C/Kp/VI
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang ‘’Asuhan Keperawatan dengan Ketoasidos
Diabetikum’’ ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
kita mengenai penyakit ketoasidosis. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketoasidosis Diabetik (KAD) merupakan salah satu komplikasi akut diabetes melitus akibat
defisiensi (absolut ataupun relative) hormon insulin yang tidak dikenal dan bila tidak mendapat
pengobatan segera akan menyebabkan kematian. Faktor yang dapat menjadi pencetus keadaan ini adalah
infeksi yang merupakan pencetus paling sering karena pada keadaan infeksi kebutuhan tubuh akan
insulin tiba-tiba meningkat. Infeksi yang sering dijumpai adalah infeksi saluran kemih dan pneumonia.
Faktor pencetus lain adalah infark miokard akut dan penghentian insulin.
Sesuai dengan patofisiologi KAD akan dijumpai pasien dalam keadaan ketoasidosis dengan
pernafasan cepat dan dalam (kusmaul), dehidrasi dan kadang-kadang syok. Kriteria diagnosis KAD
dapat ditegakkan dengan beberapa pemeriksaan dimulai dengan anamnesis yang baik dan tepat dengan
menanyakan diantaranya riwayat penyakit terdahulu. Pada pemeriksaan adanya terciumnya nafas yang
khas bau keton, tekanan adarah menurun, gula darah yang meningkat, dapat juga disertai penurunan
kesadaran, KAD harus dibedakan dengan koma hiperosmolar hiperglikemik nonketotik dan asidosis
laktat.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang di maksud dengan Ketoasidosis Diabetikum ?
2. Apa saja penyebab dari Ketoasidosis Diabetikum ?
3. Faktor pencetus dari Ketoasidosis Diabetikum apa saja ?
4. Tanda dan gejala dari Ketoasidosis Diabetikum yang timbul seperti apa ?
5. Pemeriksaan penunjang apa saja untuk Ketoasidosis Diabetikum ?
6. Komplikasi yang ditimbulkan dari Ketoasidosis Diabetikum ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa definisi dari Ketoasidosis Diabetikum
2. Untuk mengetahui apa saja yang dapat menyebabkan Ketoasidosis Diabetikum
3. Untuk mengetahui apa saja faktor pencetus dari Ketoasidosis Diabetikum
4. Untuk mengetahui apa saja tanda dan gejala dari Ketoasidosis Diabetikum
5. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang untuk penyakit Ketoasidosis Diabetikum
6. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari Ketoasidosis Diabetikum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Ketoasidosis Diabetikum (KAD)
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif.
KAD dan hipoglikemia merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang serius dan membutuhkan
pengelolaan gawat darurat. Akibat diuresis osmotik, KAD biasanya mengalami dehidrasi berat dan
bahkan dapat sampai menyebabkan syok. Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan komplikasi akut
diabetes melitus yang ditandai dengan dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis. Ketoasidosis
diabetik merupakan akibat dari defisiensi berat insulin dan disertai gangguan metabolisme protein,
karbohidrat dan lemak. Keadaan ini merupakan gangguan metabolisme yang paling serius pada diabetes
ketergantungan insulin.
KAD adalah keadaan yang ditandai dengan asidosis metabolik akibat pembentukan keton
yang berlebihan, sedangkan SHH ditandai dengan hiperosmolalitas berat dengan kadar glukosa
serum yang biasanya lebih tinggi dari KAD murni (American Diabetes Association,
2004).Ketoasidosis diabetikum adalah merupakan trias dari hiperglikemia, asidosis, dan ketosis yang
terlihat terutama pada pasien dengan diabetes tipe-1. (Samijean Nordmark, 2008).
Salah satu kendala dalam laporan mengenai insidensi, epidemiologi dan angka kematian
KAD adalah belum ditemukannya kesepakatan tentang definisi KAD. Sindroma ini mengandung triad
yang terdiri dari hiperglikemia, ketosis dan asidemia. Konsensus diantara para ahli dibidang ini
mengenai kriteria diagnostik untuk KAD adalah pH arterial < 7,3, kadar bikarbonat < 15 mEq/L,
d an kadar glucosa darah > 250 m g/dL disertai ketonemia dan ketonuria moderate (Kitabchi dkk,
1994).
Diabetic Keto Acidosis (DKA) adalah komplikasi akut yang mengancam jiwa seorang penderita
diabetes mellitus yang tidak terkontrol. Kondisi kehilangan urin, air, kalium, amonium, dan natrium
menyebabkan hipovolemia, ketidakseimbangan elektrolit, kadar glukosa darah sangat tinggi, dan
pemecahan asam lemak bebas menyebabkan asidosis dan sering disertai koma.
B. Etiologi Ketoasidosi Diabetikum
Ada sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk pertama kali. Pada
pasien yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80 % dapat dikenali adanya faktor pencetus. Mengatasi
faktor pencetus ini penting dalam pengobatan dan pencegahan ketoasidosis berulang. Tidak adanya
insulin atau tidak cukupmya jumlah insulin yang nyata, yang dapat disebabkan oleh :
1. Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi
2. Keadaan sakit atau infeksi
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati
Beberapa penyebab terjadinya KAD adalah :
1. Infeksi : pneumonia, infeksi traktus urinarius, dan sepsis. Diketahui bahwa jumlah sel darah putih
mungkin meningkat tanpa indikasi yang mendasari infeksi.
2. Ketidakpatuhan : karena ketidakpatuhan dalam dosis
3. Pengobatan : onset baru diabetes atau dosis insulin tidak adekuat
4. Kardiovaskuler : infark miokardium
5. Penyebab lain : hipertiroididme, pankreatitis, kehamilan, pengobatan kortikosteroid dan adrenergik.
(Samijen Nordmark, 2008).
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Glukosa.
Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl. Sebagian pasien mungkin
memperlihatkan kadar gula darah yang lebih rendah dan sebagian lainnya mungkin memiliki
kadar sampai setinggi 1000 mg/dl atau lebih yang biasanya bergantung pada derajat dehidrasi.
Harus disadari bahwa ketoasidosis diabetik tidak selalu berhubungan dengan kadar glukosa
darah. Sebagian pasien dapat mengalami asidosis berat disertai kadar glukosa yang berkisar dari
100 – 200 mg/dl, sementara sebagian lainnya mungkin tidak memperlihatkan ketoasidosis
diabetikum sekalipun kadar glukosa darahnya mencapai 400-500 mg/dl.
2. Natrium.
Efek hiperglikemia ekstravaskuler bergerak air ke ruang intravaskuler. Untuk setiap 100 mg / dL
glukosa lebih dari 100 mg / dL, tingkat natrium serum diturunkan oleh sekitar 1,6 mEq / L. Bila
kadar glukosa turun, tingkat natrium serum meningkat dengan jumlah yang sesuai.
3. Kalium.
Ini perlu diperiksa sering, sebagai nilai-nilai drop sangat cepat dengan perawatan. EKG dapat
digunakan untuk menilai efek jantung ekstrem di tingkat potasium.
4. Bikarbonat.
Kadar bikarbonat serum adalah rendah, yaitu 0- 15 mEq/L dan pH yang rendah (6,8-7,3).
Tingkat pCO2 yang rendah ( 10- 30 mmHg) mencerminkan kompensasi respiratorik (pernapasan
kussmaul) terhadap asidosisi metabolik. Akumulasi badan keton (yang mencetuskan asidosis)
dicerminkan oleh hasil pengukuran keton dalam darah dan urin. Gunakan tingkat ini dalam
hubungannya dengan kesenjangan anion untuk menilai derajat asidosis.
5. Sel darah lengkap (CBC).
Tinggi sel darah putih (WBC) menghitung (> 15 X 109 / L) atau ditandai pergeseran kiri
mungkin menyarankan mendasari infeksi.
6. Gas darah arteri (AGD).
pH sering <7.3. Vena pH dapat digunakan untuk mengulang pH measurements. Brandenburg dan
Dire menemukan bahwa pH pada tingkat gas darah vena pada pasien dengan KAD adalah lebih
rendah dari pH 0,03 pada AGD.
7. Keton.
Diagnosis memadai ketonuria memerlukan fungsi ginjal. Selain itu, ketonuria dapat berlangsung
lebih lama dari asidosis jaringan yang mendasarinya.
8. ß-hidroksibutirat.
Serum atau hidroksibutirat ß kapiler dapat digunakan untuk mengikuti respons terhadap
pengobatan. Tingkat yang lebih besar dari 0,5 mmol / L dianggap normal, dan tingkat dari 3
mmol / L berkorelasi dengan kebutuhan untuk ketoasidosis diabetik (KAD).
9. Urinalisis (UA)
Cari glikosuria dan urin ketosis. Hal ini digunakan untuk mendeteksi infeksi saluran kencing
yang mendasari.
10. Osmolalitas
Diukur sebagai 2 (Na +) (mEq / L) + glukosa (mg / dL) / 18 + BUN (mg / dL) / 2.8. Pasien
dengan diabetes ketoasidosis yang berada dalam keadaan koma biasanya memiliki osmolalitis >
330 mOsm / kg H2O. Jika osmolalitas kurang dari > 330 mOsm / kg H2O ini, maka pasien jatuh
pada kondisi koma.
11. Fosfor
Jika pasien berisiko hipofosfatemia (misalnya, status gizi buruk, alkoholisme kronis), maka
tingkat fosfor serum harus ditentukan.
12. Tingkat BUN meningkat.
Anion gap yang lebih tinggi dari biasanya.
13. Kadar kreatinin
Kenaikan kadar kreatinin, urea nitrogen darah (BUN) dan Hb juga dapat terjadi pada dehidrasi.
Setelah terapi rehidrasi dilakukan, kenaikan kadar kreatinin dan BUN serum yang terus berlanjut
akan dijumpai pada pasien yang mengalami insufisiensi renal.
b. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik untuk ketoasidosis diabetik dapat dilakukan dengan cara:
1. Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl). Biasanya tes ini
dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi stress.
2. Gula darah puasa normal atau diatas normal.
3. Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
4. Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
5. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan ketidakadekuatan kontrol
glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya aterosklerosis.
6. Aseton plasma: Positif secara mencolok
7. As. Lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meninggkat
8. Elektrolit: Na normal/menurun; K normal/meningkat serum Fosfor turun
9. Hemoglobin glikosilat: Meningkat 2-4 kali normal
10. Gas Darah Arteri: pH rendah, penurunan HCO3 (asidosismetabolik) dengan kompensasi
alkalosis respiratorik
11. Trombosit darah: Ht mungkin meningkat, leukositosis, hemokonsentrasi
12. Ureum/creatinin: meningkat/normal
13. Amilase darah: meningkat mengindikasikan pankreatitis akut
Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
1. Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan lokal
2. Monitor hitung
granulosit, WBC
3. Monitor
kerentanan
terhadap infeksi
4. Batasi
pengunjung
5. Saring
pengunjung
terhadap penyakit
menular
6. Pertahankan
teknik aspesis
pada pasien yang
beresiko
7. Pertahankan
teknik isolasi k/p
8. Berikan
perawatan kulit
pada area
epidermis
9. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap
kemerahan, panas,
drainase
10. Inspeksi kondisi
luka / insisi bedah
11. Dorong masukkan
nutrisi yang
cukup
12. Dorong masukan
cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan
pasien untuk
minum antibiotik
sesuai resep
15. Ajarkan pasien
dan keluarga
tanda dan gejala
infeksi
16. Ajarkan cara
menghindari
infeksi
17. Laporkan
kecurigaan infeksi
18. Laporkan kultur
positif
4 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :
kurang dari kebutuhan - Status nutrisi makanan dan Nutrition Management
tubuh minuman yang masuk 1. Kaji adanya alergi
Definisi : Intake nutrisi makanan
tidak cukup untuk Kriteria Hasil : 2. Kolaborasi dengan
keperluan metabolisme - Adanya peningkatan berat ahli gizi untuk
tubuh. badan sesuai dengan tujuan menentukan jumlah
- Berat badan ideal sesuai kalori dan nutrisi yang
Batasan karakteristik : dengan tinggi badan dibutuhkan pasien.
- Berat badan 20 % atau - Mampumengidentifikasi 3. Anjurkan pasien untuk
lebih di bawah ideal kebutuhan nutrisi meningkatkan intake
- Dilaporkan adanya - Tidk ada tanda tanda Fe
intake makanan yang malnutrisi 4. Anjurkan pasien untuk
kurang dari RDA - Menunjukkan peningkatan meningkatkan protein
(Recomended Daily fungsi pengecapan dari dan vitamin C
Allowance) menelan 5. Berikan substansi gula
- Membran mukosa dan - Tidak terjadi penurunan 6. Yakinkan diet yang
konjungtiva pucat berat badan yang berarti dimakan mengandung
- Kelemahan otot yang tinggi serat untuk
digunakan untuk mencegah konstipasi
menelan/mengunyah 7. Berikan makanan
- Luka, inflamasi pada yang terpilih (sudah
rongga mulut dikonsultasikan
- Mudah merasa kenyang, dengan ahli gizi)
sesaat setelah mengunyah 8. Ajarkan pasien
makanan bagaimana membuat
- Dilaporkan atau fakta catatan makanan
adanya kekurangan harian.
makanan 9. Monitor jumlah nutrisi
- Dilaporkan adanya dan kandungan kalori
perubahan sensasi rasa 10. Berikan informasi
- Perasaan tentang kebutuhan
ketidakmampuan untuk nutrisi
mengunyah makanan 11. Kaji kemampuan
- Miskonsepsi pasien untuk
- Kehilangan BB dengan mendapatkan nutrisi
makanan cukup yang dibutuhkan
- Keengganan untuk
makan Nutrition Monitoring
- Kram pada abdomen 1. BB pasien dalam batas
- Tonus otot jelek normal
- Nyeri abdominal 2. Monitor adanya
dengan atau tanpa patologi penurunan berat badan
- Kurang berminat 3. Monitor tipe dan
terhadap makanan jumlah aktivitas yang
- Pembuluh darah biasa dilakukan
kapiler mulai rapuh 4. Monitor interaksi anak
- Diare dan atau atau orangtua selama
steatorrhea makan
- Kehilangan rambut 5. Monitor lingkungan
yang cukup banyak selama makan
(rontok) 6. Jadwalkan pengobatan
- Suara usus hiperaktif dan tindakan tidak
- Kurangnya informasi, selama jam makan
misinformasi 7. Monitor kulit kering
dan perubahan
Faktor-faktor yang pigmentasi
berhubungan : 8. Monitor turgor kulit
Ketidakmampuan 9. Monitor kekeringan,
pemasukan atau mencerna rambut kusam, dan
makanan atau mudah patah
mengabsorpsi zat-zat gizi 10. Monitor mual dan
berhubungan dengan muntah
faktor biologis, psikologis 11. Monitor kadar
atau ekonomi. albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
12. Monitor makanan
kesukaan
13. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
14. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
15. Monitor kalori dan
intake nuntrisi
16. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan
cavitas oral.
17. Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
Saat ini setelah dilakukan pemeriksaan fisik keadaan umum pasien lemas, dengan GCS E:3, V: 4, M : 5
, terdengar ronkhi yang terdapat pada lobus kanan bawah, dapat tercium nafas berbau asam, TD : 110/70
mmHg, S : 37 C, N : 88x/menit, RR : 20x/menit, TB: 160 cm, BB : 78 kg, SpO2 : %, . Dengan dilakukan
pemeriksaan penunjang didapatkan hasil urinalisis pH 5,50, Leukosit Positif (+ + + ), Glukosa Positif : 450
mg/dl, Keton Positif (+), Sedimen Urine Leukosit 182,80/pl, Eritrosit 46,30/l.
SU
R YA
G
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
S
LO
S TI KE
BAL
O
A
Y
Pasienn mengatakan muntah 3x sejak kemarin dengan volume kurang dari 200 ml yang berisi makanan dan air
dan terasa asam. Pasien mengatakan terdapat muntah darah 1 kali dan nyeri pada ulu hati.
Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit Diabetes Melitus sejak 12 tahun yang lalu.
Riwayat Alergi :
Pasien tidak mempunyai alergi makanan dan obat-obatan.
Review of System
Keadaan Umum : Baik Sedang Lemah , Kesadaran : Apatis
Sistem Pernafasan
Pola Nafas Teratur Tidak Teratur
Sistem Cardiovaskuler
Irama Jantung Reguler Irreguler , S1/S2 Ya Tidak
Sistem Neurologis
GCS : ………. Eyes : ……… Motorik : ……….. Verbal : ………..
Sistem Perkemihan
Urine Frekuensi : ………… Jumlah : ………. Warna : ………… Bau : …………..
Kateter Ya Tidak
Konstipasi Ya Tidak
Sistem Muskuloskeletal
Kemampuan Pergerakan Sendi Bebas Terbatas
Kekuatan Otot :
Sistem Integumen
Warna Kulit Ikterik Sianosis Kemerahan Pucat
Sistem Reproduksi
Laki – Laki / Perempuan (coret salah satu)
Personal Hyegiene
Mandi : ………… x/hari Sikat Gigi : ………… x/hari Keramas : …………… x/hari
Ganti Pakaian : ………… x/hari Menyisir Rambut : ……….. x/hari Potong Kuku : ………………..
Aktivitas Dasar
ADL’S 0 1 2 3 4
Makan / Minum
Toileting
Berpakaian
Mobilisasi Dari Tempat Tidur
Berpindah
Ambulasi / ROM
Ket. 0 : Mandiri, 1 : Di Bantu Alat, 2 : Di Bantu Orang Lain, 3 : Di Bantu Orang & Alat, 4 : Tergantung Total
Penampilan :
Mood :
Konsep Diri :
Proses Pikir :
Orientasi :
Kegiatan Ibadah :
LO
S TI KE
BAL
O
A
Y
GY T
AKAR
Nama : …………….. Usia : ……………. Jenis Kelamin : L/P No RM : ……………. Diagnosa Medis : ……….…………
.
SU
R YA
G PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
LO
S TI KE
BAL
O
A
Y
GY T
AKAR
Nama : …………….. Usia : ……………. Jenis Kelamin : L/P No RM : ……………. Diagnosa Medis : ……….…………
.
SU
R YA
G PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
LO
S TI KE
BAL
O
A
Y
GY T
AKAR
Nama : …………….. Usia : ……………. Jenis Kelamin : L/P No RM : ……………. Diagnosa Medis : ……….…………
LO
S TI KE
BAL
O
A
Y
GY T
AKAR
Nama : ………………… Usia : ……………………….. Jenis Kelamin : L/P No RM : ………………………….. Diagnosa Medis : ……………………………..
LO
S TI KE
CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN
BAL
O
A
Y
GY T
AKAR
Nama : ………………… Usia : ……………………….. Jenis Kelamin : L/P No RM : ………………………….. Diagnosa Medis : ……………………………..
LO
S TI KE
BAL
O
LEMBAR MONITORING
Tanggal : ……………
40°C 250
S
NADI ●
I 37°C 100
G SUHU ▲
N
36°C 50
Kesadaran
Besar Pupil
S Reaksi Pupil
S G Eyes
P C Motorik
S Verbal
Reflek Patella
Kekuatan Otot
Tipe Ventilasi
R PEEP/CPAP
E Respirasi Rate
S Tidal Volume
P
FiO2
Sensitivity
K SaO2
A
R Gambar EKG
D CVP
Makan Minum
I NGT
N Infus
T
1.
A
K 2.
3.
E 4.
Total
Urine
O NGT
U BAB
T Drain
P
U 1.
T 2.
IWL
Total
DAFTAR PUSTAKA
Wallace TM, Matthews DR. Recent Advance in The Monitoring and management of Diabetic
Ketoacidosis. QJ Med 2004; 97 : 773-80.
Kitabchi AE, Fisher JN, Murphy MB , Rumbak MJ : Diabetic ketoacidosis and the
hyperglycemic hyperosmolar nonketoti c state. In Joslin’s Diabetes Mellitus . 13th ed.
Kahn CR, Weir GC, Eds. Philadelphia, Lea & Febiger, 1994, p.738–770