAD)
2. Untuk mengetahui etiologi ketoasidosis diabetikum (KAD)
3. Untuk mengetahui Faktor pencetus ketoasidosis diabetikum (KAD)
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari ketoasidosis diabetikum (KAD)
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis ketoasidosis diabetikum (KAD)
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang klien dengan ketoasidosis
diabetikum (KAD)
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan klien dengan ketoasidosis
5
diabetikum (KAD)
8. Untuk mengetahui komplikasi dari ketoasidosis diabetikum (KAD)
9. Untuk mengetahui prognosis dari klien dengan ketoasidosis
diabetikum (KAD)
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan ketoasidosis
diabetikum (KAD)
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
> 250 m g/dL disertai ketonemia dan ketonuria moderate (Kitabchi dkk,
1994).
Diabetic Keto Acidosis (DKA) adalah komplikasi akut yang
mengancam jiwa seorang penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol.
Kondisi kehilangan urin, air, kalium, amonium, dan natrium menyebabkan
hipovolemia, ketidakseimbangan elektrolit, kadar glukosa darah sangat
tinggi, dan pemecahan asam lemak bebas menyebabkan asidosis dan sering
disertai koma.
8
C. Faktor pencetus ketoasidosis diabetikum (KAD)
Krisis hiperglikemia pada diabetes tipe 2 biasanya terjadi karena ada
keadaan yang mencetuskannya. Faktor pencetus krisis hiperglikemia ini
antara lain :
1. Infeksi : meliputi 20 –55% dari kasus krisis hiperglikemia
dicetuskan oleh Infeksi. Infeksinya dapat berupa : Pneumonia, Infeksi
traktus urinarius, Abses, Sepsis, Lain-lain.
2. Penyakit vaskular akut: Penyakit serebrovaskuler, Infark miokard
akut, Emboli paru, Thrombosis V.Mesenterika
3. Trauma, luka bakar, hematom subdural.
4. Heat stroke
5. Kelainan gastrointestinal: Pankreatitis akut, Kholesistitis akut,
Obstruksi intestinal
6. Obat-obatan : Diuretika, Steroid, Lain-lain
Pada diabetes tipe 1, krisis hiperglikemia sering terjadi karena yang
bersangkutan menghentikan suntikan insulin ataupun pengobatannya
tidak adekuat. Keadaan ini terjadi pada 20-40% kasus KAD. Pada
pasien muda dengan DM tipe 1, permasalahan psikologi yang
diperumit dengan gangguan makan berperan sebesar 20% dari
seluruh faktor yang mencetuskan ketoasidosis. Faktor yang bisa
mendorong penghentian suntikan insulin pada pasien muda meliputi
ketakutan akan naiknya berat badan pada keadaan kontrol
metabolisme yang baik, ketakutan akan jatuh dalam hypoglikemia,
pemberontakan terhadap otoritas, dan stres akibat penyakit kronis (Gaglia
dkk, 2004)
9
menghentikan atau mengurangi dosis insulin. Tidak adanya
insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, yang dapat
disebabkan oleh :
1. Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang
dikurangi.
2. Keadaan sakit atau infeksi.
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak
terdiagnosis dan tidak diobati.
10
bila terjadi secara hebat, akan menimbulkan uremia pra renal dan dapat
menimbulkan syok hipovolemik. Asidodis metabolik yang hebat sebagian
akan dikompensasi oleh peningkatan derajat ventilasi (peranfasan Kussmaul).
Muntah-muntah juga biasanya sering terjadi dan akan mempercepat
kehilangan air dan elektrolit. Sehingga, perkembangan KAD adalah
merupakan rangkaian dari siklus interlocking vicious yang seluruhnya harus
diputuskan untuk membantu pemulihan metabolisme karbohidrat dan lipid
normal.
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel
akan berkurang juga. Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak
terkendali. Kedua faktor ini akan menimbulkan hiperglikemi. Dalam upaya
untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan
mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium
dan kalium). Diuresis osmotik yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan
(poliuri) akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangna elektrolit. Penderita
ketoasidosis diabetik yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 L air dan
sampai 400 hingga 500 mEq natrium, kalium serta klorida selama periode
waktu 24 jam.Akibat defisiensi insulin yang lain adlah pemecahan lemak
(lipolisis) menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas
akan diubah menjadi badan keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi
produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin
yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut. Badan keton
bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan
menimbulkan asidosis metabolik.
11
KETOASIDOSIS DIABETIKUM ( KAD )
12
Pathophysiology of DKA adapted from Urden: Thelan’s Critical Care
Nursing: Diagnosis and Management. 5th ed.Cited in Nursing Consult.
Pada keadaan normal kurang lebih 50 % glukosa yang dimakan
mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10 % menjadi
glikogen dan 20 % sampai 40 % diubah menjadi lemak. Pada Diabetes
Mellitus semua proses tersebut terganggu karena terdapat defisiensi insulin.
Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu.
Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam
sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.
Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon
insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi
glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi.
Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula
darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal
tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah.
Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan
dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan
glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria.
Poliuria mengakibatkan dehidrasi intraselluler, hal ini akan merangsang pusat
haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien
akan minum terus yang disebut polidipsi.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya
transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan
simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan
untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar
sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Terlalu
banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam
darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini
akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha
mengeluarkan melalui urine dan pernapasan, akibatnya bau urine dan napas
13
penderita berbau aseton atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila
tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma diabetik (Price,
2005).
14
E. Manifestasi klinis ketoasidosis diabetikum (KAD)
1. Diagnosis KAD
Didasarkan atas adanya “trias biokimia” yakni : hiperglikemia, ketonemia,
dan asidosis. Kriteria diagnosisnya adalah sebagai berikut :
- Hiperglikemia, bila kadar glukosa darah > 11 mmol/L (> 200 mg/dL).
- Asidosis, bila pH darah < 7,3.
- kadar bikarbonat < 15 mmol/L).
15
memperlihatkan ketoasidosis diabetikum sekalipun kadar glukosa
darahnya mencapai 400-500 mg/dl.
2. Natrium.
Efek hiperglikemia ekstravaskuler bergerak air ke ruang
intravaskuler. Untuk setiap 100 mg / dL glukosa lebih dari 100 mg /
dL, tingkat natrium serum diturunkan oleh sekitar 1,6 mEq / L. Bila
kadar glukosa turun, tingkat natrium serum meningkat dengan jumlah
yang sesuai.
3. Kalium.
Ini perlu diperiksa sering, sebagai nilai-nilai drop sangat cepat
dengan perawatan. EKG dapat digunakan untuk menilai efek jantung
ekstrem di tingkat potasium.
4. Bikarbonat.
Kadar bikarbonat serum adalah rendah, yaitu 0- 15 mEq/L dan
pH yang rendah (6,8-7,3). Tingkat pCO2 yang rendah ( 10- 30
mmHg) mencerminkan kompensasi respiratorik (pernapasan
kussmaul) terhadap asidosisi metabolik. Akumulasi badan keton
(yang mencetuskan asidosis) dicerminkan oleh hasil pengukuran
keton dalam darah dan urin. Gunakan tingkat ini dalam hubungannya
dengan kesenjangan anion untuk menilai derajat asidosis.
5. Sel darah lengkap (CBC).
Tinggi sel darah putih (WBC) menghitung (> 15 X 109 / L)
atau ditandai pergeseran kiri mungkin menyarankan mendasari
infeksi.
6. Gas darah arteri (AGD).
pH sering <7.3. Vena pH dapat digunakan untuk mengulang
pH measurements. Brandenburg dan Dire menemukan bahwa pH
pada tingkat gas darah vena pada pasien dengan KAD adalah lebih
rendah dari pH 0,03 pada AGD.
16
7. Keton.
Diagnosis memadai ketonuria memerlukan fungsi ginjal.
Selain itu, ketonuria dapat berlangsung lebih lama dari asidosis
jaringan yang mendasarinya.
8. ß-hidroksibutirat.
Serum atau hidroksibutirat ß kapiler dapat digunakan untuk
mengikuti respons terhadap pengobatan. Tingkat yang lebih besar dari
0,5 mmol / L dianggap normal, dan tingkat dari 3 mmol / L
berkorelasi dengan kebutuhan untuk ketoasidosis diabetik (KAD).
9. Urinalisis (UA)
Cari glikosuria dan urin ketosis. Hal ini digunakan untuk
mendeteksi infeksi saluran kencing yang mendasari.
10. Osmolalitas
Diukur sebagai 2 (Na +) (mEq / L) + glukosa (mg / dL) / 18 +
BUN (mg / dL) / 2.8. Pasien dengan diabetes ketoasidosis yang
berada dalam keadaan koma biasanya memiliki osmolalitis > 330
mOsm / kg H2O. Jika osmolalitas kurang dari > 330 mOsm / kg H2O
ini, maka pasien jatuh pada kondisi koma.
11. Fosfor
Jika pasien berisiko hipofosfatemia (misalnya, status gizi
buruk, alkoholisme kronis), maka tingkat fosfor serum harus
ditentukan.
12. Tingkat BUN meningkat.
Anion gap yang lebih tinggi dari biasanya.
13. Kadar kreatinin
Kenaikan kadar kreatinin, urea nitrogen darah (BUN) dan Hb
juga dapat terjadi pada dehidrasi. Setelah terapi rehidrasi dilakukan,
kenaikan kadar kreatinin dan BUN serum yang terus berlanjut akan
dijumpai pada pasien yang mengalami insufisiensi renal.
17
Tabel Sifat-sifat penting dari tiga bentuk dekompensasi (peruraian)
metabolik pada diabetes.
Sifat-sifat Diabetic Hyperosmolar Asidosis laktat
ketoacidosis non ketoticcoma
(KAD) (HONK)
Glukosa plasma Tinggi Sangat tinggi Bervariasi
Ketone Ada Tidak ada Bervariasi
Asidosis Sedang/hebat Tidak ada Hebat
Dehidrasi Dominan Dominan Bervariasi
Hiperventilasi Ada Tidak ada Ada
b. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik untuk ketoasidosis diabetik dapat dilakukan
dengan cara:
1. Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari
200mg/dl). Biasanya tes ini dianjurkan untuk pasien yang
menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi stress.
2. Gula darah puasa normal atau diatas normal.
3. Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
4. Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
5. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat
menandakan ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan
propensitas pada terjadinya aterosklerosis.
6. Aseton plasma: Positif secara mencolok
7. As. Lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meninggkat
8. Elektrolit: Na normal/menurun; K normal/meningkat serum Fosfor
turun
9. Hemoglobin glikosilat: Meningkat 2-4 kali normal
10. Gas Darah Arteri: pH rendah, penurunan HCO3
(asidosismetabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik
18
11. Trombosit darah: Ht mungkin meningkat, leukositosis,
hemokonsentrasi
12. Ureum/creatinin: meningkat/normal
13. Amilase darah: meningkat mengindikasikan pancreatitis akut
19
pasien penderita KAD mengalami depresi kalium tubuh yang
mungkin terjadi secara hebat. Input saline fisiologis awal yang
tinggi yakni 0.9% akan pulih kembali selama defisit cairan dan
elektrolite pasien semakin baik. Insulin intravena diberikan
melalui infusi kontinu dengan menggunakan pompa otomatis, dan
suplemen potassium ditambahkan kedalam regimen cairan.
Bentuk penanganan yang baik atas seorang pasien penderita
KAD (ketoasidosis diabetikum) adalah melalui monitoring klinis
dan biokimia yang cermat.
20
4. Kelainan Jantung.
Terganggunya kadar lemak darah adalah satu faktor timbulnya
aterosklerosis pada pembuluh darah jantung. Bila diabetesi
mempunyai komplikasi jantung koroner dan mendapat serangan
kematian otot jantung akut, maka serangan tersebut tidak disertai rasa
nyeri. Ini merupakan penyebab kematian mendadak.
5. Hipoglikemia.
Hipoglikemia terjadi bila kadar gula darah sangat rendah. Bila
penurunan kadar glukosa darah terjadi sangat cepat, harus diatasi
dengan segera. Keterlambatan dapat menyebabkan kematian. Gejala
yang timbul mulai dari rasa gelisah sampai berupa koma dan kejang-
kejang.
6. Hipertensi.
Karena harus membuang kelebihan glokosa darah melalui air seni,
ginjal penderita diabetes harus bekerja ekstra berat. Selain itu tingkat
kekentalan darah pada diabetisi juga lebih tinggi. Ditambah dengan
kerusakan-kerusakan pembuluh kapiler serta penyempitan yang
terjadi, secara otomatis syaraf akan mengirimkan signal ke otak untuk
menambah tekanan darah.
7. Komplikasi lainnya.
Selain komplikasi yang telah disebutkan di atas, masih
terdapat beberapa komplikasi yang mungkin timbul.
Komplikasi tersebut misalnya:
1. Ganggunan pada saluran pencernakan akibat kelainan
urat saraf. Untuk itu makanan yang sudah ditelan terasa
tidak bisa lancar turun ke lambung.
2. Gangguan pada rongga mulut, gigi dan gusi.
Gangguan ini pada dasarnya karena kurangnya
perawatan pada rongga mulut gigi dan gusi, sehingga
bila terkena penyakit akan lebih sulit
21
penyembuhannya.
3. Gangguan infeksi. Dibandingkan dengan orang yang
normal, penderita diabetes millitus lebih mudah
terserang infeksi.
22
2. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, Klaudikasi, kebas dan
kesemutan pada ekstremitas, Ulkus pada kaki, penyembuhan yang
lama, Takikardia
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, Nadi yang
menurun/tidak ada, Disritmia, Krekels, Distensi vena jugularis, Kulit
panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung
3. Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, Masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, Rasa
nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISSK baru/berulang,
Nyeri tekan abdomen, Diare
Tanda :Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang
menjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), Urin
berkabut, bau busuk (infeksi), Abdomen keras, adanya asites, Bising
usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare)
5. Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, Mual/muntah, Tidak mematuhi diet,
peningkattan masukan glukosa/karbohidrat, Penurunan berat badan
lebih dari beberapa hari/minggu, Haus, penggunaan diuretik (Thiazid)
Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, Kekakuan/distensi
abdomen, muntah, Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan
metabolik dengan peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis, bau
buah (napas aseton)
23
6. Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, Kesemutan, kebas, kelemahan
pada otot, parestesia, Gangguan penglihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut).
Gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, Refleks tendon
dalam menurun (koma), Aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA)
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
8. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/ tanpa sputum
purulen (tergantung adanya infeksi/tidak)
Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, Frekuensi
pernapasan meningkat
9. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaforesis, Kulit rusak, lesi/ulserasi, Menurunnya
kekuatan umum/rentang erak, Parestesia/paralisis otot termasuk otot-
otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
10. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi), Masalah impoten pada
pria, kesulitan orgasme pada wanita
11. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi.
Penyembuhan yang, Lambat, penggunaan obat sepertii steroid,
diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan
kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik
sesuai pesanan
24
12. Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam
pengatuan diet, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap
glukosa darah
Pemeriksaan Fisik
B1 (Breath)
Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa
sputum purulen (tergantung adanya infeksi/tidak). Tanda :
Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen Frekuensi
pernapasan meningkat.
B2 (Blood) :
- Tachi cardi
- Disritmia c .
B3(Bladder) :
Awalnya poliuri dapat diikuti oliguri dan anuri
B4 (Brain)
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala Kesemutan, kebas,
kelemahan pada otot, parestesia. Gangguan penglihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap
lanjut). Gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental,
aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA)
B5 (Bowel)
- Distensi abdomen
- Bising usus menurun f.
25
B6 (Bone)
Penurunan kekuatan otot, Kram otot, tonus otot menurun,
gangguan istrahat/tidur.
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau
aktifitas
26
Rencana Keperawatan Ketoasidosis Diabetikum (Kad)
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
27
secara aktif membantu pasien
- Kegagalan mekanisme makan
pengaturan 11. Tawarkan snack ( jus
buah, buah segar )
12. Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul
13. Atur kemungkinan
tranfusi
14. Persiapan untuk
tranfusi
2 Pola Nafas tidak efektif NOC : NIC :
Definisi : Pertukaran udara v Respiratory status : Airway Management
inspirasi dan/atau ekspirasi tidak Ventilation 1. Buka jalan nafas,
adekuat v Respiratory status : guanakan teknik chin
Batasan karakteristik : Airway patency lift atau jaw thrust bila
- Penurunan tekanan v Vital sign Status perlu
inspirasi/ekspirasi Kriteria Hasil : 2. Posisikan pasien untuk
- Penurunan pertukaran udara v Mendemonstrasikan batuk memaksimalkan
per menit efektif dan suara nafas yang ventilasi
- Menggunakan otot bersih, tidak ada sianosis 3. Identifikasi pasien
pernafasan tambahan dan dyspneu (mampu perlunya pemasangan
- Nasal flaring mengeluarkan sputum, alat jalan nafas buatan
- Dyspnea mampu bernafas dengan 4. Pasang mayo bila perlu
- Orthopnea mudah, tidak ada pursed 5. Lakukan fisioterapi
- Perubahan penyimpangan lips) dada jika perlu
dada v Menunjukkan jalan nafas 6. Keluarkan sekret
- Nafas pendek yang paten (klien tidak dengan batuk atau
- Assumption of 3-point merasa tercekik, irama suction
position nafas, frekuensi pernafasan 7. Auskultasi suara nafas,
28
- Pernafasan pursed-lip dalam rentang normal, tidak catat adanya suara
- Tahap ekspirasi berlangsung ada suara nafas abnormal) tambahan
sangat lama v Tanda Tanda vital dalam 8. Lakukan suction pada
- Peningkatan diameter rentang normal (tekanan mayo
anterior-posterior darah, nadi, pernafasan) 9. Berikan bronkodilator
- Pernafasan rata-rata/minimal bila perlu
§ Bayi : < 25 atau > 60 10. Berikan pelembab
§ Usia 1-4 : < 20 atau > 30 udara Kassa basah
§ Usia 5-14 : < 14 atau > 25 NaCl Lembab
§ Usia > 14 : < 11 atau > 24 11. Atur intake untuk
- Kedalaman pernafasan cairan mengoptimalkan
§ Dewasa volume tidalnya 500 keseimbangan.
ml saat istirahat 12. Monitor respirasi dan
§ Bayi volume tidalnya 6-8 status O2
ml/Kg Terapi oksigen
- Timing rasio 1. Bersihkan mulut,
- Penurunan kapasitas vital hidung dan secret
trakea
Faktor yang berhubungan : 2. Pertahankan jalan nafas
- Hiperventilasi yang paten
- Deformitas tulang 3. Atur peralatan
- Kelainan bentuk dinding oksigenasi
dada 4. Monitor aliran oksigen
- Penurunan 5. Pertahankan posisi
energi/kelelahan pasien
- Perusakan/pelemahan 6. Observasi adanya tanda
muskulo-skeletal tanda hipoventilasi
- Obesitas 7. Monitor adanya
- Posisi tubuh kecemasan pasien
- Kelelahan otot
29
pernafasan terhadap oksigenasi
- Hipoventilasi sindrom
- Nyeri Vital sign Monitoring
- Kecemasan 1. Monitor TD, nadi,
- Disfungsi suhu, dan RR
Neuromuskuler 2. Catat adanya fluktuasi
- Kerusakan tekanan darah
persepsi/kognitif 3. Monitor VS saat pasien
- Perlukaan pada jaringan berbaring, duduk, atau
syaraf tulang belakang berdiri
- Imaturitas Neurologis 4. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari
nadi
7. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola
pernapasan abnormal
10. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
11. Monitor sianosis
perifer
12. Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
30
bradikardi, peningkatan
sistolik)
13. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
3 Resiko Infeksi NOC : NIC :
Definisi : Peningkatan resiko v Immune Status Infection Control (Kontrol
masuknya organisme patogen v Knowledge : Infection infeksi)
Faktor-faktor resiko : control 1. Bersihkan lingkungan
- Prosedur Infasif v Risk control setelah dipakai pasien
- Ketidakcukupan Kriteria Hasil : lain
pengetahuan untuk menghindari v Klien bebas dari tanda 2. Pertahankan teknik
paparan patogen dan gejala infeksi isolasi
- Trauma v Menunjukkan 3. Batasi pengunjung bila
- Kerusakan jaringan dan kemampuan untuk perlu
peningkatan paparan lingkungan mencegah timbulnya infeksi 4. Instruksikan pada
- Ruptur membran amnion v Jumlah leukosit dalam pengunjung untuk
- Agen farmasi batas normal mencuci tangan saat
(imunosupresan) v Menunjukkan perilaku berkunjung dan setelah
- Malnutrisi hidup sehat berkunjung
- Peningkatan paparan meninggalkan pasien
lingkungan patogen 5. Gunakan sabun
- Imonusupresi antimikrobia untuk cuci
- Ketidakadekuatan imum tangan
buatan 6. Cuci tangan setiap
- Tidak adekuat sebelum dan sesudah
pertahanan sekunder (penurunan tindakan keperawatan
Hb, Leukopenia, penekanan 7. Gunakan baju, sarung
respon inflamasi) tangan sebagai alat
- Tidak adekuat
31
pertahanan tubuh primer (kulit pelindung
tidak utuh, trauma jaringan, 8. Pertahankan
penurunan kerja silia, cairan lingkungan aseptik
tubuh statis, perubahan sekresi selama pemasangan
pH, perubahan peristaltik) alat
- Penyakit kronik 9. Ganti letak IV perifer
dan line central dan
dressing sesuai dengan
petunjuk umum
10. Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
11. Tingkatkan intake
nutrisi
12. Berikan terapi
antibiotik bila perlu
Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
1. Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
2. Monitor hitung
granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung
terhadap penyakit
32
menular
6. Pertahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
7. Pertahankan teknik
isolasi k/p
8. Berikan perawatan
kulit pada area
epiderma
9. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
10. Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
11. Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
16. Ajarkan cara
menghindari infeksi
17. Laporkan kecurigaan
infeksi
33
18. Laporkan kultur positif
4 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :
kurang dari kebutuhan tubuh v Nutritional Status : food Nutrition Management
Definisi : Intake nutrisi tidak and Fluid Intake 1. Kaji adanya alergi
cukup untuk keperluan v Nutritional Status : makanan
metabolisme tubuh. nutrient Intake 2. Kolaborasi dengan ahli
Batasan karakteristik : gizi untuk menentukan
- Berat badan 20 % atau lebih Kriteria Hasil : jumlah kalori dan
di bawah ideal v Adanya peningkatan berat nutrisi yang dibutuhkan
- Dilaporkan adanya intake badan sesuai dengan tujuan pasien.
makanan yang kurang dari RDA v Berat badan ideal sesuai 3. Anjurkan pasien untuk
(Recomended Daily Allowance) dengan tinggi badan meningkatkan intake
- Membran mukosa dan v Mampumengidentifikasi Fe
konjungtiva pucat kebutuhan nutrisi 4. Anjurkan pasien untuk
- Kelemahan otot yang v Tidk ada tanda tanda meningkatkan protein
digunakan untuk malnutrisi dan vitamin C
menelan/mengunyah v Menunjukkan 5. Berikan substansi gula
- Luka, inflamasi pada rongga peningkatan fungsi 6. Yakinkan diet yang
mulut pengecapan dari menelan dimakan mengandung
- Mudah merasa kenyang, v Tidak terjadi penurunan tinggi serat untuk
sesaat setelah mengunyah berat badan yang berarti mencegah konstipasi
makanan 7. Berikan makanan yang
- Dilaporkan atau fakta adanya terpilih (sudah
kekurangan makanan dikonsultasikan dengan
- Dilaporkan adanya ahli gizi)
perubahan sensasi rasa 8. Ajarkan pasien
- Perasaan ketidakmampuan bagaimana membuat
untuk mengunyah makanan catatan makanan
- Miskonsepsi harian.
- Kehilangan BB dengan 9. Monitor jumlah nutrisi
34
makanan cukup dan kandungan kalori
- Keengganan untuk makan 10. Berikan informasi
- Kram pada abdomen tentang kebutuhan
- Tonus otot jelek nutrisi
- Nyeri abdominal dengan atau 11. Kaji kemampuan
tanpa patologi pasien untuk
- Kurang berminat terhadap mendapatkan nutrisi
makanan yang dibutuhkan
- Pembuluh darah kapiler
mulai rapuh Nutrition Monitoring
- Diare dan atau steatorrhea 1. BB pasien dalam batas
- Kehilangan rambut yang normal
cukup banyak (rontok) 2. Monitor adanya
- Suara usus hiperaktif penurunan berat badan
- Kurangnya informasi, 3. Monitor tipe dan
misinformasi jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
Faktor-faktor yang berhubungan 4. Monitor interaksi anak
: atau orangtua selama
Ketidakmampuan pemasukan makan
atau mencerna makanan atau 5. Monitor lingkungan
mengabsorpsi zat-zat gizi selama makan
berhubungan dengan faktor 6. Jadwalkan pengobatan
biologis, psikologis atau dan tindakan tidak
ekonomi. selama jam makan
7. Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan,
35
rambut kusam, dan
mudah patah
10. Monitor mual dan
muntah
11. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
12. Monitor makanan
kesukaan
13. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
14. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
15. Monitor kalori dan
intake nuntrisi
16. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
17. Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
5 Kurang pengetahuan NOC : NIC :
Definisi : v Knowlwdge : disease Teaching : disease Process
Tidak adanya atau kurangnya process 1. Berikan penilaian
informasi kognitif sehubungan v Knowledge : health tentang tingkat
dengan topic spesifik. Behavior pengetahuan pasien
Batasan karakteristik : tentang proses penyakit
36
memverbalisasikan adanya Kriteria Hasil : yang spesifik
masalah, ketidakakuratan v Pasien dan keluarga 2. Jelaskan patofisiologi
mengikuti instruksi, perilaku menyatakan pemahaman dari penyakit dan
tidak sesuai. tentang penyakit, kondisi, bagaimana hal ini
prognosis dan program berhubungan dengan
Faktor yang berhubungan : pengobatan anatomi dan fisiologi,
keterbatasan kognitif, v Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat.
interpretasi terhadap informasi mampu melaksanakan 3. Gambarkan tanda dan
yang salah, kurangnya prosedur yang dijelaskan gejala yang biasa muncul
keinginan untuk mencari secara benar pada penyakit, dengan
informasi, tidak mengetahui v Pasien dan keluarga cara yang tepat
sumber-sumber informasi. mampu menjelaskan 4. Gambarkan proses
kembali apa yang dijelaskan penyakit, dengan cara
perawat/tim kesehatan yang tepat
lainnya. 5. Identifikasi
kemungkinan penyebab,
dengna cara yang tepat
6. Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi, dengan cara yang
tepat
7. Hindari jaminan yang
kosong
8. Sediakan bagi
keluarga atau SO
informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang mungkin
37
diperlukan untuk
mencegah komplikasi di
masa yang akan datang
dan atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi
kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara
yang tepat
13. Rujuk pasien pada
grup atau agensi di
komunitas lokal, dengan
cara yang tepat
14. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat
38
39
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Ketoasidosis
diabetikum merupakan komplikasi akut diabetes mellitus yang serius. Insulin
Dependen Diabetes Melitus (IDDM) merupakan factor pencetus utama dari
komplikasi KAD. Pasien KAD tidak bisa memecah glukoa menjadi energy.
Pemecahan lemak akan dilakukan dan akan menghasilkan benda-benda keton
dalam darah (ketosis). Tanda gejala khas pada KAD adalah napas berbau
aseton, glukosa darah meningkat drastis >240 mg/dl, poliuri serta dehidrasi.
Komplikasi dari KAD dapat menyebabkan koma hingga kematian.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dan paling penting untuk mengidentifikasi
terjadinya KAD adalah AGD dan pemeriksaan glukosa darah. KAD harus
ditangani secara tepat dan cepat. Asuhan keperawatan pada pasien KAD
terdiri dari proses pengkajian hingga evaluasi. Terdapat tanda dan gejala khas
pada pasien dengan KAD yakni napas berbau aseton atau buah. Diagnosa
keperawatan yang paling sering muncul pada pasien dengan KAD adalah Pola
napas tidak efektif, Hipovolemia, dan Gangguan pertukaran gas.
Saran
Dari pembahasan diatas diharapkan asuhan keperawatan pada pasien
dengan KAD dapat dilaksanakan dengan cepat dan tepat, untuk membantu
kesembuhan pasien. Penulis menerima saran dan masukan yang membangun
agar kedepannya penulis dapar memperbaiki cara penulisan.
40
DAFTAR PUSTAKA
Bakta IM, Suastika IK. (1999). Gawat Darurat Di Bidang Penyakit Dalam, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
41