Disusun Oleh :
Lilis Sulistiarini (170300444)
Nurharyanti Darmaningtyas (170300459)
Nurul Uswatun Chasanah (170300462)
Suwanti (170300495)
Disusun Oleh :
Lilis Sulistiarini (170300444)
Nurharyanti Darmaningtyas (170300459)
Nurul Uswatun Chasanah (170300462)
Suwanti (170300495)
Mengetahui :
Judul Halaman
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
B. Tujuan ......................................................................................... 2
1. Tujuan Umum...................................................................... 2
2. Tujuan Khusus..................................................................... 2
F. Pathway....................................................................................... 8
C. Primary Survey............................................................................ 30
E. Pemeriksaan ................................................................................ 26
G. Program Terapi............................................................................ 32
H. Analisa Data............................................................................... 33
J. Rencana Keperawatan................................................................ 36
A. Analisa Jurnal.............................................................................. 79
1. Introduction .......................................................................... 79
2. Metods .................................................................................. 80
3. Result .................................................................................... 82
4. Discussion ............................................................................. 83
5. Pembahasan .......................................................................... 85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 86
A. Kesimpulan............................................................................ 86
B. Saran ..................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketoasidosis diabetikum adalah merupakan trias dari hiperglikemia,
asidosis, dan ketosis yang terlihat terutama pada pasien dengan diabetes
tipe-1. (Samijean Nordmark, 2008).KAD dan hipoglikemi merupakan
komplikasi akut diabetes melitus yang serius dan mebutuhkan pengelolaan
gawat darurat. Akibat diuresis osmotik, KAD biasanya mengalami dehidrasi
berat dan bahkan sampai menyebabkan syok.
Ketoasidosis diabetikum (KAD) merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas pada anak dengan Diabetes Melitus tipe 1
(IDDM). Mortalitas terutama berhubungan dengan edema serebri yang
terjadi sekitar 57%-87% dari seluruh kematian akibat KAD. Resiko KAD
pada IDDM adalah 1-10% per pasien per tahun. Resiko meningkat dengan
kontrol metabolik yang jelek atau sebelumnya pernah mengalami episode
KAD. Angka kematian ketoasidosis menjadi lebih tinggi pada beberapa
keadaan yang mengertai seperti : sepsis,syok yang berat, infark miokard
akut yang luas, pasien usia lanjut, kadar glukosa darah yang tinggi, uremia,
kadar keasaman darah yang rendah.
Estimasi terakhir International Diabetes Federation (IDF), terdapat
382 juta orang yang hidup dengan diabetes di dunia pada tahun 2013. Pada
tahun 2035 jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta
orang. Diperkirakan dari 382 juta orang tersebut, 175 juta diantaranya
belum terdiagnosis, sehingga terancam berkembang progresif menjadi
komplikasi tanpa disadari dan tanpa pencegahan (Kemenkes RI, 2014)
Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 oleh
Departemen Kesehatan , menunjukkan bahwa rata-rata prevalensi DM di
daerah urban untuk usia diatas 15 tahun sebesar 5,7 %. Prevalensi terkecil
terdapat di Propinsi Papua sebesar 1,7 % dan terbesar di Propinsi Maluku
Utara dan Kalimantan Barat yang mencapai 11,1 %. Sedangkan prevalensi
toleransi glukosa terganggu (TTG), berkisar antara 4,0 % di Propinsi Jambi
sampai 21,8 % di propinsi Papua Barat dengan rerata sebesar 10,2 %
(Perkeni, 2015). Menurut data IDF 2014 Indonesia menempati peringkat ke-
7 di dunia dengan 7,6 juta orang menderita DM.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai Ketoasidosis Diabetikum
(KAD) serta mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien KAD.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisa kasus dengan berdasarkan teori terkait Asuhan
Keperawatan Ketoasidosis Diabetikum (KAD)
b. Memperoleh gambaran hasil pengkajian Asuhan Keperawatan Pada
Anak “N” dengan Ketoasidosis Diabetikum (KAD)
c. Memaparkan rumusan diagnosa Asuhan Keperawatan pada Anak
“N” dengan Ketoasidosis Diabetikum (KAD)
d. Memaparkan rencana Asuhan Keperawatan pada Anak “N” dengan
Ketoasidosis Diabetikum (KAD)
e. Memaparkan tindakan Asuhan Keperawatan pada Anak “N” dengan
Ketoasidosis Diabetikum (KAD)
f. Memaparkan hasil evaluasi Asuhan Keperawatan pada Anak “N”
dengan Ketoasidosis Diabetikum (KAD)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama : Pasien tidak sadar ( koma )
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien datang dari rumah sakit Nyi Ageng Serang, dengan kondisi
penurunan kesadaran, anak pingsan sejak pagi kemudian dibawa ke
Puskesmas Panjatan 2, dicek GDS dengan hasil tinggi, lalu dirujuk ke
rumah sakit Nyi Ageng Serang, di rumah sakit Nyi Ageng Serang di
pasang infus Asering loading 1000 cc, kemudian pasien keluar urin 1000
cc, kondisi tetap sama (belum sadar, masih koma), saat datang di UGD
RSUD Wates dalam keadaan koma, tidak muntah, tidak kejang. Di IGD
RSUD Wates pasien dilakukan tindakan pemasangan infus NACL
kecepatan 41,6cc/jam jalur kedua tangan kiri, cek ulang laborat lengkap
meliputi darah rutin, AGD dan kimia darah, serta dilakukan cek GDS tiap
jam. Pasien juga dipasang intubasi ETT no 6,5 dan dipasang DC no 8.
Terapi yang diberikan injeksi cefotaxim 1 gram intra vena dan insulin 50
ui dalam 50 cc Nacl kecepatan 1cc/jam. Pasien kemudian dirawat di ICU
untuk pemasangan ventilator. Pasien masuk ruang ICU tanggal 2
Desember 2017 jam 21.00 wib. Saat dikaji tanggal 4 Desember 2017 jam
09.00 wib keadaan umum pasien lemah, kesadaran coma. Klien terpasang
ventilator mode SIMV, RR mesin 25, PEEP 3, FiO2 55%, RR total 34.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Keluarga pasien mengatakan pasien menderita penyakit gula sejak dua
tahun yang lalu tetapi tidak kontrol rutin dan minum obat. Klien
didiagnosa DM tipe 1 sejak kelas 4 SD tetapi tidak pernah kontrol dan
mengkonsumsi obatnya.kan
4. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keturunan DM Tipe 1 yaitu kakek dari ayah pasien, dan
ayah pasien juga menderita penyakit DM tapi tidak kontrol rutin.
C. Primary Survey
1. Airway
Terpasang mayo no 8 , ETT no 6,5 sejak tanggal 2 Desember 2017 jam
19.00 wib, terdapat sekret dan lendir di OPA dan ETT..
2. Breating
Pasien tampak sesak nafas, tidak tampak batuk, RR total 34x/mnt, RR
mesin 25x/mnt, RR pasien : 9x/mnt.
3. Circulation
TD: 108/53mmHg, S : 38,40 C, N : 167x/mnt teraba kuat, SPO2 99%
4. Disability
Kesadaran koma,GCS ; E2 Vt (terintubasi) M2 total GCS 4.
5. Ekspasure
Tidak ada jejas, suhu tubuh 38,4oC, badan klien teraba panas dan
berkeringat. Akral klien panas.
E. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan kesadaran umum
Pasien tidak sadar ( koma )
2. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan fisik
BB : 20 kg
1) Kepala dan leher :
Kepala dan rambut bersih, tidak ada lesi, tidak nyeri tekan, kedua
mata tampak merah dan kotor. Klien terpasang ETT no 6,5 , NGT no
8, OPA no 8 sejak tanggal 2 Desember 2017.
2) Thorak / dada :
Dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada wheezing.
3) Abdomen :
Supel, nyeri tekan epigastrium, peristaltik ada, bising usus : 12x/mnt
4) Ekstrimitas :
Ekstrimitas lemah, kekuatan otot tidak ada. Klien terpasang infus
dua jalur. Terpasang infus Nacl tangan kanan Nacl 10 ml/jam.
Tangan kiri Nacl 32 ml/jam
5) Genetalia :
Bersih dan tidak berbau,terlihat kemerahan karena pasien
menggunakan pempers. Klien terpasang DC no 8 sejak tanggal
2/12/2017 jam 18.00 wib.
b. Pemeriksaan respiratori
1) Inspeksi
a) Batuk tidak ada
b) produksi sputum (+) Commented [N1]: Warna, jumlah, kekentalan
d. Sistem pencernaan
1) Inspeksi
a) Mukosa bibir : kering
b) Tidak Muntah
c) BB 20 kg
d) Klien terpasang NGT no 8 sejak tanggal 2/12/2017 jam 19.00
wib, produk cairan NGT hitam ngt dialirkan dalam urin bag.
2) Auskultasi
Bising usus ada, peristaltik usus :12x/mnt
3) Palpasi
a) Kuadran 1 :
hepar : tidak nyeri tekan
b) Kuadran II
Gaster : nyeri tekan
Distensi abdomen tidak diperoleh data tersebut.
c) Kuadran III
Skibala : massa tidak ada.
Nyeri tekan tidak ada
d) Kuadran IV
Mc. Burney : tidak nyeri tekan
4) Perkusi
Resonan tidak ada
e. Sistem muskuloskletal dan integumen
1) Inspeksi
a) Terjadi penurunan kekuatan otot
b) Deformitas : kulit tidak kenyal
c) Luka : tidak ada luka kecuali luka tusukan infus di tangan kana
dan kiri pasien.
d) Tidak terjadi tremor (+)
2) Palpasi
a) Nyeri tekan : tidak terdapat nyeri tekan
b) Massa : tidak ada masa
f. System Genetourinaria
1) Terpasang DC no 8 sejak tanggal 2/12/2017
2) Produksi urine ada tapi sangat sedikit: 700cc
3) Kesulitan miksi : ada
4) Nyeri saat miksi tidak ada
5) Hematuria : tidak terjadi
1. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium tanggal 2 desember 2017
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Interprestasi
Hematologi
Hemoglobin 15.0 g/dL 14.00-18.00 Normal
Hematokrit 46.3 % 42.00-52.00 Normal
Leukosit 21.80 10^3/uL 4.0-10.5 Naik
Trombosit 364 10^3/uL 150-450 Normal
Eritrosit 5.14 10^6/uL 4.50-6.00 Normal
MPV 8.5 fL 6.5-12.00 Normal
RDW 48.9 fL 35.0-56.0 Normal
Index
MCV 90.0 fL 80.0-97.0 Normal
MCH 29.2 pg 27.0-32.0 Normal
MCHC 32.4 g/dL 32.0-38.0 Normal
Hitung Jenis
Neutropil 67.2 % 50.0-70.0 Normal
Limposit 20.6 % 25.0-40.0 Turun
Monosit 11.8 % 3.0-9.0 Naik
Eosinofil 0.0 % 0.5-5.0 Turun
Basofil 0.4 % 0.0-1.0 Normal
1. Injeksi cefotaxime 1 gr/12 jam intra vena jam 09.00 dan 21.00
2. Injeksi ranitidine 20 mg/8 jam intra vena jam 09.00, 17.00 dan 01.00
3. Injeksi paracetamol 200 mg/ 6 jam intra vena jam 12.00, 18.00, 24.00,
06.00
4. Injeksi fartison 40 mg / 6 jam intra vena jam 09.00, 15.00, 21.00, 03.00
5. Insulin 50 unit / 50 nacl kecepatan 1cc/ jam
6. Dopamin 5 mcg/kgBB/ jam, 100 maq/50 kecepatan 1,5 ml/ jam
7. Dobutamin 10 mcg/kgBB/ jam, 1 ampul/50 ml, kecepatan 2 ml/jam
8. Fentanyl 0.5 mcg/kgBB/jam, 2 A /50 ml, kecepatan 1 ml/ jam
9. Hidrocortison 40 mg / 6 jam
10. Vascon 4 mg/ 50ml, kecepatan 6 ml/ jam
H. ANALISA DATA
2 DS : Ketidakefektif Sekresi
DO : an bersihan yang
Suara nafas ronkhi jalan nafas tertahan
Klien tidak tampak batuk
Klien terpasang ventilator mode
SIMV, RR mesin 25, PEEP 3, FiO2
55%, RR total 34.
Tampak sekret di OPA
4 DS : Risiko
Keluarga pasien mengatakan pasien ketidakstabilan
menderita penyakit gula sejak dua kadar gula
tahun yang lalu tetapi tidak kontrol dalam darah
rutin dan minum obat.
DO :
GDS tgl 2/12/2017
21.00 22.00 23.00 24.00 01.00 02.00
627 490 548 468 462 403
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifas bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi
3. Hipertermi berhubungan dengan sepsis.
4. Defisit perawatan diri : makan, mandi, berpakaian, eliminasi berhubungan
dengan kelemahan.
5. Resiko ketidakstabilan kadar gula dalam darah
6. Resiko infeksi
J. RENCANA KEPERAWATAN
Dx
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kep
1 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam Penghisapan lendir pada jalan nafas :
diharapkan status pernafasan:kepatenan jalan nafas dapat
ditingkatkan dengan kriteria hasil : 1. Auskultasi suara napas sebelum dan sesudah
tindakan suction
2. Memasukkan nasofaringeal airway untuk
Outcame Indikasi Target
melakukan suction nasotracea sesuai
awal 1 2 3 4 5
kebutuhan
Suara nafas tambahan 2 √
3. Gunakan closed sistem suctioning sesuai
Pernafasan cuping hidung 2 √
dengan indikasi
Akumulasi sputum 2 √
4. Biarkan pasien tersambung ke vantilator
selama prosedur suction jika menggunakan
suction tertutup atau jika perangkat adaptor
insuflasi oksigen sedang digunakan
Keterangan :
5. Melalukan suction nasofaring setelah
1 : sangat berat menyelesaikan suction trakea
2 : berat 6. Monitor dan catat warna,jumlah dan konsitensi
3 : cukup secret.
4 : ringan 7. Memberikan terapi pra oksigen 100% sesuai
5 : tidak ada
referensi jurnal.
2 2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam , Monitor pernafasan:
diharapkan respon ventilasi mekanik dapat ditingkatkan
dengan kriteria hasil : 1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan
kesulitan bernafas
- 2. Catat pergerakan dada, catat ketidak
simetrisan, penggunaan otot-otot bantu nafas
Outcame Indikasi Target 3. Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok
awal 1 2 3 4 5 atau mengi
PaCO2 (tekanan partial 2 √ 4. Monitor pola nafas ( bradipnue, takipnue,
karbon dioksida dalam hiperventilasi)
darah arteri) 5. Monitor saturasi oksigen
Arteri pH 2 √ 6. Monitor nilai fungsi paru, terutama kapasitas
Saturasi O2 2 √ vital paru, volume ekspirasi maksimal
Kapasitas vital 2 √ 7. Monitor hasil pemeriksaan ventilasi mekanik,
Volume tidal 2 √ catat peningkatan tekanan inspirasi dan
Tekanan ekspirasi positif 2 √ penurunan volume tidal.
(PEEP) 8. Monitor hasil foto thorak jika KU
Fio2 memenuhi kebutuhan 2 √ memungkinkan
oksigen 9. Kelola therapi oksigen dan pemasangan
ventilator mekanik ( kolaborasi dengan tim
Keterangan : medis)
1 : deviasi berat dari kisaran normal 10. Memonitor AGD (kolaborasi tim medis dan
2 : deviasi yang cukup besar dari kisaran normal laborat)
3 : deviasi sedang dari kisaran normal
4 : deviasi ringan dari kisaran normal
5 : tidak ada deviasi dari kisaran normal
Keterangan :
1 : berat
2 : cukup berat
3 : sedang
4 : ringan
5 : tidak ada
4 4.1 Defisit perawatan diri : makan/minum, berpakaian, eliminasi Bantuan perawatan diri :makan
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x24 jam
diharapkan status menelan klien dipertahankan dengan kriteria 1. Monitor kemampuan pasien untuk menelan.
2. Identifikasi diit yang disarankan
3. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan.
: 4. Berikan kebersihan mulut sebelum makan
5. Monitor status hidrasi pasien
Outcame Indikasi Target
6. Kelola therapi cairan parenteral dan diit per
awal 1 2 3 4 5
NGT
Menangani sekret di 2 √
mulut
Produksi ludah 2 √
Kemampuan 2 √
membersihkan rongga .
mulut
Keterangan :
1 :tidak adekuat
2 :sedikit adekuat
3 : cukup adekuat
4 : sebagian besar adekuat
5:sepenuhnya adekuat
Keterangan :
1 : sangat terganggu
2 : banyak terganggu
3 : cukup terganggu
4 : sedikit terganggu
5 : tidak terganggu
Keterangan :
1 : sangat terganggu
2: banyak terganggu
3 : cukup terganggu
4 : sedikit terganggu
5 : tidak terganggu.
4.4 Defisit perawatan diri : eliminasi Bantuan perawatan diri: eliminasi
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x24 jam 1. Beri privasi selama eliminasi
diharapkan perawatan diri : kebersihan dapat dipertahankan 2. Buatlah jadwal aktivitas terkait eliminasi
dengan kriteria : 3. Sediakan alat bantu misal kateter.
4. Bantu pasien membuang urin
Outcame Indikasi Target 5. Monitoring integritas kulit pasien
awal 1 2 3 4 5
Merespon saat kandung 2 √
kemih penuh
Mengosongkan kandung 2 √
kemih
Keterangan :
1 : sangat terganggu
2 : banyak terganggu
3 : cukup terganggu
4 : sedikit terganggu
5: tidak terganggu
Keterangan :
1 : sangat terganggu
2 : banyak terganggu
3 : cukup terganggu
4 : sedikit terganggu
5 : tidak terganggu
Keterangan :
1 : berat
2 : cukup berat
3 : sedang
4 : ringan
5 : tidak ada
K. CATATAN PERKEMBANGAN Commented [N4]: Catatatn perkembangan dibuat per diagnose
bukan perhari sehuingga bisa dilihat perkembangan kondisi pasien
sesuai diagnosa
Kriteria hasil
PaCO2 (tekanan partial 2
karbon dioksida dalam
darah arteri)
Arteri pH 2
Saturasi O2 2
Kapasitas vital 2
Volume tidal 2
Tekanan ekspirasi positif 2
(PEEP)
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi :
1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan bernafas
2. Catat pergerakan dada, catat ketidak simetrisan, penggunaan
otot-otot bantu nafas
3. Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok atau mengi
4. Monitor pola nafas ( bradipnue, takipnue, hiperventilasi)
5. Monitor saturasi oksigen
6. Monitor nilai fungsi paru, terutama kapasitas vital paru,
volume ekspirasi maksimal
7. Monitor hasil pemeriksaan ventilasi mekanik, catat
peningkatan tekanan inspirasi dan penurunan volume tidal.
8. Monitor hasil foto thorak jika KU memungkinkan
9. Kelola therapi oksigen dan pemasangan ventilator mekanik (
kolaborasi dengan tim medis)
10. Memonitor AGD (kolaborasi tim medis dan laborat)
10.00 3 1. Mengukur vital sign tiap2jam S:
12.00 2. Melakukan injeksi antipiretik O:
13.00 paracetamol 200 mg intra vena Hasil monitor vital sign
13.00 3. Mengobservasi warna kulit Jam(WIB) 10.00 12.00 14.00
4. Mengelola cairan infus Nacl Tensi(mm/hg) 106/54 102/101 11/43
10 ml/ jam tangan kanan. Nadi(x/mnt) 165 165 160
Suhu (°C) S:38,4 39.2 38,2 Lilis
Warna kulit Kulit Kulit Kulit
kemerahan kemerahan kemerahan
Perabaan Teraba Teraba Teraba
panas panas panas
Parasetamol 200 mg masuk per IV
Mengganti cairan infus Nacl di tangan kanan 10 ml/ jam
Kriteria hasil
Penurunan suhu kulit 2
Hipertermi 2
Perubahan warna kulit 2
Dehidrasi 2
Terapi insulin masuk melalui syrnge pump 50ui dlm 50cc nacl
kecepatan 1cc/jam
Kriteria hasil:
Efek terapeutik yang 2
diharapkan
Perubahan kimia darah 2
yang diharapkan
Perubahan gejala yang
diharapkan 2
Pemeliharaan kadar darah
yang diharapkan 3
Kriteria hasil
PaCO2 (tekanan partial 2
karbon dioksida dalam
darah arteri)
Arteri pH 2
Saturasi O2 3
Kapasitas vital 2
Volume tidal 2
Tekanan ekspirasi positif 3
(PEEP)
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi :
1. Monitor pola nafas ( bradipnue, takipnue, hiperventilasi)
2. Monitor saturasi oksigen
3. Monitor nilai fungsi paru, terutama kapasitas vital paru,
volume ekspirasi maksimal
4. Monitor hasil pemeriksaan ventilasi mekanik, catat
peningkatan tekanan inspirasi dan penurunan volume tidal.
Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan bernafas
5. Catat pergerakan dada, catat ketidak simetrisan, penggunaan
otot-otot bantu nafas
6. Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok atau mengi
7. Monitor hasil foto thorak jika KU memungkinkan
8. Kelola therapi oksigen dan pemasangan ventilator mekanik (
kolaborasi dengan tim medis.
9. Memonitor AGD (kolaborasi tim medis dan laborat)
14.00 3 1. Mengukur vital sign tiap 2 jam S:
18.10 2. Melakukan injeksi antipiretik O:
19.00 paracetamol 200 mg intra Hasil monitor vital sign
19.10 vena. Jam(WIB) 14.00 16.00 18.00 20.00
3. Mengobservsi warna kulit
4. Mengelola cairan infus Nacl Tensi(mmhg) 106/54 102/101 111/43 108/45
32 ml/ jam tangan kiri Nadi(x/mnt) 165 165 160 156 Tyas
Hasil AGD
PH 7.03
PCO2 40.5 mmHg
PO2 107 mmHg
Beecf -20 mmol/L
HCO3 10.7 mmol/L
TCO2 12 mmol/L
S02 95 %
Lac 0.50 mmol/L
Kesimpulan : asidosis murni
Kriteria hasil:
PaCO2 (tekanan partial 2
karbon dioksida dalam
darah arteri)
Arteri pH 2
Saturasi O2 3
Kapasitas vital 3
Volume tidal 2
Tekanan ekspirasi 2
posi if (PEEP)
PH 7.104
PCO2 37.3mmHg
PO2 217mmHg
Beecf -18mmol/L
HCO3 11.7mmol/L
TCO2 13mmol/L
S02 19%
Lac 0.41mmol/L
Kriteria hasil:
Efek terapeutik yang 2
diharapkan
Perubahan kimia darah 2
yang diharapkan
Perubahan gejala yang
diharapkan 2
Pemeliharaan kadar darah
yang diharapkan 3
Kriteria hasil
PaCO2 (tekanan partial 2
karbon dioksida dalam
darah arteri)
Arteri pH 2
Saturasi O2 2
Kapasitas vital 2
Volume tidal 2
Tekanan ekspirasi positif 3
(PEEP)
Catatan :
Semua intervensi kelompok hentikan kaena pasien meninggal dunia selasa, 5/12/2017 pukul 20.30 wib.
BAB IV
PEMBAHASAN JURNAL
The Effect of the Duration of Pre-Oxygenation before Endotracheal Suction on
Hemodynamic Symptoms
A. Analisa Jurnal
1. Introduction
Keluhan kritis paling umum di unit perawatan intensif (ICU)
berhubungan dengan airways. karena disfungsi sistem pernapasan dan
ketidakmampuan untuk bernapas secara spontan adalah masalah utama di
ICU. Ventilator dan endotrakea merupakan bagian integral dari ICU.
Suction ETT biasanya dilakukan di ICU untuk membersihkan saluran
pernafasan.
Suction ETT adalah teknik standar keperawatan untuk pasien yang
diintubasi yang bertujuan untuk memfasilitasi drainase sekresi dari jalan
nafas, sehingga mencegah penyumbatan saluran nafas dan
mengoptimalkan oksigenasi.
Menurut Lookinland dan Appel, "meskipun suction ETT adalah
teknik perawatan umum pada pasien ICU, dapat menyebabkan
komplikasi seperti menurunkan tekanan oksigen, detak jantung tidak
teratur dan perubahan hemodinamik".
Menurut Glass dan Grap, "Suction ETT dapat menyebabkan
penyimpangan jantung, perubahan hemodinamik dan peningkatan
tekanan intrakranial (1995). Brunner dan Suddarth (2010) percaya bahwa
hipoksia adalah salah satukomplikasi utama yang dapat terjadi selama
suction dan bahwa, untuk mencegah kondisi ini, pasien harus diberikan
oksigen dalam cara yang berbeda seperti melalui masker oksigen, tenda
oksigen atau ventilator mekanik.
Mengingat komplikasi yang terkait dengan suction, terutama
hypoxemia dan efek pada organ tubuh yang berbeda, mencegah
komplikasi ini adalah sangat penting. Para peneliti telah mengusulkan
sebuah teknik yang disebut pra-oksigenasi yang secara dramatis dapat
mengurangi hypoxemia yang disebabkan oleh suction. Jongerden et al.
(2012) percaya bahwa insiden aritmia selama suction disebabkan oleh
hypoxemia, yang dapat dicegah melalui pemberian oksigenasi sebelum
dan sesudah suction (Jongerden et al., 2012).
Pra-oksigenasi melibatkan pemberian oksigen konsentrasi yang
lebih tinggidaripadabiasa kepada pasien sebelum melakukan penyedotan.
Mengingat keterbatasan dalam studi sebelumnya dalam durasi oksigenasi
sebelum suction dan mengingat tidak adanya panduan resmi pada efek
dari durasi oksigenasi pada parameter hemodinamik, penelitian saat ini
dilakukan untuk membandingkan efek pra-oksigenasi 30 detik, satu-
menit dan dua menit sebelumsuction terhadap denyut jantung dan
saturasi oksigen arteri pasien ICU.
2. Methods
a. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dampak dari
masa pra-oksigenasi sebelum suction pada tanggapan hemodinamik
pasien di unit perawatan intensif.
b. Desain
Uji klinis dilakukan pada populasi pasien ICU di rumah sakit Jahrom
Peymanieh, Iran. Proses penelitian dijelaskan kepada anggota
keluarga pasien dan wali. Persetujuan tertulis untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini diperoleh dari Juli untuk Desember 2016
c. Peserta
Kriteria inklusi studi terdiri dari yang berusia 18-65, dirawat di ICU
setidaknya 48 jam sebelum peneitian, di bawah intubasi trakea dan
ventilasi mekanis, tidak adanya kerusakan paru-paru menurut
penilaian radiologis dan pendapat spesialis, parameter hemodinamik
stabil (SBP > 100 mmHg, output = 30 cc/jam dan HR = 60-100),
tidak adanya aritmia jantung, karena tidak ada riwayat penyakit paru
kronis atau infeksi pernapasan akut, tidak adanya tanda-tanda sinyal
peningkatan ICP dan membutuhkan tiga episode pembersihan jalan
nafas per setiap suction, tidak menerima narkotika sebelum suction.
d. Pengumpulan data
Pengumpulan data alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari bentuk demografis dengan item pada kode masuk rumah sakit,
Umur, jenis kelamin, tanggal masuk dan studi parameter (denyut
jantung dan saturasi oksigen arteri). Parameter ini adalah tabel lima
menit sebelumnya, 30 detik sebelum, selama, segera setelah, lima
menit setelah dan 20 menit setelah suction. Parameter hemodinamik
pasien dimonitor menggunakan S1800-ER. Pemantauan sistem yang
dibuat oleh Pooyandegan Rah Saadat Co elektroda ditempatkan pada
dada pasien untuk memantau denyut jantung dan menyelidiki jari
terpasang untuk memantau saturasi oksigen arteri. Keandalan sistem
pemantauan ini dinilai berdasarkan instruksi dari pabriknya.
e. Intervensi
Pasien yang mengalami ketidakseimbangan hemodinamik selama
intervensi dan dengan tekanan darah arteri yang kurang dari 60
mmHg dikeluarkan dari studi. 63 pasien ditugaskan secara acak
menjadi 3 kelompok yang menggunakan program perangkat lunak
alokasi yang acak: 30 detik, satu menit atau dua menit pra-oksigenasi
kelompok dengan masing-masing kelompok sebanyak 21 pasien.
Suction kemudian dilakukan pada mereka oleh peneliti dan sesuai
dengan kebutuhan mereka. Setiap pasien menjalani suction sekali.
Peneliti memberikan 100% oksigen kepada pasien dengan ventilasi
mekanik sebelum melakukan suction pada tekanan negatif maksimum
120 mmHg. Tiga episode tabung penyisipan ke dalam trakea dan
suction dilakukan di setiap sesi suction, yang memakan waktu sekitar
15 detik. Pasien adalah menghubungkan kembali ke ventilator selama
45 detik dalam interval antara yang pertama, kedua dan ketiga
episode untuk mendapatkan oksigen 100%. Setelah episode ketiga
selesai, oksigen 100% diberikan untuk semua tiga kelompok selama
satu menit. Jika pasien membutuhkan lebih sedikit atau lebih episode
kateter penyisipan dan suction selama setiap sesi penyedotan, sesi
yang dihapuskan dari studi dan pengukuran yang diambil kembali ke
sesi berikutnya.
f. Analisis data
Dikumpulkan dengan kode dan dianalisis menggunakan
statistikSPSS-16 dengan statistik deskriptif seperti mean, presentase
dan deviasi standar serta ANOVA dan post-hoc tes untuk tes Chi-
kuadrat untuk membandingkan kualitatif variabel. Tren perubahan
dibandingkan di tiga kelompok menggunakan ANOVA. Tingkat
signifikansi Statistik ditetapkan sebesar 0,05. Tiga kelompok pertama
dibandingkan untuk mencocokkan variabel yang mendasari dan
membingungkan dan untuk memastikan distribusi normal data.
3. Result
Karakteristik demografis dari pasien ditampilkan dalam tabel 1. Hasil
ANOVA menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara tiga
kelompok dalam variabel kuantitatif diperiksa (P = 0.923). Mayoritas
pasien (76,2%) dalam semua tiga kelompok adalah laki-laki. Tiga
kelompok dibandingkan dalam hal saturasi oksigen rata-rata mereka
(Tabel 2). Bagan perubahan saturasi oksigen dalam tiga kelompok pada
waktu yang berbeda dari suction (Gambar 1).
Hasil ANOVA menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok
tiga dalam berbagai tahap suction. Perbedaan paling signifikan(LSD)
post-hoc tes menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara
tiga kelompok di saturasi oksigen arteri yang berarti 5 menit sebelum
suction. Dua menit pra-oksigenasi menyebabkan peningkatan yang lebih
besar di saturasi oksigen arteri berarti dibandingkan pra-oksigenasi kedua
30 (P = 0.026). Pra-oksigenasi 30 detik menyebabkan penurunan lebih
besar di saturasi oksigen arteri yang berarti selama episode penyedotan
daripada satu-menit (P = 0,46) dan dua menit (P = 0.001) pra-
oxygenations, dan pengurangan berarti ini masih bertahan hingga segera
setelah suction (P = 0.001). Rata-rata saturasi oksigen arteri di menit 5 (P
= 0,002) dan 20 (P = 0.001) setelah suction adalah kecil dalam kelompok
pra-oksigenasi 30 detik dibandingkan di kelompok satu menit pra-
oksigenasi. Demikian pula, dalam menit 5 (P = 0.001) dan 20 (P = 0.001)
setelah suction, saturasi oksigen arteri berarti adalah lebih rendah di grup
30 detikpra-oksigenasidaripada di kelompok dua menit pra-oksigenasi.
Tidak ada perbedaan signifikan yang diamati pada saturasi arteri antara
satu-menit dan dua menit pra-oxygenations pada setiap tahap dari
suction.
Tiga kelompok juga dibandingkan dalam hal variasi rata-rata detak
jantung pada tahap yang berbeda dari suction(Tabel 3). Perubahan bagan
denyut jantung dalam tiga kelompok pada waktu yang berbeda dari
suction (gambar 2).
Hasil yang Diperoleh dari ANOVA menunjukkan tidak ada perbedaan
yang signifikan antara tiga kelompok di meanvariasi detak jantung pada
tahap suction yang berbeda.
4. Discussion
Menurut hasil yang diperoleh, kenaikan terbesar denyut jantung dan
penurunan saturasi oksigen arteri terbesar terjadi selama suction dan
perbandingan dengan sebelum prosedur; Temuan ini konsisten dengan
hasil yang diperoleh oleh Etemadifar et al. (Etemadifar et al., 2008;
Lookinland & Appel, 1991; Oh & Seo, 2003). Dalam studi yang
dilakukan oleh Jongerden di Austria berjudul "the effect of Massif
suction oksigenasi, peredaran darah dan mekanika paru-paru bayi",
peningkatan diamati pada denyut jantung bayi oleh 20 per menit dan
pengurangan dalam oksigen arteri saturasi selama dan segera setelah
penyedotan (Jongerden et al., 2012), yang konsisten dengan hasil yang
diperoleh dalam penelitian ini. Pengurangan diamati pada denyut jantung
dan peningkatan saturasi oksigen arteri di kelompok tiga menit 5 dan 20
setelah suction dibandingkan selama dan segera setelah prosedur, dan
perubahan signifikan dalam satu-menit dan dua menit pra-oksigenasi
kelompok, tetapi tidak dalam kelompok 30 detik. Pengurangan berarti
saturasi oksigen arteri sebelum suction secara signifikan lebih besar
dalam kelompok satu-menit dan dua menit pra-oksigenasi dibandingkan
dalam kelompok 30 detik. Penelitian ini menemukan ada perbedaan
signifikanantara tiga kelompok dalam peningkatan denyut jantung rata-
rata selama, segera setelah, lima menit setelah dan 20 menit setelah
suction. Hasil yang diperoleh oleh Jongerden et al. menunjukkan
peningkatan yang signifikan pada pasiendenyut jantung sepuluh menit
setelah suction (Moore, 2003). Bukti juga menunjukkan bahwa
perubahan dalam tingkat jantung dan saturasi oksigen dengan melakukan
suction dapat dikontrol dengan minimal waktu siang hari (Favretto et al.,
2012). Tinjauan sistematis dilaksanakan oleh Gholamzadeh dan Javadi
menyimpulkan bahwa penggunaan normal saline setidaknya (5 ml) dapat
memfasilitasi drainase dan oksigen arteri saturasi dan mencegah
perubahan denyut jantung(Gholamzadeh & Javadi, 2009). Tampaknya
penyedotan tanpa melepaskan pasien dari ventilasi mekanis dapat
meningkatkan denyut jantung selama suction(Giakoumidakis et al.,
2011).
Melakukan suction lebih dari enam kali sehari adalah salah satu faktor
risiko yang menyebabkan penurunan saturasi oksigen pada pasien yang
menjalani ventilasi mekanis (Care, 2010). Meskipun kinerja standar
prosedur invasif ini menghasilkan respon fisiologis yang besar dalam
tubuh selama dan segera setelah suction dan dengan demikian
mengakibatkan peningkatan terbesar denyut jantung dan penurunan
terbesar oksigenasi darah arteri selama tahap ini, dianjurkan untuk
mengurangi frekuensi dan durasisuction dalam tahap ini, untuk lebih
lanjut terus oksigenasi dan menempatkan pasien dalam posisi yang lebih
nyaman bernapas (JAVADI et al., 2016). Mengingat ketidakmampuan
intubated pasien untuk menguras sekresi paru-paru mereka dan untuk
menjaga mereka airways jelas dan terbuka, suction sangat penting untuk
menjaga saluran terbuka dan kelangsungan hidup pasien.
B. Pembahasan
Intervensi yang dilakukan dalam jurnal ini adalah memberikan oksigen 100%
terlebih dahulu sebelum melakukan suction pada pasien yang terpasang
ventilator untuk mengurangi kejadian penurunan saturasi oksigen dan
perubahan status hemodinamik selama periode suction.
Pada pasien kelolaan kelompok pra oksigen sebelum suction dinaikkan
bertahap sesuai kondisi dan kebutuhan pasien. Hal ini kurang efektif karena
saturasi oksigen pasien tetap turun meskipun sudah dilakukan tindakan
suction.
Kemudian kelompok mencoba menerapkan intervensi yang ada di jurnal
dengan memberikan pra oksigen 100% sebelum melakukan tindakan suction
kepada pasien, dan hasilnya saturasi oksigen pasien meningkat setelah
dilakukan suction, dan hal ini tidak menyebabkan perubahan denyut jantung
pasien selama tindakan suction.
Jadi, intervensi yang ada di jurnal bisa diterapkan kepada pasien kelolaan
kelompok meskipun pasien tidak masuk dalam kriteria inklusi dalam jurnal
yang ditemukan kelompok, dan hal ini efektif untuk menaikkan saturasi
oksigen pasien yang cenderung turun.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.
Ketoasidosis diabetikum adalah merupakan trias dari hiperglikemia,
asidosis, dan ketosis yang terlihat terutama pada pasien dengan diabetes tipe-
1. Pada pasien dengan KAD yang berat bisa menyebabkan pasien koma
sampai terpasang ventilator. Pengkajian pada pasien KAD dengan
pemasangan ventilator dilakukan secara komprehensif, dan data yang
didapatkan cukup lengkap. Sebagian besar pengkajian didapatkan dari rekam
medis karena perawatan intensif jadi untuk bertemu dengan keluarga sangat
terbatas sekali.
Diagnosa keperawatan yang dimunculkan sesuai dengan teori dan
berdasarkan data pengkajian yang ada yaitu Nyeri akut b.d Agen cidera fisik
(prosedur bedah), defisit perawatan diri mandi b/d ketidakmampuan
merasakan bagian tubuh akibat efek anastesi, dan risiko infeksi b.d tindakan
invasif prosedur pembedahan. Penyusunan rencana keperawatan bertujuan
untuk mengurangi atau mengatasi masalah keperawatan yang ada.
Penyusunan rencana keperawatan diutamakan pada tindakan keperawatan
secara mandiri serta menyertakan evidence based practice sesuai dengan
jurnal yang didapatkan. Tindakan yang terdapat dalam jurnal mampu
kelompok terapkan kepada pasien kelolaan kelompok karena bisa dilakukan
di lapangan dan tidak memerlukan banyak waktu. Kasus yang terdapat di
jurnal sama dengan kasus kelolaan kelompok sehingga tindakan yang ada di
jurnal sangat tepat kelompok terapkan ke pasien kelolaan kelompok.
Tindakan keperawatan penulis lakukan sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah disusun dan penulis modifikasi dengan tindakan yang
kelompok dapatkan dari jurnal. Tidak ada hambatan dalam implementasi.
Evaluasi yang didapatkan dari pasien adalah masalah pasien tidak bisa
teratasi karena dari waktu yang direncanakan kelompok selama 3 hari,
tindakan hanya bisa dilakukan selama 2 hari karena pasien kelompok
meninggal dunia.
B. Saran
Supaya perawat yang bertugas di ruang ICU bisa mempertahankan intervensi
yang sama di jurnal yaitu dengan memberikan terapi pra oksigenasi sebelum
melakukan suction pada pasien dengan terpasang ventilator.
Untuk pelaksanaan di ICU, terapi pra oksigenasi dinaikkan bertahap, bila
sesuai teori terapi pra oksigenasi diberikan 100% supaya saturasi oksigen dan
denyut nadi pasien tidak turun ketika dilakukan tindakan suction.
DAFTAR PUSTAKA
Kitabchi AE, Umpierrez GE, Miles JM, Fisher Jn. Hyperglycemic crises in adult
patient with diabetes. Diabetes Care. 2009; 32(7) : 1335-1343
Kitabchi AE, Umpierrez GE, Miles JM, Fisher Jn. Hyperglycemic crises in adult
patient with diabetes. Diabetes Care. 2009; 32(7) : 1335-1343